Anda di halaman 1dari 5

AGENDA II PELATIHAN DASAR CPNS KABUPATEN PANDEGLANG

TUGAS KELOMPOK 2

MENGANALISIS VIDEO PENERAPAN NILAI ASN “AKUNTABEL” DALAM


KASUS KORUPSI MENARA BTS KOMINFO

Disusun Oleh :

Salsabila, S.Tr.Kes.

Lian Ayu Nurlin, S.Gz

Mustika Ajeng Pratiwi, S.Sos

Ns. Siti Hayatun Nufus, S.Kep

Windiyah Sari, SKM

Angkatan XC
KASUS KORUPSI BTS KOMINFO

A. Deskripsi Kasus
Kejagung RI menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus dugaan korupsi
penyediaan menara BTS dan infrastruktur pendukung 2,3,4 dan 5 Badan Aksesibilitas
Telekomunikasi dan Informasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Satu
tersangka merupakan Direktur Utama Bakti Kominfo Anang Achmad Latif. Sementara itu,
dua tersangka lain merupakan Direktur Utama PT. Mora Telematika Indonesia dan Tenaga
Ahli Human Development Universitas Indonesia tahun 2020. Adapun peranan para
Tersangka, yakni:
1. Tersangka AAL telah dengan sengaja mengeluarkan peraturan yang telah diatur
sedemikian rupa untuk menutup peluang para calon peserta lain sehingga tidak terwujud
persaingan usaha yang sehat serta kompetitif dalam mendapatkan harga penawaran. Hal
itu dilakukan dalam rangka untuk mengamankan harga pengadaan yang sudah di mark-
up sedemikian rupa.
2. Selanjutnya, Tersangka GMS secara bersama-sama memberikan masukan dan saran
kepada Tersangka AAL ke dalam Peraturan Direktur Utama beberapa hal yang diketahui
dimaksudkan untuk menguntungkan vendor dan konsorsium serta perusahaan yang
bersangkutan yang dalam hal ini bertindak sebagai salah satu supplier salah satu
perangkat.
3. Sementara Tersangka YS secara melawan hukum telah memanfaatkan Lembaga
HUDEV UI untuk membuat kajian teknis yang senyatanya kajian tersebut dibuat oleh
yang bersangkutan sendiri, dimana kajian teknis tersebut pada dasarnya adalah dalam
rangka mengakomodir kepentingan Tersangka AAL untuk dimasukkan ke dalam kajian
sehingga terjadi kemahalan harga pada OE.
Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=HfwL50AT6iM

B. Analisis Kasus
Menurut UU No 5 Tahun 2014 Tentang ASN, terdapat tiga fungsi dan tugas utama
ASN yaitu sebagai pelaksana kebijakan public, pelayan public, serta perekat dan pemersatu
bangsa. Dalam menjalankan perannya sebagai pelayan public, sebagai aparatur sipil negara
harus memiliki asas akuntabilitas yang tertuang dalam pasal 4 UU No 25 tahun 2009 tentang
layanan public. Akuntabilitas sendiri memiliki arti bertanggung jawab atas kepercayaan yang
telah diberikan. Panduan perilaku akuntabel ini dapat dilihat dari melaksanakan tugas dengan
jujur, tanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi, menggunakan kekayaan dan
barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien, serta tidak
menyahgunakan kewenangan jabatan. Akuntabilitas sendiri selalu dikaitkan dengan
integritas, dimana system yang memiliki integritas yang baik dapat mendorong terciptanya
akuntabilitas, integritas itu sendiri dan transparansi. Kasus korupsi yang terjadi ini merupakan
kegagalan individu dalam menerapkan nilai integritas dan akuntabilitas sehingga individu
tersebut hanya memikirkan keuntungan pribadi atau golongannya diatas kepentingan bersama
atau masyarakat.
Kasus korupsi proyek pembangunan BTS Kominfo ini tidak sesuai dengan nilai
akuntabilitas karena tidak menunjukan nilai integritas, profesionalitas dan transparansi dalam
bekerja. Dimana salah satu fungsi utama akuntabilitas public yaitu untuk mencegah korupsi
dan penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu, akuntabilitas dalam organisasi harus bersifat
transparan dan memberikan akses informasi kepada public, menghindari praktik kecurangan
(fraud) dan perilaku korup, serta tidak menggunakan sumber daya milik negara, sedangkan
pada kasus korupsi proyek pembangunan BTS Kominfo ini tidak mencerminkan perilaku
tersebut.
Kasus korupsi tersebut merupakan bentuk konflik keuangan dimana Direktur Utama
Bakti Kominfo, Anang Achmad Latif melakukan penyalahgunaan jabatan dengan
mengeluarkan peraturan untuk menutup peluang para calon vendor untuk dapat bersaing
secara sehat dan kompetitif dalam mendapatkan harga penawaran. Anang Achmad Latif
melakukan kerja sama dengan Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia dan Tenaga
Ahli Human Development (HUDEV) Universitas Indonesia tahun 2020 untuk mengamankan
harga pengadaan yang telah di mark-up sedemikian rupa. Jumlah kerugian yang diakibatkan
dari kasus ini dapat mencapai Rp 1 triliun.
Kasus korupsi proyek pembangunan BTS Kominfo yang dilakukan oleh Dirut Bakti
Kominfo ini jelas tidak menunjukan kode etik nilai akuntabilitas yaitu melaksanakan tugas
dengan jujur, tanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi, menggunakan
kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien, serta tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatan. Dampak dari Tindakan korupsi yang dilakukan ini
dapat menyebabkan kerugian negara dengan jumlah yang besar, terhambatnya percepepatan
pertumbuhan ekonomi digital yang seharusnya dapat dirasakan oleh masyarakat diwilayah
3T. Selain itu, tindakan korupsi yang dilakukan juga dapat menimbulkan stigma negative
masyarakat kepada pemerintah sehingga timbul rasa ketidakpercayaan masyarakat kepada
aparatur sipil negara. Padahal untuk membangun dan mewujudkan cita-cita bangsa dalam
bernegara perlu dukungan dan partisipasi aktif masyarakat didalamnya. Tanpa adanya
akuntabilitas kerja yang baik, maka pemerintah akan sulit mendapatkan dukungan legitimasi
yang baik dari masyarakat.
Sistem pegadaan barang dalam proyek Penyediaan Menara BTS dan Infrastruktur
pendukung 2,3,4 dan 5 Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi juga dinilai
kurang transaparan dan masih jauh dari prinsip-prinsip pengadaan barang yang sesuai dengan
standard yang dibuat pemerintah.
Prinsip dalam pengadaan barang/jasa adalah efisien, efektif, terbuka dan bersaing,
transparan, adil dan tidak diskriminatif, serta akuntabel. Oleh karena itu, prinsip dasar
menjadi dasar hukum bagi para pihak (penyedia dan pengguna), dan apabila tidak mengikuti
prinsip dasar dimaksud akan berhadapan dengan penegak hokum.

C. Rekomendasi Penyelesaian Masalah


Nilai-nilai dasar ASN merupakan pondasi utama ASN dalam menjalani kewajibannya
sebagai pelayan publik salah satunya yaitu akuntabilitas. Dari kasus diatas dapat disimpulkan
tidak mencerminkannya nilai – nilai kode etik akuntabilitas. Kode etik akuntabilitas terdiri
dari kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi, kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien, serta kemampuan menggunakan kewenangan
jabatannya dengan berintegritas tinggi.

Akuntabilitas pimpinan dalam pemerintahan merupakan hal penting karena menjadi


pegangan tindak dan perilaku pegawai di lingkungan pemerintahan. Seorang ASN harus
memiliki nilai integritas yang tinggi karena merupakan unsur dasar pemerintahan dalam
pelayanan publik. Selain itu, seorang ASN harus memiliki konsistensi dalam menjalani
kewajibannya dengan mengacu pada aturan- aturan pemerintah yang ada serta adanya
trasnparansi terkait informasi. Sikap tranparansi dalam bertindak dan mengambil keputusan,
mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan, serta memberikan informasi secara benar agar
tidak disalahgunakan oleh salah satu pihak. Ketiga hal inilah yang dapat menciptakan rasa
percaya dari masyarakat terhadap organisasi pemerintahan yang akuntabel.

Solusi dari kasus korupsi penyediaan menara BTS dan infrastruktur pendukung 2,3,4
dan 5 Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi di Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) yaitu perlu diadakannya penguatan komitmen mengenai nilai dasar
atau core isue BerAKHLAK khusunya nilai akuntabel. Dengan ditetapkannya core value
BerAKHLAK justru akan menguatkan budaya kerja ASN yang professional dalam
melayani masyarakat. Orientasi pelayanan yang berkualitas dan profesional harus dimaknai
dengan baik oleh setiap ASN. Tidak hanya sekadar menjadi jargon melainkan harus
diamalkan dan ditujukan untuk kemajuan bangsa. ASN harus bisa mendobrak stigma negatif
masyarakat terkait adanya praktik pungli untuk mempercepat proses layanan yang diberikan
oleh instansi pemerintahan. Ketika ASN terbiasa memberikan pelayanan yang baik dan sesuai
prosedur, praktik korupsi akan terhindarkan.
Selain itu, Birokrasi pengadaan barang harus mampu berubah kearah yang lebih baik,
dengan cara mewujudkan nilai-nilai persaingan yang sehat, terbuka, transparan, efisien,
efektif, serta memenuhi asas keadilan pada semua pihak. Sistem pengadaan barang yang
menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik akan mendorong efisiensi dan
efektivitas belanja publik sekaligus juga mengatur tata perilaku tiga pilar, masing-masing
pemerintah, swasta dan masyarakat, guna terciptanya penyelenggaraan tata pemerintahan
yang baik.

D. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dijelaskan di muka, maka kesimpulan yang dapat
diambil dalam kasus diatas adalah :
1. perlunya mewujudkan perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabel, perilaku tersebut agar : melaksanaan tugas dengan jujur,
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi; menggunakan kekayaan dan
barang milik Negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien; serta menggunakan
Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
2. Terkait kasus korupsi penyediaan menara BTS dan infrastruktur pendukung 2,3,4 dan 5
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi di Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo). Hal ini berkaitan dengan sistem pengadaan barang dan jasa.
Maka yang perlu dilakukan pengawasan yang ketat oleh Irnspektorat Jenderal
Kementerian terkait melalui Probity Audit, yaitu kegiatan penilaian (independen) untuk
memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan secara konsisten
sesuai dengan prinsip penegakan integritas, kebenaran, dan kejujuran dan memenuhi
ketentuan perundangan berlakudari proses perencanaan sampai dengan serah terima
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai