Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PEMAHAMAN MATERI AKUNTABEL

Kelompok 3:

Putu Dwiki Damadita, S.KM (07)


I Kadek Arimbawa, S.E (08)
Gede Ananda KriSta Yuda, S.E (15)
Yusma Ayu Sekaringtyas, S.IKom (18)
Muhammad David Hermawan, S.P (19)
Ni Luh Erna Wati (20)
Made Ratih Kusuma Dewi, S.T (23)

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN IV


2022
I. PNS yang Tidak Berakuntabel
Berita 1

Link Berita
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/25/16460861/9-pns-jadi-tersangka-kasus-
kecurangan-casn-2021-ada-kepala-bkpsdm-hingga?page=all
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4948035/polri-usut-30-tersangka-kecurangan-
seleksi-cpns-2021-ada-9-oknum-pns

Polri tengah mengusut kasus kecurangan yang terjadi saat seleksi penerimaan
CPNS tahun 2021. Polri menetapkan sejumlah tersangka, dan beberapa diantaranya
merupakan oknum pns, bahkan salah satu diantaranya merupakan kepala BKPSDM
Kabupaten Boul.
Kecurangan yang dilakukan oleh oknum PNS tersebut telah melanggar dua kode
etik yakni berkaitan dengan integritas dan penyalahgunaan wewenang jabatan.
Pelanggaran integritas yang dilakukan bertolak belakang dengan prinsip kejujuran yang
dianut oleh seorang PNS, oknum tersebut melakukan tindakan kecurangan dengan
melibatkan pihak ketiga dengan iming-iming sejumllah dana untuk melakukan tindakan
sabotase terhadap system seleksi CASN tahun 2021 sehingga dapat menguntungkan
salah satu pihak. Integritas sendiri merupakan suatu keteguhan diri untuk menjunung
nilai-nilai kepatutan, kelayakan, dan kebenaran. Selain melanggar kode etik
kejujuran/integritas, oknum PNS ini juga melakukan tindak penyalahgunaan wewenang
atau kekuasaan, karena oknum yang terlibat tersebut menduduki jabatan pimpinan tinggi
pada suatau instansi. Dengan wewenang dan kekuasaan yang dimiliki, oknum pelaku
tersebut memiliki kesempatan dan jalan dengan mudah untuk melakukan tindakan
kecurangan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri dan oknum lain yang
berkepentingan.

Atas Tindakan kecurangan tersebut, oknum PNS dapat dijatuhkan hukuman


pidana karena telah melanggar undang-undang informasi dan transaksi elektronik nomor
11 tahun 2008 yang termuat dalam pasal pasal 46 Jo Pasal 30, Pasal 48 Jo Pasal 32,
dan Pasal 50 Jo Pasal 34 dan Undang-undang nomor 30 tahun 2014 pada pasal 7
tentang larangan pejabat pemerintah menyalahgunakan wewenang,
mencampuradukkan wewenang, dan bertindang sewenang-wenang.

Dari kasus ini, dapat diambil pelajaran bagi seluruh PNS di Indonesia, untuk
senantiasa menjunjung tinggi kode etik dan prinsip akuntabel dalam menjalankan tugas,
fungsi pokok sebagai seorang pelayan public, pelaksana kebijakan public, serta perekat
dan pemersatu bangsa. Dengan demikian, diharapkan dapat terselenggaranya
pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Berita 2

Link Berita : https://kabar24.bisnis.com/read/20190611/15/932587/mendagri-beri-3-


sanksi-untuk-211-pns-yang-bolos-usai-idulfitri

Melalui berita yang dirilis oleh portal online bisnis.com pada 11 Juni 2019,
diketahui bahwa terdapat 211 PNS di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang bolos
tanpa alasan kuat pada hari pertama kerja pasca libur panjang Idul Fitri tahun 2019. Untuk
menindak pelanggaran tersebut, Menteri Dalam Negeri memberikan 3 bentuk sanksi
kepada seluruh PNS yang melakukan pelanggaran. Sanksi yang diberikan berupa
skorsing selama 3 hari kerja, diberikan surat peringatan tertulis yang akan diarsipkan di
catatan kepegawaian, dan dilakukan pemotongan tunjangan kinerja sebesar 15%.

Tindakan bolos kerja yang dilakukan 211 PNS tersebut merupakan bentuk perilaku
yang tidak akuntabel terhadap tanggung jawabnya. Para PNS tersebut dikatakan
melakukan perilaku yang tidak akuntabel karena tindakan yang mereka lakukan telah
melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, terutama melanggar pasal 3 ayat 11 yang menyatakan bahwa PNS wajib masuk
kerja dan menaanti ketentuan jam kerja. Pelanggaran yang dilakukan oleh 211 PNS
tersebut menunjukan bahwa mereka tidak menerapkan nilai akuntabel yakni nilai
melaksanakan tugas dengan bertanggung jawab, disiplin dan berintegritas tinggi.

Jumlah PNS yang bolos sebanyak 211 orang termasuk jumlah yang sangat
banyak jika dibandingkan dengan total pegawai di Kementerian Dalam Negeri yang
berjumlah 4000 orang yang meliputi pegawai PNS dan non PNS. Sikap tidak akuntabel
yang dilakukan oleh PNS-PNS tersebut tentunya dapat berdampak kepada pelayanan
yang diberikan serta kinerja dari Kementerian Dalam Negeri. Dengan adanya kasus
tersebut diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi PNS lainnya, tidak hanya di
Kementerian Dalam Negeri tetapi juga di seluruh Indonesia. Setiap PNS harus
menegakkan dan menjunjung tinggi kode etik yang berlaku dalam melaksanakan tugas,
menerapkan nilai-nilai akuntabilitas, serta melaksanakan semua tanggungjawabnya
secara penuh sebagai seorang abdi negara.
II. PNS yang Berakuntabel
Berita 1:

Link berita:
https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/18026/ASN-BBPOM-di-Denpasar-raih-
Juara-1-Pegawai-Berprestasi-BPOM-se-Indonesia.html

Alasan:
Penghargaan bagi pegawai berprestasi ditunjukkan untuk pegawai yang
melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi dimana hal ini menunjukkan pegawai tersebut mengimplemetasikan nilai nilai dasar
core values ASN “akuntabel” dalam berkinerja. Penerapan akuntabilitas yang
berorientasi pada hasil, membentuk sifat bertanggung jawab dalam menjalan tugas dan
kewajiban, serta memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal serta
mampu memberikan inovasi yang dapat memberi dampak positif dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Dalam berita yang kami angkat, pegawai tersebut mampu memberi inovasi untuk
memudahkan pelayanan publik tentang edukasi obat dan makanan yang terkait dengan
digitalisasi untuk edukasi dan penyampaian informasi kepada masyarakat di era 4.0. Hal
ini menunjukkan seorang ASN yang menerapkan prinsip akuntabel akan selalu
bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi yang ia miliki sehingga terbentuk keutamaan mental dalam melayani. Dengan
terbentuknya mental dan pola pikir yang baik, secara tidak langsung akan memberikan
dampak pada sisi masyarakat penerima layanan. Akuntabilitas personal yang terbentuk
dari dalam diri pegawai akan mendorong terbentuknya akuntabilitas individu, kelompok,
organisasi dan stakeholder sehingga mampu mewujukan pelayanan publik prima yang
dapat dipertanggungjawabkan.

Berita 2 :
Link berita
EMPAT ASN KEMBALIKAN GRATIFIKASI – Kabupaten Semarang (semarangkab.go.id)
Dalam berita tersebut, tindakan pengembalian gratifikasi sebagai bentuk tanggung jawab
dilakukan oleh ASN sesuai dengan Undang-Undang No 28 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan
yang bebas KKN. Gratifikasi merupakan pemberian hadiah baik dalam bentuk uang, barang atau
fasilitas lainnya yang dapat menjadi salah satu bentuk akar dari korupsi. Dengan kebiasaan
pemberian hadiah gratifikasi, oknum ASN akan menjadi terbiasa dan mewajarkan hal tersebut
sehingga bisa menimbulkan sikap koruptif yang dapat berkembang menjadi tindak pidana korupsi.
Pengembalian bentuk gratifikasi ini merupakan salah satu wujud dari penerapan panduan
prilaku (kode etik) akuntabel dengan tidak menyalahgunakan wewenang yang dimiliki. Kejujuran
ASN yang mengembalikan gartifikasi menunjukkan bentuk tanggung jawab dan integritas yang
dimiliki. Dengan sikap tanggung jawab tersebut, ASN mampu memberikan teladan bagi para ASN
lain untuk tetap menerapkankan panduan prilaku kode etik akuntabel. ASN diharapkan untuk
menolak segala bentuk gratifikasi dari pihak mana pun dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya.

III. Harapan dari Pemahaman Materi Akuntabel


Peserta Latsar dapat mengimplementasi nilai nilai dasar PNS “akuntabel” dalam
menjalankan kewajiban sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya secara
professional sebagai abdi negara sesuai kode etik nilai-nilai dasar akuntabel yakni
melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi; menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggungjawab, efektif dan efisien dan tidak menyalahgunakan kewenangan
jabatan sehingga dapat menjalankan peran ASN UU No 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara.

Anda mungkin juga menyukai