Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ARTIKEL TERKAIT PENYIMPANGAN ASN

Disusun oleh:
Kelompok II Angkatan VI
Agus Gumilang, A.Md.Kep
Wahyudi, A.Md
Ervina Tsamrotul Puadah, A.Md.Kep
Septia Nawang Widasti, A.Md.Kep
Agus Triyanto, A.Md

PENDIDIKAN LATIHAN DASAR CPNS


PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2021
ARTIKEL KESATU

Minggu, 11 Februari 2018 Pukul 11:38 WIB


Sumber : https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/144853/korupsi-wujud-melemahnya-integritas-asn-di-
daerah

Korupsi Wujud Melemahnya Integritas ASN di Daerah


Haryanto | Politik dan Hukum

INTEGRITAS aparatur sipil negara (ASN) di daerah masih lemah. Hal itu terbukti masih banyaknya temuan
penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan, baik yang dilakukan kepala daerah maupun bawahannya. Tidak
sedikit kepala daerah yang kesandung kasus korupsi dan tertangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi. Plt
Sekjen Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Hadi Prabowo, menyoroti masalah itu saat menyampaikan pidato
pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jawa Tengah di Semarang, kemarin. "Masih
banyaknya penyimpangan yang dilakukan ASN tersebut tak lepas dari lemahnya integritas ASN di daerah, dan
praktik korupsi merupakan gejala integritas individu, institusi, dan antarinstitusi di pemerintah daerah," kata Hadi
Prabowo. Menurut mantan Sekretaris Daerah Pemprov Jawa Tengah ini, banyaknya penyimpangan ini karena belum
baiknya pengelolaan dan perencanaan anggaran. Salah satunya terdapat pada program penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah daerah, yang tidak sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang. Hal ini
menjadi salah satu pemicu terjadinya korupsi. Hadi melanjutkan, pihaknya juga banyak menemukan praktik
penyimpangan pajak dan retribusi berupa pemerasan dan penyelewengan. "Pengadaan barang jasa, belanja hibah,
dan bantuan sosial, serta belanja perjalanan dinas fiktif," bebernya. Tidak sedikit ASN dengan jabatan tinggi terjerat
kasus-kasus penyimpangan uang negara, yang merugikan negara dan rakyat, termasuk kasus pungli yang cukup
marak. Jika mata rantai antara korupsi dan kejahatan terorganisasi ini dibiarkan, kata Hadi, anggaran daerah akan
terus tergerus dan mengakibatkan program pembangunan tak berjalan maksimal. "Dampaknya tentu pengangguran
hingga kemiskinan masyarakat di daerah," katanya. Pihaknya berharap, sebagai lembaga yang memiliki fungsi
pengawasan, DPRD bisa turut berperan aktif mengatasi lemahnya integritas ASN. Setiap anggota DPRD harus
benar-benar memahami fungsi pengawasan yang melekat pada lembaganya. "Pelaksanaan oleh DPRD tidak boleh
menghasilkan korupsi, seperti setoran uang dalam pembahasan," tegasnya.
A. Analisis
Korupsi adalah tindakan penyalah gunakan jabatan, kewenangan dan kekuasaan bagi pejabat
publik untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau orang lain dengan cara melawan hukum
sehingga dapat menimbulkan kerugian keuangan Negara atau perekonomian Negara. kasus
korupsi terjadi karena adanya monopoli kekuasaan ditambah dengan adanya diskresi dengan tidak
bertanggungjawaban. Sehingga dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun
kelompok yang dapat merugikan keuangan negara .
Korupsi merupakan penyakit masyarakat dan menjadi benalu sosial yang merusak sendi-sendi
kehidupan suatu bangsa apabila dilakukan secara terus menerus dalam sekala besar. Korupsi yang
terjadi dewasa ini pada intinya dapat dikelompokkan dalam dua sudut pandang. Pandangan
pertama, menyatakan bahwa korupsi berasal dari individu itu sendiri. Pandangan kedua, beberapa
ilmuan mendefinisikan korupsi sebagai sebuah praktik social dalam sebuah sistem.
Penyebab terjadinya korupsi yang banyak terjadi di Indonesia karena seseoarang
beranggapan bahwa jika kekayaan didapat maka orang tersebut dapat dikatakan sukses. Maka dari
itu orang akan melakukan cara apapun untuk mendapatkan kekayaan tersebut termasuk dengan
cara korupsi yang merugikan masyarakat banyak dan negara. Lemahnya pendidikan agama,moral,
dan etika juga merupakan penyebab lain yang mengakibatkan orang melakukan korupsi.
Di dalam UU Korupsi Tahun 1999 telah mengatur tentang pemberatan pidana seperti pidana mati,
mengatur tentang ancaman pidana minimum khusus, mengatur ancaman denda yang lebih tinggi,
dan disisi lain diperluasnya perbuatan-perbuatan yang termasuk tindak pidana korupsi. Di dalam
perspektif piskologi kriminal, faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi berasal dari dalam
diri pelaku yaitu adanya sifat ketamakan dan kerakusan,.
Seperti disebutkan pada artikel di atas, banyaknya penyimpangan kasus korupsi ini karena belum
baiknya pengelolaan dan perencanaan anggaran. Salah satunya terdapat pada program
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah, yang tidak sejalan dengan rencana
pembangunan jangka panjang. Hal ini menjadi salah satu pemicu terjadinya korupsi

B. Bentuk Penyimpangan dan kaitannya dengan perspektif akuntabilitas


Pemerintah seperti Inspektorat Daerah perlu meningkatkan pengawasan terhadap seluruh instansi
agar terlaksananya seluruh bentuk pertanggungjawaban sehingga dapat meminimalisir terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan yang bersifat monopoli dan penyimpangan terhadap jabatan dalam
menentukan kebijakan atau yang disebut dengan diskresi. Pemerintah harus dapat melakukan
upaya pemberantasan agar tidak terjadinya kasus korupsi bagi seluruh elemen masyarakat.
Seperti yang kita ketahui bahwa 3 fungsi utama akuntabilitas public adalah
1. Peran demokratis
2. Peran konstitusional
3. Peran belajar
Dari ketiga fungsi diatas jika dikaitkan dengan kasus korupsi ini maka tidak sesuai dengan peran
konstitusional yaitu untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Seharusnya sebagai ASN kita harus bisa menghindari perilaku curang dan koruptif, diantaranya :
1. ASN tidak terlibat dalam penipuan atau korupsi
2. ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya
3. ASN harus melaporkan setiap pelanggaran kode etik
4. ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan actual atau
potensial untuk setiap orang atau institusinya
5. ASN harus melaporkan setiap perilaku curang atau korup
6. ASN memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor public

C. Personal behaviour
Perilaku individu (personal behaviour) yang diharapkan seharusnya adalah sebagai berikut:
1. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang
berlaku untuk perilaku mereka
2. ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota masyarakat
3. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif
4. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan
5. ASN membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan untuk
semua informasi yang tersedia, undang-undang dan kebijakan dan prosedur institusi tersebut
6. ASN melayani pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi dan
kebijakan
ARTIKEL KEDUA

Kamis, 13 Agustus 2020 17:05


Sumber : https://sumeks.co/oknum-pns-kembali-terjerat-kasus-narkoba/
Oknum PNS Kembali Terjerat Kasus Narkoba

ASN harus bersih dari Narkoba

Indonesia kini tengah menghadapi situasi darurat Narkoba. Narkoba telah menjadi ancaman utama bagi masyarakat
Indonesia di semua level. Penyalahgunaan serta peredaran narkoba telah menyerang seluruh lapisan masyarakat
dari segala usia serta lintas profesi termasuk di lingkungan aparatur sipil negara (ASN).Maka dalam implementasi
pencegahan serta pengawasan peredaran narkotika diperlukan sinergi lintas sektoral secara intensif dan
komprehensif dalam pelaksanaannya.

Untuk penguatan kolaborasi dalam menghadapi ancaman penyalahgunaan narkoba di seluruh komponen
masyarakat terutama dalam instansi pemerintahan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Asman Abnur dan Kepala Badan Narkotika Nasional Budi Waseso menandatangani Nota Kesepahaman
antara Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Badan Narkotika Nasional
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
di Lingkungan Instansi Pemerintah di Kantor Badan Narkotika Nasional, Jakarta (8/5).

Dalam sambutannya, Menteri Asman tegas menyatakan bahwa ASN harus memiliki integritas, kompetensi, serta
kualifikasi yang luar biasa selaku penyelenggara negara."Untuk itu, ASN harus bebas dan bersih dari Narkoba,"
tegas Menteri PANRB.

Ia juga menyatakan, dengan sistem performance based management yang telah diterapkan oleh Pemerintah saat
ini, performa kinerja setiap ASN akan terukur, sehingga kualitas setiap aparatur negara dapat terakselerasi dengan
baik dan pelayanan publik dapat terlaksana secara prima dan professional

Gerakan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan aparatur sipil negara
memiliki beberapa fokus kesepakatan yang tertuang dalam nota kesepahaman ini, antara lain kerjasama
penyebarluasan informasi tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkotika atau yang disebut juga dengan P4GN.

Selain itu akan dilakukan peningkatan peran Kementerian PANRB dalam sebagai penggiat anti narkoba, dan
peningkatan peran aktif para aparatur sipil negara baik di tingkat pusat maupun daerah untuk melaksanakan
program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika.

Dalam kerjasama ini, BNN serta Kementerian PANRB juga akan melaksanakan tes uji narkoba bagi para calon
pegawai serta para ASN di seluruh instansi pemerintah, serta akan dilakukan pertukaran data dan informasi guna
mendukung program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika.
Terkait dengan tes narkoba bagi para ASN, Kementerian PANRB akan segera menindaklanjutinyanya dengan surat
edaran ke seluruh kementerian dan lembaga pemerintaah baik di pusat maupun daerah.

Dalam kesempatan ini, Kepala BNN Budi Waseso menyatakan bahwa nota kesepahaman ini adalah sebagai bukti
kesungguhan tekad dan langkah nyata pemerintah dalam merespon situasi bangsa yang saat ini telah memiliki
status darurat narkoba.
"Kejahatan narkoba ini adalah sebuah alat perang modern. Proxy war yang bertujuan untuk menghancurkan
ketahanan negara, karena bukan hanya kerugian ekonomi yang ditimbulkan, namun menghancurkan generasi muda
penerus bangsa," tegas Budi.

Ia menyatakan bahwa saat ini tidak ada satupun daerah di Indonesia yang bersih narkoba, dan negara sudah
menjadi pangsa pasar kejahatan ini.Saat ini, lanjut Budi, BNN dibantu Polri dan Bea Cukai baru berhasil
memberantas 20% dari tingkat peredaran narkotika di Indonesia. Untuk itu, Budi meminta agar kondisi BNN yanng
terbatas tersebut didukung penuh oleh seluruh instansi pemerintah. "SDM Aparatur turut memiliki peran besar dalam
membentuk paradigma positif sehingga ASN bebas dari jangkauan narkoba dari segi apapun,"ujar Kepala
BNN.Diharapkan dengan adanya nota kesepahaman ini Kementerian PANRB dan BNN dapat memberikan kontribusi
positif dan meningkatkan kinerja para ASN dari ancaman penyalahgunaan narkoba di lingkungan kerja, serta
sehingga ASN mampu menangkal peredaran narkotika di lingkungan instansi pemerintah.

A. Analisis
Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu permasalahan nasional yang
dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat menyebabkan rusaknya moral bangsa. Karena itu
pemerintah sangat memberikan perhatian terhadap penanganan atas penyalahgunaan Narkoba. Di
negara kita, masalah merebaknya penyalahgunaan narkoba semakin lama semakin meningkat.
Efek domino akibat dari penyalahgunaan narkoba juga semakin beragam, serta usaha untuk
mengatasi penyalahgunaan Narkoba merupakan langkah yang tidak mudah untuk dilaksanakan.
Penyalah guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Ketika
seseorang melakukan penyalagunaan Narkotika secara terus-menerus, maka orang tersebut akan
berada pada keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan
Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang
sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan
gejala fisik dan psikis yang khas.

B. Bentuk Penyimpangan dan kaitannya dengan perspektif akuntabilitas


Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2011 Tentang Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri pada pasal 4 ayat (1) yang berbunyi:
“Bahwa setiap PNS dalam melaksanakan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, wajib
bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara,berorganisasi,bermasyarakat, dan terhadap
diri sendiri serta sesama PNS”. Untuk lebih jelas yang dimaksudkan etika PNS terhadap diri sendiri
diantaranya adalah sebagaimana diuraikan dalam pasal 8 huruf b Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Kementrian Dalam Negeri yang berbunyi: “Tidak menggunakan dan/atau mengedarkan zat
psikotropika, narkotika dan/atau sejenisnya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Agar tidak ada lagi kasus seperti artikel diatas maka perlu adanya upaya memberantas
penyalahgunaan narkotika perlu adanya peranan aparat penegak hukum yang diharapkan mampu
mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkotika guna meningkatkan moralitas dan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia khususnya bagi penerus bangsa Indonesia.
Penyalahgunaan narkoba oleh PNS tentu saja mengurangi akuntabiltas PNS baik secara etik
maupun hukum.
C. Personal behaviour
Perilaku individu (personal behaviour) yang diharapkan seharusnya adalah sebagai berikut:
1. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang
berlaku untuk perilaku mereka
2. ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota masyarakat
3. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif
4. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan
5. ASN membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan untuk
semua informasi yang tersedia, undang-undang dan kebijakan dan prosedur institusi tersebut
6. ASN melayani pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi dan
kebijakan

Anda mungkin juga menyukai