Banyak definisi dari pelayanan publik yang diungkapkan oleh beberapa ahli, dari
beberapa definisi tersebut kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan publik
adalah sebuah kegiatan atau sistem yang menyediakan dan memenuhi kebutuhan publik
yang disediakan oleh pemerintah atau sektor swasta sebagai penyelenggara pelayanan
publik.
Menurut UU Pelayanan Publik, penyelenggara pelayanan publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen dan badan hukum lain
yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik. Sejalan
dengan fungsi ASN dalam UU Nomor 5 Tahun 2014, maka Aparatur Sipil Negara (ASN)
adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan publik. Hal itu sesuai dengan pasal 10
UU ASN, yang menyebutkan bahwa ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Masyarakat dalam UU
Pelayanan Publik didefinisikan sebagai seluruh pihak, baik warga negara maupun
penduduk (perorangan, kelompok, maupun badan hukum) yang berkedudukan sebagai
penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ada 12 asas penyelenggaraan pelayanan publik yang tercantum dalam Pasal 4
UU Pelayanan Publik, yaitu kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak,
keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan
perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus
bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Prinsip pelayanan publik yang baik adalah partisipatif (melibatkan masyarakat),
transparan (mudah diakses), responsif (mendengarkan dan memenuhi aspirasi), tidak
diskriminatif (tidak membeda-bedakan), mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesible
(dapat dijangkau), akuntabel (dapat dipertanggungjawabkan) dan berkeadilan.
Selain prinsip-prinsip tersebut, ada unsur penting dari pelayanan publik (dalam
konteks ASN) yaitu penyelenggara pelayanan publik (ASN/Birokrasi), penerima layanan
(masyarakat, stakeholders, atau sektor privat), kepuasan yang diberikan atau diterima.
Permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia berkaitan erat
dengan proses pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara yang masih jauh
dari harapan masyarakat. Pelayanan publik yang berkualitas seharusnya berorientasi
kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan atau lebih dikenal dengan pelayanan
prima. Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah suatu proses yang secara terus-
menerus guna mewujudkan konsep good governance yang menjadi dambaan
masyarakat sebagai pemegang hak utama atas pelayanan publik.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana
perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan
pelayanan publik, yaitu: adil dan tidak diskriminatif; cermat, santun dan ramah, tegas,
andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut- larut; profesional; tidak mempersulit;
patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar; menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas
dan integritas institusi penyelenggara; tidak membocorkan informasi atau dokumen yang
wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; terbuka dan
mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan; tidak
menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik; tidak
memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan
informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat; tidak
menyalahgunakan informasi; jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki, sesuai
dengan kepantasan dan tidak menyimpang dari prosedur.
Untuk melaksanakan pelayanan publik yang prima menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), diperlukan penguatan terhadap budaya kerja ASN
Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa) pada tanggal 27 Juli 2021. Dalam surat
Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 dijelaskan
bahwa BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Berorientasi pelayanan sebagai nilai
dan dasar untuk berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat
memiliki 3 panduan perilaku atau kode etik yaitu:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik ASN wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya)
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan; serta melakukan perbaikan
tiada henti.
Setiap ASN harus memberikan pelayanan dengan ramah (senyum, sapa,
salam), berpenampilan rapi, cekatan (cepat dan tepat), dan solutif.
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
Pemberian layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan
masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan
diperbaiki.
Untuk mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era
digital, maka diperlukan inovasi pelayanan publik yang bersumber pada permasalahan
yang dihadapi dalam memberikan layanan. Banyak faktor yang mempengaruhi
munculnya inovasi pelayanan publik seperti, komitmen dari pimpinan, adanya budaya
inovasi, dan dukungan regulasi. Maka dari itu perlu adanya kolaborasi antara pemerintah,
partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya inovasi.