Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL

PELATIHAN DASAR CPNS PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN


TAHUN 2023

Instansi : Dinas Kesehatan – UPT RSKDIA Siti Fatimah Provinsi Sulawesi


Selatan
Nama : dr. Anggun Setyawati
NDH :1
Tanggal : 1 Maret 2023

Pengalaman Pembelajaran Synchronous


Kegiatan pembelajaran sycnchronous hari ini membahas tentang tugas-tugas agenda 2
yang telah dikerjakan sebelumnya. Fasilitator kembali mengingatkan tentang penerapan nilai-
nilai BerAKHLAK ASN.

Pengalaman Pembelajaran Asynchronous


Kegiatan pembelajaran asynchronous hari ini dimulai dengan mengerjakan tugas individu
agenda 2 membuat learning journal substansi modul adaptif dan kolaboratif, dan mengerjakan
tugas kelompok membuat video kampanye tentang upaya membangun budaya BerAKHLAK
dalam melaksanakan tugas sehari-hari sebagai ASN yang profesional.

Substansi Modul Adaptif


Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Adaptasi adalah
suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan atau
kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap
bertahan (Robbins, 2003). Beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan.
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan, antara lain:


1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
2. Mendorong jiwa kewirausahaan;
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah;
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya;
5. Terkait dengan kinerja instansi.

Ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif, antara lain:
1. Eksperimen orang yang beradaptasi
2. Melihat peluang saat orang lain melihat kegagalan
3. Memiliki sumberdaya
4. Selalu berpikir ke depan
5. Tidak mudah mengeluh
6. Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan
7. Tidak mencari popularitas
8. Memiliki rasa ingin tahu
9. Beradaptasi
10. Memperhatikan system
11. Membuka pikiran
12. Memahami apa yang sedang diperjuangkan

Panduan Perilaku Adaptif


Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang
bercirikan ancaman VUCA. Johansen (2012) mengusulkan kerangka kerja yang dapat
digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision,
Understanding, Clarity, Agility. Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya adaptif adalah budaya organisasi di mana karyawan menerima perubahan, termasuk
organisasi penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses internal yang
berkelanjutan.
Tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis,
yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think
across).
Substansi Modul Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini.
Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di
semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z,
serta mobilitas dan fleksibilitas. Dibalik berbagai tantangan yang dihadapi di atas, birokrasi
Indonesia masih dihadapkan pada fragmentasi dan silo mentality. Kolaborasi kemudian
menjadi solusi dari berbagai fragmentasi dan silo mentality.
Whole of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.

Indikator-indikator organisasi yang memiliki collaborative culture, antara lain:


1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil
risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.

Beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi, yaitu:


1) Kerjasama Informal;
2) Perjanjian Bantuan Bersama;
3) Memberikan Pelatihan;
4) Menerima Pelatihan;
5) Perencanaan Bersama;
6) Menyediakan Peralatan;
7) Menerima Peralatan;
8) Memberikan Bantuan Teknis;
9) Menerima Bantuan Teknis;
10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
11) Menerima Pengelolaan Hibah.

Proses-proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi, yaitu:


1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi;
2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga


pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi
manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas
publik. Sedangkan faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah,
antara lain ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi dan dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.

Anda mungkin juga menyukai