Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KASUS MANAJEMEN ASN

(Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pemilihan Umum)

Pemateri : dr. Wilda Hayati, MM

OLEH :
KELOMPOK I
1. Yansen Panjaitan, S.Sos.
2. Lindi Nainggolan, S.H.
3. Yanti Juliana Naibaho, S.KPm.
4. Irma Renatha Ginting, S.E.
5. Sary Lasmaduma Siringoringo, S.E.

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS


ANGKATAN LXXIII
KELOMPOK III
UNIT KERJA BALAI PEMASYARAKATAN KELAS II SIBOLGA
I. PENDAHULUAN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul
selaras dengan perkembangan zaman. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik, meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak sesuai dengan asas proposionalitas. ASN yang telah memperoleh hak
tentu harus menjalankan kewajibannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Sebagai profesi, ASN bekerja dengan berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode
etik dan kode perilaku ASN yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah dan bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Sebagai salah satu sumber daya dalam pemerintahan, Aparatur Sipil Negara (ASN)
mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat
hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun
1945. Dalam menjalankan tugasnya ASN harus mematuhi kode etik sehingga dapat menghasilkan
pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Dalam UU Aparatur Sipil Negara (ASN) disebutkan bahwa presiden memegang kekuasaan
tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi dan manajemen PNS. UU ini kemudian dijabarkan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam PP ini, ada kewenangan
pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian PNS. Untuk mendorong sistem merit dapat
berjalan dengan baik, maka jika pejabat pembina kepegawaian (PPK) melakukan pelanggaran
terhadap sistem merit, kewenangan yang diberikan kepada PPK dapat ditarik kembali oleh
presiden. Ada banyak kasus di daerah setiap mau ada Pilkada selalu bermasalah dengan
penempatan pejabat. Orang-orang yang dinilai tidak mendukung kepala daerah terpilih, langsung
dimutasi dan dinonjobkan. Kemudian digantikan dengan pendukungnya tanpa melalui sistem
merit. Akibatnya yang dirugikan PNS. Dalam PP baru, PPK yang bersikap demikian akan dicopot
kewenangannya oleh presiden. Hal ini merupakan pokok dari perubahan PP Nomor 17 Tahun 2020
Pasal 3 ayat 7 yang menyebutkan bahwa pendelegasian kewenangan PPK dapat ditarik kembali
oleh presiden dalam hal:
a. Pelanggaran prinsip sistem merit yang dilakukan oleh PPK
b. Untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

Studi Kasus Pelanggaran Manajemen ASN

1. Pelanggaran disiplin
a. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) menjatuhkan sanksi disiplin kepada tiga ASN
Pemkab Humbang Hasundutan yang bersalah terlibat dalam kegiatan politik terkait Pilkada
serentak 2020. Pelanggaran kode etik yaitu ikut aktivitas politik atau tidak bersikap netral.
Sumber : https://www.jpnn.com/news/terbukti-langgar-kode-etik-3-asn-ini-dijatuhi-sanksi
disiplin

b. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) menjatuhkan sanksi disiplin kepada dua belas ASN
di Bulukumba. Sanksi ini diberikan karena ASN terlibat dalam aktivitas politik, dalam hal
ini adalah kampanye di media sosial, serta menghadiri kegiatan sosialisasi dan deklarasi
yang dilakukan oleh paslon.
Sumber : https://regional.kompas.com/read/2020/10/08/12010881/bawaslu-temukan-18-
kasus- dugaan-pelanggaran-netralitas-asn-di-bulukumba

2. Tindak Korupsi
Korupsi Dana Pengelolaan Sampah, 2 ASN Pemkab Purbalingga Ditahan. Salah satu
tersangka merupakan Kasi Pengelolaan Sampah dan PPTK, satu tersangka sebagai staff
PPTK merangkap sebagai bendahara penerimaan yang mengurusi retribusi pelanggan
sampah dan satu lagi karyawan SPBU. Dua orang tersangka yanag merupakan ASN telah
menyalah gunakan wewenangnya sebagai ASN untuk mengambil keuntungan pribadi.

Sumber : https://daerah.sindonews.com/read/220252/707/korupsi-dana-pengelolaan-
sampah-2-asn-pemkab-purbalingga-ditahan-1604506271
3. Penyimpangan Perilaku ASN
2 PNS Asahan yang Pingsan di Dalam Mobil Divonis Penjara, Ternyata Sudah Selingkuh
8 Bulan. Kedua oknum PNS Dinas Pendidikan Asahan itu dinyatakan terbukti melakukan
perzinaan. Sebagai seorang ASN keduanya telah melanggar kode etik ASN yang
mencoreng nama baik intasnsi dia bekerja. Mereka juga telah mencoreng nilai ASN yang
seharusnya bisa menjadi pribadi yang dicontoh oleh masyarakat.

Sumber : https://www.tribunnews.com/regional/2020/09/24/2-pns-asahan-yang-pingsan-
di-dalam-mobil-divonis-penjara-ternyata-sudah-selingkuh-8-
bulan#:~:text=Majelis%20hakim%20Pengadilan%20Negeri%20(PN,itu%20dinyatakan%
20terbukti%20melakukan%20perzinaan

II. Teknik Tapis Isu APKL

MATRIK PENILAIAN KUALITAS ISU DENGAN ANALISI APKL


ISU A P K L Jumlah Prioritas
Pelanggaran
Disiplin
5 5 5 5 20 I
mengenai
Netralitas ASN
Tindak Korupsi
5 5 5 4 19 II
ASN
Penyimpangan
4 4 3 4 15 III
Perilaku ASN

Keterangan : 1. Tidak Aktual ; 2 . Kurang Aktual; 3. Cukup Aktual; 4. Aktual; 5. Sangat Aktual
Aktual : Pelanggaran Disiplin mengenai Netralitas ASN merupakan isu yang actual terjadi pada
setiap penyelengaraan pemilahan umum pusat maupun daerah dibuktikan dengan jumlah
pelanggaran netralitas yang mencapai angka 2085 kasus pada tahun 2021.

Sumber : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4533365/ada-2085-kasus-pelanggaran-pns-
paling-banyak-soal-netralitas

Probelmatik : Pelanggaran Disiplin mengenai Netralitas ASN memicu berbagai masalah yaitu
berhubungan dengan pelayanan public dengan adanya masalah tersebut maka praktek
korupsi,kolusi dan nepotisme juga besar kemungkinan terjadi karena ada istilah politik balas budi
kepada kandidat yang mereka dukung.

Kekhalayakan : Jika dibiarkan terus terjadi pelanggaran disiplin mengenai netralitas ASN ini
akan mengakibatkan konflik kepentingan dalam penyelenggaran kebijakan public dan pelayanan
public selain itu menghambat upaya peningkatan kinerja pemerintah.

Kelayakan : Pelanggaran Disiplin mengenai Netralitas ASN mendominasi pada pelanggaran ASN
maka dari itu isu ini harus segera diselesaikan untuk menimbulkan Whole Of Government dan
Pelayanan Publik yang prima dirasakan masyarakat
III. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pemilu

ASN memasang Alat Peraga Kampanye (APK) yang mempromosikan dirinya ataupun orang lain
sebagai peserta Pemilu (pasangan calon capres cawapres, calon legislatif, DPD, DPR RI, DPRD
Provinsi, DPRD Kota/Kab, dan Partai Politik).

1. ASN memasang APK di rumah dan tempat umum yang menunjukkan promosi terhadap
dirinya, paslon dan/ dan partai peserta Pemilu.
2. ASN menyampaikan dukungan terhadap peserta Pemilu dengan lisan/tulisan dalam acara
resmi kepemerintahan, lokakarya, upacara (yang terjadi dalam acara yang melibatkan
publik).

ASN mendeklarasikan dirinya sebagai pendukung peserta Pemilu.

1. Acara formal kepemerintahan dengan mendeklarasikan dukungannya kepada Peserta


Pemilu.
2. Mempengaruhi, memaksa bawahan atau pegawai lain untuk memilih salah satu peserta
Pemilu.

ASN menghadiri deklarasi dukungan terhadap calon peserta Pemilu dan peserta Pemilu dengan
atau tanpa menggunakan atribut bakal pasangan calon/atribut partai politik.

1. ASN menghadiri acara deklarasi dan memberi dukungan kepada peserta Pemilu dengan
atau tanpa menggunakan atribut peserta Pemilu.

ASN mengunggah, menanggapi (seperti like, komentar, dan sejenisnya) atau menyebarluaskan
gambar/foto peserta Pemilu melalui media online maupun media sosial.

1. ASN dengan terang-terangan menyatakan memilih salah satu calon atau partai dengan
mengunggah foto di media sosial. ASN me-likes unggahan atau photo Peserta Pemilu.
2. ASN memberi tanggapan terhadap unggahan publik di media sosial, dengan tanggapan
yang pro/kontra terhadap Peserta Pemilu.
3. ASN melakukan foto bersama dengan peserta pemilu dan mengunggahnya dengan
mengikuti gestur sebagai bentuk keberpihakan.
ASN menjadi pembicara/narasumber/ peserta pada kegiatan pertemuan peserta pemilu.

1. ASN menghadiri kegiatan sebagai narasumber/pembicara di kegiatan/pertemuan peserta


pemilu.
2. ASN menghadiri kegiatan sebagai peserta pada acara kampanye, workshop, sosialisasi,
dan kegiatan Peserta Pemilu.

ASN membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon.

1. ASN mempromosikan atau melakukan depromosi, black campaign peserta pemilu.


2. ASN menyampaikan berita hoax yang merugikan peserta pemilu.
3. ASN memanfaatkan program dan kegiatan dalam kewenangannya yang dapat
menguntungkan peserta pemilu.

ASN terlibat dalam kampanye untuk mendukung peserta pemilu serta mengadakan kegiatan
yang mengarah kepada keberpihakan.

1. ASN terlibat aktif pada kegiatan kampanye peserta pemilu, memberikan orasi, simbol
tangan, testimoni atas kelebihan atau kekurangan peserta pemilu.

ASN memberikan fasilitas dan/atau dukungan finansial yang terkait dalam kegiatan kampanye
kepada Peserta pemilu.

1. Memberikan sarana mobilitas seperti kendaraan dinas maupun pribadi.


2. Memberikan fasilitas gedung kantor, rumah dinas, rumah jabatan.
3. Memberikan sarana perkantoran dan fasilitas lainnya yang dibiayai oleh APBN/APBD.

ASN mengajak atau memobilisasi orang lain untuk mendukung peserta Pemilu.

1. ASN mengajak orang lain (staf, siswa, mahasiswa, guru, dosen) untuk mendukung salah
satu peserta pemilu.
2. ASN memfasilitasi/ membiayai orang lain untuk mobilisasi dukungan kepada peserta
pemilu.
IV. Teknik Analisis Isu Mind Mapping
Minimnya Integritas ASN

Adanya keinginan dari ASN


untuk terjun ke dunia politik
Internal
Pelanggaran Disiplin

mengenai Netralitas Kurangnya pemahaman


ASN regulasi tentang netralitas
ASN

Adanya motif melakukan


Korupsi,Kolusi dan Nepotisme

Pemberian sanksi masih


lemah

Adanya intervensi dari


pimpinan

Eksternal Sistem merit yang masih


sangat tergantung pada
kepala daerah

Ketidaknetralan ASN yang


masih dianggap lumrah.
Faktor Internal :

1. Minimnya Intergritas dari diri pribadi ASN menjadikan dirinya mudah tergiur dengan
iming-iming janji politik oleh salah satu calon
2. Adanya keinginan dari ASN untuk terjun ke dunia politik sehingga dia tidak bisa
menjaga netralitas ASN
3. Kurangnya pemahaman regulasi tentang netralitas ASN menjadikan pelanggaran ini
sering dilakukan oleh ASN
4. Adanya motif melakukan Korupsi,Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh seorang
ASN karena mereka berharap mendapatkan proyek,materi ataupun jabatan selain itu
hubungan kekerabatan dari salah satu calon menimbulkan ketidak netralan ASN tersebut
dalam bertindak.

Faktor Eksternal :

1. Pemberian sanksi yang lemah terhadap pelanggaran netralitas ASN tidak menimbulkan
efek jera kepada ASN
2. Adanya intervensi dari pimpinan untuk memilih salah satu calon dalam pemilu membuat
para ASN tidak bisa menjaga netralitasnya
3. Sistem merit yang masih sangat tergantung kepada kepala daerah menimbulkan netralitas
ASN dalam pemilu sering terkendala
4. Ketidaknetralan ASN yang masih di anggap lumrah menimbulkan budaya permisif di
lingkungan
kerja ASN

V. Dampak
1. Terjadinya diskriminasi dalam pelayanan public
2. Pengkotak – kotakan PNS
3. Konflik Kepentingan
4. PNS menjadi tidak professional dalam menjalankan tugasnya sebagai aparatur yang
berperan fungsi sebagai pemersatu bangsa,pelayan public dan penyelanggara
pemerintahan

VI. Rekomendasi
➢ Perlu dilakukan pelatihan etik yang dimotori oleh Kementerian/Lembaga yang
mempunyai kewenangan yang dianggap relevan. Contoh konkrit, jika konten kode
etik yang akan diberikan pelatihan terkait netralitas, maka Kementerian/Lembaga
yang dapat terlibat di dalamnya antara lain: KASN sebagai komisi pengawas
ASN/PNS, LAN sebagai pelaksana/penyusun instrumen diklat, serta Bawaslu sebagai
lembaga yang sangat memahami persoalan netralitas dari berbagai sisi regulasi.
➢ Meningkatkan penegakan hukum dan memperbaiki proses penanganan pelanggaran
terhadap nilai dasar, kode etik dan kode perilaku ASN.
➢ Menyusun pedoman operasionalisasi nilai dasar, kode etik dan kode perilaku dan
melakukan sosialisasi pedoman tersebut agar lebih dipahami dan ditaati ASN. Selama
ini penyusunan kode etik banyak dilakukan secara sepihak, tanpa melibatkan semua
unsur organisasi. Sehingga kode etik yang sudah ada di suatu organisasi, tidak jarang
tidak diketahui keberadaannya oleh para SDM (aparatur) lainnya. Idealnya, kode etik
dalam penyusunannya melibatkan semua unsur organisasi, sehingga akan lebih
mudah dipahami dan ditaati karena terdapat konsensus di dalamnya yang dibangun
berdasarkan karakteristik masing-masing individunya.

Anda mungkin juga menyukai