Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS ISU TERKAIT MANAJEMEN ASN YANG TERJADI DI BALAI

PEMASYARAKATAN KELAS II PEKANBARU

Oleh

Chikita Putri Liani


NDH : 02 (Kelompok I)
Peserta Pelatihan Dasar CPNS Kemenkumham Gel III Gol III Angkatan LXXV Badiklat
Kepri

Balai Pemasyarakatan (BAPAS) merupakan salah satu UPT (Unit Pelaksana Teknis) di
bidang Pemasyarakatan dan merupakan satuan kerja dalam lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM Republik Indonesia. Secara lebih jelas, tugas dan fungsi dari BAPAS adalah untuk
melakukan pembimbingan dan penelitian kemasyarakatan serta tugas-tugas lain yang
melekat.

Dalam pelaksanaan tugasnya, Bapas memiliki beberapa isu yang terkait dengan
Manajemen ASN. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia Sumber Daya Aparatur
Sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

Berikut beberapa Isu Aktual terkait Manajemen ASN yang terjadi di Lingkungan Balai
Pemasyarakatan Kelas II Pekanbaru, yaitu :

• Tidak seimbangnya jumlah SDM yang tersedia dengan wilayah kerja Bapas
Bapas Pekanbaru yang merupakan salah satu Satuan Kerja (Satker) dibawah
Kementerian Hukum dan HAM saat ini memiliki cakupan wilayah kerja yang cukup luas,
yakni 12 Kabupaten/Kota. Jumlah Klien hingga bulan Juni 2021 tercatat sebanyak 5821
Klien Dewasa dan 80 Klien Anak. Hal ini tidak seimbang dengan jumlah Pembimbing
Kemasyarakatan (PK) dan Asisten Pembimbing Kemasyarakatan (APK) Bapas yang
saat ini hanya berjumlah 34 orang. Keadaan ini akan berdampak pada kinerja pegawai
dimana para PK dan APK dituntut untuk bekerja lebih keras dalam melaksanakan tugas.
Sehingga, dapat mempengaruhi kualitas Litmas (Penelitian Kemasyarakatan) yang
dihasilkan oleh PK dan APK.
Sumber : Aplikasi Android Simadu Bapas

• Keterbatasan fasilitas berupa kendaraan dinas untuk menunjang kinerja


Pembimbing Kemasyarakatan
Seperti yang sudah dijelaskan juga pada poin sebelumnya, cakupan wilayah kerja
Bapas cukup luas yakni menangani 12 Kota/Kabupaten. Saat ini kantor Bapas hanya
ada 1, yakni berada di Kota Pekanbaru dengan luas bangunan sekitar 353 m2. Selain
itu, terdapat Pos Bapas yang tersebar di 11 Kota/Kabupaten lainnya yang ada di Riau.
Dengan luasnya cakupan wilayah kerja tersebut, keterbatasan sarana transportasi
dapat menghambat kinerja pegawai, terutama bagi JFT Pembimbing Kemasyarakatan
yang sering harus pergi ke luar daerah Pekanbaru untuk mengerjakan permintaan
Litmas (Penelitian Kemasyarakatan). Karena keterbatasan kendaraan dinas tersebut,
para Pembimbing Kemasyarakatan yang memiliki kendaraan pribadi berinisiatif untuk
menggunakan kendaraan pribadi mereka. Namun, bagi Pembimbing Kemasyarakatan
yang tidak memiliki kendaraan pribadi untuk menjangkau luar daerah Pekanbaru yang
cukup jauh dan berisiko, tentu hal ini merupakan hambatan dalam melaksanakan tugas
mereka.

• Masih kurangnya sarana dan prasarana Bapas dalam Menunjang Kinerja


Pegawai
Pos Bapas yang tersebar di 11 Kota/Kabupaten di Riau belum mendapatkan
fasilitas yang cukup untuk menunjang kinerja Pembimbing Kemasyarakatan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, seperti ketersediaan komputer/laptop, printer, serta
jaringan internet yang memadai. Tidak jarang para Pembimbing Kemasyarakatan yang
berada di Pos Bapas menggunakan sarana dan prasarana milik pribadi atau milik Lapas
(Lembaga Pemasyarakatan) tempat Pos Bapas berada. Hal ini tentu saja berdampak
pada kinerja Pembimbing Kemasyarakatan.
Selain itu, bangunan Kantor Bapas di Kota Pekanbaru yang memiliki luas 353 m2
juga tidak cukup untuk menampung 63 pegawai Bapas. Terlebih lagi ditengah Pandemi
Covid19 ini para pegawai seharusnya melakukan prokes menjaga jarak, namun karena
kurangnya ruang kerja mengharuskan mereka bekerja dalam ruangan yang tidak cukup
luas. Hal ini tentu saja membuat pegawai merasa kurang nyaman dan akan
menghambat kinerja mereka.

Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan proses tapisan isu
untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas untuk dapat dicarikan solusinya.
Proses tersebut dapat menggunakan Metode USG (Urgency, Seriuosness, Growth).

Metode USG merupakan alat analisis yang dilakukan untuk menentukan prioritas isu
melalui tingkat kegawatan, keseriusan, dan tingkat pertumbuhan suatu isu atau masalah.
Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
Seriousness artinya seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
tidak ditangani segera.

No. Isu U S G Jumlah Prioritas


1. Tidak seimbangnya jumlah SDM yang 4 3 4 11 II
tersedia dengan wilayah kerja Bapas
2. Keterbatasan fasilitas berupa kendaraan 3 4 3 10 III
dinas untuk menunjang kinerja Pembimbing
Kemasyarakatan
3. Masih kurangnya sarana dan prasarana 4 4 4 12 I
Bapas dalam Menunjang Kinerja Pegawai

Keterangan :
1 : Tidak Penting 2 : Sedikit Penting 3 : Cukup Penting 4: Penting 5 : Sangat Penting

Dari hasil tapisan isu diatas, dapat disimpulkan bahwa isu “Masih kurangnya sarana dan
prasarana Bapas dalam Menunjang Kinerja Pegawai” merupakan isu prioritas yang harus
segera diselesaikan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diperoleh rumusan isu yaitu :
“Kurangnya Sarana dan Prasarana Bapas dalam Menunjang Kinerja Pegawai Mengakibatkan
Terhambatnya Kinerja Pegawai di Balai Pemasyarakatan Kelas II Pekanbaru”

Anda mungkin juga menyukai