Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK AGENDA II

ANALISIS KASUS PELANGGARAN NILAI-NILAI DASAR ASN DI


PROVINSI BANTEN

Angkatan : XXV

Kelompok : IV
Sub Kelompok :I
Anggota Kelompok : 1. Destika Siti Rochijah, S.Pd.

2. Andina Sukmabudiarto, S.P.


3. dr. Rendy Retnandy Susetyo

Link Video Kasus Korupsi Pengadaan Masker

https://youtu.be/3J5fkL0RXB4

KORUPSI PENGADAAN MASKER

1. Kronologi Kasus Korupsi Pengadaan Masker


Kasus korupsi pengadaan masker di Dinas Kesehatan Provinsi Banten menjerat tiga
orang tersangka. Ketiga orang yang kini berstatus terdakwa yakni, Lia Susanti sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan masker di Dinkes Banten, Direktur PT Right
Asia Medika (RAM) Wahyudin Firdaus, dan rekannya Agus Suryadinat . Pengadaan masker
sebanyak 15.000 buah jenis KN95 itu diperuntukan untuk tenaga kesehatan yang sedang
berjibaku menangani pasien Covid-19 di rumah sakit.
Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kesehatan menganggarkan pengadaan
masker dari dana belanja tidak terduga (BTT) senilai Rp 3,3 miliar tahun 2020. Namun,
pada proses pengadaan, Lia selaku PPK bersama pengusaha Wahyudin dan Agus
bersekongkol melakukan markup harga satuan masker dari Rp 70.000 menjadi Rp 220.000.
Harga Rp 220.000 kemudian dimasukan kedalam rencana anggaran belanja (RAB)
pengadaan 15.000 buah masker KN95. Lia selaku PPK kemudian membuat RAB nya dan
meminta persetujuan kepada Kepala Dinas Kesehatan dr Ati Pramudji Hastuti. Ati pun
menyetujui RAB hasil manipulasi tersebut dan mengetahui adanya perubahan harga masker.
Lia kemudian mengajukan permohonan penggunaan dana BTT kepada Gubernur
Banten Wahidin Halim dengan melampirkan RAB yang sudah dimanipulasi pada tanggal
26 Maret 2020. Setelah adanya persetujuan dan perintah kerja, proyek masker kemudian
dikerjakan oleh Agus dengan meminjam PT RAM. Padahal, penujukan PT RAM oleh Lia
menyalahi perundang-undangan yang berlaku. Sebab, PT RAM tidak memiliki sertifikat
distribusi alat kesehatan dari Kemenkes. Perbuatan terdakwa Lia bersama Wahyudin dan
Agus telah menimbulkan kerugian negara sebagaimana laporan hasil audit perhitungan
kerugian keuangan negara BPKP perwakilan Banten pada kegiatan pengadaan masker di
Dinas Kesehatan Provinsi Banten sebesar Rp1.680.000.000,” ucap Subardi. Agus
Suryadinata.

2. Analisis Kasus Terhadap Nilai-nilai Dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,


Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi)
Berdasarkan kasus yang telah kami amati, kaitan kasus dengan Nilai-nilai Dasar ANEKA
adalah sebagai berikut :
 Akuntabilitas
Nilai-nilai Dasar Indikator Kaitan Kasus
Akuntabilitas Integritas Memberikan contoh buruk kepada bawahannya
yang dapat memberikan efek negative yang
signifikan bahkan bisa diikuti oleh pejabat
lainnya. Sehingga menimbulkan hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
Transparansi Proses pengadaan masker yang tidak tranparan
sehingga terjadi persekongkolan. Para
bersekongkol melakukan markup harga satuan
masker dari Rp 70.000 menjadi Rp 220.000.
Tanggung Tidak menunjukkan sikap tanngung jawab
jawab terhadap jabatan yang telah diembannya.
 Nasionalisme
Nilai-nilai Dasar Indikator Kaitan Kasus
Religius  Tidak menunjukkan sikap percaya kepada
Nasionalisme Tuhan yang Maha Esa dengan melakukan
tindakan negative (melakukan korupsi
pengadaan masker di tengah masa Pandemi
yang sangat sulit)
 Tidak menerapkan nilai Ketuhanan dalam
menjalankan tugas yang sudah diamanahkan
kepadanya serta melanggar sumpah jabatan
Kemanusiaan Tidak memiliki adab sebagai manusia. Karena
ditengah kondisi yang sangat sulit saat ini,
dimana kebutuhan dana akan perlengkapan
kesehatan tenaga medis, serta bantuan untuk
masyarakat sangat besar, justru melakukan
korupsi yang merupakan tidakan yang sangat
tercela.
Keadilan sosial Tidak adil dalam melakukan proses pengadaan
masker.
“Dimana dalam hal ini penujukan PT RAM
oleh LS menyalahi perundang-undangan yang
berlaku. Sebab, PT RAM tidak memiliki
sertifikat distribusi alat kesehatan dari
Kemenkes”.

 Anti Korupsi
Nilai-nilai Dasar Indikator Kaitan Kasus
Jujur  Tidak jujur dalam menjalankan tugass
Anti Korupsi sebagai aparat Pemerintah dalam hal ini
yaitu proses pengadaan masker
 Memanipulasi rencana anggaran belanja
(RAB)
Peduli  Tidak peduli terhadap kondisi bangsa dan
masyarakat yang sedang kesulitan di Masa
Pandemi Covid-19
 Tidak adanya rasa peduli dan disiplin
terhadap aturan tindak pidana korupsi yang
telah berlaku
Kesederhanaan Pelaku tindak korupsi juga melanggar indikator
hidup sederhana yaitu gaya hidup hedonis, tidak
merasa cukup atas apa yang dimiliki

3. Faktor Penyebab Permasalahan Penerapan Nilai-nilai Dasar ANEKA


Bila merujuk dari teori GONE (G ONE theory ) yang dikemukakan oleh Jack Bologne
dalam bukunya The Accountant Handbook o f Fraud and Commercial Crime yang disadur
oleh BPKP12 dalam bukunya Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional tahun 1999,
menjelaskan bahwa faktor-fakor yang menyebabkan terjadinya kecurangan meliputi Greeds
(Keserakahan), Opportunities (Kesempatan), Needs (Kebutuhan) dan Exposures
(Pengungkapan) sangat erat kaitannya dengan manusia melakukan kolusi dan korupsi.
Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku kecurangan
(actor),sedangkan faktor-faktor Opportunities dan Exposures berhubungan dengan korban
perbuatan kecurangan (victim).
Greeds.

Keserakahan (Greeds) berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara


potensial ada dalam diri setiap orang. Keserakahan dalam kasus ini sangat terlihat dari
diubahnya harga masker menjadi lebih tinggi untuk meraup keuntungan yang lebih
banyak.

Untuk mengendalikan Keserakahan ini perlu antara lain mendorong pelaksanaan


ibadah dengan benar

Opportunities.
Kesempatan (Opportunities) berkaitan dengan keadaan organisasi/instansi atau
masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi setiap orang untuk
melakukan kecurangan terhadapnya. Para pelaku memanfaatkan kesempatan berupa
Pandemi COVID 19 yang membutuhkan banyak masker terutama bagi tim medis yang
berhadapan langsung dengan pasien-pasien covid 19 di lapangan.
Untuk meminimalkan kesempatan orang melakukan kecurangan perlu antara
lain keteladanan dari pimpinan organisasi.

Needs.
Kebutuhan (Needs) berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh setiap
individu untuk menunjang hidupnya yang wajar. Faktor kebutuhan disini sangat
berpengaruh mengingat untuk melawan pandemic kita perlu mematuhi protocol
kesehatan salah satunya penggunaan masker, dan masker sangat dibutuhkan juga oleh
tim medis untuk memberikan pelayanan kepada pasien covid 19 dimana masker
tersebut memiliki spesifikasi khusus yang tidak dimiliki jenis masker lain.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu pendapatan/gaji yang seimbang
dengan kinerja yang ditunjukkan dalam organisasi.

Exposures.
Pengungkapan (Exposures) berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila diketahui telah melakukan kecurangan.
Menurut pengamatan kami, hukuman yang diterima oleh para pelaku korupsi banyak
yang tidak sesuai engan kerugian yang diakibatkan. Selama menjalani hukuman pun
banyak sekali narapidana yang mendapat fasilitas mewah di Lembaga Permasyarakatan
dimana hal-hal tersebut seakan bukan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi okum-
oknum lain untuk melakukakn korupsi.
Menurut kami untuk memastikan seseorang melakukan kecurangan akan
menghadapi tindakan yang tegas maka perlu pranata hukum yang jelas dan tegas.

Berdasarkan sumber lain yang kami dapat yaitu tulisannya tentang ”Korupsi di
Indonesia: Masalah dan Pemecahannya” yang ditulis oleh DR.Andi Hamzah,SH
(1991) yang menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi yang dapat kita dianalisis
dari kasus ini, yaitu :
1) Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibandingkan kebutuhan
yang makin hari makin meningkat.
2) Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang cukup permisif
terhadap perbuatan korupsi.
3) Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektip dan efisien.
4) Pengaruh adanya modernisasi,karena modernisasi tersebut membawa
perubahan- perubahan pada nilai dasar masyarakat, membuka sumber
kekayaan dan kekuasaan baru,dan mengakibatkan perubahan dalam sistem
politik.
Namun menurut kami masih ada 1 hal lagi yang dapat menyebabkan korupsi
tersebut yaitu lemahnya integritas dari pelaku korupsi berupa kejujuran, etika dan
moral. Karena fakta membuktikan gaji yang cukup bahkan sekelas gaji Menteri atau
Pejabat Eselon I sekarangpun masih juga yang melakukan korupsi karena lemahnya
integritas pelaku korupsi.

4. Rekomendasi terhadap kasus

Korupsi seolah telah menjadi budaya yang mendarah daging di Indonesia. Berbagai cara
telah dilakukan untuk menghapuskan korupsi hingga ke akar-akarnya. Oleh karena itu,
dibutuhkan kerja sama dari semua pihak untuk menurunkan angka korupsi. Berikut beberapa
rekomendasi agar kasus korupsi tidak terus menerus terjadi:

 Dimulai dari diri sendiri seperti menanamkan sifat jujur , bertanggung jawab,
memiliki sikap sederhana, menumbuhkan kepedulian terhadap sesama dan
meningkatkan keberanian dalam memberantas korupsi.
 Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian
pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
 Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya
penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur dan adil.
Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga
peradilan yang sangat buruk.
 Melakukan pelelangan atau penawaran secara terbuka untuk pengadaan barang
baik di pemerintah pusat maupun daerah. Masyarakat harus diberi otoritas atau
akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan atau
penawaran tersebut.
 Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat
untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Masyarakat (termasuk media)
diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hal ini dapat
meningkatkan keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan
menjalankannya secara transparan.

Anda mungkin juga menyukai