Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 2 AGENDA 2

Pengampu : Ibu RIMA FEBRINA,S.Si.,M.S.M

Nama : Gomos P.Silitonga


Nip : 199501062022031014

TUGAS KELOMPOK
NAMA ANGGOTA :
1. Ahmad Farhan
2. Endah Dwi L.
3. Farouq Syababur R.
4. Gomos P. Silitonga
5. Mohammad Sazali

ANALISIS KASUS PENYIMPANGAN NILAI DASAR BERAKHLAK

I. Rumusan Kasus
Kasus ini bermula saat korps Adhyaksa menyelidiki kasus dugaan tindak
pidana korupsi minyak goreng yang menyebabkan terjadinya kelangkaan hingga
kerugian perekonomian negara. Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Pidana
Khusus Kejagung memerintahkan 10 Jaksa penyelidik untuk memantau dugaan
korupsi dari kelangkaan minyak goreng di Indonesia. Pemantauan tersebut
dilakukan jauh sebelum Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) melaporkan
perkara dugaan tindak pidana korupsi minyak goreng ke Kejagung.

Pada awal April 2022, Kejagung melakukan gelar perkara untuk


menetapkan tersangka perkara ini dan menemukan fakta hukum ada dugaan
gratifikasi pemberian izin penerbitan persetujuan ekspor (PE) dan korupsi
pemberian fasilitas ekspor crude palm oil (CPO). Kemudian pada Selasa, 19 April
2022 dalam kasus izin ekspor ini, Kejagung menetapkan empat tersangka. Mereka
adalah Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan
(Kemendag) Indrasari Wisnu Wardhana, lalu Komisaris PT Wilmar Nabati
Indonesia MPT, Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group (PHG) SM,
dan General Manager di Bagian General Affair PT. Musim Mas PTS.

Berikut peran setiap tersangka yang terlibat dalam kasus korupsi tersebut:
1. Indrasari berperan menerbitkan persetujuan ekspor CPO dan produk turunannya
kepada eksportir yang seharusnya ditolak izinnya karena tidak memenuhi syarat
sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Master Parulian Tumanggor telah berkomunikasi secara intens dengan tersangka
IWW terkait penerbitan izin persetujuan ekspor (PE) PT Wilmar Nabati Indonesia
dan PT Multimas Nabati Asahan.
3. Stanley MA berkomunikasi secara intens dengan tersangka IWW terkait penerbitan
izin persetujuan ekspor (PE) Permata Hijau Group (PHG). Selain itu, tersangka
Stanley juga berperam mengajukan permohonan izin persetujuan ekspor (PE)
dengan tidak memenuhi syarat distribusi kebutuhan dalam negeri (DMO).
4. Picare Tagore Sitanggang memiliki peranan berkomunikasi secara intens dengan
tersangka IWW terkait penerbitan izin persetujuan ekspor (PE) PT Musim Mas.
Selain itu, Picare mengajukan permohonan izin persetujuan ekspor (PE) dengan
tidak memenuhi syarat distribusi kebutuhan dalam negeri (DMO)
5. Lin Che Wei diduga sering mengikuti rapat-rapat penting di Kementerian
Perdagangan (Kemendag). Hal ini membuat heran Kejaksaan Agung (Kejagung)
karena status Lin Che Wei di Kemendag tidak diketahui jelas lantaran tidak memiliki
kontrak khusus atau surat keputusan.

II. Analisis Kasus


1. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap Nilai-Nilai Dasar Ber-AKHLAK oleh setiap
aktor yang terlibat pada Kasus Korupsi Ekspor Minyak Goreng.

Dalam perspektif Nilai-Nilai Ber-AKHLAK, pelaksanaan kegiatan ekspor minyak


goreng pada lingkup Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia ini merefleksikan tingkat mutu nilai Akuntabel
(akuntabilitas) pada Instansi dimana seharusnya Core Values ASN Ber-AKHLAK dalam
konteks Akuntabel harus memiliki perilaku;
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi

Namun pada kasus ini, seluruh stakeholder mengabaikan prinsip akuntabilitas dan
bertolak belakang dengan segala aspek akuntabilitas, terutama aspek Akuntabilitas
memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences), yang
mana aspek tersebut berartikan Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi, konsekuensi tersebut dapat berupa
penghargaan atau sanksi.
Dari gambar diatas, dapat diambil makna bahwa tingkatan Akuntabilitas harusnya
mengerucut keatas, namun setelah ditetapkan 5 (lima) tersangka dalam kasus ini, maka
sebanyak 5 (lima) juga instansi yang harus menerima dampak negatif yang dimulai dari
ketidaksesuaian tingkatan akuntabilitas dikarenakan Akuntabilitas Personal sehingga
memicu turunnya tingkat Akuntabilitas Stakeholder yang justru membuat tingkatan
tersebut mengerucut kebawah, dan dalam hal ini 5 Stakeholder yang terkena imbas dari
kepentingan individu mencakup instansi Pemerintah dan juga pihak swasta.
Begitupun dengan Konteks Nilai Loyal dan Kolaboratif, kegiatan Korupsi Ekspor
Minyak Goreng ini sangat tidak mencerminkan nilai memegang teguh ideologi Pancasila
dan Undang – Undang Dasar 1945 serta tidak menjaga nama baik sesama ASN,
Pimpinan, Instansi dan Bangsa juga Negara. Sedangkan dalam Nilai Kolaboratif,
terjadinya kasus ini sangat bertentangan dengan poin keterbukaan dalam bekerja sama
untuk menghasilkan nilai tambah atau nilai positif dan tidak menggerakkan pemanfaatan
berbagai sumber daya yang ada untuk tujuan bersama, justru sebaliknya kepentingan
pribadi yang menjadi tujuan.

2. Dampak tidak diterapkannya nilai – nilai dasar BerAKHLAK


Pada kasus tindak pidana korupsi tersebut sejatinya langsung dirasakan dampak
dan kerugiannya oleh masyarakat umum. Minyak goreng merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi semua keluarga terutama mereka yang memiliki usaha dalam
bidang makanan. Sehingga bisa dikatakan minyak goreng sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari – hari.

Ketika harga minyak goreng perlahan merangkak naik, hal tersebut langsung
membuat semua warga merasa panik dan bingung. Indonesia sendiri merupakan
penghasil kelapa sawit terbesar, tapi hal tersebut nampaknya tidak bisa menjamin
kestabilan harga minyak goreng di negera sendiri. Pada saat itu minyak goreng seperti
barang langka yang keberadaannya sangat dicari dan dinantikan oleh semua kalangan
masyarakat. Pemerintah sampai memberikan subsidi harga minyak goreng agar
masyarakat tidak mengeluarkan banyak biaya untuk membelinya.

Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa pelaku yang terlibat dalam kasus korupsi
tersebut tidaklah berorientasi pelayanan karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Mereka tidak memikirkan nasib rakyat ketika apa yang mereka
lakukan demi kepentingannya sendiri telah berdampak buruk terhadap ekonomi warga.
Karena harga minyak goreng naik maka para pedagang harus mengeluarkan biaya lebih
untuk membeli minyak goreng yang mana hal tersebut berpengaruh pada harga jual
yang mereka tawarkan. Selain harga jual yang dinaikkan, ukuran produk yang dijual pun
harus dikurangi jika tidak ingin mengalami kerugian jika tidak ingin menaikan harga.

Pada nilai akuntabel sudah sangat jelas jika para pelaku tidak memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tugas yang mereka jalankan. Mereka menggunakan
kewenangan jabatannya untuk melakukan tindak kejahatan. Dengan memegang
jabatan yang tinggi para pelaku saling bekerja sama untuk melancarkan tindakan
mereka. Selain merugikan masyarakat, tindakan korupsi dan penyelewengan minyak
goreng ini juga telah merugikan uang negara dari berbagai segi yang mencapai angka
20 milyar.

Dengan tindakan mereka tersebut, bisa diketahui bahwa mereka tidak memiliki
sikap nasionalisme karena sejatinya ASN harus mengabdi kepada masyarakat dan
negara. Tindakan mereka sangat merugikan negara dan telah mencoreng nama baik
instansi di mana ASN tersebut bekerja. Tidak hanya penyimpangan nilai – nilai dasar
yang mereka lakukan, namun nilai – nilai Pancasila dan UUD 1945 juga telah mereka
langgar. Oleh karena itu tidaklah heran jika masyarakat sekarang memiliki kepercayaan
yang rendah terhadap kinerja pemerintah dan menjadikan pemerintah harus bekerja
keras untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat tersebut.

III. Gagasan Alternatif dan Konsekuensinya


Korupsi merupakan hal yang tidak dapat dibiarkan pada suatu Negara,
karena apabila dibiarkan secara terus menerus maka akan menjadi sebuah
kebiasaan yang sangat tidak baik. Korupsi merupakan perilaku individu yang
menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang untuk mendapatkan keuntungan
pribadi maupun keuntungan kelompok. Dimana tindak korupsi ini dapat
menimbulkan mental yang akan selalu menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan yang di inginkan dan akan selalu mencari jalan pintas. Karena tindak
korupsi akan sangat merugikan diri sendiri, masyarakat dan negara, maka korupsi
perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggungjawab.

Beberapa alternatif dalam pemecehan masalah upaya dalam menindak


permasalahan korupsi tersebut, yaitu :
1. Memberikan efek jera bagi para pelaku koruptor seperti melakukan penyitaan seluruh
asset yang dimiliki koruptor dan koruptor diminta mengembalian finansial sejumlah
dana yang telah dikorupsikan. Dengan dilakukannya tindakan efek jera tersebut, maka
pelaku tindak koruptor akan sadar bahwa tindakannya tersebut dapat menghilangkan
seluruh asset yang telah dimilikinya selama ini.
2. Memberikan hukuman yang setimpal seperti menjatuhkan hukuman penjara sesuai
dengan tuntutan tindak korupsinya. Menjatuhkan hukuman kepada tindak pelaku
korupsi akan membuat pelaku sadar bahwa tindakannya dapat membuat dirinya
sendiri tidak dapat melakukan lagi aktifitas seperti biasa di lingkungan luar dalam arti
ruang geraknya terbatas.
3. Melakukan pencabutan hak politik pada pelaku tindak korupsi. Dengan melakukan
pencabutan hak politik, maka akses,ruang dan kesempatannya dalam melakukan
korupsi sudah tidak ada lagi.
4. Mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat. Dengan hal ini maka pelaku korupsi akan
kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan diasingkan dari lingkungannya.
5. Melakukan pendekatan agama. Dengan melakukan pendekatan agama, maka pelaku
korupsi akan bisa lebih sadar dan paham bahwa tindakannya tersebut adalah salah
dan tidak baik.
6. Pemerintah juga harus lebih meningkatkan Kerjasama yang baik dalam
menyelesaikan permasalahan korupsi ini. Untuk lebih meningkatkan penyelesaian
permasalahan korupsi, maka pemerintah juga harus melakukan pencegahan seperti :
1. Lebih memperkuat dan memperbaiki transparansi dan lebih meningkatkan
pengawasan dalam bekerja.
2. Membuat sistem pengawasan yang terintegrasi.
3. Mengembalikan kepercayaan publik dengan cara mengajak publik untuk
bersama-sama mendukung pemberantasan korupsi.
4. Aktif dalam memberikan edukasi tentang pemahaman dan persepsi kepada
masyarakat tentang tindak pidana korupsi, dimana menjelaskan bahwa korupsi
merupakan tindakan yang memiliki dampak yang sangat buruk dan harus
diperangi sacara bersama.

Dengan dilakukannya beberapa hal pemecahan masalah dan tindakan upaya


meminimalisir tindak korupsi, diharapkan juga agar tercipta aparatur pemerintah yang
menjunjung tinggi integritas yang baik seperti memiliki kejujuran dan disiplin kerja yang
baik dan tinggi. Karena terjadinya korupsi dikarenakan adanya oknum yang membuka jalan
bagi pihak luar / pihak lain agar mendapatkan keuntungan lebih kepada masing-masing
individu.
Sumber :
1. https://www.tagar.id/kronologi-kasus-korupsi-minyak-goreng-yang-melibatkan-dirjen-
daglu-kemendag
2. https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/kasus-ekspor-minyak-goreng-kerugian-negara-
capai-rp-20-triliun/ar-AAZQCC7
3. https://riaunews.com/utama/ini-peran-lin-che-wei-dalam-permainan-ekspor-cpo-masuk-
sejak-lutfi-jadi-menteri/
TUGAS INDIVIDU
Link : https://youtu.be/1CUqx_Vyzhs

IMPLEMENTASI NILAI CORE VALUE ASN BerAKHLAK

A. Berorientasi Pelayanan
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-prinsip yang digunakan
untuk merespons berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di
lingkungan birokrasi. Prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif.
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan

Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
3) kepuasan yang diberikandan/atau diterima oleh penerima layanan.

Mengingat bahwa ASN memiliki 3 fungsi dan tugas yaitu : 1) pelaksana kebijakan
publik, 2) pelayan publik, 3) perekat pemersatu bangsa. Maka adalah suatu kewajiban
bahwa ASN harus memberikan pelayanan prima dan terbaik kepada masyarakat. Berikut
ini pengalaman bekerja selama menjadi asn:
➢ Memberikan pelayanan terbaik di kantor induk mau di satuan pelayanan agar
pelayanan terhadap pengguna jasa menjadi efektif dan nyaman.
➢ Memberikan pelayanan informasi untuk membantu pengguna jasa yang mengalami
kesulitan.
➢ Selalu melakukan perbaikan dalam pelayanan sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal bagi pengguna jasa.
Semua kegiatan aktualisasi yang telah berjalan sudah baik sesuai dengan nilai pelayanan
dalam diri seorang ASN. Dimana seorang ASN harus ramah, cekatan dan solutif serta
harus memahami kebutuhan masyarakat
Adapun panduan perilaku/ kode etik ASN terkait dengan nilai berorientasi pelayanan
yaitu:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
B. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada
publik
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(perankonstitusional);
3. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada
berbagaisektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan
dengan isu ini adalah perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik,
dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah
suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat
untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat
sangat berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya
lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi)
dan non-keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri
dan
/atau orang lain).
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat
mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

Sebagai seorang ASN sepatutnya harus menerapkan nilai akuntabel dalam tugas
dankehidupan lingkungan kerja,
➢ Mengikuti berbagai pelatihan dan seminar untuk menambah kemampuan bidang
yang ada di instnasi.
➢ Mengikuti perkembangan teknologi agar menunjang kinerja
➢ Saling membantu rekan yang mengalami kesulitan dalam belajar menyangkut
pekerjaan.
Kegiatan aktualisasi yang dilaksanakan telah sesuai, dimana seorang ASN harus
meningkatkan kompetensi yang ada untuk untuk kinerja yang lebih baik

Adapun panduan perilaku/ kode etik ASN terkait dengan nilai Akuntabel yaitu:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
danberintegritas tinggi;
b) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab,efektif, dan efisien;
c) Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
Berikut adalah contoh pengamalan nilai dasar BerAKHLAK yang bisa
dilaksanakan oleh seorang ASN

NILAI DASAR
Berorientasi • Santun dalam bersikap kepada semua orang
pelayanan • Melakukan perbaikian tiada henti
• Tanggap akan kebutuhan masyarakat
• Memberikan pelayanan maksimal
Akuntabel • Menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya
sebelumtenggat waktu yang diberikan.
• Selalu memberikan usaha maksimal dalam
melaksanakantugas
• Tidak menyia-nyiakan sumber daya yang ada di kantor
Kompeten • Mengikuti diklat yang sesuai dengan bidang jabatan
Harmonis • Berempati dengan rekan kerja
• Menghormati hak dan kewajiban semua personil
Loyal • Tidak menyebarluaskan dokumen atau hal yang
menjadirahasia jabatan
Adaptif • Selalu mengikuti perkembangan teknologi seputar
bidangjabatan
Kolaboratif • Taat dalam pembuatan surat instansi

Anda mungkin juga menyukai