Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hardiyanti

NIP : 199611042022042002
Jabatan : Analis Survei, Pengukuran dan Pemetaan
Penempatan : Kantor Pertanahan Kabuapten Gowa
Penempatan BKO : Kantor Wilayah Sulawesi Selatan

ANALISIS ISU MANAJEMEN ASN DAN SMART ASN


DI KANTOR WILAYAH PERTANAHAN SULAWESI
SELATAN

A. IDENTIFIKASI DAN DESKRIPSI ISU

1. Belum diterapkannya digitalisasi buku tanah di warkah Kantor Wilayah Pertanahan


Sulawesi Selatan
Percepatan dan kemudahan layanan kepada masyarakat terus dilakukan oleh
Kementerian ATR/BPN dalam rangka mencapai tujuan instansi yang berkelas dunia.
Salah satu cara yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah pemanfaatan
teknologi dan direalisasikan melalui digitalisasi data-data pertanahan. Kegiatan
digitalisasi tersebut didukung berbagai aplikasi seperti Hak Tanggungan Elektronik (HT
el), Sentuh Tanahku, Loketku, Sistem Informasi Arsip Buku Tanah. Realitanya, belum
semua buku tanah telah di digitalisasi terutama pada buku tanah dari tahun 1970-2000.

Kondisi buku tanah di warkah Kantor Wilayah Pertanahan Sulawesi Selatan


Dampak yang ditimbulkan akibat belum diterapkannya digitalisasi pada buku
tanah yang ada di Kanwil Sulsel adalah rusaknya sebagian buku tanah akibat dimakan
rayap dan rusak termakan usia serta sulitnya ditemukan berkas yang dicari karena tidak
tertata dengan baik. Adapun para pihak terlibat dalam isu ini antara lain para pegawai
PNS maupun non PNS di Bidang Penetapan Hak dan Pendaftaran atau lebih dikenal
dengan Bidang II serta masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat menjadi pihak yang
terkena dampak dengan lamanya pelayanan akibat sulitnya ditemukan berkas yang
dibutuhkan dan bahkan tidak bisa ditangani karena tidak ditemukannya berkas yang
dibutuhkan.
Isu digitalisasi buku tanah di Kanwil Sulsel berkaitan Manajemen ASN dan Smart
ASN yaitu tentang melaksanakan tugas dengan cermat dengan pemanfaatan teknologi
dalam upaya digitalisasi buku tanah di warkah Kanwil Sulsel.

2. Sistem Reward dan Punishment absensi belum ada atau belum dibudayakan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang memiliki Cole
Value BerAKHLAK dan Employer Branding “ Bangga Melayani Bangsa” harus dapat
menerapkan nilai tersebut dalam pelaksanaa tugas sehari-hari. Adapun salah satunya
mengenai kehadiran di Kantor Wilayah Pertanahan Sulawesi Selatan sebagai bentuk
kontribusi kita kepada pimpinan, instansi maupun bangsa dan negara yang beriorintasi pada
pelayanan. Serta menjalankan kewajiban kita sebagai pegawai baik PNS maupun non PNS.
Realitanya tidak sedikit yang mengabaikan aturan jam masuk kantor dan kegiatan apel di pagi
hari sebelum pelayanan di Kantor Wilayah Pertanahan Sulawesi Selatan di buka. Padahal
pimpinan sudah sering menyampaikan dan mengingatkan hal tersebut dalam apel pagi sebagai
bahan intropeksi diri.
Dampak yang ditimbulkan dari hal tersebut mengakibatkatkan waktu pelaksaan
pekerjaan menjadi tidak efisien dan tidak efektif sesuai SOP.
Keterkaitan isu penyelesaian dengan substansi mata pelatihan Manajemen ASN dan
Smart ASN adalah tentang melaksanakan tugas dengan bertanggung jawab dan disiplin serta
penuh kesadaran dalam mengerjakan suatu pekerjaan karena dengan turunnya kinerja pegawai
akan mengakibatkan waktu pengerjaan menjadi molor sehingga menjadi tunggakan.
3. Ketidak akuratan data yang disajikan pada BHUMI.atrbpn wilayah Sulawesi Selatan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagai


Lembaga yang menangani tugas di bidang pertanahan di tingkat Nasional dan Regional,
terus mengembangkan inovasi-inovasi baru melalui kemudahan teknologi sekarang,
contohnya adalah pembuatan aplikasi BHUMI.atrbpn yang memberikan kemudahan
akses ke data spasial yang bersifat otoritatif dan lainnya kepada masyarakat, pemerintah
dan lembaga lainnya serta memfasilitasi keterbukaan informasi publik. Namun pada
wilayah Sulawesi Selatan ditemukan banyak data yang tidak akurat berupa bidang yang
saling tumpang tindih dan bidang sebagian bidangnya berada didaratan dan sebagian
lainnya berada diatas perairan sehingga perlu dilakukan perbaikan data agar data
informasi yang disajikan bisa lebih akurat dan diharapkan dapat lebih membantu
masyarakat yang membutuhkan informasi.

Tampilan Aplikasi BHUMI.atrbpn dan tidak akuratnya data yang disajikan


B. Pemilihan Isu Utama

Penentuan isu prioritas dilakukan dengan metode USG dengan cara memberikan
nilai terhadap setiap isu terkait Urgency, Seriousness dan Growth. Berikut adalah analisis
USG yang dilakukan:
ISU U S G Total

Belum diterapkannya digitalisasi


buku tanah di warkah Kantor
Wilayah Pertanahan Sulawesi 5 4 5 14
Selatan

Sistem Reward dan Punishment absensi


4 3 4 11
belum ada atau belum dibudayakan

Ketidak akuratan data yang disajikan


pada BHUMI.atrbpn wilayah 3 3 4 10

Sulawesi Selatan

Urgency: Isu belum diterapkannya digitalisasi buku tanah di warkah Kantor Wilayah
Pertanahan Sulawesi Selatan diberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan isu yang lain
karena harus segera ada penanganan dalam upaya digitalisasi buku tanah agar data yang
ada pada buku tanah yang masih ada tidak semakin rusak.
Seriousness: Isu belum diterapkannya digitalisasi buku tanah di warkah Kantor
Wilayah Pertanahan Sulawesi Selatan diberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan isu
yang lain jika tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kehilannya informasi dan
bukti pada buku tanah tersebut.
Growth: Isu belum diterapkannya digitalisasi buku tanah di warkah Kantor Wilayah
Pertanahan Sulawesi Selatan diberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan isu yang lain
karena akan berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan analisis USG yang dilakukan, diperoleh hasil nilai tertinggi yaitu
Isu belum diterapkannya digitalisasi buku tanah di warkah Kantor Wilayah Pertanahan
Sulawesi Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa isu tersebut merupakan isu prioritas.
1. Penyebab Isu

Teknik analisis isu dilakukan dengan pendekatan fishbone diagram. Fishbone


diagram digunakan untuk memahami belum diterapkannya digitalisasi buku tanah di
warkah Kantor Wilayah Pertanahan Sulawesi Selatan dengan memetakan isu berdasarkan
cabang-cabang terkait. Langkah-langkah fishbone diagram adalah sebagai berikut:
a. Menyepakati masalah
Penyebab Akibat
Belum
diterapkannya
digitalisasi
buku tanah di
warkah Kantor
Wilayah
Pertanahan
Sulawesi
Selatan

b. Mengidentifikasi sebab potensial isu


Penyebab Akibat

Rendahnya Kurangnya
digital skill Tenaga ahli
Belum
diterapkannya
digitalisasi
buku tanah di
warkah Kantor
Wilayah
Pertanahan
Sulawesi
Terbatasnya
Selatan
waktu
c. Menentukan penyebab akar masalah (sebab pokok)
Penyebab Akibat

Rendahnya Kurangnya kesadaran


digital skill sebagian pegawai
Belum
diterapkannya
Kurangnya digitalisasi
Kurangnya
sosialosasi
informasi buku tanah di
warkah Kantor
Wilayah
Banyaknya pekerjaan
lain di bidang II Pertanahan
Sulawesi

Terbatasnya waktu Selatan


dan tenaga ahli

Berdasarkan fishbone diagram tersebut diketahui bahwa akar penyebab masalah


(sebab pokok) Belum diterapkannya digitalisasi buku tanah di warkah Kantor Wilayah
Pertanahan Sulawesi Selatan adalah kurangnya sosialisasi dan informasi mengenai
penggunaan aplikasi Sistem Informasi Arsip Buku Tanah serta terbatasnya waktu dan
tenaga ahli karena kesibukan pegawai pada pekerjaan lain.
C. Penentuan Gagasan Pemecah Isu
Adapun gagasan kreatif penyelesaian isu rendahnya digital skill pada Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal antara lain:
a. Pengadaan kegiatan sosialisasi dan pelatihan penggunaan aplikasi Sistem Informasi
Arsip Buku Tanah di Kantor Wilayah Pertanahan Sulawesi Selatan yang sasarannya
adalah para pegawai di Bidang Penetapan dan Pendaftaran Tanah.
b. Memberikan waktu khusus untuk pelaksanaan digitalisasi buku tanah di warkah Kantor
Wilayah Pertanahan Sulawesi Selatan dan meminta perbantuan dari bidang lain atu dari
SDM lain yang bisa dimanfaatkan.

Anda mungkin juga menyukai