AGENDA 3
Anggota :
1. Sekarang ini kita sering mendengar berita tentang penyalahgunaan di dunia maya
antara lain hoax, hate speech, cyber bullying. Penyalahgunaan tersebut juga terkait
dalam Isu Kontemporer yang telah kita pelajari bersama. Jelaskan apa yang
dimaksud hoax, hate speech dan cyber bullying!
Hoax menurut KBBI adalah sebuah informasi bohong. Sedangkan menurut Ketua
Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah, Septiaji Eko Nugroho, hoax adalah sebuah
informasi yang direkayasa. Informasi tersebut dibuat untuk menutup-nutupi informasi yang
sebenarnya. Selain itu, hoax juga merupakan upaya untuk memutar balikan fakta. Fakta
tersebut akan diganti dengan informasi – informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat
diverifikasi kebenarannya. Labih lanjut, Septiaji mengartikan bahwa hoax adalah tindakan
mengaburkan sebuah informasi yang benar. Caranya yaitu dengan membanjiri suatu
media melalui pesan – pesan yang salah. Hal tersebut mengakibatkan pesan yang benar
akan tertutupi.
Sedangkan menurut ahli komunikasi dari Universitas Indonesia, Profesor Muhammad
Alwi Dahlan juga merupakan mantan Menteri Penerangan mengungkapkan pendapatnya
mengenai hoax dan bohong biasa. Letak perbedaan diantara keduanya yaitu hoax adalah
sebuah sesuatu yang disengaja atau sudah direncanakan. Menurutnya hoax adalah
manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan
atau pemahaman yang salah. Di dalam berita hoax terdapat penyelewengan fakta yang
membuatnya menjadi menarik perhatian. Sesuai dengan tujuannya, untuk mendapat
perhatian.
Hate speech / ujaran kebencian yaitu ucapan atau tulisan yang dibuat
seseorang di muka umum untuk menyebarkan dan menyulut kebencian suatu kelompok
terhadap kelompok lain yang berbeda ras, agama, keyakinan, gender, etnisitas,
kecacatan, dan orientasi seksual. Dalam dunia hukum ujaran kebencian (hate speech)
merupakan perkataan, perilaku, tulisan, dan pertunjukan yang dilarang karena dapat
menimbulkan terjadinya aksi tindakan kekerasan dan sikap prasangka buruk dari
pelaku pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan tersebut. Ujaran Kebencian
bisa juga dikaitkan dengan minoritas dan masyarakat asli, yang menimpa suatu
komunitas tertentu dan dapat menyebabkan mereka sangat menderita, sementara
orang yang lain tidak peduli. Ujaran kebencian berbeda dengan ujaran-ujaran pada
umumnya, walaupun didalam ujaran kebencian (hate speech) tersebut mengandung
kebencian, menyerang dan berkobar-kobar.
Secara garis besar ujaran kebencian merupakan sebuah ungkapan yang berupa
pendapat, yang bisa disampaikan dengan lisan bahkan tulisan, namun dengan tujuan
atau niatan supaya orang yang di kehendaki terhasut, juga bekerjasama menebar benih
kebencian, menghina dan mencemarkan nama baik serta kehormatan seseorang atau
kelompok dalam hal agama, ras, suku, etnis, bangsa dan lain-lain. Ungkapan tersebut
menimbulkan kerugian pihak lain, bahkan menimbulkan kekerasan dan peperangan
antara seseorang atau kelompok dengan yang lainnya. Ujaran kebencian (hate speech)
sebagai tindakan komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok biasanya
merupakan provokasi yang tidak hanya dapat dilakukan di sosial media, melainkan juga
bisa melalui tulisan di spanduk, orasi kampanye, pamphlet dan lain-lain. Ada yang
menggunakannya dalam bentuk tekanan langsung adapula yang memanipulasinya
dengan guyonan. Misalnya dengan menggunakan meme (mimema).
Efek cyberbullying tidak jauh bebeda dari efek bullying biasa. Roslina Verauli, seorang
ahli psikologi anak ( www.medanbisnisdaily.com, 2014) menyatakan bahwa dampak yang bisa
ditimbulkan akibat tindakan cyberbullying tentunya berkaitan dengan psikologi korbannya,
terutama remaja dan anak-anak yang memang masih terbilang labil. Korban cyberbullying
akan berperilaku pasif, kemurungan tak berkesudahan, hingga kerap merasa cemas.
Cyberbullying dapat dilakukan melalui banyak cara, seperti melalui pesan singkat atau
gambar. Pelaku cyberbullying dapat terdiri dari satu orang atau lebih, dan bertujuan merugikan
individu atau kelompok lain secara sengaja serta berulang-ulang. Pelaku cyberbullying dibatasi
hanya sampai usia anak-anak dan remaja, sedangkan jika pelakunya sudah berusia diatas
remaja maka digolongkan sebagai cybercrime.
a. [HOAX] Mengaku Jadi Korban Tabrak Lari Hingga Terpental Ke Kalimalang dan
Hilang
Beredar informasi di media sosial yang menyebut bahwa seorang pemotor terlibat
kecelakaan yang menyebabkan korbannya tenggelam di Kalimalang, Desa Hegarmukti,
Cikarang Pusat, Bekasi ternyata hanya salah satu skenario yang dibuat oleh Wahyu (yang
dinyatakan tenggelam), yang nyatanya masih hidup dan kini dalam pengejaran aparat
kepolisian.
Kapolres Metro Bekasi Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menginformasikan bahwa
laka lantas yang korbannya tercebur ke kali malang tersebut hoax dan hanya rekayasa
yang diinisiasi oleh Wahyu sendiri. Faktanya, Wahyu membuat skenario tersebut bertujuan
untuk mendapatkan klaim asuransi. Pada saat kejadian tersebut Wahyu ternyata berpindah
dari motor dan pergi mengginakan mobil Pajero berwarna hitam. Dari kejadian tersebut,
polisi menetapkan 4 tersangkan dan 3 diantaranya sudah diamankan yaitu DS, AS, dan
AM serta 1 pelaku masih DPO yaitu Wahyu.
Sumber : https://guecikarang.co.id/2022/06/06/berpura-pura-jadi-korban-tabrak-lari-
dan-terpental-ke-kalimalang-dan-hilang-ternyata-hoax/
Analisis Kasus :
Berita hoax terkait vaksinasi covid-19 memang tidak ada habisnya. Salah satunya
adalah hoax berita yang muncul pada 18 Mei 2022 lalu ini. Dari berita tersebut, beredar
sebuah video yang memperlihatkan seorang pria mengklaim vaksin Covid-19 pada ibu
menyebabkan hepatitis akut pada anak. Pria tersebut mengklaim Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI) tidak memperhitungkan variabel yang mungkin terjadi
pada anak usia 2 tahun yang meninggal diduga karena terjangkit hepatitis akut, hal ini
disebabkan karena meminum ASI dari ibu yang telah divaksinasi Covid-19.
Faktanya, melalui Konferensi Pers Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia
pada 5 Mei 2022, Lead scientist untuk Kasus Hepatitis Akut di Indonesia, Prof. dr. Hanifah
Oswari mengatakan bahwa kasus ini tidak ada hubungannya dengan vaksin Covid-19.
Sebelumnya, diketahui pada ketiga kasus hepatitis akut yang ditemukan, seorang anak
yang berusia 2 tahun sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis, kemudian untuk anak yang
berusia 8 tahun sudah memperoleh vaksinasi Covid-19 satu kali, serta vaksin hepatitis
lengkap. Sementara anak yang berusia 11 tahun telah mendapat vaksinasi Covid-19 dan
hepatitis lengkap. Namun tidak ada bukti yang menguatkan bahwa kasus hepatitis yang
mereka alami disebabkan oleh vaksin Covid-19 atau vaksin lain. Lebih lanjut, dilansir dari
idntimes.com, Juru Bicara Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, klaim vaksin
Covid-19 dapat diturunkan melalui ASI juga salah. Vaksin Covid-19 juga tidak terbukti
mempengaruhi kandungan ASI.
Sumber : https://ppid.diskominfo.jatengprov.go.id/isu-hoaks-disinformasi-18-mei-2022/
Analisis kasus :
Pria yang menyebarkan hoax, telah melanggar UU ITE pasal 28 ayat (1) yaitu telah
menyebarkan berita hoax/bohong dengan sengaja dan tidak ada bukti bahwa yang
bersangkutan memiliki gangguan jiwa dan sebagainya, artinya berita ini disebarkan secara
sadar oleh pelaku. Penyebaran berita bohong ini jelas telah melawan hukum dan
bertentangan dengan hak seseorang. Berita yang tersebar menjadikan masyarakat enggan
untuk melakukan vaksinasi, terutama yang memiliki balita. Ini sangat jelas telah
menimbulkan keresahan dan kerugian secara tidak langsung bagi negara ataupaun
masyarakat.
Beredar melalui pesan singkat di whatsapp, informasi mengenai biaya tilang terbaru
yang dikeluarkan Mabes Polri. Dalam pesan tersebut juga terdapat informasi mengenai
peraturan bagi polisi yang bisa membuktikan warga yang menyuap polisi, polisi tersebut
akan mendapatkan bonus dan penyuap mendapatkan hukuman 10 tahun. Faktanya, Dinas
Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
menegaskan informasi tersebut adalah hoax. Melalui akun resmi Divisi Humas Polri
memastikan bahwa informasi yang beredar adalah hoax. Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo tidak pernah memberikan intruksi atau perintah tersebut.
Sumber : https://www.detik.com/jateng/berita/d-6148826/marak-info-suap-polisi-saat-
ditilang-dibui-10-tahun-diskominfo-diy-hoax
Analisis Kasus :
Dalam berita tersebut, belum diketahui penyebar berita bohong (hoax). Apabila pelaku
sudah diketahui dan terbukti telah menyebarkan berita bohong (hoax) dengan sengaja. Hal
tersebut merupakan tindakan yang melawan hukum dan bertentangan dengan hak dan
kewajiban instansi POLRI. Berita yang tersebar dapat menjadikan pandangan masyarakat
terhadap instansi POLRI menjadi buruk. Ini sangat jelas telah menimbulkan keresahan dan
kerugian secara tidak langsung bagi Negara, instansi yang bersangkutan ataupun
masyarakat.
Dibully, Siswa SD Meninggal Akibat Depresi Usai Dipaksa Setubuhi Kucing dan
Direkam
Anggota DPR Aceh (DPRA) Asrizal Asnawi berencana melaporkan pemilik akun Twitter
@pendakimagelang ke Mabes Polri terkait ujaran kebencian. Akun itu diduga membuat
cuitan yang mendoakan Aceh terkena tsunami lagi gegara anjing Canon mati.
Tangkapan layar cuitan akun tersebut beredar di media sosial (medsos). Pemilik akun
Chandra Kusuma Farhan diduga membuat cuitan untuk mengomentari berita tentang
matinya seekor anjing setelah dievakuasi di Pulau Banyak, Aceh Singkil, Aceh.
"Besok saya bersama masyarakat Aceh dan mahasiswa Aceh yang ada di Jakarta
insyaallah akan melaporkan akun twitter Chandra Kusuma Farhan @pendakimagelang
yang kemudian diubah menjadi @pendakilugu ke Mabes Polri," kata Asrizal kepada
detikcom, Selasa (26/10/2021).
Dia mengatakan laporan itu dibuat terkait ujaran kebencian. Dia berharap polisi
segera menangkap pemilik akun tersebut.
"Ini hate speech atau ujaran kebencian yang tidak sepatutnya kita sesama anak
bangsa mendoakan yang tidak baik untuk saudara yang lain," ujar politikus PAN ini.
"Saya sangat yakin kepada Mabes Polri cukup mampu mengejar dan menangkap pelaku,
walau akunnya sudah diubah-ubah," lanjut anggota Komisi III DPR Aceh ini.
Dari contoh kasus diatas yang kami dapat dari reporter detik.com, baru-baru ini terjadi
kasus ujaran kebencian atau yang disebut hate speech yang dilakukan oleh seorang
warganet di media sosial. Warganet tersebut menuliskan doa agar Aceh terkena tsunami
lagi. Kemudian kasus tersebut ditanggapi oleh anggota DPR Aceh, beliau akan
memenjarakan pelaku yang menyebarkan ujaran kebencian tersebut. Menurut kami hal
yang dilakukan anggota DPR tersbut sangat baik, para pelaku penyebar ujaran kebencian
sebaiknya memang perlu diberikan efek jera sehingga tidak lagi ada oknum yang
melakukan ujaran kebencian yang memberikan dampak buruk terhadap kedamaian hidup
bermasyarakat serta untuk keutuhan NKRI.
b. HATE SPEECH
Ucapan penghinaan atau kebencian yangn dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan terhadap individu atau
kelompok dalam berbagai aspek seperti ras, warna kulit, agama, etnis,
kewarganegaraan, cacat, orientasi seksual. Dalam arti hukum, Hate speech adalah
perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu
terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku
Pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan tersebut akan terancam Pasal
28 ayat 2 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE: “Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian
atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)” dapat dipidana berdasarkan pasal 45A
ayat (2) UU 19/2016 : “Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
c. CYBER BULLYING
Cyberbullying adalah tindakan perisakan yang bisa dilakukan semua orang, asal
mereka memiliki koneksi internet dan perangkat seperti telepon pintar. Pelakunya bisa
bersifat anonim sehingga mereka kerap tak memiliki rasa khawatir untuk teridentifikasi.
Tindakan tersebut akan terancam hukuman UU ITE pasal 27 Ayat 3 “Setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik." Dapat dipidana sesuai
pasal 45 ayat (3) UU No.11 Tahun 2008 ancaman pidana: penjara paling lM 4 (empt)
tahun dan/atau denda palaing banyak Rp.750.000.000.