Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KASUS KORUPSI JAKSA PINANGKI SIRNA MALASARI

Oleh : Nelson Purba, Sulhan Taufik Tanjung, Yanti Juliana Naibaho, Ferdyna Widya Ningrum,
Sary Lasmaduma Siringoringo

Deskripsi Kasus
1. Djoko Tjandra adalah seorang pengusaha yang telah menjadi buron Kejaksaan Agung
tahun 2009. Djoko divonis bersalah dalam kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie)
Bank Bali dan dijatuhi vonis selama 2 tahun penjara.
2. Djoko Tjandra melarikan diri ke Kuala Lumpur dan tidak pernah menjalankan vonis
hukumannya.
3. Jaksa Pinangki Sirna Malasari bertemu dengan seseorang bernama Rahmat untuk dapat
diperkenalkan dengan Djoko Tjandra terkait dengan niat Pinangki yang ingin membantu
mengurus upaya hukum Djoko Tjandra.
4. Jaksa Pinangki Sirna Malasari menerima pemberian atau janji berupa uang sebesar
500.000 dollar Amerika Serikat dari sebesar 1 juta dollar Amerika Serikat yang
dijanjikan oleh Joko Soegiarto Tjandra sebagai pemberian fee agar jaksa Pinangki
mengurus Fatwa untuk Djoko Tjandra di Mahkamah Agung.
5. Fatwa itu menjadi upaya Djoko Tjandra agar tidak dieksekusi dalam kasus pengalihan
hak tagih (cessie) Bank Bali sehingga ia dapat kembali ke Indonesia tanpa menjalani
vonis dua tahun penjara di kasus itu.

Pihak Terlibat
1. Djoko Tjandra sebagai pemberi gratifikasi kepada Jaksa Pinangki Sirna Malasari
2. Anita Dewi Kolopaking sebagai mantan kuasa hukum Djoko Tjandra
3. Rahmat sebagai perantara Djoko Tjandra dan Jaksa Pinangki Sirna Malasari
4. Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan PPNS Bareskrim Polri Brigjen Prasetijo Utomo
yang memberikan surat jalan palsu dan menghalangi penyidikan perkara Djoko Tjandra.
5. Andi Irfan Jaya yang melakukan pemufakatan jahat dengan Djoko
Tjandra dan Jaksa Pinangki dalam kasus kepengurusan fatwa Mahkamah Agung (MA),
serta menjadi perantara suap kepada Jaksa Pinangki.

Analisis Kasus
Berikut ini analisis bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap Nilai-Nilai Dasar PNS :
 AKUNTABILITAS
Dalam proses menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, Jaksa Pinangki Sirna Malasari
melakukan pelanggaran terhadap :
Keseimbangan : Jaksa Pinangki Sirna Malasari melakukan penyalahgunaan wewenang nya
sebagai jaksa (ASN) dengan membantu Djoko Tjandra untuk bisa kembali ke Indonesia
tanpa menjalani proses hukum yang seharusmya.
Transparansi : Jaksa Pinangki Sirna Malasari melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang
dengan menerima, mentransfer, membayar dan membelanjakan sejumlah uang untuk
menambah kekayaan sendiri.
Integritas : Perbuatan Jaksa Pinangki Sirna Malasari untuk membantu dan melindungi
buron termasuk penyimpangan prosedur kerja yang bertentangan dengan tugas dan fungsi
yang diberikan sebagai salah satu penegak hukum.
 NASIONALISME
Kasus Jaksa Pinangki membuktikan bahwa instrumen penegakan hukum di Indonesia tidak
berjalan maksimal. Penegak hukum yang harusnya dapat memberantas praktik kejahatan
malah terlihat bahu membahu membantu pelarian dari buronan kasus korupsi. Mulai dari
Advokat, Jaksa, sampai pada perwira tinggi Polri telah ditetapkan sebagai tersangka karena
terbukti terlibat dalam pelarian Djoko S Tjandra. Dalam konteks ini publik pun dapat melihat
secara terang benderang bahwa insitusi Kejaksaan Agung masih memiliki segudang
permasalahan yang belum terselesaikan.
 ETIKA PUBLIK
Pada kasus Jaksa Pinangki terkait suap dan pencucian uang, menyalahgunakan wewenang
dan jabatan yang dimilikinya untuk kepentingan pribadi, yang secara jelas melanggar kode
etik profesi jaksa berdasarkan peraturan yang ada. Sebagai seorang PNS, kita belajar dari
kasus Jaksa Pinangki ini bahwa peran dan fungsi kita sebagai ASN harus benar-benar kita
pertanggungjawabkan dengan baik, menjadi seorang pelayan publik yang baik dan
berintegritas.
 KOMITMEN MUTU
Sebagai salah satu institusi penegak hukum, Kejaksaan Agung diharapkan menjadi pioneer
dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Kasus JP merupakan salah satu kasus dari 22 kasus korupsi yang melibatkan jaksa dalam 5
tahun terakhir. Fakta ini menyebabkan rakyat kehilangan kepercayaan kepada institusi
kejaksaan. Hal ini menunjukkan diperlukan perbaikan kinerja dalam tubuh institusi kejaksaan.
Dalam hal komitmen mutu, Kewajiban ASN adalah memberikan layanan publik yang adil
dan bermutu, untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah. Dibutuhkan
system kerja yang berubah dengan berorientasi kepada public dan mutu.
 ANTI-KORUPSI
Nilai-nilai anti korupsi meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,
pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Terlebih lagi
Jaksa Pinangki adalah seorang Aparatur Sipil Negara yang seharusnya memiliki nilai anti-
korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Berikut ini perbuatan-perbuatan yang
melanggar nilai-nilai anti-korupsi dalam kasus diatas :
1. Pinangki, Andi Irfan, Joko Tjandra bersepakat untuk memberikan uang sejumlah
AS$ 10 juta kepada pejabat di Kejaksaan Agung guna keperluan mengurus
permohonan Fatwa MA.
2. Andi Irfan memberikan uang sebesar AS$500 ribu tersebut kepada Pinangki yang
kemudian sebesar AS$50 ribu diberikan kepada Anita Kolopaking sebagai
pembayaran awal jasa penasihat hukum.
Kemudian, atas perbuatannya Pinangki didakwa pasal 15 jo pasal 5 ayat 1 huruf a atau pasal
15 jo pasal 13 UU No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu Pinangki juga didakwa Pasal 3 No.
8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dampak
Dampak tidak diterapkannya Nilai-Nilai Dasar PNS dan berdasarkan kasus diatas :
 Bagi Masyarakat : kehilangan kepercayaan terhadap Kejaksaan sebagai instansi yang
terkait dengan Kasus Korupsi Jaksa Pinangki Sirna Malasari.
 Bagi Penegak Hukum : memperlihatkan bahwa penegakan hukum di Indonesia masih
lemah dan terdapat banyak celah dalam penyelesaian kasus di peradilan.
 Bagi para pihak yang memiliki kekuasaan dan relasi dengan pejabat tinggi negara merasa
kebal dengan hukum yang berlaku.
 Bagi ASN : memiliki pola pikir bahwa ASN dapat menyalahgunakan wewenangnya
untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Rekomendasi
Berdasarkan analisis kasus Korupsi Jaksa Pinangki Sirna Malasari diatas maka untuk
memperbaiki kinerja seorang ASN, kami memberikan rekomendasi sebagai berikut :
 Penguatan sistem pengawasan dan kontrol di Inspektoral Instansi Pusat maupun Daerah
 Pelaksanaan sistem merit ASN harus dilaksanakan secara efektif sehingga seorang ASN
yang menempati jabatan tertentu mampu melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya
dengan baik.
 Penegakan sanksi administrasi oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) terhadap ASN
yang melakukan Tindak Pidana Kejahatan Jabatan baik secara preventif maupun represif.
 Keterbukaan informasi publik untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses
informasi penyelenggaraan pemerintah di semua level birokrasi.

Anda mungkin juga menyukai