Anda di halaman 1dari 2

Kepala Sekolah SMP 127 Diduga Langgar Kode Etik ASN pada Kasus Kampanye Caleg

Gerindra
Diterbitkan tanggal 23 November 2018

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta, Puadi,
mengatakan perkara pelanggaran kampanye yang dilakukan Caleg Partai Gerindra di daerah pemilihan 10
Jakarta Barat, Mohammad Arief, turut melibatkan Kepala Sekolah SMP 127, Kebon Jeruk, yaitu Mardianah.
Sebab, Arief melakukan pelanggaran berupa pembagian bingkisan berisi sarung dan stiker kampanye untuk
memilihnya dalam pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika dan Seni Budaya di SMP
127 pada 3 Oktober 2018. "Dia itu kan kampanye di tempat pendidikan dan kemudian dia juga melibatkan ASN
kepala sekolah SMP 127. Ini temuan masyarakat yang melapor dan diproseslah penyelidikan selama 14 hari,"
kata Puadi saat dihubungi, Jumat (23/11/2018).
Mardianah pun diduga telah melakukan pelanggaran kode etik sebagai aparatur negeri sipil (ASN).
Selanjutnya, Bawaslu Jakarta Barat bersurat terkait dugaan tersebut ke Komisi ASN, dengan tembusan ke Bawaslu
RI, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, Biro Kepegawaian Daerah (BKD), Wali Kota Jakarta Barat, dan Suku Dinas
Pendidikan Menengah Jakarta Barat Wilayah II. "Sementara dugaan pelanggaran kode etik ASN (dilakukan oleh) ibu
Mardianah. Bawaslu Jakarta Barat merekomendasikan indikasi pelanggaran ke KASN," kata Puadi.
Setelah diperiksa Bawaslu Jakarta Barat pada 8 Oktober lalu, Mardianah dinilai ikut serta dalam memfasilitasi
kegiatan caleg tersebut. Kepala Bawaslu DKI Jakarta Oding Junaidi mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan
kepala sekolah itu tidak dikenakan hukum pidana lantaran tidak menjadi tim atau pelaksana kampanye. "Sanksi
pidananya tidak bisa kami duga, jadi kesalahannya adalah sifatnya. Ia melanggar Undang-Undang Nomor 5 tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara sehingga yang dikenakan hanya kode etik," kata Oding pada 10 Oktober. Dalam
perkara pelanggaran kampanye tersebut, Arief hadir sebagai pembicara dari Komisi E (bidang pendidikan) DPRD
DKI Jakarta pada kegiatan MGMP Matematika dan Seni Budaya. Acara tersebut di hadiri guru-guru dari wilayah Suku
Dinas Pendidikan II yang mencakupi kecamatan Palmerah, Kebon Jeruk, Grogol Petambura, dan Kembangan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kepala Sekolah SMP 127 Diduga Langgar Kode Etik
ASN pada Kasus Kampanye Caleg Gerindra", https://megapolitan.kompas.com/read/2018/11/23/14575501/kepala-
sekolah-smp-127-diduga-langgar-kode-etik-asn-pada-kasus-kampanye.
Penulis : Rima Wahyuningrum
Editor : Egidius Patnistik
ANALISIS MASALAH

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS),
khususnya pasal 4 ayat (12) dimana PNS dilarang untuk memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan cara : ikut serta sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut
partai atau atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain, dan/atau sebagai peserta
kampanye dengan menggunakan fasilitas negara. Berdasarkan studi kasus tersebut, tindakan yang dilakukan
oleh Ibu Mardianah merupakan suatu bentuk pengadaan kegiatan yang mengarah pada keberpihakan terhadap
pasangan calon. Dalam setiap tindakan yang melanggar disiplin PNS, tentunya akan ada konsekuensi yang
diterima oleh pelanggar.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, bahwa setiap PNS
yang tidak memenuhi ketentuan dapat dijatuhi hukuman disiplin. Terdapat 3 tingkatan dalam hukuman disiplin,
yaitu : hukuman disiplin ringan, hukuman disiplin sedang, dan hukuman disiplin berat. Jenis hukuman disiplin
ringan terdiri teguran lisan, teguran tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Jenis hukuman disiplin
sedang terdiri atas penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun, penundaan kenaikan pangkat
selama 1 (satu) tahun, dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. Sedangkan jenis
hukuman disiplin berat terdiri atas penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun, pemindahan
dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Di
dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa Ibu Mardianah telah dikenai sanksi kode etik, karena secara hukum
pidana kesalahan beliau belum memenuhi pasal pelanggaran secara langsung. Pelajaran bagi kita ASN,
hendaknya menghindari hal-hal maupun tindakan yang mengarah pada pelanggaran kode etik maupun disiplin
ASN.
Pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh PNS pada kasus diatas merupakan suatu bentuk tindakan
pelanggaran terhadap nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, khususnya
poin 3 yaitu menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak. Tindakan ASN sebagaimana disebutkan
di artikel menunjukkan perilaku ASN yang tidak profesional. ASN tersebut setidaknya telah melakukan dua
penyelewengan, pertama melakukan fasilitasi kampanye calon legislator dengan memanfaatkan jabatannya
sebagai kepala sekolah dan kedua menggunakan forum yang tidak patut untuk dijadikan ajang kampanye politik.
Artinya, ASN tersebut tidak bisa menempatkan dirinya sebagai ASN yang profesional.
Dalam kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa beliau diduga sudah melanggar salah satu kode etik
dan kode perilaku ASN point 12 yaitu tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN. Dalam peraturan UU No 5 Tahun 2014 mengenai ASN pasal 9 ayat 2 menyatakan bahwa
Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Beliau diduga telah
melanggar pasal tersebut dikarenakan menerima bingkisan berisi sarung dan stiker kampanye untuk memilih
caleg partai Gerindra Mohammad Arief.
Terakhir, ASN juga harus menjadi contoh dan teladan yang baik dalam berkehidupan bermasyarakat,
dalam hal ini berkaitan dengan mematuhi peraturan perundangan dan kode etik ASN. Seyogyanya Ibu
Mardianah secara tegas menolak untuk memberi izin kampanye kepada caleg yang bersangkutan apapun
konflik kepentingan yang ada di belakangnya.

Anda mungkin juga menyukai