Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi
kinetik dari uap hasil pembakaran untuk menghasilkan energi listrik. Uap dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin yang kemudian akan menggerakkan generator. Pembangkit listrik tenaga
uap merupakan jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena
efisiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga menghasilkan energi listrik yang
ekonomis
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini dalah generator yang dihubungkan ke turbin
yang digerakkan oleh tenaga listrik dari uap panas/kering. PLTU menggunakan berbagai macam
bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO untuk start up awal.
Pada tahun 1831, setelah sebelas tahun melakukan percobaan, Michael Faraday dapat
membuktikan prinsip pembangkitan listrik dengan induksi magnet. Dengan peragaan dijelaskan,
bahwa bila kumparan atau penghantar memotong medan magnet yang berubah-ubah akan
terinduksi suatu tegangan listrik padanya. Kini rancangan semua mesin listrik adalah didasarkan
pada bukti nyata tersebut. Kemudahan membangkitkan listrik secara induksi memunculkan
perkembangan pembuatan dynamo dan pada tahun 1882 tersedia pasok listrik untuk publik di
London. Pasokan ini diperoleh dari generator DC yang digerakkan dengan mesin bolak balik
(reciprocating) yang dicatu dengan uap dari boiler pembakaran manual. Permintaan tenaga listrik
tumbuh berkembangdan pembangkit kecil muncul di seluruh negeri. Hal ini memberikan
keinginan untuk bergabung agar menjadi ekonomis. Dan selanjutnya, pada tahun 1878 generator
untuk pertama kalinya dibuat.
Di Indonesia PLTU batubara telah banyak dibangun, karena bahan bakar batubara saat ini
lebih ekonomis. Sebelumnya PLTU dengan bahan bakar minyak yang digunakan, tetapi dengan
biaya pembangkitan yang mahal serta emisi tinggi perlu digantikan dengan PLTU batubara.
Selain itu ada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 71 Tahun 2006 Tentang Penugasan
Pembangkit
Tempat
Kapasitas
PLTU 1 BANTEN
Suralaya
1 x 625 MW
PLTU 2 Banten
Labuhan
2 x 300 MW
PLTU 3 Banten
Lontar
3 x 315 MW
2 x 330 MW
3 x 350 MW
PLTU 1 Jawa
Tengah
Rembang
1 x 600 MW
PLTU 2 Jawa
Tengah
Cilacap
1 x 600 MW
2 x 315 MW
1 x 660 MW
10
11
2 x 350 MW
x 661 MW
BAB II
PEMBAHASAN
Listrik adalah kebutuhan yang amat penting bagi kehidupan. Semua kegiatan atau
aktivitas yang kita jalani sehari-hari tak akan pernah lepas dari pengaruh listrik. Kemajuan
zaman disertai dengan kemajuan teknologi sangat berbanding lurus dengan meningkatnya
kebutuhan manusia terhadap listrik. Oleh karena itu, sumber energi listrik amatlah esensial
sifatnya dan perlu dilakukan pengembangan pengetahuan serta pembaruan teknologi secara
terus menerus dalam upaya penyediaan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat luas terhadap listrik. Hal ini menjadi perhatian bagi kita semua bahwa lambat
laun persediaan sumber energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik juga akan
semakin berkurang kuantitas maupun kualitasnya. Untuk mengatasinya, kita semua harus
memikirkan bagaimana menciptakan suatu proses industri listrik yang efektif dan efisisen
yang dapat menghasilkan sumber energi listrik yang diperlukan masyarakat sekaligus yang
memiliki dampak buruk seminimal mungkin terhadap lingkungan.
Dalam proses industri, kita mengenal Black Box System yang terdiri dari aspek
input, proses, dan output. Sitem tersebut juga berlaku pada proses industri listrik. Kita
mengenal di Indonesia ini banyak terdapat perusahaan pembangkit listrik dengan berbagai
sumber energi pembangkitnya. Ada PLTA, PLTG, PLTS, PLTU, dan mulai merambah juga
PLTN. Yang akan kami bahas kali ini adalah proses industri listrik bertenagakan uap
(PLTU). Dalam proses mengahasilkan listrik ini tentunya juga terdapat aspek input, proses,
dan output. Input berupa bahan bakar dasar, alat-alat atau mesin operasional, tenaga pekerja,
biaya dan lain sebagainya. Sedangkan dalam tahap proses, semua sumber daya yang ada
pada input yang telah disebutkan tadi saling berproses melalui prosedur dan waktu yang
sedemikian rupa sehingga dapat dihasilkan energi listrik sebagai output akhirnya. Dalam
serangkaian proses industri listrik bertenga uap ini semua aspek harus dikontrol dengan
baik. Mulai dari mengontrol input, memantau proses sampai dihasilkan output yang
memiliki added value atau nilai tambah. Nilai tambah yang dapat diupayakan dalam proses
idustri PLTU ini antara lain efektifitas dan efisiensi, energi listrik berkualitas optimal,
limbah buang yang ramah lingkungan dan lain sebagainya.
Sumber bahan bakar pada PLTU bisa menggunakan minyak bumi, cangkang kelapa
sawit, gas alam, maupun batu bara. Ketika kapasitas PLTU sudah mencapai 400 MW maka
bahan bakarnya sudah tidak menggunakan minyak bumi lagi melainkan batu bara. Batu bara
yang dipakai secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu batu bara berkualitas tinggi
dan batu bara berkualitas rendah. Bila batu bara yang dipakai kualitasnya baik maka akan
sedikit sekali menghasilkan unsur berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari lingkungan.
Sedang bila batu bara yang dipakai mutunya rendah maka akan banyak menghasilkan unsur
berbahaya seperti Sulfur, Nitrogen dan Sodium. Apalagi bila pembakarannya tidak sempurna
maka akan dihasilkan pula unsur beracun seperti CO, akibatnya daya guna menjadi rendah.
Spesifikasi Batu Bara :
Pada prinsipnya PLTU merupakan suatu sistem konversi energi baik berupa energi kimia
yang terkandung dalam bahan bakar mauspun energi panas dari proses pembakaran yang
pada akhirnya dihasilkan energi listrik dengan daya da tegangan tertentu. Energi listrik inilah
yang menjadi tujuan utama dari proses industri PLTU. Sedangkan proses koersi energienergi tersebut dilakukan melalui berbagai tahap sehingga dapat dihasilkan energi listrik
seperti yang diharapkan.
Dalam proses produksi listrik PLTU, peralatan utama yang digunakan adalah boiler/ketel,
turbin, generator, kondensor, dan alat bantu lainnya (auxiliary). Proses produksinya secara
singkat adalah uap dihasilkan dari proses pembakaran lalu kemudian diguakan untuk
memutar turbin. Turbin yang berputar mengakibatkan turut bergeraknya generator sehingga
energi listrik dihasilkan dari proses ini. Uap yang telah digunakan untuk memutar turbin
kemudian didinginkan menggunakan air laut atau air lainnya di dalam kondensor untuk
disirkulasikan kembali ke dalam boiler untuk dipanaskan agar mejadi uap kembali.
Begitu lah seterusnya. Untuk lebih jelasnya, berikut akan kami jelaskan detail bagaimana
proses industri PLTU tersebut.
A. Proses Produksi Energi Listrik Bertenaga Uap ( PLTU )
dengan cara disemprot, di mana dasar wadah itu berbentuk rangka panggangan yang
berlubang. Pembakaran bisa terjadi dengan bantuan oksigen yang diambil dari udara.
Oleh karena itu diperlukan pasokan udara yang cukup ke dalam ruang bakar. Untuk
keperluan memasok udara ke ruang bakar ada kipas (ventilator) atau Force Draught Fan.
Udara dari dasar ruang bakar ditiupkan ke atas dan kecepatan tiup udara diatur
sedemikian rupa, akibatnya butir batu bara agak terangkat sedikit tanpa terbawa sehingga
terbentuklah lapisan butir-butir batu bara yang mengambang.
Selain itu, dari pembakaran bahan baku juga menghasilkan gas buang. Gas buang sisa
pembakaran tersebut masih mengandung banyak energi panas karena tidak semua energi
panas teralirkan ke air yang ada dalam pipa ketel/boiler. Gas buang dari boiler diisap oleh
kipas pengisap agar melewati electrostatic precipitator untuk mengurangi polusi dan gas yang
sudah disaring dibuang melalui cerobong. Sedangkan gas buang yang yang memiliki suhu di
atas 400 derajat celcius ini masih bisa dimanfaatkan kembali untuk :
Pemanas lanjut (super heater )
Di dalam pemanas lanjut ini mengalir uap dari drum ketel yang menuju turbin
bertekanan tinggi. Uap yang mengalir dalam pemanas ini kemudian akan mengalami
kenaikan suhu sehingga uap air semakin mengering, dikarenakan adanya gas buang di
Dengan menempatkan alat-alat tersebut di dalam saluran gas buang, maka energi panas
yang masih terkandung dalam gas buang termanfaatkan sebaik mungkin. Sedang gas
yang sudah dingin di buang ke udara melalui cerobong.
c) Air
Siklus air ini akan lebih dijelaskan detail dalam proses kondensasi.
6. Kondensasi
Uap dari turbin TR lalu dialirkan ke kondensor untuk diembunkan. Kondensor
memerlukan air pendingin untuk mengembunkan uap yang keluar dari turbin TR. Oleh
karena itu, banyak PLTU dibangun dipantai, karena dapat menggunakan air laut sebagai air
pendingin konsdensor dalam jumlah yang besar.
Setelah air dimasukkan ke dalam kondensor, air kemudian dipompa ke tangki pengolah
air. Dalam tangki pengolah air, ada penambahan air untuk mengkompensasi kehilangan air
yang terjadi karena kebocoran. Dalam tangki pengolah air, air diolah agar memenuhi mutu
yang diinginkan untuk air boiler. Mutu air boiler antara lain menyangkut kandungan NaCl,
Cl, O2, dan derajat keasaman (pH).
7. Refill Boiler
Dari tangki pengolah air, air dipompa kembali ke ketel tapi terlebih dahulu melalui
economizer. Dalam economizer air mengambil energi panas dari gas buang sehingga
suhunya naik, kemudian baru mengalir ke boiler.
Prinsip kerja PLTU :
Selain mengetahui proses produksi listrik PLTU secara teknis yakni dari operasional
mesin-mesin yang digunakan sebagaimana dijelaskan secara rinci di atas, kini kita juga
harus mengetahui aktivitas pekerja yang bekerja di sektor pembangkit listrik bertenaga uap
ini. Konsep garbage in garbage out juga berlaku untuk kondisi pekerja. Sebelum memulai
produksi pekerja harus berada dalam keadaan baik dan sehat, dan selama proses
berlangsung perusahaan dituntut untuk tetap menjaga kesejahteraan pekerjanya. Setelah
proses produksi berhenti dan output berupa energi listrik telah dihasilkan pekerja pun harus
tetap sehat dan tetap berkeadaan baik dalam segala aspeknya seperti ketika proses produksi
belum dimulai. Oleh karenanya, perusahaan dituntut untuk menjamin kesehatan dan
keselamatan pekerjanya dengan menerapkan SMK3 atau sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja di perusahaannya.
Aktivitas pekerja dalam proses industri listrik bertenaga uap ini meliputi operator dan
teknisi boiler, operator dan teknisi turbin, dan semua aktivitas yang dibutuhkan untuk
berjalannya proses industri listrik PLTU. Para pekerja tersebut dituntut untuk mampu
bekerja sesuai prosedur atau SOP yang berlaku untuk menghindari terjadinya hal-hal yang
tidak diharapkan. Perusahaan berkewajiban untuk mengadakan training atau diklat bagi
para pekerjanya. Pemateri training atau diklat bisa berasal dari PT. PLN kita. Setelah
menjalani diklat, pekerja tersebut akan menjalani simulasi kerja (pengoperasian
pembangkitan listrik PLTU). Setelah menjalankan diklat dan pelatihan dan dirasa sudah
mumpuni, pekerja tersebut akan mendapatkan sertifikat diklat yang akan menjadi indikator
bahwa para pekerja tersebut telah memahami prosedur kerja yang aman.
Tidak hanya berhenti di pelatihan atau diklat saja, perusahaan secara berkala harus sering
mengadakan inspeksi untuk memantau jalannya proses industri. Mesin-mesin operasional
juga harus dipelihara dan dirawat keadaannya agar jauh dari kerusakan yang akan
berdampak pada menurunnya produksi.
Intinya, baik perusahaan maupun pekerja harus saling bersinergi dan bersama-sama dalam
mengupayakan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada area kerjanya.
Karena hal ini merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh kedua belah pihak.
Adapun nilai tambah / added value yang dapat diupayakan dari produksi listrik tenaga
uap / PLTU yaitu :
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, diperlukan adanya maintenance rutin agar
menjaga konidsi mesin tetap optimal sehingga proses tetap efektif dan efisien.
Bahaya Terhadap Lingkungan
Adapun bahaya dari PLTU ini lebih besar dampaknya pada lingkungan. Dapat dilihat
di tabel dibawah ini :
Dampak yang berbahaya tidak saja mengancam daerah sekitar tempat kerja, lingkungan
sekitar, saja. Akan tetapi, bahaya dari PLTU juga mengancam dunia secara global. Kita
dapat mengetahui Green Peace, WWF, dan organisasi non-pemerintah lainnya yang
mengusung isu kearifan lingkungan ini.
Bahaya yang ditimbulkan tidak hanya bagi lingkungan maupun alat akan tetapi dalam
proses PLTU lebih berpengaruh terhadap pekerjanya itu sendiri. dalam ruang lingkup K3
ada bahaya keselamatan kerja dan ada juga bahaya kesehatan kerja bagi pekerja yang dapat
menimbulkan kerugian bagi secara finansial maupun proses produksi.
Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Bagi Pekerja
a. Penyimpanan Batu Bara
Sebelum dibakar, batu bara sebelumnya dihancurkan terlebih dahulu dan disimpan di
ruang penyimpanan agar terjaga kualitasnya serta sebagai bentuk persediaan cadangan
untuk melakukan proses pembakaran selanjutnya. Saat proses penghancuran batu bara
menjadi partikel-partikel kecil,
alam lain yang bersifat radiasif. Contoh kandungan radioaktif yang mungkin terdapat
dalam batu bara adalah radon dan uranium 233. Radioaktif ini memancarkan radiasi
tinggi yang dapat membahayakan kesehatan para pekerja di lingkungan tersebut. Bahaya
kesehatan lain yang dapat mengancam pekerja pada proses ini adalah debu-debu batubara
dapat menyebabkan black lung, serta PPOK jika terhirup oleh pekerja. Sedangkan dari
proses penyimpanan ini, kemungkinan bahaya keselamatan berupa bahaya mekanik dapat
menimpa pekerja seperti terpleset, tergelincir, dan tertimbun tumpukan batu bara.
b. Proses di Boiler
Proses pemanasan batu bara PTLU menggunakan alat utama bernama boiler.
Dalam boiler batu bara dimasukan untuk kemudian dipanaskan sehingga dapat
menghasilkan uap panas. Alat ini memiliki bahaya kesehatan berupa bahaya fisika bagi
pekerja seperti tempratur tinggi, tekanan tinggi, kebisingan serta getaran. Bahaya radiasi
juga masih mungkin terjadi dan memapar tubuh pekerja. Sedangkan, bahaya keselamatan
juga dapat mengancam pekerja seperti potensi untuk terbakar dan meledak, serta potensi
terkena sengatan listrik. Potensi kebocoran pada pipa-pipa turbin dapat meloloskan gas
buang berupa SOx dan NOx yang akan membahayakan pekerja dan dapat menyebabkan
kematian jika terhirup dalam dosis yang besar dan langsung.
c. Proses di Turbin
Hasil dari proses pemanasan di boiler berupa uap air sehingga dapat menggerakan
turbin. Dalam proses di turbin tentu terdapat bahaya keselamatan bagi pekerja seperti
terbakar karena dalam proses didalam turbin yang digunakan untuk menggerakan turbin
tersebut yaitu uap air panas yang dapat menimbulkan suhu yang panas. Turbin yang panas
tersebut apabila tersentuh atau mengenai oleh pekerja yang tidak menggunakan APD pasti
akan menimbulkan luka bakar pada pekerja. Apabila saat dilakukan proses perbaikan tentu
alat penutup dari turbin tersebut dibuka untuk mengetahui bagian mana yang perlu
diperbaiki atau dilakukan pemeliharaan pada saat itu bahaya yang ditimbulkan yaitu
apabila mesin menyala saat dilakukan perbaikan maka akan memotong bagian tubuh
pekerja, dan bahaya yang lain seperti terjepit dan tergilas saat turbin berputar.
d. Proses di Generator
Turbin yang bergerak secara otomatis menggerakan generator. Karena poros turbin
digandeng/dikopel dengan poros generator, akibatnya gerakan turbin itu akan
menyebabkan pula gerakan pada generator sehingga dihasilkan energi listrik. Sehingga
dapat mengakibatkan bahaya terpotong dan terjepit pada bagian tubuh apabila terkena
poros yang sedang berputar. Bahaya lain akibat dari hasil output dari generator yaitu energi
listrik, bahaya sengatan listrik dapat mengancam para pekerja. Karena ribuan mega watt
yang dihasilkan apabila terkena pekerja maka akan berdampak fatal yaitu kematian.
e. Proses di Kondensor
Proses yang dilakukan di kondensor yaitu proses pendinginan dari uap panas yang
didapat dari boiler menuju turbin, dalam proses pendinginan ini kondensor membutuhkan
air dalam jumlah yang banyak untuk menstabilkan suhu pada alat kondensor, maka
biasanya PLTU banyak terdapat didekat laut agar generator mendapat pasokan air dari laut.
Namun dalam proses ini juga memiliki dampak yang yang akan ditimbulkan seperti
apabila pekerja sedang melakukan pengecekan ada bahaya tenggelam dalam laut, terbentur
kondensor karena arus ombak yang besar, bahaya lain seperti luka bakar akibat dari panas
yang dilepaskan oleh kondensor kedalam air.
Proses industri PLTU di Indonesia sudah menggunakan sistem otomatisasi sehingga
membutuhkan banyak listrik untuk melakukan proses hingga terbentuknya ouput yang
diinginkan. Pada saat proses produksi sedang berlangsung perlu diperhatikan penggunaan listrik,
karena listrik yang digunakan jika tidak diatur sedemikian rupa dapat menimbulkan konsleting
jika sudah mengalami konsleting bisa banyak kemungkinan yang akan terjadi contohnya
ledakan, kebakaran, atau penghentian proses industri.
C.
Dalam bahan dan alat yang di gunakan oleh PLTU bisa dilakukan penggantian alat atau bahan
yang memiliki potensi bahaya yang lebih kecil dari bahan dan alat yang sebelumnya.
c. Engineering control
Menghilangkan atau mengurangi tingkat keparahan bahaya melalui design awal, redesign,
menutup, relokasi atau perubahan teknik lainnya. Dalam proses Industri di PLTU sudah
menggunakan alat dengan yang tertutup sehingga mengurangi potensi bahaya yang ada pada alat.
d. Administratif Control
Mengurangi durasi, frequency, dan severity paparan melalui :
- perubahan prosedur dan cara kerja
- scheduling, job rotasi, waktu istirahat.
Pada proses industri di PLTU untuk mengurangi potensi bahaya perlu dilakukan dengan
melakukan shift kerja kepada pekerja, memberikan waktu istrirahat yang cukup untuk pekerja
dengan waktu kerja 8 jam dengan istirahat minimal 1 jam, menyusun SOP terhadap sistem
penggunaan alat dan pekerja.
e. Alat Pelindung Diri atau APD
Alat pelindung diri atau APD merupakan hirarki pengendalian paling terakhir untuk dijadikan
pilihan apabila semuanya sudah tidak bisa dikendalikan.
APD yang perlu digunakan dalam proses di PLTU untuk mengurangi paparan dan bahaya pada
pekerja maka APD harus disesuaikan dengan kondisi pekerja, keuangan dari PLTU untuk
pengadaan APD itu sendiri serta sebelum memberikan APD perlu melakukan pemberitahuan dan
pelatihan terhadap APD yang akan digunakan serta cara pemakaian yang sesuai.
Untuk bahaya panas pekerja perlu mengunakan pakaian pelindung anti panas, sarung tangan anti
panas dan anti api, serta menggunakan sepatu boot agar terhindar dari bahaya elektrik, dan APD
lain yang sesuai dengan bahaya yang ada di PLTU.
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Proses industri pada PLTU ini menggunakan proses continue karena sistem kerja
berlangsung selama 24 jam. Bahaya dari proses ini biasanya disebabkan oleh alat yang
rusak karena sistem perbaikan yang tidak dilakukan secara rutin. Potensi yang dimiliki
PLTU dapat memiliki dampak terhadap kesehatan maupun keselamatan baik itu untuk
pekerja maupun lingkungan. Bahaya yanag dihasilkan tidak hanya berdampak pada satu
titik saja tetapi bahaya potensi yang ada bisa berpengaruh terhadap lokal, regional, dan
global.
Daftar Pustaka
Artikel Aspek Pencemaran Lingkungan dan Kesehatan dalam Perbandingan PLTN dan
PLTU Batubara oleh Ahmad Khusyaeri, M.Eng pada kolom Teknologi didapat dari
http://www.nu.or.id/
Artikel Efisiensi Penggunaan Batu Bara Nomor 35, Tahun VI, Februari 2001 didapat
dari www.elektroindonesia.com
Artikel Industri Dan Pencemaran Radionuklida Alam di Lingkungan oleh Bunawas
dan Pujadi pada Buletin ALARA 2 (2), 13 18 (1998) - Pusat Standardisasi dan
Penelitian Keselamatan Radiasi
www.batan.go.id
Artikel Konversi Energi. 2013. Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.
Artikel Pemeliharaan Boiler Feed Water Pump (PLTU) Unit 3 & 4 Gresik diperoleh
STTN-BATAN
Artikel Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Aplikasi PT. Musim Mas Kim II Medan 2009 oleh Ronny Samuel Sianturi diperoleh dari
No.
12
Edisi
Februari
2011
21-32
diakses
dari
Kristianingsih, Luluk dan Ali Musyafa. Analisis Safety System dan Manajemen Risiko
pada Steam Boiler PLTU di Unit 5 Pembangkitan Paiton, PT. YTL. JURNAL TEKNIK
POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print). B-356 B-361.