PT PJB SERVICES
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu kemampuan pembangkit listrik untuk tampil prima merupakan hal
yang penting agar ketersediaan listrik di Indonesia tetap terjaga. Segala kerusakan
baik besar ataupun kecil harus segera ditanggulangi secara cepat dan tepat.
kondensor, air laut biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk
menyaring kotoran-kotoran ataupun lumpur yang terbawa air laut.
Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari sudu terakhir turbin, maka
vakum kondensor harus dijaga, karena dengan ada vakum pada kondensor akan
membuat tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang
lebih rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju
kondensor.
Proposal kali ini akan membahas lebih rinci mengenai Vacuum Condenser,
baik itu penyebab turunnya kevakuman kondensor dan bagaimana cara
mengatasinya.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kerja praktek di PLTU Nii Tanasa Kendari dapat
dibagi menjadi 2 bagian, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini, antara lain:
1. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.
2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia kerja (industri) dalam
memberikan kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.
3. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami
aplikasi ilmunya di dunia industri pada umumnya serta mampu menyerap dan
berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia industri
sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.
5. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih
berwawasan bagi mahasiswa.
BAB II
DASAR TEORI
dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Panas berasal dari pembakaran udara
panas dan bahan bakar.
bed pembakaran batubara. Batubara yang halus dibakar dalam suspensi, partikel
yang lebih besar akan jatuh ke grate, dimana batubara ini akan dibakar dalam bed
batubara yang tipis dan pembakaran cepat. Metode pembakaran ini memberikan
fleksibilitas yang baik terhadap fluktuasi beban, dikarenakan penyalaan hampir
terjadi secara cepat bila laju pembakaran meningkat.
2.1.3 Generator
ke rotor dapat dilakukan dengan slip ring dan sikat arang (brush) atau membuat
eksiter dengan kumparan berputar.
Sistem pendingin generator diperlukan untuk menyerap panas yang timbul
di dalam generator sehingga mencegah terjadinya panas lebih yang dapat merusak
isolasi. Panas di dalam generator merupakan kerugian yang akan menurunkan
efisiensi generator. Kerugian tersebut terjadi akibat dari:
- Arus yang mengalir di dalam pengahantar.
- Inti besi yang menjadi magnet dan medan magnet yang berubah-ubah.
- Gesekan angin antara rotor dengan media pendingin.
Untuk menyerap dan membuang panas (disipasi) yang timbul di dalam generator
yang sedang beroperasi dapat digunakan beberapa macam media pendingin.
Media pendingin generator dapat menggunakan udara, gas hidrogen atau air
(water). Sedangkan pada PLTU Nii Tanasa menggunakan udara sebagai sistem
pendingin.
2.2 Komponen Pendukung PLTU Nii Tanasa
Unit PLTU Nii Tanasa memerlukan beberapa alat bantu yang menunjang
kelangsungan operasinya. Alat bantu penunjang merupakan unit atau instalasi
tersendiri yang berfungsi membantu memasok kebutuhan operasi PLTU.
Beberapa contoh kebutuhan PLTU yaitu pasokan air untuk pendinginan, pasokan
air untuk diuapkan, pasokan oli pendingin, pasokan udara pembakaran, dan
pasokan bahan bakar. Unit penunjang tersebut antara lain:
1. Demineralized Plant
Demineralized atau biasa disebut demin berfungsi untuk mengolah air
tawar dari air laut menjadi air demin (air murni yang tidak mengandung
mineral). Proses penghilangan mineral dilakukan dengan caramelarutkan zat
kimia dengan menggunakan saringan kation dan saringan anion serta saringan
campuran.
2. Sea Water Tank
Merupakan tangki yang berguna untuk menampung air laut yang telah
dipompa oleh sea water pump.
4. Kondensor
cooling water heat exchanger dan sistem pendinginan oli. Selain itu, juga
dapat membuang panas yang dibawa oleh air ke atmosfir dengan
menggunakan exhaust fan.
13. Secondary Air Fan
Mixer Conveyor bisa langsung ditampung dump truck lalu ditransfer ke Ash
Valley.
19. Gland Steam Condenser
akan membuat tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan
yang lebih rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah
menuju kondensor.
Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari turbin
menjadi air kondensat melalui pipa-pipa pendingin agar dapat disirkulasikan
kembali. Akibat kondensasi ini sisi uap kondensor termasuk hotwell berada pada
kondisi vacuum. Prinsip kerjanya, air laut sebagai media pendingin masuk ke
water box condensor didistribusikan ke pipa-pipa kecil (tube condenser) untuk
menyerap panas yang diterima tube dari extraction steam LP-turbine. Selain itu
kondensor juga berfungsi untuk menciptakan back pressure yg rendah atau
vacuum pada exhaust turbin. Dengan adanya vakum yang rendah, maka bisa
meningkatkan efisiensi turbin dan siklus kerja turbin lebih meningkat karena tidak
terjadi back pressure dan juga menurunkan vibrasi pada bearing turbin. Karena
sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan keandalan turbin maka perawatan
kondensor harus selalu terjaga dan juga kebersihanya.harus terhindar dari sampah
dan biota laut sangat mengganggu unjuk kerja kondensor.
2. Condensate Pump
3. Cathodic Protection
4. Ferros Pump
5. Ball Taproge Pump
6. Conductivity Meter
7. PH Meter
8. Primiing Vacum Pump
9. Injektion Cholopac
10. Back Wash
11. Cond Leak Detector
Masalah sering mempengarui unjuk kerja pada kondensor :
1. Kebocoran tube kondensor
2. Vakum pada kondensor turun
3. Air kondensat terkontaminasi
4. Level sea water
5. Sampah ikut terbawa air pendingin
6. Korosi pada dinding kondensor
Kondensor dan peralatan bantu / Auxiliari harus dijaga kondisinya dala
satu tahun sekali harus selalu diadakan pengecekan dan perawatan baik yg ada
didalam maupun luar. Faktor kebersihan tube mempunyai pengaruh terhadap
Efisiensi unit oleh karena kebersihan terutama pada saat laut surut pengaturan
outlet valve kondensor harus disesuaikan dengan keadaan unit. Jatuhnya vakum
kenaikan perbedaan suhu antara uap dan air pendingin karena kontaminasi, sesuai
dengan property of scale dan kondisi permukaan bagian dalam tube, metode
bagian dalam tube, antara lain :
1. Metode pembersihan tube dengan sikat nyla
2. Metode pembersihan tube dengan bola karet
3. Metode pembersihan tube dengan water jet
2.4 Klasifikasi Kondensor
Secara umum klasifikasi kondensor ada 2, yaitu :
Direct kontak kondensor
Pada steam jet ejector yang disusun secara seri, beberapa jet ejector
dihubungkan berturut-turut dan makin kebelakang jet ejector semakin kecil.
Pada tiap langkah, uap diumpankan secara terpisah. Agar uap dari langkah
sebelumnya tidak dikompresi pada langkah berikutnya, maka diantara jet
ejector dipasang condenser kontak. Didalam condeser kontak ini,
disemprotkan air agar uap dan steam terkondensasi. Air yang keluar dari
condenser dialirkan melalui pipa barometik (ketinggian minimal 10 meter)
atau dengan pompa (misalnya dengan side channel pump).
Selain dengan sistem seri dan karena steam jet ejector tidak
mempunyai daya hisap yang besar, maka untuk membuat vakum awal
sering digunakan pompa pendesak (misalnya dengan pompa vakum cincin
air). Dalam proses stripping untuk evaporasi, sering digunakan sebuah
steam jet ejector dengan tekanan input steam 4 bar dan steam outputnya
digunakan sebagai steam stripper untuk stage sebelumnya, sedangkan
vakum awal digunakan pompa vacuum cincin air. Dengan system seperti ini
bisa diperoleh vakum awal 600 mbar (oleh pompa) dan vakum akhir sebesar
980 mbar.
Vakum akhir ditempat hisap yang dicapai dengan steam jet ejector
langkah majemuk dibatasi oleh tekanan uap dari condensate dan besarnya
sekitar 4 mbar abs (-996 mbar). Vakum akhir yang lebih baik (0,7 mbar
abs) bisa dicapai bila bahan pancar dari langkah pertama tidak dikondensasi
(langsung dibuang) karena uap akhir yang tersisa biasanya merupakan uap
yang tidak mudah untuk dikondensasi.
Pada steam jet ejector yang bekerja pada vakum yang tinggi (diatas 5
mbar), maka diperlukan pemanasan jet ejector supaya tidak terbentuk es
akibat titik beku air dilewati selama operasi berlangsung. Pemanasan bisa
dilakukan dengan sistem koil yang mengelilingi body jet ejector yang biasa
dikenal dengan trace heater. Model sekarang, trace heater dibuat
mengelilingi penuh dinding jet ejector dan supaya berfungsi optimal maka
koil harus benar-benar menempel dinding jet ejector.
Steam jet ejector bersifat stabil terhadap penghisapan cairan atau uap
yang terkondensasi (sama halnya dengan pompa pancar air). Umumnya
dipakai steam jet ejector 3 langkah atau 4 langkah secara seri, tergantung
dari kebutuhan vakum disesuaikan dengan biaya uap dan air. Steam yang
dipakai biasanya adalah dry saturated steam dengan tekanan sekitar 10 bar
atau lebih.
2.6 Penurunan Tingkat Kevakuman Kondensor
2.6.1 Terjadi Fouling pada Kondensor
Adanya fouling ataupun endapan yang mengotori tube-tube
kondensor sangat mungkin terjadi. Hal ini karena cooling water condenser,
sebagaimana di sebagian besar PLTU sumber air-nya adalah berasal dari air
laut, sehingga akan banyak terdapat endapan dan kotoran-kotoran yang ikut
masuk dan sebagian mengendap pada permukaan tube-tube dan pada bagian
kondensor lainnya. Fouling yang terjadi pada kondensor dapat
dikategorikan menjadi beberapa tipe. Fouling karena Microbiologi, scale,
deposit, korosi dan kotoran yang menyumbat tube kondensor.
yang semakin hari akan menimbilkan penipisan pada tube dan dapat
berakibat kebocor pada tube kondensor tersebut. Kebocoran tersebut akan
berpengaruh besar dalam kinerja kondensor yang mana juga akan berakibat
pada penurunan efisiensi termail yang dibangkitkan pada sebuah
pembangkit.
2.6.3 Level Cooling Water Air Laut Surut
Pasang surut air laut mempunyai pengaruh pada kevakuman kondensor
yang erat kaitannya dengan flow rate ketika air laut pasang dan ketika air laut
surut. Sebagai dasar pembahasan kita lihat prinsip perpindahan panas, dimana
terdapat persamaan energy balance. Hal ini karena pada kondensor terjadi
perpindahan panas antara steam dan air sehingga menyebabkan steam
mengalami perubahan fase. Adapun persamaan tersebut adalah Q = M Cp ΔT.
Dimana M adalah jumlah cooling water flow rate yang masuk ke kondensor.
Dengan asumsi Cp air laut tetap maka ΔT akan berubah mengikuti perubahan
pasang surut air laut atau flow rate sea water (cooling water). Ketika flow
cooling water rate besar (M) atau ketika air laut pasang maka akan
menyebabkan penurunan selisih temperature cooling water inlet dan outlet
kondensor (ΔT). Semakin tinggi temperature outlet cooling water maka vakum
kondensor akan semakin rendah. Dalam pengaturan flow cooling water
kondensor ini, pengaturan dilakukan dengan mengatur pembukaan motor valve
outlet kondensor. Pengaturan ini akan berdampak pada perubahan pressure
inlet dan outlet kondensor, kecepatan aliran cooling water pada tube
kondensor, dan cooling water flow rate ke kondensor. Berikut kami sajikan
grafik perbandingan cooling water flow rate dan pressure kondensor.
Selain itu, control valve juga memiliki andil dalam menjaga tekanan
uap gland steam sealing tetap stabil. Control valve akan otomatis membuka
dan membuang apabila terjadi steam yang berlebihan dan akan menutup bila
steamnya sudah tepat. Jika terjadi penutupan pada control valve maka apabila
terjadi steam berlebih akan terjadi overheat pada turbin.
2.6.6 Kemampuan Komponen Vakum Menurun
Komponen Vakum seperti halnya vacuum pump dan water jet ejector
mempunyai peran yang besar dalam proses pembuatan vakum pada kondensor.
Kemampuan pompa vakum dan water jet ejector akan menurun karena
kerusakan mekanis yang disebabkan oleh zat kimia terkandung pada fluida
yang menyebabkan korosi, terjadi aus pada pompa karena kura pelumasan
(oli), dan bisa juga disebabkan karena terjadi kavitasi pada komponen tersebut.
Hal – hal tersebut mempengaruhi unjuk kerja yang akan dihasilkan alat bantu
vakum, maka dari itu alat bantu vakum juga memerlukan pemeliharaan.
2.6.7 Non-Condensable Gasses
Adanya Non Condensable Gasses (gas-gas yang tidak dapat
terkondensasi) dapat menyebabkan penurunan tingkat kevakuman. Non
Condensable gasses ini bisa merupakan gas dari luar yang masuk ke kondensor
(air leakage), hal ini karena kondesor didesain memiliki tekanan di bawah
atmosfer maka akan mungkin ada udara dari luar akan masuk ke kondensor.
Selain itu penyebab dari non condensable gasses ini juga berasal dari gas-gas
yang mengalami leakage pada sistem PLTU yang terbawa oleh steam ke
kondensor (air in steam) atau juga dari penguraian air menjadi gas oksigen dan
gas hidrogen. Sehingga gas-gas yang tidak dapat terkondensasi tersebut harus
dikeluarkan dari kondensor. Gas-gas yang tidak dapat terkondensasi tersebut
harus dikeluarkan atau dibuang dari kondensor karena menyebabkan kenaikan
pressure kondensor, dan kenaikan pressure ini akan menyebabkan penurunan
daya mampu yang dihasilkan oleh turbin uap dan menurunakan efiensi
pengoperasian turbin uap. Adapun beberapa tempat yang dapat menjadi sumber
gas leakage sebagian seperti pada gambar di bawah.
massa jenis, temperatur, entropi, entalpi dan fase fluida. Sedangkan diagram h-s
menggambarkan hubungan antara energi total (entalpi (h)) dengan entropi (s).
Sama seperti diagram T-s, untuk setiap fluida memiliki diagram h-s nya sendiri-
sendiri. Kedua diagram ini dapat digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit
listrik tenaga uap dengan menggunakan siklus Rankine.
Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan
dengan diagram T – s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus
rankine ideal. Adapun urutan langkahnya adalah sebagai berikut :
Tekanan gas di dalam tangki dapat dianggap seragam karena berat gas terlalu
kecil dan tidak mengakibatkan pengaruh yang berarti. Skala tekanan vakum
mempunyai titik nol pada tekanan atmosfir dan yang paling tinggi sama dengan
zero absolute. Pengukuran tekanan absolut sangat penting dalam menentukan
skala tekanan gage dan skala vakum untuk mengukur tekanan, baik tekanan gage,
absolut, vakum ataupun beda tekanan (differential pressure).
2.10 Floating Intake
Intake adalah suatu unit yang berfungsi untuk menyadap atau mengambil
air baku dari badan air sesuai dengan debit yang diperlukasn untuk pengolahan.
Variasi kualitas air permukaan sangat berarti dalam menentukan titik pengambilan
air. Dimana terdapat adanya variasi yang konstan (tidak befluktuasi), di tempat
seperti inilah merupakan titik pengambilan yang diharapkan.
Analisa kualitas air permukaan pada setiap bagian penampang di titik yang
dinilai cocok untuk pengambilan air sangat penting bagi penetapan lokasi intake,
terutama intake langsung. Dan analisa kualitas pada bagian air permukaan
horizontal sangat pokok untuk menetapkan titik pegambilan semua jenis intake.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan intake :
1. Intake sebaiknya terletak di tempat dimana tidak ada aliran deras yang bisa
membahayakan intake.
2. Tanah disekitar intake seharusnya cukup stabil dan tidak mudah terkena erosi.
3. Inlet sebaiknya berada di bawah permukaan badan air untuk mencegah
masuknya benda-benda terapung. Disamping itu inlet sebaiknya terletak cukup
di atas air.
4. Intake seharusnya terletak jauh sebelum sumber kontaminasi.
5. Intake sebaiknya dilengkapi dengan saringan kasar (bar screen) yang selalu
dibersihkan. Ujung pengambilan air (inlet) yang berhubungan dengan pompa
sebaiknya juga diberi saringan (strainer).
Air permukaan dapat diambil dari kanal sebagai intake, dimana
pengambilan airnya ditampung dalam sebuah penampung (chamber). Dari
penampung ini air dilairkan menuju instalasi pengolahan dengan pipa yang
dilengkapi dengan bar screen dan traveling screen.
Design floating intake ini dibuat untuk menyesuaikan level air yang nada
pada kanal intake. Pada PLTU yang menggunakan air laut sebagai media
pendingin (cooling water) untuk sistem pendinginannya akan berpengaruh besar
ketika air laut mengalami musim pasang ataupun musim surut. Ketika musim
surut, tidak menutup kemungkinan terjadi pendangkalan intake dan tidak cukup
lelvel air laut untuk menyentuh atau sama dengan level suction inlet pada pipa
pompa sehingga mengakibatkan unit pada PLTU tersebut tidak dapat beroperasi.
Dengan adanya design floating intake ini diharapkan masalah ketika air laut
pasang maupun surut bisa teratasi, dimana dengan bantuan floats tersebut inlet
akan selalu dalam level sama (dibawah permukaan air) dan cukup untuk
melakukan proses pendinginan pada PLTU. Selalin itu, dengan design ini flow
rate yang akan masuk ke dalam instalasi pompa akan cenderung selalu konstan,
tidak lagi terpengaruh pada pasang surut air laut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
15. Apabila pengetesan atau sistim vacuum pump condensor tidak diperlukan
lagi, lakukan :
Tutup gate valve #6 #7 #8 di pipeline secara perlahan.
Stop motor ( switch motor off )
4.3.5 lnterlock transfer JWP Pump Test
1. Posisikan switch water jet pump di DCS Control room ke Auto
2. Start WJP #1 pompa star
3. Posisikan switch WJP #1 ke posisi off, WJP #1 Off, WJP #2 Start
4. Posisikan switch WJP #2 ke posisi off, WJP #2 Off, WJP #1 Start
4.3.6 Kriteria Keberhasilan Vacuum-Up Condensor test
Vacuum dapat mencapai minimal 0.0081 Mpa (abs)
Sistem dapat mempertahankan vacuum saat unit operasi
Parameter peralatan utama,Temperatur,Vibrasi, Pressure & level water
kondisi normal.
-30
-40
-50
-60
-70 -66,9
-80 -82,5
-89,1 -86,1 -88,2
-90 -90,7 -92,2 -92,2 -90,2 -91,9
-100
Bulan (Masehi)
Gambar 4.1 Grafik Tekanan Vakum pada Kondensor PLTU Nii Tanasa Kendari
selama bulan Agustus – Desember 2014 dan Februari – Juli 2015
Seperti yang terlihat dari gambar grafik di atas, dapat diketahui bahwa
tekanan vakum pada kondensor PLTU Nii Tanasa mempunyai rata – rata di atas
normal operasi yaitu sebesar -84 Kpa. Tekanan rata – rata tertinggi diperoleh pada
bulan Maret 2015 yaitu sebesar -92,2 Kpa dan tekanan rata – rata terendah
diperoleh pada bulan September 2014 yaitu sebesar -66,9, dimana pada bulan
September 2014 tersebut didapati hingga unit mengalami trip karena vakum
kondensor tidak mencukupi untuk normal operasi. Hal tersebut terjadi karena air
laut sedang mengalami musim surut sehingga level air laut tidak mencapai section
head pada pompa Circulating Water Pump, akibatnya pompa tidak dapat
beroperasi dan berakibat tidak adanya proses pendinginan pada unit dan
mengalami trip.
4.5 Fishbone Diagram Kondensor Vakum
TINGKAT KEVAKUMAN
KONDENSOR RENDAH
line menuju kondensor juga bepengaruh buruk sehingga sistem sealing yang ada
pada perapat poros turbin kurang bekerja dengan baik. Serta sistem pemeliharaan
yang kurang mendukung dari sisi peralatan untuk melakukan pemeliharaan yang
kurang optimal.
4.6 Analisa Penyebab Tingkat Kevakuman Kondensor Rendah
4.6.1 Main Cooling System
Main cooling system merupakan salah satu faktor pendukung terbesar
untuk beroperasinya kondensor, terutama pengaruh pada kevakuman
kondensor. Main cooling system disini yang dimaksudkan berpengaruh pada
kevakuman kondensor di PLTU Nii Tanasa adalah kurang berjalan dengan
optimal Water Treatment Plant (WTP), debris yang tidak bekerja optimal, dan
banyaknya line pipa dari WTP ke kondensor yang mengalami kebocoran.
4.6.1.1 Water Intake
lingkungan yang ada. Pada PLTU Nii Tanasa ini, intake tidak mengalami
masalah yang besar. Hal ini bisa dilihat ketika air laut dan air laut pasang,
intake tetap tenggelam penuh tanpa mengalami pengurangan besar volume
air yang mengalir ke intake tersebut, hanya saja akan berpengaruh pada
sea water flow rate yang berbeda ketika air laut surut dan ketika air laut
pasang. Hal lain yang perlu dikaji adalah sluice gate pada water intake ini
hanya bisa untuk bukaan penuh saja. Sluice gate ini seharusnya bisa juga
untuk menutup sehingga saat proses pemeliharaan intake, air laut tidak
masuk melewati sluice gate.
minimal digunakan dua peralatan yaitu vacuum pump dan steam jet
ejector.
Vacuum pump digunakan untuk membuat vakum di awal
pengoperasian, sedangkan steam jet ejector digunakan untuk
mempertahankan vakum ketika unit sedang beroperasi. Akan lebih baik
apabila pada PLTU Nii Tanasa juga digunakan sistem peralatan seperti itu
sehingga beban kerja yang harus diterima oleh water ejector dapat
berkurang dan kevakuman kondensor bisa semakin baik. Selain itu, juga
dapat berpengaruh pada reliability pada water jet ejector pump itu sendiri
apabila digunakan secara berkala dan tidak bergantian.
4.6.3 Tubes Kondensor
4.6.3.1 Fouling pada tubes
yang terjadi dari uap ke air dan akan banyak terdapat non-condensable gas
yang nantinya akan mengurangi tingkat kevakuman dari kondensor itu
sendiri.
4.6.3.2 Korosi pada tubes
yang nantinya akan diproses pada kondensor. Udara yang terbawa steam
yang telah terkondensasi bila telah menumpuk tersebut dapat mengganggu
proses kondensasi di dalam kondensor, yang secara langsung juga
berakibat pada kevakuman kondensor. Selain itu, aturan pressure yang
konstan dan cenderung tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada gland
seal dan labyrinth seal karena temperatur yang juga akan ikut meninggi.
Kelainan seperti ini bisa menyebabkan turbin berhenti berputar karena
mengalami overheating.
4.6.5 Sistem Pemeliharaan Kondensor
Sistem pemeliharaan kondensor pada PLTU Nii Tanasa masih
tergolong konvensional. Instalasi ball tapproge yang ada pada PLTU tidak
dapat digunakan karena ada kerusakan. Selama ini sistem pemeliharaan
yang ada hanya dengan menggunakan peralatan manual / sedehana.
Misalnya untuk membersihkan kotoran yang ada di dalam tube kondensor
hanya dengan menggunakan kayu rotan. Secara tidak langsung hal ini
berakibat pada realibility kondensor yang digunakan. Beban yang harus
dikerjakan tidak seimbang dengan pemeliharaan yang ada. Akan lebih
optimal kinerjanya apabila digunakan peralatan yang mendukung seperti
leak detector untuk mendeteksi non-condensable gasses pada kondensor
dan air jet ejector atau ball tapproge untuk membersihkan tube kondensor.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan data di lapangan selama
kerja praktek di PT PJB Services Unit Pembangiktan PLTU Nii Tanasa Kendari,
dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Permasalahan Vacuum Condenser yang ada pada PLTU Nii Tanasa
Kendari disebabkan oleh faktor yang kompleks mulai dari main cooling
system, sealing system, tubes kondensor, alat bantu vakum, hingga sistem
pemeliharaan yang masih kurang baik.
2. Faktor lingkungan yang menjadi penyebab utama turunnya tingkat
kevakuman kondensor pada PLTU Nii Tanasa adalah air laut surut yang
mengakibatkan unit mengalami derating dan trip.
3. Kerugian biaya (cost) ketika unit mengalami trip akibat permasalahan
tingkat kevakuman kondensor rendah jauh lebih besar daripada biaya
untuk perbaikan, penggantian, dan pengadaan.
5.2 Saran
Berikut saya sampaikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan,
diantaranya :
1. Dilakukan penggantian pressure regulating valve dan debris filter pada
kondensor daripada melakukan perbaikan valve dan modifikasi filter
dengan mempertimbangkan perbandingan kerugian.
2. Dilakukan pengadaan vacuum pump dan floating intake dengan
mempertimbangkan perbandingan kerugian.
3. Dilakukan perbaikan pada waste water treatment plant, chlorination plant,
ball tapproge, dan kanal intake dengan mempertimbangkan perbandingan
kerugian.