Dalam upaya menjalankan program Proper Hijau dan program Konservasi Energi di
Perusahaan guna mendukung Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi
Energi, dengan ini melakukan audit energi pada sistem boiler di PT ............... dengan hasil
kegiatan yang berupa:
a) Potret penggunaan energi pada sistem boiler
b) Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
c) Kondisi eksisting pengelolaan energi
d) Unjuk kerja (performance) sistem boiler
e) Rekomendasi peningkatan kinerja energi pada sistem boiler
Audit energi pada sistem boiler telah dilaksanakan pada tanggal .............. di PT.
.................. pada peralatan sistem boiler C (8 ton/jam) dan boiler D (10 ton/jam). Kedua
boiler dioperasikan pada tekanan 8,5 barg. Audit ini dilakukan dimulai dari persiapan,
survei, diskusi, evaluasi, dan presentasi akhir. Tujuan audit boiler ini adalah evaluasi
kinerja sistem boiler dan identifikasi peluang peningkatan kinerja dan konservasi energi
serta menyusun program konservasi energi dalam rangka memenuhi target efisiensi boiler
dan penghematan energi.
Tabel 1 menyajikan resume kinerja kedua boiler atas dasar efisiensi boiler, produksi steam
aktual, konsumsi bahan bakar gas, intensitas konsumsi energi (IKE) dalam satuan
MMBTU/ton steam, rasio bahan bakar terhadap steam, dan harga steam. Boiler C
memberikan efisiensi yang lebih rendah dibanding Boiler D sebesar 85%, sedangkan
Boiler D memberikan efisiensi mencapai 87,7%, karena efek positif instalasi economizer.
Skala prioritas rekomendasi Boiler C adalah daur ulang gas buang boiler sebagai pemanas
awal air umpan, seperti apa yang telah dipasang di Boiler D. Sebaliknya, skala prioritas
rekomendasi Boiler D adalah retrofit burner control system dari mechanical linkage ke
electronic burner control system. Dua usaha konservasi energi di atas masuk kategori
rekomendasi investasi menengah (Medium Cost). Boiler D dianjurkan untuk melakukan
implementasi proyek konservasi energi terlebih dahulu karena boiler ini menjadi boiler
utama, sedangkan Boiler C hanya sebagai standby boiler.
Tabel 2 juga menunjukkan peningkatan efisiensi boiler dari sebelum dan sesudah
implementasi hasil audit energi. Efisiensi Boiler D mengalami peningkatan dari 87,7
menjadi 89,2% mendekati efisiensi ideal boiler jenis fire tube 3-pass with economiser (87-
90%). Dari beberapa hal yang rekomendasikan, dua proyek implementasi ini berikut yang
layak untuk dilakukan untuk Boiler C dan D, yakni daur ulang panas gas buang boiler
dengan pemasangan economiser dan retrofit burner control system dari sistem mechanical
linkage menjadi electronic burner control system. Untuk monitoring efisiensi pembakaran
gas dalam boiler dari parameter kandungan oksigen, CO2, temperatur gas buang dan
lingkungan boiler, diperlukan uji gas cerobong dan burner setting secara berkala minimal 6
bulan sekali atau pemasangan online gas analyser dengan O2 trimming controller.
Berikut adalah beberapa rekomendasi terkait peningkatan kualitas steam saat produksi dan
distribusi dalam ruang boiler, pengukuran kondisi operasi, pembuangan udara atau gas
pada distribusi steam, instalasi yang mengikuti kaidah distribusi steam seperti PRV set,
steam trap set, separator, drain pocket, dan insulasi pipa.
Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai tindak lanjut dari audit energi
pada sistem boiler adalah sebagai berikut:
1) Untuk melakukan monitoring efisiensi boiler 8 dan 10 TPH, dapat dipasang Boiler
House Energy Monitor yang menampilkan laju alir steam, bahan bakar, dan
efisiensi metode langsung.
2) Implementasi proyek hasil audit boiler skala prioritas
3) Audit steam pada distribusi/piping steam untuk mengetahui peluang konservasi
energi dan perbaikan lainnya
4) Pelatihan teknik konservasi & audit energi pada sistem Boiler dan Distribusi Steam
5) Bimbingan teknis dan praktek lapangan audit boiler dan steam
BAB 1
PENDAHULUAN
Perubahan terhadap harga gas dan barang akan berpengaruh pada hasil perhitungan
ekonomi dari analisis pabrik ini.
Efisiensi boiler dapat dihitung dengan metode langsung dan tak langsung. Tabel 3.2
menyajikan resume kinerja kedua boiler atas dasar efisiensi boiler, produksi steam aktual,
konsumsi bahan bakar gas, intensitas konsumsi energi (IKE) dalam satuan MMBTU/ton
steam, rasio bahan bakar terhadap steam, dan harga steam. Boiler C memberikan efisiensi
yang lebih rendah dibanding Boiler D sebesar 85%, sedangkan Boiler D memberikan
efisiensi mencapai 87,7%, karena efek positif instalasi economizer.
Rekomendasi:
Diperlukan kalibrasi flowmeter gas dan steam atau pemilihan flowmeter yang tepat dan
akurat untuk Boiler D
Sementara itu, jika dilihat dari kurva pada Gambar 3.1, efisiensi Boiler D cenderung
mengalami penurunan dari bulan Jan-Okt 2018, seiring dengan kenaikan rasio gas terhadap
ton steam yang dibangkitkan, meskipun konsumsi steam relatif konstan (lihat Gambar 3.2).
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah konservasi energi untuk mengembalikan kinerja
boiler terutama pada cleaning sisi api atau burner setting.
Gambar 2.1. Profil efisiensi dan rasio gas terhadap steam pada Boiler D
Efisiensi boiler steam cenderung mengalami penurunan terhadap waktu operasional yang
dipengaruhi oleh :
efisiensi pembakaran,
rasio bahan bakar terhadap udara,
scaling pada permukaan penukar panas,
waktu perawatan boiler,
kualitas bahan bakar,
temperatur air umpan
Dampak excess air yang berlebihan adalah energi panas pembakaran dibawa oleh udara
keluar cerobong dan tidak dimanfaatkan untuk menghasilkan uap. Pengendalian udara
berlebih pada tingkat yang optimal mampu mencegah rugi-rugi panas gas buang. Secara
umum, setiap penurunan 1 persen kandungan udara terdapat kenaikan efisiensi boiler
kurang lebih 0,6 persen.
Metode untuk mengendalikan udara berlebih dengan cara:
Burner setting oleh vendor burner dan cross-check dengan alat analisis oksigen
portable (flue gas analyser)
Analisis oksigen secara sinambung dengan pembacaan langsung di tempat, yang
mana operator dapat menyetel aliran udara.
Modifikasi/retrofit burner control system dengan sistem modulating berbasis
microprosesor untuk mengatur FD fan dan burner dengan tujuan mengatur putaran
kebutuhan udara sesuai dengan beban dan memasang sensor oksigen
Menggunakan servomotor-presisi untuk mengatur damper mekanik dalam
mengendalikan aliran udara dengan VSD fan
Pemasangan inverter pada FD fan dengan tujuan mengatur putaran fan sebagai
penyedia udara pembakaran dengan sensor flue gas analyser.
Penggantian dengan unit burner baru dengan teknologi terkini yang sudah dilengkapi
dengan burner control management system
Setiap penurunan kandungan oksigen sebesar 1% maka efisiensi naik 0,6%. Jadi potensi
untuk kedua boiler dengan setting burner/retrofit burner akan meningkatkan efisiensi boiler
(lihat Tabel 3.2). Pada umumnya, setting burner/retrofit dapat dilakukan oleh vendor
burner atau energy service company (ESCO). Penggantian sistem burner lebih diutamakan
pada upgrading sistem mechanical menjadi electronic burner control system. Sistem
mekanik disajikan di Gambar 3.1.
Boiler D saat ini belum terdapat sensor gas buang sehingga efisiensi pembakaran tidak
terkendali saat pembakarannya kelebihan udara. Karena itu, untuk meningkatkan kinerja
sistem pembakaran di boiler perlu dipasang sensor gas analyzer otomatis yang diprogram
interlock dengan inverter FD fan. Sistem ini memerlukan pengadaan sensor flue gas
analyser dan inverter FD fan. Boiler D masih menggunakan teknologi mechanical linkage
burner control system sebagai kontrol pembakaran. Teknologi terbaru adalah electronic
modulating burner control system yang lebih presisi seperti pada Gambar 3.2.
Gambar 3.1. Mechanical linkage burner control system
Rekomendasi:
Temperatur awal air umpan boiler adalah 89oC. Target penurunan temperatur gas cerobong
adalah 155oC. Optimasi daur ulang gas cerobong boiler sebagai pemanas air umpan
memberikan penghematan seperti yang disajikan di Tabel 3.3. Kenaikan temperatur juga
menurunkan kelarutan udara dalam air umpan, sehingga pipa api terhindar dari korosi dan
kebocoran. Selain itu, dengan semakin tinggi temperatur air umpan boiler akan mencegah
gejala thermal stress bahan boiler karena beda temperatur yang terlalu tinggi antara air
umpan dengan air dalam boiler. Selain penghematan bahan bakar, penggunaan modulating
feedwater pump dengan VSD juga memberikan penghematan daya listrik.
Tabel 3.3. Penghematan biaya dengan daur ulang panas gas cerobong
Gambar 3.3. Diagram daur ulang panas gas cerobong melalui economizer
Gambar 3.4. Diagram proses dan instrumentasi economizer
Gambar 3.6. Perbandingan kurva timer bottom blowdown dan automatic blowdown control system
Gambar 3.7. Instalasi TDS control system pada body boiler
Potensi penghematan bahan bakar dengan pemasangan TDS control system disajikan di
Tabel 3.5 dan 3.6. Namun hal ini perlu dipertimbangkan juga kadar silica, pH, ion Fe, dan
lain-lain yang menjadi parameter penting ambang batas pada pengoperasian boiler yang
aman sesuai rekomendasi manufaktur boiler.
Gambar 3.9. Kerja ON-OFF Level Control System dan pompa air umpan
Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengganti sistem ON OFF dengan modulating level
control system untuk boiler kapasitas lebih dari 5 ton/jam
Keuntungan menggunakan modulating level control system adalah kestabilan kondisi
operasi seperti tekanan, kerja pompa air umpan, burner, water level, dan laju alir steam
(steam flowrate) dan penghematan konsumsi listrik pada pompa air umpan.
Keuntungan menggunakan modulating level control system adalah :
• Tekanan dan laju produksi steam lebih stabil
• Kerja burner lebih efisien
• Mengurangi thermal stress pada shell boiler.
• Menurunkan potensi carry over.
• Menurunkan kerusakan pada pompa air umpan dan burner.
• Dengan menggunakan VSD/inverter, kerja pompa lebih modulating dan
memberikan penghematan listrik
BAB 4
REKOMENDASI
Dari hasil kegiatan audit energi di PT ................ dapat disampaikan rekomendasi dan saran
bahwa masih ada peluang rekomendasi konservasi energi dan aspek lain seperti best
practices, instalasi flowmeter steam, insulasi dan peralatan pendukung
Berikut disampaikan rekomendasi dan saran dari hasil audit boiler di PT ..........:
4.1 Rekomendasi
Rekomendasi konservasi energi pada Boiler C dan D disajikan di Tabel 4.1. Jika dilihat
dari skala prioritas untuk Boiler C, usaha konservasi energi yang menarik untuk dapat
diimplementasikan adalah sistem daur ulang panas gas buang boiler dengan economiser,
sementara itu retrofit burner hanya ditekankan pada pengaktifan kembali O2 trimming &
burner setting. Sementara itu, rekomendasi konservasi energi pada Boiler D adalah retrofit
burner control system dari mechanical ke electronic burner control system.
Sementara itu, peningkatan efisiensi boiler dari sebelum dan sesudah perbaikan dapat juga
dilihat di Tabel 4.1. Efisiensi Boiler C dapat ditingkatkan dari 85 menjadi 89,4%,
sedangkan efisiensi Boiler D dapat ditingkatkan dari 87,7 menjadi 89,2% yang mendekati
efisiensi ideal boiler jenis 3-pass with economiser (87-89%). Dari dua hal yang
rekomendasikan, retrofit burner control system dapat diimplementasikan pada Boiler D,
sementara sistem daur ulang panas gas buang melalui pemasangan economiser dapat
diterapkan pada Boiler C.
4.2 Saran
Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam monitoring kinerja boiler setiap
saat, yaitu :
1) Untuk melakukan monitoring efisiensi boiler 8 dan 10 TPH, dapat dipasang Boiler
House Energy Monitor yang menampilkan laju alir steam, bahan bakar, dan
efisiensi metode langsung, seperti diagram pada Gambar 4.1.
2) Implementasi proyek hasil audit boiler skala prioritas
3) Audit steam pada distribusi/piping steam untuk mengetahui peluang konservasi
energi dan perbaikan lainnya
4) Pelatihan teknik konservasi & audit energi pada sistem Boiler dan Distribusi Steam
5) Bimbingan teknis dan praktek lapangan audit boiler dan steam