Anda di halaman 1dari 180

Pengolahan & Pengendalian Air Boiler

JURUSAN TEKNIK KIMIA, FTI-ITS


Boiler Water Treatment:
Penerapan di Industri

Steam / Uap air


• Gas yang terdiri dari uap air, tidak berbau dan tak
terlihat
– Biasanya tercampur dengan bintik-bintik kecil air
sehingga tampak warna putih seperti kabut
• Di industri, steam dihasilkan oleh air boiler yang
dipanasi secara terkendali
– Energi yang dikandung uap kemudian dipindahkan
dan digunakan dalam banyak cara dan keperluan.
Steam / Uap air

• Di alam, steam dihasilkan dengan pemanasan


air bawah tanah oleh proses vulkanik dan
keluar sebagai sumber air panas, geyser,
fumarol, dan kawah gunung berapi
• Steam digunakan sebagai medium pengangkut
energi panas pada berbagai industri, seperti
industri makanan, kertas, gula, petrokimia
Steam / Uap air

• Steam bertekanan dan bersuhu tinggi, lebih


tinggi dari 100°C
• Steam dapat digunakan untuk memindahkan
(transfer) energi ke berbagai bagian sistem.
– Energi ini selanjutnya dapat digunakan untuk
memasak, mendorong terjadinya reaksi kimia,
memanaskan bahan, serta kegunaan lain yang
luas.
Perlunya Pengolahan Air Boiler.

• Air mampu melarutkan zat-zat lain dengan


mudah, seperti: besi, tembaga,kalsium,
magnesium, oksigen, karbon dioksida, dll.
• Zat-zat terlarut ini dapat menimbulkan masalah
disaat air berubah menjadi uap. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengolahan (treatment).
Masalah yang timbul dari proses
pembentukan uap dan mekanismenya

Masalah pokok adalah:


Kerak
Korosi
Ikutan (carryover) air boiler
Pengendapan lumpur (Sludge)
Permasalahan muncul sebagai akibat dari
Kualitas air yang digunakan untuk
membangkitkan steam
Perilaku pengoperasian sistem
Tujuan Program Pengolahan
(Treatment) Air Boiler
1. Mencegah terbentuknya kerak
 Penambahan bahan kimia pengikat (chelant) dan sludge
conditioners sehingga padatan tidak membentuk kerak,
namun hanya berupa sludge dan dapat dikeluarkan lewat
blowdown.
2. Mencegah korosi
 Menghilangkan kandungan oksigen dengan deaerasi
dan/atau penambahan bahan kimia pemangsa oksigen
(oksigen scavenging).
 Menghilangkan hidroksida bebas (caustic) dengan
penambahan berbagai garam fosfat
3. Pencegahan ikutan (carryover) dan buih (foaming).
Lokasi dan Cara Penanggulan
Permasalahan

 Permasalahan dapat muncul pada semua bagian


dari sistem mulai dari tanki umpan, boiler, dan
sistem kondensat
 Beberapa masalah dalam boiler memerlukan
perlakuan kimia untuk mengatasinya
 Beberapa lainnya memerlukan perlakuan mekanis
untuk mengatasinya
Orientasi Pengolahan Air Boiler

Menjamin mutu produksi baik kualitas dan kuantitas


Meminimalkan maintenance dan memudahkan
planning operasional industri keseluruhan.
Penghematan bahan bakar
Mengurangi biaya perbaikan/downtime
Menurunkan biaya operasi.
Steam Generation
System
Boiler Building 500 Kv
Trans Line
Turbine
Generator

EP

Makeup Demint
Cooling Water
Fly ash ash WWTP Inlet
Silo

Cooling Water
Bottom ash
Silo Outlet

Pnumatic Flyash
Transport

Coal Yard Ash Disposal Area


Coal unloader Jetty

Boiler di PLTU
Skema Water Tube Boiler
Boiler di Pabrik Gula
Steam output. 17 atm,
325oC

Bagas, dr
gilingan

320oC
180oC

300oC

70oC

280oC
Tubes
Four-pass Fire tube Boiler
Flue gas
430oC

315oC
260oC
260oC

Penurunan heat transfer dari gas pemanas ke air boiler akibat


timbulnya kereak
Kerak : Sumber Masalah

Ketika air dalam boiler berubah menjadi uap (steam),


TDS dan TSS dalam air umpan yang masuk ke boiler
akan tertinggal didalamnya.
Penambahan air (make-up) yang terus menerus akan
menghasilkan konsentrasi padatan yang semakin
tinggi di dalam boiler
Pada suatu saat akhirnya akan tercapai titik jenuh,
dimana kemudian terjadi pengendapan padatan
dipermukaan pipa (kerak) dan kondisi operasi boiler
tidak lagi memenuhi syarat
Kerak : Sumber Masalah
 Sebagai faktor pembatas:
 Dissolved solid, suspended solid, alkalinitas,
dan kandungan silika.

 Program pengolahan air boiler (boiler water


programs) : usaha memenuhi syarat batas air
agar terhindar dari terbentuknya kerak pada
kondisi operasi boiler yang dikehendaki.
Masalah Korosi

Air murni pada dasarnya tidak korosif


kecuali terhadap logam reaktif (anodik; seperti
Natrium) dan suhu diatas 200°C.
Aksi korosi pada suhu rendah karena
hadirnya zat lain yang larut dalam air.
Misal: oksigen,
khlorida,
sulfat.
Korosi : Sumber Masalah

Laju korosi bertambah dengan meningkatnya


kadar oksigen dan khlorida.

Kehadiran oksigen (O2) akan memicu korosi, laju


korosi sebanding dengan kandungan oksigen
dalam air boiler.
Adanya Cl mempercepat korosi, laju korosi
minimum terjadi pada 3 ppm Cl-.
Korosi karena alkali

Pada NaOH > 20 % dapat terjadi


Fe + 2NaOH Na2FeO2 + H2O

Bila ada air yg berlebihan,


3 Na2FeO2+4H2O 6NaOH +Fe3O4+H2
Masalah Korosi : hubungan kons. Chlorida
dengan laju korosi
20
laju korosi, mpy

15

10

0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0

log konsentrasi khlorida


Batasan Kualitas Air Umpan dan Air Boiler

 ABMA mendata batasan/limit komposisi air


boiler berdasar pada tekanan operasi untuk
menjamin kualitas steam yang tinggi
mencegah pembentukan endapan dan korosi

 Semakin tinggi tekanan operasi boiler


semakin tinggi tingkat kemurnian air umpan
dan air boiler yang disyaratkan
Spesifikasi limit ABMA
untuk komposisi air boiler

Range Total Dissolved Range Total Dissolved


Drum Pressure, Range Total Suspended Solids
Solids 1 Boiler Water Solids 2,4 Steam PPM
psig Alkalinity 2,5 Boiler Water PPM
PPM (max expected value)

0 - 300 700 - 3500 140 - 700 15 0.2 - 1.0

301 - 450 600 - 3000 120 - 600 10 0.2 - 1.0

451 - 600 500 - 2500 100 - 500 8 0.2 - 1.0

601- 750 200 - 1000 40 - 200 3 0.1 - 0.5

751 - 900 150 - 750 30 - 150 2 0.1 - 0.5

901 - 1000 125 - 625 25 - 125 1


Spesifikasi limit ABMA
untuk komposisi air boiler

Range Total Dissolved Range Total Dissolved


Drum Pressure, Range Total Suspended Solids
Solids 1 Boiler Water Solids 2,4 Steam PPM
psig Alkalinity 2,5 Boiler Water PPM
PPM (max expected value)

1001 - 1800 100 Note3 1 0.1

1801 - 2350 50 Note3 Not Applicable 0.1

2351 - 2600 25 Note3 Not Applicable 0.05

2601- 2900 15 Note3 Not Applicable 0.05


Spesifikasi limit ABMA
untuk komposisi air boiler
Notes:
1. Nilai sebenarnya dalam range tergantung TDS
dalam air umpan (feed water).
2. Nilai sebenarnya dalam range sebanding langsung
dengan nilai TDS sebenarnya dalam air boiler.
3. Ditentukan oleh perlakuan air boiler.
4. Nilai ini tidak termasuk silika.
5. Dinyatakan sebagai ppm CaCO3 ekivalen
The Need for Total Water Management

In industrial and commercial installation, water


plays a major part in the manufacture of goods
and control of our environment. Equipment such
as boilers, cooling towers, water distribution and
waste water systems, must be maintained to
assure long life, as well as safe and efficient
operation. Proper Total Water Management is a
part of required maintenance practices.
Problems With Water
Naturally occurring impurities in water can cause
equipment to be subject to fouling, scale
formation, corrosion or rusting, and growth of
microorganisms. Left uncontrolled, any of these
conditions will cause a loss of system capacity,
reduced energy efficiency and shortened
equipment life. If a process heating, cooling or
waste water system fails, often the entire plant or
facility must shut down and suffer the economic
consequences. Lack of attention to water-related
problems is often the cause for failures that cost
time, money, production and aggravation.
Solving Water Problems
Using chemicals and related mechanical means
to control water related problems is part of the
Total Water Management. Chemical treatment as
a part of water management provides the means
to control these problems, to extend equipment
life, to conserve water, and to operate systems at
peak efficiency. Through effective water
management, industries can achieve maximum
return on investments by extending equipment
life, increasing efficiency and preventing costly
repairs as well as down time.
Priorities

•Safety
•Capacity
•Efficiency
•Preservation of Capital
•Ecology and Environment
The Need For Water
Management

•Heat (Energy)
•Metal (Equipment)
•Water (Heat Transfer Fluid)
•Problems
Operational Problems

1. Pitting
2. Scale/Sludge
3. Corrosion
4. Carryover
ROI (Return on
Investment)
• COST Vs. Payback
• Reductions in Energy
Consumption
• Water & Sewerage
Conservation
• Reduce Maintenance
Time and Cost
• Capital Preservation
Through Equipment
Preservation
• Reduced Down Time
and Production Loss
Pengolahan air umpan dan air boiler
serta pengelolaannya

1. Perlakuan air umpan boiler


(external-treatment).

2. Perlakuan air yang berada di dalam


boiler (internal treatment).
1. External Water Treatment.

Menyiapkan air baku untuk umpan / Make-up water


boiler.

 Melibatkan beberapa tahapan perlakuan atau proses yang


kesemuanya untuk mengurangi kadar padatan terlarut dan
tersuspensi di dalam air.

 Perlakuan kimiawi membantu menghindarkan air umpan


dari kotoran/impurities yang tidak dikehendaki .
External Water Treatment (lanjutan)

Seleksi proses external treatment tergantung


pada sumber air, sifat-sifat bahan kimia
terkandung, jumlah air tambahan (make-up)
yang diperlukan, tata-cara operasi pabrik,
dan sebagainya.

Alternatif Proses : filtrasi, pelunakan


(softening), demineralisasi, deaerasi, filtrasi
membran dan preheating (pemanasan awal).
External Water Treatment (lanjutan)
 Filtrasi
Menghilangkan ‗suspended solid‘ seperti pasir
halus, tanah liat dan beberapa bahan organik.

 Lime-soda softening
Pengendapan dengan penambahan bahan kimia
yang mampu bereaksi dengan mineral yang
terlarut dan membentuk partikel padat tersuspensi
yang berat, penambahan Ca(OH)2 dan Na2CO3
pada air dengan kesadahan yang tinggi.
Padatan > 100 mm Padatan > 8 mm Padatan lumpur
< 8 mm
Effluent
Bar Racks Bar Screen Pra Sedimentasi
Inlet
/ Ekualisasi

Koagulasi
Sedimentasi Filtrasi
Flokulasi

Lumpur

PRESIPITASI (Lime Soda Softening)


Contoh : Larutan dengan inpurities sbb :
impurity Reagent Endapan By Product
1. Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 CaCO3 + H2O
Presipitasii
Presipitas Sedimentasi 2. Mg(HCO3)2 + 2Ca(OH) 2CaCO3 + 2H2O
3. MgSO4+ CaSO4
MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl
Effluent Mg(NO3)2 Ca(NO3)2
Outlet 4. CaSO4 Na2SO4
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2 NaCl
Ca(NO3)2 2 NaNO3
Lime Soda Softening
impurity Reagent Endapan By Product
1.Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 CaCO3 + H2O
2.Mg(HCO3)2 + 2Ca(OH) 2CaCO3 + 2H2O
3.MgSO4+ CaSO4
MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl
Mg(NO3)2 Ca(NO3)2
4.CaSO4 Na2SO4
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2 NaCl
Ca(NO3)2 2 NaNO3
External Water Treatment:
Macam Pretreatment

 Ion exchange —
Menghilangkan / mengganti ion-ion pembentuk kerak
(terlarut) dengan ion-ion yang lain melalui proses
adsorbsi dengan melewatkan air umpan boiler melalui
resin alam atau sintetis, sehingga ion-ion yang punya
tendensi membentuk kerak dapat diminimalkan
jumlahnya.
H 2O
External Water Treatment

 Reverse osmosis (RO)


Sebuah proses yang memaksa aliran air umpan yang
mengandung TDS (garam dan zat organik) melewati
sebuah membrane semi-permeable menjadi dua aliran
terpisah: satu aliran adalah air murni (permeate) dan
satu aliran lagi adalah air sisa (concentrate atau
reject).

 Tekanan air digunakan untuk melawan tekanan osmose


alami larutan, oleh karena itu prosesnya disebut reverse
osmosis.
Distillasi Air Multistage
Internal Treatment

Internal treatment dilakukan dengan cara penambahan


bahan kimia kedalam air boiler untuk mengatur
komponen-komponen bahan kimia didalamnya agar
karakter pembentukan masalah (kerak, korosi, carry
over) dapat di kurangi atau dihilangkan.
Internal Treatment

Perlakuan boiler yang tepat menurunkan ongkos


utilitas, memperpanjang umur boiler, meningkatkan
efisiensi boiler, memperkecil downtime dan ongkos
pemeliharaan.

Internal treatment bergulat dengan kondisi air yang


terkait dengan kesadahan (hardness), oksigen, silika,
besi dan lainnya.
Internal Treatment

Pada operasi boiler tekanan rendah : dengan cara


pengembalian kondensate sebesar mungkin sebagai feed
dan menjaga kualitas air baku yang bagus, sehingga dapat
dilakukan hanya dengan internal treatment saja.

Pada operasi boiler tekanan sedang dan tinggi :


pengendalian air boiler memerlukan baik external
pretreatment maupun internal treatment.
Internal Treatment
Karena banyak variabel yang terkait, tidak ada
satupun “ramuan kimia untuk boiler” yang
mampu mengatasi semua permasalahan.

Program dan pelaksanaan yang baik harus diikuti


dengan monitoring dan analisis periodik terhadap
air baku, air boiler, dan kondensat.

Jangan coba-coba bereksperimen dengan tata


cara perlakuan buatan sendiri, pada boiler di
industri atau dimana saja.

Experimen sebaiknya hanya dilakukan di


laboratorium yg sarananya memadai saja.
Sasaran Perlakuan Internal
(InternalTreatment) Air Boiler
1. Meminimalkan terbentuknya kerak
dengan penambahan bahan kimia
2. Meminimalkan ancaman korosi dengan
menghilangkan kandungan oksigen dan
menekan terbentuknya caustic bebas
3. Mencegah terjadinya carryover dan buih
(foaming)
Menghambat Terbentuknya
Kerak Dengan Penambahan
Bahan Kimia
Kerak Dalam Boiler
Kerak dalam boiler mempunyai
konduktifitas panas rendah

Kerak yang menyelimuti permukaan pipa


akan penghambat perpindahan panas

Suhu gas buang (stack gases) meningkat


karena panas pembakaran kurang terserap
Kerak Dalam Boiler

Penurunan perpindahan panas 2-3% meningkatkan


ongkos yang besar karena harga bahan bakar
semakin mahal

Perpindahan panas yang rendah menyebabkan


suhu pipa meningkat dan mungkin sampai kelewat
panas (over heating) sehingga pipa menjadi rusak
secara permanen (gosong dan keropos)
Kerak Dalam Boiler
Tebal kerak, mm Kenaikan Konsumsi Bahan
Bakar
1 0.05 4%
2 1 7%
3 2 11%
4 3.65 18%
5 6.25 38%
6 12.7 60%
7 19.5 80%
8 25.4 >90%

Treatment air yang sesuai akan menekan pembentukan


kerak dan meningkatkan efisiensi pemakaian bhn
bakar sampai minimum 20%.
Kerak Dalam Boiler
 Ca dan Mg adalah sumber kerak yang umum.
Ca dan Mg merupakan masalah pokok dalam
operasi boiler, terutama bagi boiler tekanan tinggi
 Penggunaan external treatment dimaksudkan untuk
menghilangkan zat-zat tersebut
 Internal treatment ditujukan untuk mencegah
terbentuknya endapan kerak dari zat-zat tersebut pada
permukaan pipa sehingga permukaan pipa tetap terjaga
bersih.
Pembentukan Kerak Dalam Boiler

 KALSIUM / Ca :
 Pengendapan CaCO3 membentuk kerak berjalan cepat bila
air umpan boiler mengandung Ca(HCO3)2
 Hadirnya garam CaSO4 (lebih mudah larut dibanding
CaCO3) menandakan perlakuan (treatment) air boiler
kurang memadai
 Semua tata cara internal treatment bertumpu pada
pengendapan garam Ca dalam bentuk selain CaSO4
Pembentukan Kerak Dalam Boiler

 MAGNESIUM / Mg :
 Pembentukan kerak oleh garam Mg biasanya lebih mudah
dicegah dari pada garam Ca
 Secara normal Mg mengendap dalam bentuk MgOH
• Garam Mg yang dijumpai pada kerak boiler adalah MgOH,
MgSiO2, dan Mg fosfat
• Kerak magnesium fosfat tidak terlalu keras tetapi magnesium
silikat sangat keras dan terbentuk di daerah perpindahan
panas tinggi
Kerak Dalam Boiler

SILIKA:
• Pencegahan kerak silika biasanya dilakukan dengan external
treatment. Internal treatment diarahkan untuk mencegah
terjadinya kerak silika dengan menjaga konsentrasi alkali dan
residu fosfat dalam air boiler yang tinggi
– Kerak silikat sangat keras dan menjadi penghalang perpindahan
panas
– Konsumsi bahan bakar meningkat 3 kali lebih banyak dari
konsumsi bila jenis kerak ―normal‖ pada tebal yang sama
Kerak Dalam Boiler
 Pencegahan garam Ca dan Mg agar tidak
menempel pada permukaan pipa pemanas:
• Diendapkan kedalam bentuk lumpur dan dijaga
lumpur tetap fluid sehingga mudah dibuang lewat
blowdown
• Dipertahankan tetap larut atau yang mengendap
dapat larut kembali

 Ca lebih sulit ditangani dibanding Mg


• Magnesium hidroksida mudah membentuk lumpur
• CaCO3 berupa padatan keras dan berat
Bahan Kimia Pengendap Garam
Pembentuk Kerak

 Bahan kimia yang lazim dipakai untuk mengendapkan garam


kalsium:
 sodium phosphates, NaH2PO4
 trisodium phosphate, Na3PO4
 disodium phosphate, Na2HPO4
 Didalam air boiler bahan tersebut akan bereaksi dengan Ca
membentuk Ca3PO4 dalam bentuk flok endapan.
 Untuk memastikan reaksi terjadi, alkalinitas air boiler harus
dijaga tetap tinggi. Pada pH 9.5 atau kurang, kalsium tidak dapat
mengendap sempurna.
Meminimalkan Terbentuknya
Kerak Dengan Penambahan
Bahan Kimia (1)

DISPERSANT
Bahan Kimia Pengendap Garam Pembentuk Kerak:
DISPERSANT

• Bahan untuk menjaga agar lumpur garam kalsium dan


magnesium tetap fluid dan dapat dibuang lewat
blowdown
– Cara kerja dispersant: ketika flok kecil partikel terbentuk
akan segera diselimuti oleh dispersant sehingga tidak dapat
bersatu membentuk padatan yang lebih besar dan berat
dengan flok lain
– Jenis: umumnya adalah polimer sintetik
Bahan Kimia Pengendap Garam Pembentuk Kerak:
DISPERSANT

– Dapat digunakan dalam sistem sampai 70 bar_g.


(1000psi)
– Terbaik digunakan pada boiler yang masih bersih
– Dapat menghilangkan endapan kerak yang sudah
ada.
Bahan Kimia Pengendap Garam Pembentuk Kerak:
DISPERSANT

• POLYACRYLATE
– Bagus untuk melembutkan kalsium karbonat
– Membentuk lumpur ringan dan tak melekat
– Mampu mendispersikan garam fosfat pada alklinitas rendah.
• POLYMALEIC
– Pemodifikasi kristal kalsium karbonat dan garam fosfat
– Pembersih kerak kalsium dan fosfat yang bagus
– Polimer yang stabil dan mampu mengangkat kerak dari
permukaan metal ke dalam air
Bahan Kimia Pengendap Garam Pembentuk Kerak:
DISPERSANT

• POLYMETHACRYLATE
– Berekasi seperti Polyacrylate
– Jangan diberikan berlebihan karena dapat terurai
– Lebih aktif dari pada Polyacrylate terhadap garam kalsium.
• SULFONATED COPOLYMER
– Dispersant anionik bermuatan tinggi
– Mampu secara spesifik mengikat ion metal (besi) menjadi
senyawa larut dalam air boiler
• CARBOXYLATED COPOLYMER
– Dispersant sangat aktif mensuspensi garam kalsium dan
endapan besi
Bahan Kimia Pengendap Garam Pembentuk Kerak:
DISPERSANT

• TERPOLYMER
– Sebuah polimer kombinasi mengandung gugus karboksilat,
sulfonat, dan nonionik
– Memiliki tiga macam dispersant:
• Asam kuat (sulfonat) untuk menolak muatan pada permukaan partikel
• Asam lemah (karboksilat) untuk mengikat muatan pada permukaan
partikel
• Non ionik untuk menyebarkan muatan pada permukaan partikel
– Mampu mendisperikan lumpur oksida besi yang terhidrasi dan
tak terhidrasi
– Mendispersikan garam fosfat dan kalsium dalam bentuk
tricalcium phosphate dan hydroxyapatite.
Bahan Kimia Pengendap Garam Pembentuk Kerak:
DISPERSANT

• Cara pemasukan:
– Dispersants sebaiknya diberikan secara kontinyu kedalam
aliran air umpan/make-up agar dapat selalu memasok
kebutuhan reaksi pengendapan yang terjadi
– Karena tidak ada alat penguji yang praktis maka pemberian
dijalankan proporsional dengan jumlah air make-up, air
umpan, atau lainnya yang mudah diukur
Bahan Kimia Pengendap Garam Pembentuk Kerak:
DISPERSANT

• Penambahan dispersant:
g/Day Dispersant =
(Dosis yang diperlukan, ppm) × ton Make Up/Day
ATAU
• Dosis (ppm) = (feed hardness x F) + (Feed iron x 20)
– F = 23 untuk boiler s/d to 35 bar g (500psi),
– F = 24 untuk 35 - 40 bar (500 - 600psi),
– F = 26 untuk 41 - 44 bar (600 to 650psi),
– diatas 44 bar (650psi) tambah extra 1 per 3 bar (50psi) ke nilai F = 26.
Meminimalkan Terbentuknya
Kerak Dengan Penambahan
Bahan Kimia (2)

CHELANT
Bahan Kimia Penahan Garam Pembentuk Kerak
Tidak Mengendap : CHELANT

– Mampu mengikat kation, seperti kalsium dan magnesium


walaupun dalam endapan, membentuk senyawa tetap
tersuspensi dalam air
– Yang sering digunakan: EDTA (ethylene diamine tetraacetic
acid) dan NTA (nitrilo triacetic acid).
• Molekul hasil reaksi chelants ini dengan kation sangat
stabil dan mampu tetap berada dalam larutan suspensi
• Mampu bereaksi dengan kalsium karbonat, kalsium
sulfat, magnesium hidroksida, magnesium silikat, dan
senyawa besi dari endapan.
Bahan Kimia Penahan Garam Pembentuk Kerak
Tidak Mengendap : CHELANT

• Pemasukan chelant sebaiknya menggunakan pipa


stainless steel di aliran sesudah pompa.
– Letaknya paling sedikit 2m sebelum belokan atau valve
– Pemasangan yang baik
• mencegah kehancuran paduan tembaga impeller,
• mencegah kerusakan erosi pada elbow pipa,
• memberi cukup waktu untuk percampuran dengan air
yang di treatment
Bahan Kimia Penahan Garam Pembentuk Kerak
Tidak Mengendap : CHELANT

• Pemasukan chelant pada aliran air umpan


memiliki keunggulan:
– Chelant dapat bereaksi membentuk molekul
larut sebelum masuk boiler sehingga
menurunkan secara drastis peluang terjadinya
pengendapan
– EDTA terurai pada suhu dan tekanan operasi
boiler 300 psi dan NTA pada 900 psi
– Chelant-cation complexes stabil sampai dengan
1300 psi
Bahan Kimia Untuk Menahan Garam
Pembentuk Kerak Tidak Mengendap :
CHELANT

• Untuk memperoleh keuntungan maksimum


penggunaan chelant, kualitas air umpan harus
tinggi.
– Limit kontaminan yang diperkenankan:
• Total Hardness 0-2 ppm
• Besi 0-2 ppm
• Oksigen 0 ppm
Bahan Kimia Penahan Garam
Pembentuk Kerak Tidak Mengendap :
CHELANT
• Chelant dapat digunakan bersama dengan internal
treatment programs yang lain, tergantung pada
kondisi sistem.
• Unit dengan kualitas air umpan tinggi dan
pengendalian yang baik: chelant/polymer program
– Paling efektif sebagai pencegah kerak
– Polymer (dispersant) hendaknya dipilih menurut
jenis kontaminan yang ada dalam air umpan atau
dalam endapan dalam boiler
Bahan Kimia Penahan Garam Pembentuk
Kerak Tidak Mengendap : CHELANT
• Untuk kualitas air dan pengendalian yang cukup baik:
phosphate/chelant/polymer program
– Chelant diarahkan bereaksi dengan zat pembentuk kerak
terbanyak, Fosfat untuk mengikat sisa garam kalsium
– Pendekatan program semacam ini disebut “penggunaan chelant
sub stoichiometric"
• Ide dasar: pemberian chelant 80% dari total perkiraan
kebutuhan
• Cara ini menghindari kelebihan chelant dengan tetap
memperoleh keunggulan penggunaan chelant
– Fosfat dalam air boiler sebagai penunjuk kualitas treatment serta
sebagai buffer terhadap korosi oleh chelant
Bahan Kimia Penahan Garam Pembentuk Kerak
Tidak Mengendap : CHELANT

• Dosis tepat penggunaan chelant sangat sulit diukur secara tepat


– Banyak kejadian pengujian menunjukkan kadar chelant cukup
padahal sebenarnya kurang dan sebaliknya
– Pemberian chelant yang berlebihan berisiko korosi karena
chelant mampu ‗memakan‘ metal boiler
• Karena kesulitan ini maka dosis diberikan berdasar pada
jumlah air umpan.
– Total kebutuhan chelant per hari ditaksir dari jumlah total kation
target di dalam air umpan per hari
Bahan Kimia Penahan Garam Pembentuk
Kerak Tidak Mengendap : CHELANT

• Ingin lebih mudah gunakan program:


phosphate/chelant/dispersant
– Tambahan keuntungan: terjadi kondisi kompetisi antar
anion sehingga fosfat dapat berperan sebagai buffer
terhadap serangan kelebihan chelant ke metal boiler
Meminimalkan Terbentuknya
Kerak Dengan Penambahan
Bahan Kimia (3)

FOSFAT
Phosphate Treatment untuk
Drum-Recirculating Boilers

• Tujuan
– Pencegahan terbentuknya kerak
– Pengendalian pH
– Mengurangi ancaman korosi caustic
• Macam Treatment
– Coordinated Phosphate Treatment
– Congruent Phosphate Treatment (CPT)
– Equilibrium Phosphate Treatment (EPT)
Phosphate Treatment

– Sangat effektif terhadap Kalsium Sulfat dan


Kalsium Silikat.
– Memenuhi aturan FDA untuk penggunaan steam
yang bersentuhan dengan makanan.
• Karena tidak merubah warna air boiler dan tidak
beracun, terutama bila ikutan air boiler (carry over)
menjadi masalah.
Coordinated Phosphate Treatment
• Sinonim: captive alkalinity program
– Diperkenalkan oleh Purcell and Whirl (1943)
• Kadar hidroksida bebas (OH-) pada kadar
fosfat tertentu dibatasi oleh limit atas pH (atau
alkalinitas)
– Suatu proses yang mudah untuk di monitor dan
dikendalikan.
Coordinated Phosphate Treatment

• Mencegah terjadinya NaOH bebas, harus


dijaga kondisi air boiler berada dibawah garis
Na/PO4 = 3.0 (lihat Chart)
– Garis tersebut sama dengan ratio Na/PO4 = 3.0
dalam senyawa trisodium phosphate murni
(Na3PO4).
Coordinated Phosphate Treatment

• Untuk boiler dengan tekanan:


– rendah (kurang dari 20 bar g) berikan untuk menghasilkan
30 – 70 ppm PO4 dalam air boiler.
– 20 - 40 bar g untuk 20 - 40ppm PO4 dalam air boiler.
– 40 - 60 bar g untuk 15 - 20 ppm PO4 dalam air boiler.
– diatas 60 bar g lihat chart dan uraian berikut.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Note : kesesuaian/harmonis/

– Diperkenalkan oleh Marcy and Halstead (1964)


• Batas pH diperendah untuk makin mengurangi risiko
dari NaOH bebas
• Kondisi air boiler dikendalikan dibawah garis ratio
Na/PO4 = 2.6 namun tetap menjaga alkalinitas cukup
tinggi untuk menekan korosi carbon steel.
– Beberapa modifikasi dilakukan dengan menambah angka
koreksi untuk menyesuaikan dengan tekanan operasi boiler
tertentu.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)

• Perbaikan situasi terhadap serangan oleh


caustic bebas.
– Pada umumnya untuk boiler tekanan tinggi
cenderung beroperasi pada konsentrasi fosfat
dalam range 2-5 mg/L
– Boiler dengan tekanan lebih rendah dapat
mencapai 25 mg/L atau lebih.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Asumsi Dasar

• Komposisi air di dalam boiler seragam pada semua


bagian.
– Perlu diperhitungkan adanya kehilangan semu (hide-out)
pada daerah yang lebih panas.
• Pengendapan/pelarutan serentak garam natrium fosfat
murni,
– yakni, komposisi di padatan tetap sama dengan di larutan
(congruent precipitation/dissolution), dan tanpa perubahan
pH atau ratio Na/PO4 dalam air boiler.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Asumsi Dasar

– Ratio Na/PO4 dapat


• Dinaikkan dengan menambah NaOH atau TSP
• Diturunkan dengan penambahan DSP (disodium
phosphate).
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Informasi Kegagalan!!

– Paling sering terjadi pada boiler tekanan tinggi untuk


pembangkit listrik.
• Penurunan konsentrasi fosfat pada boiler yang
mengalami kehilangan semu (hide-out)
menyebabkan kerusakan hidrogen pada pipa air
(water tubes).
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Ancaman : informasi Kegagalan!!

• Kerusakan hidrogen adalah pertanda


terbentuknya lingkungan lokal asam yang
bersentuhan dengan permukaan pipa (besi)
serta hadirnya khlorida dengan konsentrasi
yang tinggi.
– Terdapat kasus terjadinya serangan korosi oleh
fosfat yang mengakibatkan penggantian pipa
menyeluruh hanya setelah beroperasi 18 bulan.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

• Untuk memperoleh ratio akhir Na/PO4, penambahan


bahan kimia perlu dilakukan secara kontinyu.
• Untuk menurunkan ratio sering perlu dilakukan
pencampuran antara DSP (Na2HPO4) dengan TSP
(Na3PO4).
– Dalam pelaksanaan, beberapa boiler beroperasi dengan
ratio Na/PO4 sampai serendah 1.8.
– Banyak boiler mengalami fenomena ―sisa fosfat (phosphate
wastage)”, dimana asam fosfat menyerang dinding pipa
sampai tipis.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

• Operasi untuk memenuhi persyaratan CPT sering


berakhir dengan konsentrasi PO4 melebihi 50 mg/L
• Untuk jenis pipa alloy yang sensitif terhadap serangan
caustic, diusahakan ratio Na/PO4 dibawah 2.4
– Untuk menghindari kemungkinan terbentuknya caustic
bebas dan kerusakan material pipa.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

• Komposisi sample air boiler yang digunakan untuk


mengendalikan ratio Na/PO4 merupakan komposisi
rata-rata dan tidak menggambarkan komposisi bagian
yang paling panas (parah) dan paling dingin
– Air boiler pada zona flux-panas tinggi akan lebih pekat
karena penguapan.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

– Kondisi lokal akan mencegah terjadinya


percampuran yang baik dengan keseluruhan massa
air pada setiap saat
– Terjadi gradient konsentrasi antara air didekat
permukaan pipa (lapisan magnetite)
• Sampling ke bagian yang parah dan kurang parah tak
dapat dilakukan.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

• Konsentrasi lokal beberapa species dapat mencapai


10-100 kali atau lebih dari konsentrasi rata-rata dalam
air boiler
– Pada kondisi seperti ini, zat seperti NaOH dan NaCl yang
memiliki kelarutan tinggi akan cenderung tetap dalam
larutan
– Zat yang memiliki kelarutan terbatas, seperti senyawa
garam fosfat, kemungkinan akan terlewati batas
kelarutannya dan mengendap sehingga seakan hilang dari
larutan (kehilangan semu, hide-out)
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

• Walaupun hide-out merupakan fenomena lokal, tetapi


pengaruhnya dapat dilihat dari sample air (bulk
sample) ketika boiler mengalami perubahan beban.
– Ketika beban boiler dinaikkan ke beban penuh,
hide-out akan tampak sebagai pengurangan kadar
fosfat (kehilangan fosfat) disertai kenaikan pH dan
alkalinitas.
• Biasanya, konsentrasi fosfat dapat turun sampai
dibawah batas yang ditentukan oleh program
CoPT atau CPT, sedang pH naik diatas 9.7.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

– Ketika beban dikurangi atau shutdown, fosfat akan


mulai muncul kembali yang tampak sebagai
kenaikan konsentrasi fosfat disertai turunnya pH
dan alkalinitas
• Penurunan pH mungkin sampai dibawah 9.0.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

– Luasnya permukaan baja (carbon steel) dalam


boiler, dapat diperkirakan akan terjadi berbagai
reaksi antara fosfat dengan kotoran hasil korosi
yang mengandung besi.
• Ketika hasil reaksi mengendap akan diikuti
dengan perubahan alkalinitas air dan fasa
padat yang terbentuk
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

– Reaksi antara fosfat dengan magnetite


menghasilkan dua macam produk.
• I. Na4FeOH(PO4)2·1/3NaOH.
– Terbentuk bila ratio Na/PO4 kurang dari 2.5
(sebagi hasil dari usaha memenuhi batas
kriteria CPT dengan mencampur DSP atau
TSP) dan suhu antara 320-360°C
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

• II. NaFePO4 or maricite


– Terbentuk akibat dari serangan garam asam fosfat
terhadap magnetite dan metal dasar (besi)
– Bukti terbentuknya maricite dapat dilihat dari
deposit pipa yang rusak.

2Na2HPO4 + Fe3O4—> NaFePO4 + Na3PO4 + Fe2O3 + H2O


2Na2HPO4 + Fe + ½O2—> NaFePO4 + Na3PO4 +H2O
3NaH2PO4 + Fe3O4—> 3NaFePO4 + ½O2 + 3H2O
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

– Bila ratio Na/PO4 diatas 2.5 dan suhu 320C yang


terbentuk adalah Na2.6Fe0.2PO4 , bukan maricite

– Bila ratio Na/PO4 naik diatas 2.7 dan suhu


dinaikkan menjadi 360°C, maka H2 terbentuk
sebagai hasil dari reaksi magnetite dan metal
dasar (Fe) dengan NaOH konsentrasi tinggi yang
terbentuk secara lokal
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

4NaOH + Fe3O4—> 2NaFeO2 + Na2FeO2 + 2H2O


2NaOH + Fe —> Na2FeO2 + H2

• Kehadiran hidrogen dapat dipakai sebagai


indikator telah/sedang terjadinya
―penggerogotan caustic (caustic gouging)”.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

• Sejauh mana pengaruh lokal terhadap operasi


keseluruhan boiler?
– Tergantung pada kondisi operasi dan jenis boiler
– Tidak tersedia program CPT tertentu yang berlaku
untuk semua boiler.
Congruent Phosphate Treatment (CPT)
Hambatan /Kesulitan Operasi

Karena sulit mencari kondisi yang tepat, banyak


boiler industri yang pindah ke program ―all
volatile treatment (AVT)‖ berbasis pada hydrazine
dan ammoniak/morpholine.
Equilibrium Phosphate Control (EPT)

• Suatu pendekatan yang lebih rational thp kimia fosfat.


• Hanya sedikit boiler tekanan tinggi yang berhasil
mempertahankan kualitas air boilernya dalam batas CPT
2-5 mg/L (PO4) dengan aman
• Usaha memperluas batas bagi beberapa boiler
mengakibatkan destabilisasi pengendalian alkalinitas,
meningkatkan risiko pelarutan lapisan proteksi magnetite
dan menghasilkan endapan senyawa besi-fosfat.
Equilibrium Phosphate Control (EPT)

• Memaksa boiler beroperasi dengan konsentrasi


fosfat melebihi kesetimbangannya berarti bila
terjadi perubahan pola perpindahan panas dan
massa pada zona flux panas tinggi memungkinkan
terjadinya perubahan ratio Na/PO4 dan perubahan
laju pengendapan dan hidrolisa.
Equilibrium Phosphate Control (EPT)

• Karena kelarutan garam fosfat naik progressif dengan


penurunan ratio Na/PO4 dibawah 2.0, maka
penambahan DSP atau bahkan MSP sebagai pengatur
pH dapat menghasilkan lingkungan (lokal) yang
sangat asam.
– Lingkungan lokal sangat asam dapat terjadi dibawah
endapan (dalam boiler kotor)
– dan bila terdapat khlorida dengan konsentrasi cukup akan
menghasilkan kerusakan pipa dan timbulnya hidrogen
Equilibrium Phosphate Control (EPT)

• Hidrogen dapat dihasilkan dari penggerogotan caustic (caustic


gouging) dan serangan asam fosfat
– Hal ini dapat menyebabkan kekeliruan diagnosa dan
penanganan.
• Bila serangan asam dalam CPT di diagnosa sebagai
penggerogotan caustic, maka sebagai tindakan penanganannya
adalah menurunkan konsentrasi NaOH bebas dengan
penambahan disodium atau monosodium phosphate lebih
banyak.
– Bila persoalan sesungguhnya disebabkan oleh serangan
asam maka tindakan tersebut akan memperparah keadaan.
Equilibrium Phosphate Control (EPT)

• Penambahan sodium phosphates dengan ratio Na/PO4


lebih tinggi (seperti dalam CPT), melebihi
konsentrasi setimbangnya menghasilkan padatan
fosfat dan caustic bebas berlebihan
– Penambahan caustic yang dihasilkan oleh
fenomena hide-out akan menaikkan potensi korosi
pH tinggi ketika boiler beroperasi diatas beban
nominalnya
Equilibrium Phosphate Control (EPT)

• Fosfat diketahui mampu mempengaruhi struktur


kristal magnetite yang menempel permukaan pipa dan
mungkin sekali mengubah sifat perlindungan
korosinya
– Fosfat masuk kedalam kisi kristal magnetite dan
menimbulkan titik lemah
– Beberapa instalasi, misal Ontario Hydro, menghindari
penggunaan TSP pada tahap passivasi-netralisasi setelah
pembersihan (cleaning) boiler menggunakan HCL
Equilibrium Phosphate Control (EPT)

• Untuk memastikan diperoleh lapisan magnetite yang


melekat kuat, hanya digunakan NaOH saja untuk
membuat kondisi alkali pada 500 jam operasi awal
setelah pembersihan
– Tingkat kontaminasi harus dijaga minimum dalam
batas yang diperkenankan
Equilibrium Phosphate Control (EPT)
The CPT Control Chart

• EPT dapat dimulai menggunakan CPT control chart


sebagai pegangan karena
– sederhana dan telah dikenal luas oleh operator boiler
untuk mengendalikan sistem dalam limit yang telah
ditentukan
• Untuk mengendalikan EPT perlu diketahui konsentrasi
pada permukaan pipa
– Sampling ke permukaan pipa tak mungkin dilakukan
– Terjadi atau tidaknya pengendapan pada permukaan
pipa harus dapat diperkirakan dari konsentrasi air
(bulk)
Equilibrium Phosphate Control (EPT)
The CPT Control Chart
• Kemungkinan I
– Bila konsentrasi fosfat dalam sistem (air) telah
setimbang (equilibrium) maka fosfat dalam air
akan selalu konstan
• Satu-satunya mekanisme yang mampu menurunkan
konsentrasinya hanyalah blowdown
– Bila penambahan fosfat secara kontinyu maka
konsentrasi bulk (dari sample) merupakan nilai
balance antara fosfat yang masuk dan yang
keluar.
Equilibrium Phosphate Control (EPT)
The CPT Control Chart

– Bila penambahan fosfat dihentikan maka konsentrasi


fosfat akan turun selaras dengan laju blowdown
• Bila tidak ada blowdown, konsentrasi fosfat akan
tetap konstan
• PO4, pH dan ratio Na/PO4 akan cukup konstan
walaupun beban berubah-ubah.
Equilibrium Phosphate Control (EPT)
The CPT Control Chart
• Kemungkinan II
– Bila fosfat melebihi konsentrasi equilibrium,
kelebihannya akan mengendap dalam sistem
• Pengendapan ini merupakan mekanisme kedua
pembuangan fosfat dari larutan (air) selain blowdown
• Konsentrasi fosfat dalam air (bulk) akan turun tergantung
pada laju blowdown + laju pengendapan
– Bila equilibrium tercapai, pengendapan berhenti dan penurunan
fosfat hanya bergantung pada blowdown
• While the PO4 is above the equilibrium value, the PO4,
pH and Na/PO4 ratio are likely to show movement in
response to load changes.
Equilibrium Phosphate Control (EPT)
The CPT Control Chart
• Kemungkinan III
– Bila fosfat dibawah konsentrasi equilibrium, endapan
dalam sistem akan larut kembali
• Pelarutan kembali akan tampak sebagai kenaikan cepat
ketika boiler berhenti (trip)
• Bila waktu cukup, pelarutan kembali merupakan
mekanisme untuk menghilangkan (paling tidak secara
partial) endapan lama
• Pelarutan kembali menyediakan/menjaga kebutuhan
alkalinitas sistem selama status shutdown
Equilibrium Phosphate Control (EPT)
Memulai dan Menjaga Program

• Tambahkan fosfat berlebih agar konsentrasi fosfat


dalam air boiler sedikit diatas perkiraan nilai
equilibrium
• Selesai penambahan ikuti perubahan (berkurang)
fosfat dalam air (bulk)
– Bila konsentrasi fosfat diatas equilibrium, hide-out akan
terjadi dengan diikuti penurunan konsentrasi
• Penurunan akan berhenti pada nilai equilibrium
• Nilai ini adalah nilai maksimum operasi EPT
• PO4, pH dan ratio Na/PO4 akan tetap stabil walau beban
berubah
Dosing Phosphate Treatment

• Untuk hasil terbaik masukkan secara kontinyu


sebanding dengan penggunaan air umpan.
• Untuk menghilangkan Kalsium dan menyisakan
kadar PO4 (residual), laju dosis:
– ppm = (Feed Calcium Hardness x 2.4) + [(PO4
residual x 3.7)/concentration factor]
Equilibrium Phosphate Control (EPT)
Hasil

• Banyak boiler telah pindah ke EPT


• Konsentrasi fosfat equilibrium yang diperoleh
umumnya lebih rendah dari CPT
– Untuk boiler yang beroperasi pda 16-19 MPa (2400-2800
psi), biasanya konsentrasi equilibriumnya kurang dari 2
mg/L dan kadang kurang dari 1 mg/L .
• Unit Ontario Hydro mendapati limit atas 2.4 mg/L, E.D.
Edwards Unit #2  0.15 mg/L, 2600 psi Salt River Coronado
station = 0.7 mg/L.
Menekan Ancaman
Korosi
Meminimalkan Ancaman Korosi

• Air murni pada dasarnya tidak korosif, kecuali pada


suhu diatas 200°C.
• Aksi korosif dalam boiler lebih disebabkan oleh zat
lain yang larut dalam air.
– Misal oksigen, khlor, sulfat, caustic bebas, asam fosfat,
CO2.
• Dissolved oxygen dalam feedwater dapat menyerang
– Saluran feedwater, heaters, dan economizer
Meminimalkan Ancaman Korosi
• Jenis korosi
– Oxygen pitting,
– Flow-Assisted Corrosion (FAC)
– Economizer dan Feedwater Heater Corrosion
• Korosi baja lunak (mild steel) yang di
induksi oleh oksigen menghasilkan localized
pitting
Fe +½ O2 + H2O → Fe(OH)2
Meminimalkan Ancaman Korosi

• Kebanyakan serangan oksigen terjadi saat


penyimpanan, start-up, atau shutdown.
• Oksigen, terutama bila khlorida hadir, dapat
menyebabkan korosi pitting dan stress
cracking yang cepat
Meminimalkan Ancaman Korosi

• Ancaman korosi dapat dikurangi dengan


– Merubah sifat metal dari reaktif menjadi passif
(passivasi)
– Menghilangkan zat reaktif terlarut atau
mengubahnya menjadi non aktif
• Menghilangkan oksigen
• Memperkecil kotoran oksida besi
– Mempertahankan kondisi pH basa
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Passivasi Permukaan Metal

• Saat boiler baru dipergunakan dan air umpan


dan air boiler tidak mengandung oksigen,
– metal carbon steel pada saluran air umpan dan pipa
boiler akan membentuk lapisan pelindung Fe3O4
(magnetite)
– Metal alloy tembaga membentuk cuprous oxide
(Cu2O).
Terjadilah proses passivasi
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Passivasi Permukaan Metal

• Mekanisme pembentukan magnetite pada permukaan


metal boiler dengan kondisi tanpa oksigen dan suhu
tinggi
Fe + 2H2O → Fe(OH)2 + 2H2
– Ferrous hydroxide [Fe(OH)2] pada suhu >100°C berubah
menjadi magnetite menurut reaksi Schikorr:
3Fe(OH)2 → Fe3O4 + H2 + 2H2O
• Lapisan oksida magnetite berlaku
– menghambat proses korosi selanjutnya
– Mempassivasi metal
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Passivasi Permukaan Metal

• Banyak proses operasi boiler yang merusak


lapisan magnetite
– Oksigen berlebihan dalam kondensat
• menghasilkan kondisi oksidasi yang tak
terkendali sehingga
– Fe3O4 berubah menjadi Fe2O3
– Cu2O teroksidasi menjadi cupric oxide (CuO)
Kedua produk tersebut bukan pembentuk
lapisan pelindung
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Passivasi Permukaan Metal

• Hydrazine dapat mengembalikan lapisan pelindung


6Fe2O3 + H2NNH2  4Fe3O4 + N2+ 2H2O
4CuO + H2NNH2  2Cu2O + N2 + 2H2O
Hydrazine berlaku sebagai pereduksi dan passivator
• EDTA membantu mempercepat pembentukan dan
meningkatkan kualitas lapisan magnetite
Meminimalkan Ancaman Korosi:
CONDENSATE SYSTEM
• Kondensate korosif merusak pipa dan peralatan
• Kondensate kotor yang dikembalikan ke boiler dapat
menambah endapan dan kotoran oksida dalam air
boiler
• Kondensat mengandung berbagai macam/ kadar
kontaminan
– Yang paling umum dan banyak dissolved oxygen dan
carbon dioxide (CO2).
• Hasil akhir korosi yang dipengaruhi suhu dan waktu:
ferric oxide (Fe2O3)
Meminimalkan Ancaman Korosi:
CONDENSATE SYSTEM

• Korosi oksigen menghasilkan lubang (pitting)


– berawal dari bagian terlemah lapisan pelindung magnetite
– berlanjut pada tempat yang sama
• Oksigen masuk ke kondensate dengan absorpsi
langsung dari udara
– Sistem yang baik meminimalkan kontak antara kondensate
dengan udara
• Condensate receiving tanks adalah tempat masuknya
udara yang paling sering
Meminimalkan Ancaman Korosi:
CONDENSATE SYSTEM

• CO2 berasal dari pecahan alkalinitas dalam air


boiler.
• CO2 larut dalam air membentuk asam
karbonat (H2CO3) dan menurunkan pH
– Asam yang terbentuk menyerang pipa dan
peralatan
– Oksigen dan asam karbonat juga menyerang
tembaga
Meminimalkan Ancaman Korosi:
CONDENSATE SYSTEM

• Pencegahan:
– Deaerasi dan pembuangan gas non condensable
sebelum pemanas air umpan tekanan tinggi
• Treatment baku:
– Pemberian amines pembentuk film
– Pemberian amines penetral asam dan penaik pH
• Injeksi ammonia (NH3 ) atau amine ke kondensat untuk
meningkatkan pH dari 9.2 ke 9.6 untuk all-ferrous
systems dan dari 8.8 ke 9.1 untuk sistem metal
campuran
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Condensate System Filming Amine
• Bahan aktif: Morpholine dan Cyclohexylamine.
• Fungsi dan sifat:
– Pembentuk film penolak air ( water repellent)
– Mampu bekerja sampai tekanan 400 bar g
– Menetralkan CO2 dalam kondensat
– Lapisan film menghalangi permukaan metal dari
jangkauan oksigen
– Mampu membersihkan kotoran korosi pada pipa.
• Hati-hati pada pemakaian awal, kotoran yang terlepas
dari pipa dapat membuntu steam traps dan filter
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Condensate System Filming Amine

• Dosis:
– Awal, berikan rendah untuk membersihkan
permukaan pipa. Pemberian didasarkan pada rate
steam.
– Setelah kadar Fe dalam steam stabil, dosis naikkan
pelahan sampai pH dalam kondensat 7.5 - 8
tercapai.
– JANGAN MELEBIHI pH 9.0
Meminimalkan Ancaman Korosi: Oksigen

• Sebagian besar oksigen dalam feedwater


dibuang dalam deaerator dengan pemanasan
– Kelarutan oksigen dan gas lainnya sangat
berkurang pada suhu tinggi
– Konsentrasi oksigen biasanya menjadi <20 ppb,
namun masih tetap berbahaya
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Oksigen
Ditambahkan bahan kimia untuk menghilangkan
oksegen (Oxygen scavenger)
 sulfite (Na2SO3 ),
 Hydrazine (H2NNH2 ),
 organic scavengers: hydroxylamines (NH2OH), ascorbic
acid (C6H8O6), hydroquinone [C6H4(OH)2], dan oximes
dengan dan tanpa katalis, Tannin, DEHA,
Carbohydrazide
 Kecepatan reaksinya tergantung pada
– konsentrasi awal oksigen, suhu reaksi, pH, katalis, jenis
dan konsentrasi scavenger.
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Oxygen Scavenger Sulfit

Lazim dikemas dalam bentuk larutan (air)


Ditambah katalis senyawa cobalt untuk
mempercepat reaksi
Menambah konsentrasi padatan dalam air
boiler
Reaksi
Na2SO3 + O2 → Na2SO4
Meminimalkan Ancaman Korosi:
Oxygen Scavenger Sulfit

Dosis:
Hasil terbaik diperoleh dengan pemberian kontinyu
sebanding dengan rate air umpan
Dapat digunakan untuk menghilangkan khlor bebas
Berikan untuk menghasilkan kadar 30 - 70ppm
Sulfit dalam air boiler
Laju dosis variabel tergantung suhu air umpan.
Meminimalkan Ancaman Korosi:

Oxygen Scavenger : Hydrazine


Meminimalkan Ancaman Korosi:
Oxygen Scavenger
DEHA (Di Ethyl Hexali Amine)

 Larutan amin berwarna kuning muda, basa volatile


 Tidak menambah dissolved solids atau ammonia
kedalam sistem boiler
 Berfungsi ganda
 Memberi perlindungan yang bagus terhadap korosi
oksigen
 Mempassivasi metal boiler
 Dapat dipakai sebagai pengganti hydrazine dalam boiler
sampai 125 bar dan lebih aman
 Dosis berdasar pada jumlah dari:
 Level oksigen terlarut plus kadar residu 5 - 10 ppm
dalam air boiler
Meminimalkan Ancaman Korosi:
CAUSTIC ATTACK

Umumnya, air boiler industri mengandung


caustic soda (NaOH)
Pada kondisi normal konsentrasinya rendah dan
aman terhadap metal (besi)
Caustic menjadi korosif bila terjebak dibawah
endapan/kerak dan meningkat kepakatannya
Meminimalkan Ancaman Korosi:
CAUSTIC ATTACK

Pada kondisi tertentu, yaitu bila


terjadi stratifikasi atau steam blanketing,
dan suhu lokal meningkat >482°C
Oksidasi langsung antara baja dengan steam/air
dapat berlangsung
Menyebabkan kehilangan logam dan pipa pecah
Meminimalkan Ancaman Korosi:
CAUSTIC ATTACK
• Serangan caustic kerap terjadi didaerah terjadinya
endapan/kerak, terutama zona dengan fluk panas
tinggi
• Endapan yang porous memberi jalan perembesan air
boiler sehingga
– Terus terjadi peningkatan endapan diantara metal
dan kerak
– Konsentasi caustic terus meningkat 1% kaarena
tidak mengkristal
– Terbentuk senyawa complex caustic-ferritic
sebagai hasil pelarutan lapisan protektif magnetite.
Meminimalkan Ancaman Korosi:
FLOW-ASSISTED CORROSION
Flow-Assisted Corrosion (FAC) kerap sebagai
hasil masalah design seperti kecepatan aliran
tinggi yang diperburuk oleh fluk panas tinggi

Masalah dapat ditekan dengan


– Mempertahankan pH and kadar oksigen yang tepat
– Menggunakan baja alloy tinggi (sebagai contoh,T-
11 or T-22)
Meminimalkan Ancaman Korosi:
FLOW-ASSISTED CORROSION
Penyebab serangan asam:
– Pemberian fosfat berlebihan
– Masuknya kontaminan penyebab kondisi asam
Akibat serangan
– Penipisan merata seluruh permukaan metal
– Penipisan dan penghalusan permukaan metal pada
daerah serangan intensif
– Kerusakan parah pada baffle, baut, atau tempat-
tempat yang mengalami stress
Korosi asam fosfat memiliki penampakan spesifik
dan dapat di identifikasi dari komposisi kerak
Meminimalkan Ancaman Korosi:
STRESS AND FATIGUE CRACKING

 Cracking biasanya dihasilkan oleh NaOH pekat


 Menghasilkan intercrystalline cracking (caustic
embrittlement) dan sangat sedikit transgranular cracking
Mechanical stresses menghasilkan utamanya
transgranular cracking atau fatigue cracking.
 Caustic embrittlement, atau intercrystalline cracking baja
memerlukan kondisi khusus:
 Stress dan caustic (NaOH) bebas dalam air boiler
Bila NaOH bebas dari air boiler terbawa steam maka
caustic cracking terjadi di jalur steam (steam line)
Mencegah Terjadinya
Carryover dan
Buih (Foaming)
Boiler Carry-Over dalam Steam Systems

Boiler Carry-Over terdiri atas dua komponen:

Mechanical Carry-Over (M) dan Vaporous Carry-


Over (V).

Konsentrasi kotoran (impurities) dalam steam


bergantung pada total carry-over, T=M+V.
Boiler Carry-Over dalam Steam Systems

 Mechanical Carry-Over
Terikutnya butiran air dalam steam yang keluar
dari boiler drum.
Merupakan ukuran efisiensi pemisahan cair-gas
pada beban, drum level, dan kondisi kimia boiler
tertentu
Boiler Carry-Over dalam Steam Systems

Mechanical Carry-Over yang sebenarnya harus


diketahui untuk satu unit boiler terpasang dan
harus di periksa secara berkala terhadap
standard industri yang berlaku serta garansi
pembuatnya.
Boiler Carry-Over dalam Steam Systems

Mechanical Carry-Over yang tinggi


menunjukkan satu atau lebih hal-hal berikut:
Rancangan yang buruk, kerusakan, atau
pemasangan drum moisture separator yang salah
Pengendalian level air dalam drum yang jelek,
perubahan tekanan (atau beban) yang sangat cepat
Boiler Carry-Over dalam Steam Systems

Terjadi buih pada permukaan air dikarenakan


tingginya konsentrasi:
total suspended solids (metal oxides,
colloids)
alkalinity (OH-) (OH-/TDS > 0.2)
organics (pemasukan lewat makeup system,
water treatment chemicals, oily matter)
Boiler Carry-Over dalam Steam Systems
Vaporous Carry-Over (Volatility) –

Penguapan kotoran volatile (mudah menguap) dari


air boiler

Derajad vaporous carry-over ditentukan oleh ratio


distribusi zat yang volatile.

Ratio konsentrasi zat volatile dalam steam terhadap


konsentrasinya dalam air boiler
Boiler Carry-Over dalam Steam Systems

Jumlah vaporous carry-over tergantung


pada macam zat kimia yang ada dalam air
boiler serta tekanan operasi boiler (lihat
chart).
Pengukuran Carry-over

Pengukuran carry-over dilakukan dengan mengukur


secara bersamaan, kontinyu atau sekali ambil, kadar
natrium dalam steam jenuh dan dalam air boiler.
– Harus diperhatikan bahwa contoh (sample) yang diperoleh
mewakili kondisi steam dan air yang sebenarnya.
– Teliti sistem sampling untuk steam dan air. Apakah
memadai/memenuhi standar? Lakukan perbaikan bila perlu
sebelum pengambilan contoh (sampling)
Pengukuran Carry-over
Representative Sampling –
Disarankan menggunakan sampling nozzle yang
isokinetic dengan kecepatan aliran lewat saluran
sampling > 5 ft/s (1.5 m/s).
Setelah sistem sampling bekerja dengan baik (telah
steady state), ukurlah kadar natrium pada aliran
steam dan air boiler (lewat blowdown atau
downcomer)
Pengukuran Carry-over

Monitor kadar natrium selama periode ~2 hari.


Tentukan total boiler carry-over natrium menggunakan
rumus berikut:
Pengukuran Carry-over

 Selama perioda pengukuran ini, level air dalam drum,


tekanan boiler, beban, kondisi kimia, dsb. dapat
diubah-ubah untuk menggambarkan variasi kondisi
operasi yang sebenarnya.
 Pengujian ini sebaiknya dilakukan untuk boiler baru
(commissioning) dan diulang secara berkala untuk
mengetahui ketepatan operasi boiler, atau karena ada
perubahan perlakuan (treatment) air boiler.
Pengukuran Carry-over

Untuk drum boilers dengan All-Volatile


Treatment (AVT) dan Oxygenated Treatment
(OT), konsentrasi natrium dalam steam
mungkin sangat rendah (dibawah batas deteksi
alat ukur).
Untuk pengukuran carry-over, tambahkan
senyawa natrium, seperti Na2.6PO4, kedalam air
boiler.
Matur Nuwun

Anda mungkin juga menyukai