Anda di halaman 1dari 55

TELAAH STAFF

STANDAR KUALITAS AIR PEMBANGKIT


STANDAR KUALITAS BBM DAN MINYAK
PELUMAS

NAMA

: WAHYU JUNAEDI

NID

: 9013011OJT

BIDANG KERJA

: OPERASI

PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI


UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG
2013

FORM PEMBELAJARAN SISWA OJT


Kompetensi 1 : Standar Kualitas Air Pembangkit
BULAN

MATERI YANG

REFERENSI

DIPELAJARI

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA

DILAKUKAN

JULI
AGUSTUS

Pengenalan siklus air

pembangkit

Manual book
PLTGU Blok 2

1. Mempelajari

siklus air PLTU

Kandungan Cl-

Ketika air

tinggi pada

kondensat

2. Mempelajari

sample air

terdeteksi Cl-

diagram

siklus air

kondensat

tinggi, cek juga

PLTGU Blok 1

PLTGU Blok 1

CC (conduct

CC air

after cation)

kondensat

terdeteksi tinggi

apabila terjadi

Piping line

PID diagram

3. Mempelajari

PLTU

siklus air

Instruksi kerja

PLTGU Blok 2

kenaikan

penggantian

kemungkinan

kation

condenser

conductivity

terjadi

Diskusi

kebocoran dan
air laut masuk.

CC terdeteksi

BULAN

MATERI YANG

REFERENSI

DIPELAJARI

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA

DILAKUKAN
tinggi segera
ganti dengan
resin baru dan
lakukan
regenerasi resin
lama, tunggu
apakah terjadi
trend naik atau
turun.

SEPTEMBER

Eksternal dan internal

treatment air
pembangkit

Manual book

1. Mempelajari

Ketika

Dilakukan

PLTGU Blok 2

proses

regenerasi

pengecekan pH

Dokumen

desalinasi serta

demin plant

dan conductivity

exspert

mengetahui cara

dengan tahapan

produk demin

Instruksi kerja

pengisian bahan

dan waktu sesuai

sehingga dapat

analisa air

kimia dan

prosedur

diketahui apakah

siklus

batasan produk

pengoperasian,

regenerasi perlu

Instruksi kerja

desal

tidak dapat

diflushing

dicapai hasil

(rinse) kembali.

pengoperasian

2. Mempelajari

BULAN

MATERI YANG

REFERENSI

DIPELAJARI

SOLUSI YANG

KENDALA

DILAKUKAN

demineralisasi

proses

produk yang

plant

demineralisasi

sesuai dengan

air ketika

Instruksi kerja

serta

karakteristik air

backwash,

preservasi dan

mengetahui cara

demin

ketika hal ini

konservasi

pengisian bahan

Resin keluar

sering terjadi

POB analisa air

kimia regenerasi

ketika back

seperti pada

wash

demin plant 1 &

Resin keluar

4, penggantian

ketika air mix

strainer

Sering terjadi

dimungkinkan.

siklus

TUGAS

3. Mempelajari

Rangkuman

sistem internal

OJT

treatment air

Diskusi

pembangkit

Pengaturan flow

dalam keadaan

phosphate high

operasi normal

ketika sample air

level air pada

maupun start up

boiler dianalisa

vessel, standart

Phosphate

level air ketika

terdeteksi

proses air mix

cara treatment

rendah namun

yaitu berada di

air pendingin

pH tinggi

atas resin, ketika

Konsentrasi

air terlalu

dan stop

4. Mengetahui

Cek kembali

BULAN

MATERI YANG
DIPELAJARI

REFERENSI

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA
hydrazine

banyak maka

rendah atau

resin akan ikut

tinggi pada feed

keluar.

water

DILAKUKAN

Tiap jam air

Nilai residual

boiler harus

chlorine pada

dianalisa ulang

out-fall rendah

untuk

atau tinggi.

memastikan
konsentrasi
phosphate, dan
ketika phosphate
tetap tinggi
dilakukan
blowdown.

Sering terjadi
phosphate
hidden pada
sisi-sisi pipa

BULAN

MATERI YANG
DIPELAJARI

REFERENSI

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA

DILAKUKAN
boiler sehingga
dilakukan
analisa berkala
untuk
memastikan
kondisi air

Lakukan
pengenceran
atau
turun/naikkan
stroke pompa

Request kepada
operator jaga
untuk
menaikkan atau
menurunkan
ampere rectifier
generator

BULAN

MATERI YANG

REFERENSI

DIPELAJARI

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA

DILAKUKAN
hypochlorite

OKTOBER

Sample table dan

dossing sistem

Manual book

1. Mempelajari

Tidak

Rekomendasi ke

PLTGU Blok 2

cara pengisian

tersedianya

bagian konin

Instruksi kerja

bahan kimia

indicator level

untuk memasang

pengisian bahan

teknis

pada tangki

level indicator

hydrazine

pada tangki

kimia teknis

2. Mempelajari

Rangkuman OJT

line

Diskusi

pengambilan

table PLTU dan

flushing sample

sample dan

PLTGU sample

sampai flow air

monitor kualitas

air tidak keluar

normal dan air

air

dan terjadi

jernih kembali.

3. Mempelajari
peralatan injeksi

Pada sample

endapan.

Dilakukan

Reset sensor

Sample air

alarm

dan pendingin

boiler PLTU

temperature

sample

tidak keluar dan

pada sample

terdeteksi chiller

table.

temperature high

Hasil analisa

Cek kondisi
pompa dengan

BULAN

MATERI YANG
DIPELAJARI

REFERENSI

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA
feed water

bypass lewat

hydrazine low

venting

ketika stroke

DILAKUKAN

Periksa (test)

sudah tinggi

tekanan sample

Pada silica

dan reagen,

analizer tekanan

kemudian atur

sample dan

agar sesuai dan

reagen sering

normal kembali,

low

reset alarm

Konsentrasi

Cek apakah

phospat rendah

dossing phospat

dan ph turun

auto/manual,

pada LP/HP

apabila auto

drum

konfirmasi
dengan operator
dan rubah posisi
menjadi manual
dan injeksi

BULAN

MATERI YANG
DIPELAJARI

REFERENSI

TUGAS

KENDALA

SOLUSI YANG
DILAKUKAN
sampai maks 20
menit. Setelah
itu rubah
kembali dalam
posisi auto

NOVEMBER
DESEMBER

Kompetensi 2 : Standar Kualitas BBM dan Minyak Pelumas

BULAN

MATERI YANG

REFERENSI

DIPELAJARI

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA

DILAKUKAN

JULI
AGUSTUS

Analisa sample

minyak bulanan

Buku

1. Mempelajari

Sample minyak

Panaskan sample

rangkuman

prosedur cara

MFO terlalu

pada oven pada

OJT

analisa sample

kental dan sulit

suhu sekitar 70

Laporan hasil

bahan baker

dianalisa

C selama 15

analisa minyak

minyak

menit (apabila

Instruksi kerja

bulanan.

masih kental,

analisa BBM

2. Mengetahui

panaskan lagi)

Dokumen

standart

expert

kualitas bahan
bakar minyak

SEPTEMBER

Analisa sample

pelumas internal

Buku

1. Mempelajari

Sample lube oil

Rekomendasi ke

rangkuman

prosedur cara

PLTU 45

bagian mesin

OJT

analisa sample

mengandung

untuk

Laporan hasil

pelumas.

banyak air

mengambil

BULAN

MATERI YANG

REFERENSI

DIPELAJARI

analisa pelumas

TUGAS

SOLUSI YANG

KENDALA

2. Mengetahui

DILAKUKAN

hingga terjadi

sample pada titik

Instruksi kerja

standart

dua lapisan

lain atau waktu

analisa minyak

kualitas

(minyak dan air)

pengambilan

pelumas

minyak

Sample tidak

diperpanjang

Dokumen

pelumas

mempunyai

untuk

pembanding

mnghilangkan

expert

air yang terikut

Kroscek dengan
data karasteristik
minyak pada
saat pembelian
apabila tidak ada
labor tidak bisa
memastikan
kualitas pelumas
tersebut

10

BULAN
OKTOBER

MATERI YANG

REFERENSI

DIPELAJARI
Perawatan

Instruksi kerja

TUGAS
1. Mempelajari

SOLUSI YANG

KENDALA

Water content

DILAKUKAN

Ganti larutan

instrument analisa

pembuatan

perawatan

metler Toledo

xylol (xylene)

minyak dan

reagen analisa

instrument

keruh dan sulit

dengan yang

Buku

analis serta

menganalisa

baru

rangkuman

pengisian dan

sample

OJT

pembuatan

Dokumen

reagen analisa

pelumas

expert

Diskusi

2. Mempelajari
metode
penyimpanan
sample dan
reagen analisa

NOVEMBER
DESEMBER

11

Standard Kualitas Air Pembangkit

Air Siklus PLTU


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara karang berkapasitas 2x200
MW dengan bahan bakar gas ataupun dapat di combine (gas dan BBM) atau
hanya dengan BBM. Siklus tertutup PLTU dimulai dari Hot well yang diatur
levelnya dengan penambahan air dari Demin Storage Tank. Setelah dari Hot Well
air ditransfer dengan CWP (circulating water pump) menuju Air Ejector yang
berfungsi menjaga vacum unit kemudian menuju Gland Steam Condenser.
Standart air kondensat yaitu conductivity 2-6 s/cm, pH 8.5-9, Cl- 0.1 ppm dan
CC (conductivity after cation) <0.5 s/cm. CC berfungsi untuk mendeteksi
kebocoran air laut pada condenser, prinsip kerja CC yaitu menangkap kation
dalam air sehingga hanya anion yang dapat lolos. Ketika CC tinggi dan diiringi
kandungan Cl- tinggi serta pH turun dimungkinkan terjadi kebocoran air laut,
karena Cl- dari kebocoran air laut membuat CC tinggi dan berikatan dengan H+
dalam air sehingga menurunkan pH. Namun ketika CC terdeteksi tinggi belum
tentu terjadi kebocoran condenser karena mungkin resin dalam vessel sudah
jenuh, oleh sebab itu segera lakukan regenerasi dan penggantian resin kemudian
amati trend CC apakah cenderung turun atau tetap naik. Pengambilan sample air
kondensat berada setelah CP (condensate pump). Sebelum masuk Air Ejector
dilakukan injeksi chemical secara continyu berupa hydrazine 1% (N2H4) yang
berfungsi sebagai oxygen scavenger. Reaksi hydrazine dengan oksigen
N2H4 + O2 2H2O + N2
apabila air tidak mengandung oksigen, besi akan bereaksi menjadi magnetite
(lapisan) pelindung bewarna hitam pada suhu >300C.
3Fe + 4H2O Fe3O4 + 4H2
N2H4 + 6Fe2O3 4Fe3O4 + 2H2O + N2
N2H4 + 4CuO 2Cu2O + 2H2O + N2
Setelah Gland Steam Condenser menuju LP Heater yang berjumlah 3 buah
berfungsi untuk memanfaatkan panas dari LP turbin, dari LP Heater menuju
Deaerator. Fungsi Deaerator sendiri yaitu sebagai Heat Exchanger dengan panas
dari uap ekstraksi dan pembuangan non condensable gas melalui venting. Air dari

12

deaerator dipompa dengan BFP (boiler feed pump) menuju HP Heater yang
berjumlah 2 buah (panas HP Heater dari HP Turbin), sebelum masuk HP heater
diambil sample berupa Feed Water dengan standart conductivity 2-6 s/cm, pH
8.5-9 dan hydrazine 0.02-0.04 ppm. Kandungan hydrazine dalam feed water
tergantung oleh jumlah oksigen dalam air, semakin banyak oksigen semakin kecil
kandungan hydrazine dalam feed water dan sebaliknya. Untuk memenuhi standart
hydrazine dilakukan pengenceran konsentrasi hydrazine (apabila konsentrasi
hydrazine

terlalu tinggi) dalam tangki injeksi atau merubah stroke pompa.

Hydrazine yang terlalu tinggi dapat membuat pH naik akibat terbentuknya


ammoniak dengan reaksi
3N2H4 4NH3 + N2
adanya ammoniak berlebih tidak diinginkan karena dapat bereaksi dan mengikis
tembaga pada tube heater.
Cu + 4NH3 + 1/2O2

Cu(NH3)4(OH)2

Gambar 1. Proses Siklus Tertutup PLTU Muara Karang


Setelah HP Heater steam menuju economizer (pemanfaatan panas) dan
kemudian masuk di Steam Drum, sebelum menuju Steam Drum dilakukan injeksi
phosphate (Na3PO4 10%) yang berfungsi menaikkan pH dalam boiler (drum).,
injeksi phosphate ini dilakukan hanya ketika pH rendah dan dimatikan ketika pH
tinggi.

13

Na3PO4 + H2O Na2HPO4 + NaOH


Injeksi phosphate yang berlebihan dapat mengakibatkan pH berlebih sehingga
membuat carry over pada tube boiler, disamping itu phosphate dapat bereaksi
dengan senyawa garam yang membuat conductivity tinggi, dengan reaksi
3Ca + 2Na3PO4 Ca3(PO4)2 + 6Na
sample air boiler diambil dari Steam Drum dengan standart conductivity <50
s/cm, pH 9.5-10.5, silica <2.5 ppm, Cl- <1 ppm dan phosphate berkisar 2-6 ppm.
Kondisi ketika conductivity, silica dan phosphate yang tinggi dalam Steam Drum
dapat dilakukan blowdown untuk menguranginya. Konsentrasi yang tinggi pada
silica dan chloride muncul akibat akumulasi dari proses cycle pemanasan air
boiler. pH air boiler dijaga sesuai range karena pengukuran pH 9.5-10.5 pada
laboraturium sebetulnya di pH air boiler setara netral (7-7.5), hal ini disebabkan
oleh sifat pH air yang akan menurun ketika dipanaskan. Pengukuran silica pada
air boiler sangat penting karena apabila kandungan silica terlalu tnggi
dimungkinkan silica akan terikut dalam main steam dan masuk turbin yang dapat
mengakibatkan scalling.
Didalam steam drum terdiri dari 2 fase yaitu uap dan air, fase air turun
melalui downcomer dan naik kembali (berupa steam) melalui riser. Sedangkan
fase steam masuk ke superheater untuk meningkatkan temperature kemudian
masuk dan memutar turbin HP. Steam sebelum masuk HP turbin diambil sample
sebagai uap utama (main steam) dengan standard conductivity 2-6 s/cm, pH 8.59, silica ,0.02 ppm. Steam dari HP Turbin yang suhunya turun dimasukkan dalam
reheater untuk menaikkan temperature dan masuk memutar IP Turbin, setelah IP
turbin steam dialirkan menuju LP turbin. Steam dari LP turbin dikondensasi
dalam condenser dengan pendingin air laut, dalam condenser tekanan dijaga untuk
tetap vacuum agar steam terkondensasi maksimal.

Air siklus PLTGU Blok 1


PLTGU Blok 1 beroprasi dengan dua macam yaitu, simple cycle dan
combine cycle. Simple cycle yaitu panas hasil dari turbin gas langsung dibuang
melalui stack (damper ditutup) dengan GT 3x107 MW, sedangkan combine cycle

14

yaitu panas setelah memutar turbin, gas yang berkisar 500 C digunakan untuk
mengubah uap menjadi steam pada HRSG (ST 185 MW).

Gambar 2. Siklus Air PLTGU Blok 1


Pada PLTGU Blok 1berbahan bakar gas atau minyak dengan siklus air
terjadi secara paksa, yaitu transportasi fluida dilakukan dengan bantuan pompa.
Steam yang terkondensasi dalam condenser dengan bantuan air laut masuk dalam
hot well, level hot well diatur dengan penambahan air make up dengan standart
pH lebih dari 6 dan conductivity kurang dari 2 s/cm. pH air make up dibatasi
lebih dari 6 karena untuk mengoptimalkan dan menghemat injeksi kimia penaik
pH. Dari hot well air dipompa oleh CPD (condensate pump discharge) menuju
gland condenser untuk menjaga vacuum, untuk menjaga vacuum dalam gland
condenser dilewatkan steam dari LP turbin. Sebelum masuk gland condenser air
diinjeksi hydrazine dan ammonia, hydrazine berfungsi sebagai oxygen scavenger
dan ammonia berfungsi menaikkan pH, sebelum diinjeksi diambil titik sampling
dengan standart air CPD pH >8 (karena telah bercampur dengan kondensasi
steam), conductivity 2-5 s/cm, cation conductivity max 0.2 , dissolve oksigen <
20 ppb dan chloride max 0.1, parameter CC dan chloride yang tinggi dapat
mengindikasikan terjadi kebocoran air laut. Setelah gland condenser juga diambil
titik sampling berupa condensate after chemical feed dengan standart pH 9-9.6,
conductivity 3-5 s/cm, hydrazine 0.02-0.04 ppm, ammonia < 0.5 ppm dan

15

dissolve oksigen <20 ppb, pengambilan sample ini dimakudkan untuk mengetahui
keefektifan injeksi kimia bereaksi sempurna, seperti mengetahui efektivitas
hydrazine dengan perbandingan DO pada sample CAC dan CPD. Dari CPD
dialirkan menuju LP economizer dan keluar dibagi dua antara sirkulasi oleh CCP
(condensate circulating pump) yang masuk lagi ke LP eco dan menuju LP drum,
titik sampling diambil dari hasil keluaran LP eco sebelum percabangan dengan
standart pH 9-9.6, Cation Conductivity 0.2 s/cm, hydrazine 0.02-0.04 ppm, DO 5
ppb. Didalam LP drum terjadi 2 fase antara steam dan air, fase steam menuju ke
LP superheater yang langsung menuju HP turbin (sudu terakhir) namun dengan
tekanan yang kecil, standart LP steam ini yaitu pH <10, conductivity <12 s/cm,
CC 0.2, silica 0.02 ppm, chloride 0.1 ppm. Fase air diambil sample dan disirkulasi
oleh LPCP (low pressure circulating pump) dan masuk ke LP evaporator dengan
standart pH 9-9.6, conductivity berkisar <5 s/cm, silica 0.1 ppm, chloride 0.1
ppm. Selain disirkulasi air juga dipompa oleh HP transfer pump menuju HP
economizer yang diinjeksi phosphate untuk menaikkan pH dan turun terpisah fase
didalam HP drum. Fase air dipompa dengan HPCP (HP circulating pump) dan
masuk ke HP evaporator dengan standart pH 9.8-10.2, konductivity <50 s/cm,
phosphate 6 ppm, silica 0.1 ppm, chloride 0.1 ppm. Fase uap dalam HP drum
masuk pada HP superheater 1 dan langsung menuju HP superheater 2 yang
terletak paling bawah HRSG. Steam HP superheater 2 sebelum memutar HP
turbin diampil sample dengan standart pH 8.5-9.3, conductifity 3-5 s/cm, CC
<0.3 s/cm, silica 0.02 ppm, chloride 0.1ppm. Uap dari HP turbin mengalir ke LP
turbin dan kemudian terkondensasi di condenser. Untuk mengkontrol temperature
HP superheater agar tidak terlalu panas ketika masuk HP turbin dilakukan spray
air dari LP drum oleh HP transfer pump. Dari 3 GT terdapat header untuk
menyalurkan steam menuju ST.

Air siklus PLTGU Blok 2


PLTGU beroprasi dengan dua macam yaitu, simple cycle dan combine
cycle. Simple cycle yaitu panas hasil dari turbin gas langsung dibuang melalui
stack (damper ditutup) GT 2x250 MW, sedangkan combine cycle yaitu panas

16

setelah memutar turbin, gas yang berkisar 500 C digunakan untuk mengubah uap
menjadi steam pada HRSG (ST 3x70 MW).

Gambar 3. Proses Siklus PLTGU Muara Karang


Pada PLTGU Blok 2 berbahan bakar gas dengan siklus air terjadi secara
alami, yaitu transportasi fluida dilakukan tanpa bantuan pompa. Steam dari 3 buah
ST yang terkondensasi dalam condenser dengan bantuan air laut masuk dalam hot
well dengan standart yaitu pH 8.9-9.5, conductivity 3-6 s/cm, CC <0.3, silica
0.02 ppm, chloride 0.1 ppm, dan ditampung menjadi satu dalam condensate
common (level hot well diatur dengan penambahan air make up) standart air
kondensat common pH 9.3-9.7, conductivity 3-11 s/cm, silica 0.02 ppm, chloride
0.02 ppm, hydrazine 0.1 ppm dan ammonia, jumlah injeksi ammonia dan
hydrazine pada header kondensat common dipengaruhi oleh flow dan
conductivity air kondensate. Dari hot well air dipompa oleh CP (condensate
pump) menuju gland steam condenser untuk menjaga vacuum, untuk menjaga
vacuum dalam gland condenser dilewatkan steam dari LP turbin. Setelah dari glan
steam condenser air masuk dalam deaerator untuk memaksimalkan pemanasan
dari HP evaporator dan membuang non condensable gas melalui venting. Air yang
keluar deaerator dibagi menjadi 2 berupa LP feed water dan HP feed water yang
dipompa dengan LP BFP dan HP BFP dengan standart pH 8.9-9.5, conductivity 36 s/cm, Cation Conducivity <0.3, silica 0.02 ppm, chloride 0.1ppm, hydrazine
0.1 ppm, DO <7 dan ammonia, pengecekan hydrazine dan ammonia berfungsi
untuk mengetahui efektifitas injeksi dalam menaikkan pH.. LP BFP memompa LP
feed menuju LP drum dengan standart pH 10-10.5, conductivity <150 s/cm,

17

silica 0.02 ppm, chloride 1 ppm, phosphate 10-30 ppm, didalam drum
ditambahkan injeksi phosphate untuk menaikkan pH, fase air masuk ke LP
evaporator dipanaskan dan uapnya kembali ke LP drum (sirkulasi). Fase uap dari
LP drum masuk ke LP superheater yang dipanaskan dan steam yang terbentuk
dengan standart pH 8, conductivity <10 s/cm, Cation Conduct <0.3, silica
0.02ppm, chloride <0.1 ppm (LP steam) langsung memutar LP turbin. HP feed
dari deaerator dipompa oleh HP BFP menuju HP economizer 1 dan turun menuju
HP economizer 2, tidak terjadi perubahan fase di dalam HP eco 1 dan 2. Air dari
HP eco 2 mengalir menuju HP drum dengan standart pH 9.5-10, conductivity <60
s/cm, silica 0.02 ppm, chloride 2 ppm, phosphate 2-10 ppm, didalam HP drum
juga ditambah phospat untuk menaikkan pH air, fase air masuk ke HP evaporator
dan berubah menjasi uap yang kembali ke HP drum (sirkulasi). Sedangkan fase
uap masuk ke HP superheater 1 dan keluar ke HP superheater 2, untuk menjaga
temperature agar tidak terlalu tinggi dilakukan penyemprotan dengan air dari HP
feed water. Steam yang keluar dari HP superheater 2 dengan standart pH 8,
conductivity <10 s/cm, Cation Conduct <0.3, silica 0.02 ppm, chloride 0.1 ppm
(HP steam) langsung memutar HP turbin. PLTGU blok 2 yang terdiri dari 2
HRSG dan 3 ST dapat beroprasi 2:3 atau 1:2, yang berarti 2 GT 3 ST running,
atau 1 GT 2 ST running.

Eksternal Treatment
Desalinasi
Merupakan salah satu proses pemurnian air laut dari kandungan garamnya
dengan cara pemanasan (evaporasi). Air laut dengan kadar garam > 40 ms/cm
dimurnikan menjadi air tawar dengan conductivity sekitar < 20 s/cm. Desalinasi
pada PLTU Muara Karang terdiri dari 2 unit dan mempunyai 2 produk yaitu
kondensat dan destilate desal, kondensat desal berasal dari kondensasi pemanas
auxiliary steam (drum steam) dan dialirkan ke CST (condensate storage tank),
sedangkan destilat desal merupakan produk kondensasi air laut yang apabila
conductivity lebih dari 20 s/cm akan masuk ke SWT (service water tank) dan
produk yang kurang dari 10 s/cm masuk ke MUT (make up tank). Untuk
mencegah kerak dan busa digunakan anti scale berupa basis polimer
18

Gambar 4. Desalination Multi Stage Flash

Desalinasi pada PLTGU Blok 2 terdiri dari 2 unit dengan panas berasal
dari auxiliary steam (auxiliary boiler). Produk desal PLTGU Blok 2 hanya satu
karena kondensate dan destilat digabung, hasil produk desal ini mencapai < 4
s/cm. Untuk mencegah scale dan busa juga ditambahkan anti scale basis polimer
dan anti foam sodium bisulfit.

Demineralisasi
Pada proses demineralisasi merupakan penyempurnaan dari destilasi, yaitu
menghilangkan kandungan garam mencapai < 1 s/cm. Proses demineralisasi
pada UP Muara Karang yaitu berdasarkan prinsip ion exchange, dengan model
konvensional ataupun mix bed.
Demineralisasi Plant 1 PLTU Muara Karang bertipe konvensional, yaitu
resin kation dan anion terpisah berbeda vessel. Resin kation berfungsi mengikat
ion garam positif seperti Ca2+, Mg2+, Na+, sedangkan resin anion berfungsi
mengikat ion garam negative seperti Cl-, CO3-, HCO3-, SO42-. Kelebihan dari tipe
konvensional sendiri yaitu pemakaian chemical untuk regenerasi sedikit, pH
produk keluar demin cenderung tinggi. Namun kerugian dari tipe ini yaitu

19

membutuhkan tempat yang relative lebih besar, produk keluar demin cenderung
>0.5 s/cm, dan proses regenerasi yang cukup lama. Tahapan pengoperasian
demineralisasi plant ini terdiri dari dua macem yaitu proses operasi normal
(service) dan proses regenerasi.

Gambar 5. Proses Operasi Normal Tipe Konvensional (service)


Proses operasi normal yaitu aliran air masuk resin kation melalui atas
vessel dan keluar dari bawah, hasil keluaran bersifat asam karena resin kation
menukar ion garam dengan ion hydrogen. Contoh reaksi dengan ion kalsium
dimana R adalah resin
H+-R + Ca2+ Ca2+-R + H+
air yang keluar dari resin kation langsung mengalir ke resin anion yang juga
melalui atas vessel dan keluar dari bawah, air hasil keluaran cenderung bersifat
basa (pH 7-8). Contoh reaksi dengan ion chloride dimana R adalah resin
R-OH- + Cl- R-Cl- + OHRegenerasi yaitu pengaktifan kembali resin yang jenuh, kejenuhan resin
diukur dengan hasil conductivity yang tinggi. Proses regenerasi resin tipe
konvensional ada 4 tahap yaitu, backwash, chemical inject, slow rinse, fast rinse.
Aliran air untuk proses backwash yaitu dari bawah ke atas yang berfungsi
menghilangkan kotoran dan lapisan film di bagian atas resin serta mengaduk resin
agar resin yang pecah ikut keluar, backwash juga berfungsi menggemburkan resin
agar ketika proses regenerasi resin dapat kontak sempurna dengan chemical
dengan syarat flow aliran maksimum seperti service dan resin tidak boleh keluar.

20

Gambar 6. Proses Backwash Tipe Konvensional


Dalam proses chemical inject, untuk resin kation menggunakan HCl 3-5%
sedangkan untuk resin anion menggunakan NaOH 3-5%, untuk injeksi kimia
regeneran diatur agar tidak kurang atau lebih konsentrasinya karena apabila
kurang akan mengakibatkan regenerasi tidak optimal, sedangkan apabila berlebih
maka akan membutuhkan waktu tambahan yang banyak untuk proses rinsing
(flushing) karena waktu rinsing normal tidak dapat membilas semua kimia
regeneran sehingga produk cenderung basa dan conductivity tinggi, oleh sebab itu
dilakukan rinsing manual. Reaksi ketika regenerasi kation dan anion (kalsium dan
chloride)
Ca2+-R + HCl H+-R + CaCl2
R-Cl- + NaOH R-OH- + NaCl

21

Gambar 7. Proses Chemical Inject Tipe Konvensional

Gambar 8. Proses Slow Rinse Tipe Konvensional


Setelah proses chemical inject dilakukan slow rinse yang berfungsi untuk
membilas line pipa injeksi agar masuk dan kontak sempurna kedalam tangki resin,
oleh karena itu line pipa slow rinse hamper sama dengan proses chemical inject.
Tahapan terakhir yaitu fast rinse yang prosesnya seperti service namun produk
yang keluar dibuang menuju sump pit. Fungsi fast rinse yaitu membilas resin dan
dinding vessel oleh sisa kimia regeneran. Masalah yang pernah timbul dalam
regenerasi demin plant yaitu terbentuknya channelling karena proses backwash
yang tidak optimal

Gambar 9. Proses Fast Rinse Tipe Konvensional


Table 1. Tahapan Proses regenerasi pada Demineralisasi Plant 1 PLTU Muara
Karang

22

Resin Kation
Waktu
(menit)

Sumber air

Resin Anion
Tahapan

Waktu
(menit)

Fungsi

Sumber air

Menggemburkan
resin dan
30

Make up

Backwash

15

Make up

membuang
film/lumpur dan
resin yang pecah

30

Make up

Chemical
inject

Mengaktifkan
30

Demin

kembali resin
yang telah jenuh
Membilas sisa

30

Make up

Slow rinse

30

Demin

chemical dalam
pipa
Membilas sisa

45

Make up

Fast rinse

120

Make up

chemical dalam
dinding vessel
dan resin

Pada UP Muara Karang, demineralisasi plant 3,4 PLTU dan demineralisasi


plant 2 PLTGU Blok 2 merupakan tipe mixed bed. Mixed bed yaitu resin kation
dan anion berada dalam satu vessel, kelebihan sistem ini yaitu tidak memakan
banyak tempat, hasil produk cenderung lebih bagus sekitar < 0.5 s/cm, waktu
regenerasi yang relative singkat. Kekurangan tipe ini yaitu membutuhkan kimia
regeneran yang relative banyak, pH produk cenderung rendah berkisar 5.5-7.

23

Gambar 10. Demineralisasi Plant 3 PLTU Muara Karang


Perbedaan antara mixed bed dan tipe konvesional selain dari tempat resin
yaitu ketika proses regenerasi, regenerasi tipe mix bed lebih komplek dari pada
tipe konvensional. Setelah backwash, resin akan terpisah sesuai berat jenisnya
yaitu kation dibawah dan anion diatas. Injeksi kimia regeneran pada mix bed
dilakukan bersamaan dan dalam satu vessel, HCl 3-4% diinjeksi dari bawah dan
NaOH 3-5% diinjeksi dari atas dan keluar melalui pipa di tengah vessel dan
dibuang di sump pit.
Pencampuran kembali resin setelah injeksi kimia dan slow rinse yaitu
pengadukan dengan udara dari bawah, selalu cek level air pada vessel meskipun
proses dilakukan secara auto karena apabila level air terlalu tinggi dapat
mengakibatkan resin ikut keluar.
Tabel 2. Tahapan Regenerasi Demineralisasi Plant Tipe Mixed Bed UP Muara
Karang
No

Tahapan

Fungsi

Backwash

Menggemburkan resin agar kontak sempurna


dengan bahan kimia regeneran, membuang film
dan resin yang pecah, memisahkan antara resin

24

anion dan kation


2

Settle

Proses pengendapan resin sesuai dengan berat


jenisnya untuk meratakan permukaan resin

Acid/caustic injection

Meregenerasi resin yang telah jenuh

Slow rinse

Membilas jalur injeksi agar sisa kimia regeneran


dapat kontak maksimal dengan resin

Partial drain

Mengurangi jumlah level air dalam vessel

(drain down)

hingga membentuk ruang kososng diatas resin

Air mix

Mencampur kembali resin yang telah


diregenerasi dengan udara dari bawah

Water filling

Mengisi kembali vessel dengan air hingga penuh


dan membuang udara yang masih tertinggal

Fast rinse

Membilas resin dan dinding vessel dari sisa


kimia regeneran

Internal Treatment
Pada siklus air pembangkit, selain treatment eksternal berupa desal dan
demin juga dilakukan internal treatment untuk menjaga kualitas air pada sistem
tertutup. Setiap tahapan proses pada pembangkit mempunyai beberapa standart
yang harus dipenuhi, untuk memenuhi standart tersebut setiap pembangkit
menggunakan chemical inject pada air siklus.
PLTU UP Muara Karang menggunakan hydrazine (N2H4) dan TSP (tri
sodium phosphate). Hydrazine berfungsi sebagai oxygen scavenger yaitu senyawa
pengikat oksigen, karena oksigen dapat mengakibatkan korosi. (karat)
Fe + H2O

Fe(OH)2 + H2

Fe(OH)2 + O2 Fe(OH)3
Sedangkat phosphate berfungsi untuk menaikkan pH
Na3PO4 + H2O Na2HPO4 + NaOH
Masalah yang sering timbul yaitu phospat hidden atau konsentrasi phosphate tibatiba rendah ketika dianalisa, namun ketika diinjeksi sebentar konsentrasi

25

phosphate naik tajam sehingga pH naik, conductivity juga naik, hal ini disebabkan
ketika naik atau turun beban menggunakan spray superheater.
Pada PLTGU blok 2 injeksi kimia berupa hydrazine, ammonia dan
phosphate, semua injeksi dilakukan secara auto melalui CCR. Pengkontrolan
stroke pompa injeksi berdasarkan flow kondensate dan conductivity air.
NH3 + H2O

NH4(OH)

Preservasi
Preservasi yaitu kegiatan pengamanan/perawatan bejana atau line air ketika unit
stop atau shut down. Preservasi dilakukan dengan 2 cara, yaitu preservasi kering
dan asah, preservasi kering dilakukan ketika unit stop dengan rentan waktu lama,
bahan untuk preservasi yaitu silica gel. Silica gel berfungsi menyerap kelembapan
udara yang dimungkinkan masih tertinggal dan dapat mengakibatkan korosi.
Sedangkan preservasi basah dilakukan ketika unit stop dengan waktu relative
singkat <1minggu, preservasi dilakukan dengan cara injeksi hydrazine berlebih
(10%)

Treatment Air Pendingin


Air pendingin pada pembangkit dibagi menjadi 2 yaitu, pendingin utama
dan pendingin bantu. PLTU dan PLTGU UP Muara Karang menggunakan air laut
sebagai pendingin utama pada condenser, karena air laut mudah didapatkan,
berjumlah banyak dan cenderung lebih bersih daripada air sungai. Air laut
dipompa dengan CWP (circulating water pump) mengalir mengisi tube pada
condenser berkontak dan mendinginkan steam pada shell condenser. Air laut
mengandung banyak biota laut meliputi ikan, udang, kerang, alga atau tumbuhan
lain yang dapat terikut ataupun tumbuh dalam proses heat exchange di condenser,
untuk organisme makro dilakukan penyaringan bertahap sebelum air laut dipompa
dan masuk condenser. Organisme mikro pada air laut yang susah disaring dapat
lolos dan tumbuh pada sisi-sisi pipa line dan tube condenser sehingga dapat
mempengaruhi proses kondensasi steam.
Pada UP Muara Karang yang menggunakan air laut sebagai pendingin
digunakan basis chlorine berupa sodium hypochlorite untuk mencegah tumbuhnya

26

kerang atau teritip pada pipa. Sodium hypochlorite diperoleh dari hypochlorite
generator dengan prinsip elektrolisis
NaCl + H2O H2 + NaOCl

Proses

NaCl Na+ + ClKatoda (-)

Na+ + e-

Na

(reduksi)

2Na + 2H2O + 2e- H2 + 2NaOH


Anoda (+)

2Cl-

Cl2 + 2e-

Cl2 + H2O

(oksidasi)

HOCl + HCl

HCl + NaOH NaCl + H2O


HOCl + NaOH NaOCl + H2O
Pada electrolyzer
NaOH + Cl2 NaCl + NaOCl + H2O
Sodium

hypochlorite

berfungsi

untuk

menghambat

pertumbuhan

organisme biofouling. Generator hypochlorite dapat memproduksi 65 kg/h NaOCl


pada 5000 A (design) berjumlah 4 buah (2 PLTU, 2 PLTGU Blok 2) dengan
konsentrasi 1200 ppm, diinjeksi dan bercampur dengan air laut menjadi berkisar
1.75 ppm.
Pemerintah daerah mengatur standard residual chlorine dalam hasil
buangan limbah pembangkit maksimal sebesar 0.5 ppm sedangkan peraturan
intern UP Muara Karang ditetapkan 0.2 ppm, hasil tersebut dapat diketahui
melalui pengecekan sampel yang ditambah dengan reagen dengan alat pocket
colorimeter.

27

Gambar 11. Pocket Colorimeter


sering terjadi ketika hasil residual chlorine kurang dari 0.05 ppm harus
direkomendasikan untuk menaikkan ampere generator hypochlorite karena pada
nilai itu dimungkinkan organisme laut tidak terkendali maksimal, dan juga ketika
nilai mencapai 0.2 ppm harus direkomendasikan penurunan tegangan generator
hypochlorite

karena

telah

melewati

batasan

yang

dimungkinkan

akan

mengakibatkan ekosistem laut rusak.


Selain air pendingin utama berupa air laut, pada pembangkit menggunakan
air pendingin bantu berupa air dengan kadar garam rendah (air demin). Air demin
digunakan karena apabila terjadi kontak dengan panas tidak terbentuk endapan
garam yang dapat mengakibatkan korosi/scale yang dapat merusak material. Air
pendingin bantu digunakan pada beberapa alat seperti, pendingin oli, pendingin
pompa, serta pendingin H2 generator. Selain syarat air dengan kadar garam rendah
juga tidak mengandung oksigen karena dapat menimbulkan korosi. Pengendalian
kadar oksigen dalam air pendingin bantu digunakan penambahan hydrazine
(N2H2) maksimal 2 liter dengan range 0.5-5 ppm.

Sample Table dan Dossing Sistem


Pengambilan sample air siklus pada pembangkit diambil melalui sample
table, sample table pada PLTU UP Muara Karang terdiri dari beberapa bagian
meliputi cooler, chiller, pressure reduction, temperature valve, pressure gauge,
sensor pH dan conduct (CC) serta flow meter. Sample yang berupa fase uap atau
air turun melalui pipa sample stainless dan didinginkan dengan air dalam heat
exchange, air pendingin disirkulasi dan didinginkan oleh udara dalam cooler.

28

Sample

yang berkurang temperaturenya masuk heat exchange yang juga

didinginkan dengan air sampai suhu ruangan, air pendingin disirkulasi dalam
chiller untuk didinginkan

kembali. Sample dingin kemudian masuk pressure

reduction yang berfungi mengatur aliran sample dengan pressure gauge sebagai
indicator, untuk mengetahui kecepatan aliran sample dapat juga diatur melalui
valve pada flow meter indicator. Sering terjadi masalah berupa sample tidak
keluar ataupun terjadi endapan pada botol sample, hal ini dimungkinkan line
sample yang mampet serta terjadi akumulasi endapan didalamnya, biasanya
masalah ini dapat diselesaikan dengan flushing sample dengan flow tinggi untuk
membuang kotoran dan melancarkan aliran. Pada sample table juga terdapat
monitor kualitas air siklus digital yang mewakili beberapa parameter dari
beberapa sample.

Gambar 12. Sistem Pendingin Sample pada Sample Table PLTU


Sample table PLTGU Blok 2 hampir sama prinsip proses dan peralatannya
dengan sample table PLTU, namun sample table PLTGU mempunyai analizer
automatic sehingga pembagian tekanan sample harus presisi. Pada sample table
juga terdapat vessel cation conductivity yang berfungsi mengetahui kebocoran air
laut. Namun perbedaan dengan PLTU yaitu terdapat silica dan hydrazine analizer
yang hasilnya dapat diketahui CCR (central control room), yang penggantian
reagen dilakukan secara berkala ketika reagen habis. Masalah yang sering timbul
yaitu pada silica analizer tekanan sample/reagen terdeteksi low sehingga harus

29

dilakukan pengecekan dan pengaturan tekanan/flow agar normal kemudian


mereset alarm.

Gambar 13. Sample Table PLTGU Blok 2


Sistem injeksi pada PLTU 5 UP Muara Karang dilakukan secara manual,
baik pompa hydrazine maupun phosphate yang berjumlah 4 buah (2 hydrazine 2
phospat) dengan switch breaker di sample table. Sistem penginjeksian pompa
yaitu satu on satu standby dengan tipe pompa injeksi jenis torak. Kapasitas pompa
injeksi hydrazine sebesar 36 l/h dengan stroke berkisar 30-45%, bukaan stroke
diatur sedemikian karena untuk memenuhi standard hydrazine pada feed water.
Pompa injeksi phosphate pada PLTU terdapat line parallel penggabungan yang
digunakan ketika emergency atau pompa di satu unit tidak dapat beroprasi,
dengan kapasitas pompa 84.4 l/h. Problem yang sering muncul yaitu ketika hasil
analisa feed water konsentrasi hydrazine rendah, dilakukan pengetesan kondisi
pompa memalui bypass melewati venting apakah tekanan pompa normal atau
tidak.

30

Gambar 14. Pompa Injeksi PLTU 4 Muara Karang


Sistem injeksi PLTGU terdiri dari 2 cara, yaitu manual dan automatis,
namun sistem auto dipilih karena untuk memaksimalkan kinerja automatic sensor.
Pengisian bahan kimia teknis harus menggunakan alat pelindung seperti masker,
sarung tangan, helm dan sepatu safety karena gas yang timbul dapat
membahayakan saluran pernafasan dan juga apabila kontak dengan kulit akan
mengakibatkan iritasi. Sistem control auto injeksi stroke hydrazine dilakukan
berdasarkan flow air kondensate, injeksi phosphate berdasar besar kecilnya
conductivity dalam drum, sedangkan injeksi ammonia dilakukan berdasar flow air
kondensat dan conductivity air kondensat. Perbedaan injeksi hydrazine pekat
PLTU dan PLTGU yaitu pada PLTU hydrazine pekat diinjeksi tetap pada satu
tangki sedangkan pada PLTGU injeksi hydrazine pekat berbeda dengan dilute
hydrazine (tangki dan pompa terpisah), injeksi hydrazine pekat dilakukan saat
stop unit agar kandungan oksigen dalam air hilang. Masalah dalam sistem injeksi
yaitu, hasil analisa kandungan phosphate pada LP/HP drum yang rendah,
konfirmasi dengan operator untuk merubah injeksi dengan sistem manual selama
maksimal 25 menit.

Gambar 15. Pompa Injeksi Ammonia, Dillute Hidrazine, Concentrat Hidrazine,


Phospate

LP

dan

HP

Drum

PLTGU

Blok

31

Standar Kualitas BBM dan Minyak Pelumas

BBM (Bahan Bakar Minyak)


Minyak digunakan untuk bahan bakar boiler PLTU untuk memanaskan air,
namun setelah peraturan PLN mengurani jumlah pemakaian minyak dalam
pembangkitan maka bahan bakar diganti dengan gas. Pada PLTU UP Muara
Karang bahan bakar minyak digunakan untuk pemantik awal pembakaran dalam
boiler, penyimpanan minyak diletakkan pada bunker-bunker tangki berkapasitas
ribuan kilo liter. Adapun jenis minyak pada PLTU
1.

MFO (Marine fuel Oil)


Minyak Bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis

residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang
tinggi dibandingkan minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk
pembakaran langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar
untuk steam power station dan beberapa penggunaan yang dari segi ekonomi lebih
murah dengan penggunaan minyak bakar. Jenis BBM ini direkomendasikan untuk
mesin diesel teknologi injeksi terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga
pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan tenaga
yang lebih besar. Pemakaian MFO pada PLTU untuk pematik burner.

2.

High Speed Diesel (HSD)


Merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa cetane number

45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin trasportasi mesin diesel yang
umum dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik (injection pump) dan
electronic injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor
trasportasi dan mesin industri. HSD dulu digunakan untuk bahan bakar GT blok 1.

3.

Diesel Oil (IDO)


Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang

berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang
rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri.

32

Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine
Diesel Fuel (MDF).

Minyak pada penyimpanan mempunyai banyak pengotor seperti residu,


begitu juga rembesan minyak pada pondasi tangki. Oleh karena itu laboraturium
UP Muara Karang secara berkala satu bulan sekali menganalisa kualitas minyak
apakah masih layak dan sesuai standart.

Minyak Pelumas
Analisa minyak pelumas pada UP Muara Karang dilakukan by request,
baik secara internal maupun eksternal. Minyak pelumas sendiri terdiri dari
berbagai macam merk dan karakteristik penggunaannya.
Ketika melakukan analisa minyak pelumas maupun BBM harus memakai
alat pelindung diri meliputi masker dan sarung tangan, menyalakan blower dalam
lemari asam setelai selesai analisa flash point minyak pelumas untuk membuang
gas-gas hasil pembakaran.
Pelumas terbagi sesuai pemakaian operasionalnya, seperti minyak trafo,
minyak pelumas turbin, minyak hidrolik, dll. Analisa pelumas sebetulnya hampir
sama dengan analisa minyak bahan bakar, namun ada poin tambahan ataupun
yang terkurangi.
Analisa minyak isolasi/trafo mencakup analisa kimia dan fisika dari
minyak isolasi untuk peralatan listrik. Untuk mengetahui kemampuan isolasi,
kadar campuranan yang mempunyai sifat merusak.

Table 1. Analisa pada Minyak Pelumas dan Bahan Bakar Minyak


Analisa
Spesific Gravity
reduce to 60 oF
Viskositas 40 oC
dan 100 oC
Kadar Air

Bahan Bakar

Minyak

Minyak

Pelumas

ASTM D-1298-99

ASTM D-445-03

ASTM D-95-99

Metode

Ket

33

ASTM D-6304-03
ASTM D-93-02a

Titik Nyala

Warna

ASTM D-1500-02

Total Acid Number

ASTM D-974-02

Conradson Carbon

ASTM D-92-02b

ASTM D-189-01

Kadar Abu

ASTM D-482-03

Nilai kalor

ASTM D-240-02

Sediment content

ASTM D-473-02

Residue

Sulfur content

Demulsifikasi

Tegangan tembus

ASTM D-1401-02
Minyak

trafo

a) Spesific Gravity reduce to 60 oF


Adalah perbandingan berat bahan bakar minyak dengan berat dari air pada
O

jumlah dan temperatur yang sama (umumnya 60 F).

Gambar 1. Analisa SpGr pada Minyak Pelumas


b) Viskositas 40 oC dan 100 oC
Viskositas adalah suatu ukuran dari besarnya perlawanan suatu bahan cair
untuk mengalir atau ukuran dari besarnya tahapan geser dalam dari suatu bahan

34

cair. Makin tinggi viskositas makin besar tahan geser dalamnya. Viskositas ini
diukur dengan mengukur waktu dari mengalirnya suatu minyak yang banyaknya
telah ditentukan melalui lubang suatu viscometer.
Viskositas adalah sifat yang sangat penting dalam bahan bakar, sebab akan
mempermudah lewatnya bahan bakar melalui pipa-pipa. Kekuatan pompa dalam
menahan pipa akan rendah bila minyak kurang kental.

Gambar 2. Peralatan Analisa Viskositas


c) Conradson Carbon Residue
Metode ini menerangkan bagaimana cara memeriksa jumlah carbon yang
tersisa setelah penguapan suatu minyak. Dan juga bermaksud untuk mengetahui
adanya gejala-gejala yang berhubungan dengan pembentukan arang. Metode ini
biasanya untuk memeriksa minyak yang tidak menguap dan sebagian minyak
terurai karena distilasi pada tekanan atmosfir.
Catatan :

Istilah Carbon Residue yang dimaksud adalah pembentukan sisa-sisa

carbon sesudah penguapan dan pyrolysis pada minyak-minyak. Sisa-sisa endapan


bukan seluruhnya terbentuk oleh carbon, tetapi arang yang dapat berubah lagi
karena pyrolysis.

Agar diperhatikan bahwa pada minyak diesel yang mengandung amyl

nitrate akan menghasilkan kesalahan yang besar, maka dari itu metode ini hanya
khusus untuk memeriksa minyak tanpa Additives (bahan kimia yang
ditambahkan untuk maksud-maksud tertentu).
Banyaknya sisa karbon yang tidak terbakar membuktikan bahwa terjadi
pembakaran tidak sempurna, hal ini selain mempengaruhi besarnya nilai kalor
yang dihasilkan selama proses pembakaran juga menyebabkan jelaga/endapan

35

karbon diruang bakar. Reaksi pembakaran karbon diharapkan sempurna, apabila


semua oxigen yang diperlukan dalam pembakaran dapat membakar habis carbon
yaitu karbon bersenyawa dengan oxigen membentuk carbon dioksida.
C + O2 CO2
bila banyak oxigen (dalam udara kurang untuk mengadakan pembakaran
sempurna terhadap karbon, maka reaksi pembakaran menjadi tidak sempurna.
2C + 02 CO
Pada pembakaran tidak sempurna hanya dihasilkan panas yang kecil.
Selain reaksi tersebut carbon dapat juga bereaksi sebalik-nya bahan bakar yang
harus dibakar, tetapi menjadi reduktor dengan reaksinya sebagai berikut:
CO2 + C 2CO

d)

Kadar Air

Sampel MFO dan IDO (ASTM D-95-99)

Menentukan kadar air di dalam sample dengan menggunakan metode Distilasi


dengan bantuan pelarut. Biasanya metode ini digunakan untuk menganalisa kadar
air pada minyak (bahan bakar atau pelumas) yang mempunyai kadar air relatif
tinggi (> 500 ppm), contohnya minyak bahan bakar untuk jenis IDO (Intermediate
Diesel Oil) dan MFO (Marine Fuel Oil).
a.

Ikhtisar metode :
Air yang terkandung dalam sample akan terikat oleh solvent (xylol) dan

dengan bantuan alat distilasi (reflux), air akan menguap bersama solvent lalu
terembunkan dan tertampung pada bagian trap penampung yang dilengkapai
dengan penakar volume. Hasil distilasi tersebut, merupakan campuran air dan
solvent dan air akan terpisah dengan sendirinya dari pelarut karena adanya
perbedaan densitas. Air berada di bawah dan pelarut berada di atas. Kelebihan
pelarut dalam trap akan kembali lagi ke labu didih.

Sampel HSD (ASTM D-6304-03)


Menentukan kadar air di dalam sample dengan menggunakan metode Karl

Fisher secara potensio. Biasanya metode ini digunakan untuk menganalisa kadar

36

air pada minyak (bahan bakar atau pelumas) yang mempunyai kadar air rendah (<
500 ppm), contohnya minyak bahan bakar untuk jenis HSD (High Speed Diesel).

Gambar 3. Peralatan Analisa Water Content


Air dalam minyak bakar (residu) konsentrasinya lebih besar dari pada dalam
minyak solar. Air akan mempengaruhi warna minyak karena air mudah
melarutkan zat lain, sehingga minyak mudah kotor air menyebabkan porosi
terutama dibagian dasar tangki. Oleh sebab itu biasanya tangki disiapkan juga
peralatan untuk pembuangan air (drain).

e) Kadar Abu
Kadar abu adalah sisa-sisa minyak yang tertinggal, setelah semua bagian yang
dapat terbakar dalam minyak, terbakar habis. Dari kadar abu ini dapat diperkiraan
banyaknya logam-logam yang terdapat didalam minyak residu seperti karat besi,
pasir dan lain-lain elemen logam. Kadar abu ini dapat berasal dari minyak bumi
sendiri dan juga dapat bertambah besar selama dalam penyimpanan.
Pada umunya abu dalam bahan bakar minyak (residu) sangat rendah, tetapi
unsur-unsur pembentuk abu seperti Natrium dan Vanadium perlu mendapatkan
perhatian, karena kedua unsur tersebut menyebabkan korosi dan erosi diruang
bakar.
Abu Natrium dan Vanadium (Natrium Vanodat) mempunyai titik leleh yang
O

rendah (600 900 C) sehingga biasanya kedua unsur tersebut menyebabkan


erosi dan korosi pada temperatur tinggi.
Reaksi oksidasi/pembakaran Vanadium adalah sebagai berikut :
2 V + O2 2 VO

Oxydule - tidak stabil pada temperatur tinggi.

4 V + 3 O2 2 V2O3

sexqu oxide

37

V + O2 VO2

Oxide amphoter dengan air membentuk Bioxide


asam atau basa

4 V + 5 O2 2 V2O5

Oxida amphoter juga yang mampu memberikan tiga


macam asam.

V2O5 + 2 H2O H4V2O7

Asam pyrovanadik

V2O5 + H2O 2 HV2O3

Asam metavanadik

V2O5 + 3 H2O 2 H3VO4

Asam orthovanadik

Reaksi pembakaran Natrium, adalah sbb:


4Na + O2 2 Na2O natrium oxida
Dengan adanya gas sulfida dalam gas asap akan membentuk garam sulfat
O

yang berbentuk cair pada temperatur 40 C .


2 Na2O + H4V2O7 Na4V2O7 + 2 H2O

Natrium Pyrovanadik

Na2O + 2 HVO3 2 NaVO3 + H2O

Natrium Methavanadik

3 Na2O + 2 H3VO4 2 Na3VO4 + 3 H2O

Natrium Orthovanadik

f) Kadar sediment
Untuk menghitung impurities yang ada dalam minyak bahan bakar sehingga
dapat diketahui tingkat kekotoran minyak bahan bakar. Kotoran-kotoran yang
terkandung pada minyak menurut analisa sediment dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

Sediment dalam bentuk padat dan bentuk amorf berwarna coklat disebut

asphalteen.

Sediment dalam bentuk suspensi dan emulsi melayang-layang dalam

minyak dan tidak larut dalam minyak termasuk juga air.

g) Titik Nyala
Titik nyala suatu bahan bakar minyak adalah suhu terendah dari minyak
apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan suatu api. itik nyala ini
diperlukan, sehubungan dengan keamanan penyimpanan dan pengangkutan bahan
bakar minyak terhadap bahaya kebakaran.

38

Gambar 4. Peralatan Analisa Flash Point (suhu tinggi)


- titik nyala adalah temperatur terendah, dimana uap minyak mulai menyambar nyala
api.
- titik api adalah temperatur terendah, dimana minyak mulai terbakar.
- sifat ini harus diperhatikan betul, sebab apabila ada kebocoran yang berarti ada
hubungan dengan udara luar, akan menimbulkan kebakaran.

Gambar 5. Peralatan Analisa Flash Point (suhu rendah)

h) Nilai kalor
Nilai kalor ini adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu
jumlah tertentu minyak didalam zat asam. Makin tinggi berat jenis suatu minyak
solar mempunyai nilai kalor lebih besar dari pada minyak diesel.

i) Warna
Warna pada pelumas maupun minyak bakar menenukan banyaknya pengotor
yang terkandung didalamnya, warna tersebut dibandingkan dengan karakteristik
minyak dan pelumas baru. Pengotor sendiri bisa berupa arang/karbon hasil
pemanasan dan pemakaian minyak yang lama, serta logam-logam dari material.

39

Gambar 6. Peralatan Analisa Warna Minyak dan Pelumas

j) Sulfur content
Belerang terdapat dalam semua bahan bakar minyak dalam jumlah yang
sangat sedikit. Tapi karena belerang bersifat korosif, maka pembatasan dari
banyaknya belerang adalah sangat penting didalam spesifikasi bahan bakar
minyak
Kandungan belerang dalam bahan bakar biasanya antara 0,2 5 %. Kandungan
belerang yang makin tinggi mempengaruhi:

Kecepatan pembentukan kerak sulfat

Kecepatan korosi

Kecepatan pembentukan seludge dan sediment dalam penumpangan

Dalam pembakaran, belerang akan beraksi dengan oxigen sebagai berikut:


S + O2 SO2 Sulfur dioxida
Hasil SO2 yang terjadi akan cepat berubah menjadi SO3 dengan adanya oxigen
lebih dalam gas buang .
2S + 3 02 2 SO3 Sulfur Trio oxida
Dalam keadaan lembab (uap air hasil pembakaran Hydrogen)
menyebabkan terjadinya asam yang akan mengakibatkan terjadinya korosi karena
temperatur rendah.
SO2 + H2O H2SO3 Asam sulfit
SO3 + H2O H2SO4 Asam sulfat
Reaksi korosi yang paling tidak diharapkan adalah sebagai berikut:

40

Fe + H2SO4 FeSO4 + H2 O ferro Sulfat


dan akan sangat mungkin ferro sulfat teroksidasi membentuk ferri sulfat
2 FeSO4 + 2 H2SO4 + O2 2 Fe2(SO4)3 + 2 H2O Ferri Sulfat

Gambar 7. Peralatan Analisa Sulfur Content


Garam-garam tersebut akhirnya akan membentuk kerak yang menempel di daerah
konveksi (fouling) dan di tube air heater.
Selain dari keadaan tersebut diatas sifat belerang lainnya yang sangat
mempengaruhi sistem gas buang adalah karena sifat belerang yang mengembun
O

pada temperatur sekitar 130 C, sehingga mengakibatkan penyumbatan pada tubetube air heater.

Gambar 8. Peralatan Analisa Automatic Titrator (Sulfur Content)

k) Total Acid Number (TAN)


TAN merupakan nilai yang berpengaruh terhadap karakteristik minyak,
semakin besar nilai TAN berarti bahan itu cenderung mudah mengakibatkan
korose terhadap material.

l) Demulsibility
Kemampuan minyak atau pelumas untuk memisahkan diri dari air.

41

Gambar 9. Peralatan Analisa Demulsifikasi Pelumas

m) Tegangan tembus
Merupakan karakteristik dalam minyak trafo untuk mengetahui berapa besar
kapasitas partikel pelumas untuk menahan tegangan.

42

Anda mungkin juga menyukai