Disusun oleh:
AHMAD ARIANSYAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,saya dapat menyelesaikan tugas
“teknik pemeliharaan dan perbaikan”.Tugas ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian
secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada umumnya.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmunya
kepada kami.
Saya menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan saran sangat membantu saya
agar tugas ini menjadi lebih baik.saya sampaikan terima kasih serta mohon maaf bila ada kesalahan kata
maupun kalimat,dan semoga tugas ini bermanfaat bagi saya dan para pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I JELASKAN DAN SERTAKAN GAMBAR ........ 1
1.1 Jelaskan efisiensi pemanas uap boiler…….......... 1-5
ii
BAB I
1.1 EFISIENSI PEMANAS UAP BOILER
Efisiensi boiler adalah sebuah besaran yang menunjukkan hubungan antara supply energi masuk ke dalam boiler
dengan energi keluaran yang dihasilkan oleh boiler. Namun demikian, efisiensi pada boiler dapat didefinisikan
ke dalam tiga cara yaitu:
1. Efisiensi Pembakaran
2. Efisiensi Termal
3. Efisiensi Bahan Bakar-Uap Air (Fuel-to-Steam)
Efisiensi Pembakaran Boiler secara umum menjelaskan kemampuan sebuah burner untuk membakar
keseluruhan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar (furnace) boiler. Efisiensi tipe ini dihitung dari
jumlah bahan bakar yang tidak terbakar bersamaan dengan jumlah udara sisa pembakaran (excess air).
Pembakaran boiler dapat dikatakan efisien apabila tidak ada bahan bakar yang tersisa di ujung keluaran ruang
bakar boiler, begitu pula dengan jumlah udara sisa.
Untuk mendapatkan efisiensi pembakaran yang tinggi, burner dan ruang bakar boiler harus didesain seoptimum
mungkin. Di sisi lain perbedaan penggunaan jenis bahan bakar juga mempengaruhi efisiensi pembakaran.
Diketahui bahwa bahan bakar cair dan gas (seperti LNG dan HSD) menghasilkan efisiensi pembakaran yang
lebih tinggi jika dibandingkan bahan bakar padat seperti batubara.
Menghitung efisiensi pembakaran boiler tidaklah sulit, kita hanya perlu mengurangi jumlah total energi panas
yang dilepas oleh pembakaran dengan energi panas yang lolos melewati stack(cerobong asap), dibagi dengan
total energi panas.
Satu-satunya yang sulit dari efisiensi pembakaran adalah bagaimana mengejar angka yang paling optimal.
Efisiensi pembakaran ditandai dengan terbakarnya keseluruhan bahan bakar di ruang bakar. Sedangkan
parameter kontrol yang digunakan untuk memastikan keseluruhan bahan bakar terbakar, adalah jumlah udara
sisa pembakaran (excess air) yang keluar melalui stack. Semakin banyak jumlah excess air yang keluar
melewati cerobong asap, maka semakin kecil pula kemungkinan jumlah bahan bakar yang belum terbakar bisa
melewati cerobong asap. Namun juga, semakin banyak jumlah excess air yang lolos melewati cerobong asap,
jumlah energi panas yang lolos terbawa oleh udara sisa tersebut juga semakin banyak. Maka dari itu ada angka
optimum dari besaran excess air, sehingga didapatkan efisiensi pembakaran boiler yang paling optimal.
Nampak pada ilustrasi grafik di atas bahwa semakin tinggi jumlah udara (oksigen) yang lolos melewati stack,
maka akan semakin kecil jumlah bahan bakar termasuk karbon monoksida yang belum terbakar sempurna.
Namun juga seperti yang telah kita bahas di atas, semakin tinggi jumlah excess air maka grafik efisiensi
pembakaran kembali turun, tidak lain hal ini dikarenakan energi panas yang ikut lolos dengan udara sisa
tersebut. Maka dapat dipastikan ada nilai paling optimum dari excess air sehingga didapatkan efisiensi
pembakaran paling baik. Sebagai gambaran saja, nilai excess air optimum untuk pembakaran gas alam adalah 5
hingga 10 %, bahan bakar cair di angka 5 hingga 20%, dan 15 hingga 60% untuk pembakaran batubara.
Efisiensi Termal Boiler menunjukkan bagaimana performa boiler dalam hal fungsinya sebagai heat exchanger.
Perhitungan efisiensi ini akan menunjukkan seefektif apa perpindahan energi
panas dari proses pembakaran bahan bakar ke air. Namun perhitungan efisiensi ini tidak terlalu akurat, karena ia
tidak memperhitungkan kerugian panas radiasi maupun konveksi yang tidak terserap oleh air. Selain itu,
perhitungan efisiensi termal boiler tidak bisa digunakan untuk analisa ekonomis, sebab perhitungan ini tidak
memperhatikan secara teliti jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Atas dasar inilah kita tidak akan membahas
lebih dalam mengenai perhitungan efisiensi termal boiler.
Satu cara yang dianggap paling efektif untuk mengetahui performa boiler secara lebih presisi adalah dengan
menghitung Efisiensi Fuel-to-Steam-nya (biasa pula disebut dengan efisiensi bahan bakar). Selain
memperhatikan efektifitas boiler sebagai heat exchanger (efisiensi termal), perhitungan efisiensi bahan bakar
boiler juga memperhatikan adanya losses (kerugian) akibat adanya perpindahan panas radiasi dan konveksi.
Efisiensi bahan bakar boiler memperhatikan dengan sangat teliti jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan,
sehingga sangat tepat digunakan sebagai bahan analisa ekonomis boiler.
Metode Langsung
Dikenal ada dua metode untuk menghitung efisiensi bahan bakar pada boiler, yaitu metode langsung dan metode
tak langsung. Metode langsung, atau dikenal juga sebagai metode input-output, dilakukan dengan jalan
membandingkan secara langsung elati panas yang diserap oleh air sehingga berubah fase menjadi uap air ( elati
output), dengan elati panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar boiler ( elati
input). Rumusan sederhana dari perhitungan metode langsung adalah sebagai berikut:
Pada metode langsung, ada beberapa parameter yang harus diukur secara presisi agar didapatkan hasil
perhitungan yang akurat. Parameter-parameter tersebut antara lain adalah:
Kelebihan
Kekurangan
Metode Langsung
Debit dan heating value bahan bakar,
Parameter primer dari definisi efisiensi bahan bakar maupun debit dan properties uap air, harus
boiler (input-output) dihitung secara langsung. dihitung seakurat mungkin untuk
meminimalisir ketidaktepatan.
Tidak mampu menunjukkan potensi
Hanya membutuhkan sedikit perhitungan.
penyebab inefisiensi.
Harus menggunakan metode tak-langsung
Tidak memerlukan asumsi nilai untuk kerugian tak
untuk menilai tingkat keakuratan
terukur.
perhitungan.
Metode Tak-Langsung
Perhitungan primer seperti analisa gas buang dan
Membutuhkan perhitungan lebih banyak
elative re gas buang dapat dilakukan dengan sangat
daripada metode langsung.
akurat.
Dapat dilakukan perbaikan perhitungan untuk
Tidak otomatis memberikan data kapasitas
mengejar standard yang ada ataupun untuk pemenuhan
dan output.
garansi.
Memiliki tingkat ketidaktentuan yang rendah, sebab
Beberapa titik kerugian tidak dapat diukur
perhitungan kerugian hanya mencerminkan sebagian
sehingga nilainya harus diasumsikan.
kecil saja dari total konversi elati yang ada.
Dapat diketahui sumber kerugian terbesar. 3
Metode Tak-Langsung
Yang dimaksud dengan perhitungan efisiensi boiler tak-langsung adalah perhitungan yang tidak langsung
melibatkan komponen utama rumusan efisiensi boiler yakni energi output dan input, melainkan dengan jalan
menghitung kerugian-kerugian (losses) yang ada
Dimana pengertian input, credit, output, serta losses adalah sesuai dengan ilustrasi berikut yang kami kutip dari
buku standard ASME.
perhitungan efisiensi tak-langsung dilakukan dengan cara terbalik yakni fokus ke parameter-parameter losses
serta energy credit (kredit energi). Yang dimaksud dengan kredit energi adalah energi-energi sekunder yang
masuk ke boiler selain energi primer dari bahan bakar. Sedangkan losses adalah parameter-parameter energi
terbuang yang tidak terkonversikan menjadi energi panas di dalam uap air. Petunjuk perhitungan dan
pengukuran dari parameter-parameter tersebut sangat datail dijabarkan melalui standardisasi yang dikeluarkan
oleh The American Society of Mechanical Engineers (ASME).
Metode tak-langsung dilakukan dengan sangat detail pada setiap parameter yang diukur, sehingga tingkat
keakuratannya dianggap jauh lebih baik dibandingkan dengan metode langsung. Namun tentu metode tak-
langsung ini membutuhkan biaya yang lebih besar karena membutuhkan peralatan-peralatan khusus di
dalamnya. Atas dasar itulah banyak yang menganggap metode tak-langsung ini lebih cocok digunakan pada
boiler-boiler skala besar, dan tentu tidak terlalu cocok digunakan untuk menghitung efisiensi boiler kecil.
Satu parameter yang sama-sama diperhitungkan di metode langsung maupun tak-langsung adalah energi input
dari bahan bakar. Pada metode tak-langsung energi input yang disimbolkan oleh QrF memiliki rumusan sebagai
berikut:
Satu komponen penting yang masuk ke rumusan di atas yakni nilai heating value dari bahan bakar. Seperti
yang telah kita bahas pada artikel lain mengenai heating value, bahwa ada dua
4
jenis heating value yakni higher heating value (HHV) dan lower heating value (LHV). Keduanya
memang sama-sama mencerminkan nilai kalor yang terkandung di dalam bahan bakar, namun keduanya
memiliki selisih nilai yang berbeda. Pada sebagian besar bahan bakar nilai HHV cenderung lebih besar
dibandingkan dengan LHV. Sehingga jika dikaitkan dengan perhitungan efisiensi boiler, maka nilai efisiensi
boiler yang menggunakan HHV sebagai acuannya akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan
efisiensi boiler yang menggunakan LHV sebagai acuan.
1.2 Peralatan/alat/mesin
Pressuretrols untuk mengontrol tekanan uap di boiler. Boiler umumnya memiliki 2 atau 3 pressuretrols:
pressuretrol reset-manual, yang berfungsi sebagai pengaman dengan mengatur batas atas tekanan uap,
pressuretrol operasi, yang mengontrol kapan boiler menyala untuk mempertahankan tekanan, dan untuk
boiler yang dilengkapi dengan modulator burner , sebuah pressuretrol modulasi yang mengontrol jumlah
api.
Katup pengaman : Digunakan untuk menghilangkan tekanan dan mencegah kemungkinan ledakan boiler .
Indikator ketinggian air: Indikator ini menunjukkan tingkat cairan di boiler, juga dikenal sebagai kaca
penglihatan , pengukur air atau kolom air.
Katup blowdown bawah : Katup menyediakan sarana untuk menghilangkan partikel padat yang
mengembun dan terletak di bagian bawah boiler. Sesuai namanya, katup ini biasanya terletak langsung di
bagian bawah ketel, dan kadang-kadang dibuka untuk menggunakan tekanan di ketel untuk mendorong
partikel-partikel ini keluar.
Continuous blowdown valve: Ini memungkinkan sejumlah kecil air keluar secara terus menerus.
Tujuannya adalah untuk mencegah air di dalam ketel menjadi jenuh dengan garam terlarut. Kejenuhan akan
menyebabkan buih dan menyebabkan tetesan air terbawa dengan uap – suatu kondisi yang dikenal sebagai
priming . Blowdown juga sering digunakan untuk memantau kimia air boiler.
Trycock: sejenis katup yang sering digunakan untuk memeriksa level cairan dalam tangki secara manual.
Paling sering ditemukan di ketel air
Tangki flash: Blowdown tekanan tinggi memasuki kapal ini di mana uap dapat ‘menyala’ dengan aman dan
digunakan dalam sistem tekanan rendah atau dibuang ke atmosfer sementara blowdown tekanan ambien
mengalir ke saluran pembuangan.
Automatic blowdown / sistem pemulihan panas berkelanjutan: Sistem ini memungkinkan boiler untuk
blowdown hanya ketika air makeup mengalir ke boiler, dengan demikian mentransfer jumlah maksimum
panas yang mungkin dari blowdown ke air makeup. Tidak diperlukan tangki flash karena blowdown yang
dikeluarkan mendekati suhu air make-up.
Lubang tangan: Itu adalah pelat baja yang dipasang di bukaan di “header” untuk memungkinkan inspeksi
& pemasangan tabung dan inspeksi permukaan internal.
5
Steam drum internal, serangkaian layar, scrubber & kaleng (pemisah siklon).
Cutoff air rendah: Ini adalah alat mekanis (biasanya sakelar pelampung) atau elektroda dengan sakelar
pengaman yang digunakan untuk mematikan kompor atau mematikan bahan bakar ke boiler untuk
mencegahnya mengalir begitu air mengalir di bawah tertentu titik. Jika boiler “berbahan bakar kering”
(dibakar tanpa air di dalamnya) dapat menyebabkan kerusakan atau kegagalan besar.
Permukaan blowdown line: Ini menyediakan sarana untuk menghilangkan busa atau zat ringan lain yang
cenderung tidak bisa mengapung di atas air di dalam boiler.
Pompa sirkulasi : Pompa ini dirancang untuk mengalirkan air kembali ke boiler setelah mengeluarkan
sebagian panasnya.
Air umpan katup atau valve klak: A non-return valve berhenti di air umpan line. Ini dapat dipasang ke sisi
ketel, tepat di bawah permukaan air, atau ke atas ketel.
Pakan top: Dalam desain ini untuk injeksi air umpan, air diumpankan ke bagian atas boiler. Ini dapat
mengurangi kelelahan boiler yang disebabkan oleh tekanan termal. Dengan menyemprotkan air umpan ke
atas serangkaian nampan, air cepat dipanaskan dan ini dapat mengurangi limescale .
Tabung atau bundel desuperheater: Serangkaian tabung atau bundel tabung dalam drum air atau drum
uap yang dirancang untuk mendinginkan uap yang sangat panas, untuk memasok peralatan bantu yang
tidak perlu, atau mungkin rusak oleh, uap kering.
Jalur injeksi kimia: Koneksi untuk menambahkan bahan kimia untuk mengontrol pH air umpan .
Aksesoris uap
Steam traps :
Katup berhenti / periksa uap utama: Digunakan pada beberapa instalasi boiler.
Aksesori pembakaran
Sistem gas:
Sistem batubara:
Jelaga blower
Pengukur tekanan :
Pompa pakan :
Pasang fusible :
Isolasi dan lagging;
Papan nama:
Plat registrasi:
Konsep
Sebuah bahan bakar boiler -heated harus menyediakan udara untuk mengoksidasi bahan bakar. Awal boiler
disediakan aliran ini udara, atau rancangan , melalui aksi alami dari konveksi dalam cerobong asap yang
terhubung ke knalpot dari ruang pembakaran. Karena gas buang yang dipanaskan kurang padat dari udara
sekitar yang mengelilingi boiler, gas buang naik di cerobong, menarik udara segar yang lebih padat ke dalam
ruang bakar.
Sebagian besar boiler modern bergantung pada konsep mekanis daripada konsep alami. Ini karena
rancangan alami tunduk pada kondisi udara luar dan suhu gas buang yang meninggalkan tungku, serta
ketinggian cerobong asap. Semua faktor ini membuat draft yang tepat sulit untuk dicapai dan oleh karena
itu membuat peralatan draft mekanis jauh lebih dapat diandalkan dan ekonomis.
Jenis draft juga dapat dibagi menjadi draft yang diinduksi , di mana gas buang dikeluarkan dari boiler; draft
paksa , di mana udara segar didorong ke boiler; dan draft yang seimbang, di mana kedua efek digunakan.
Draft alami melalui penggunaan cerobong adalah jenis dorong yang diinduksi; rancangan mekanik dapat
diinduksi, dipaksa atau seimbang.
Ada dua jenis rancangan yang disebabkan mekanis. Yang pertama adalah melalui penggunaan jet uap. Jet
uap yang berorientasi ke arah aliran gas buang menginduksi gas cerobong ke dalam cerobong dan
memungkinkan kecepatan gas cerobong yang lebih besar meningkatkan keseluruhan draft dalam tungku.
Metode ini umum pada lokomotif uap yang tidak memiliki cerobong asap tinggi. Metode kedua adalah
dengan hanya menggunakan kipas rancangan terinduksi (ID fan) yang menghilangkan gas buang dari tungku
dan memaksa gas buang ke atas tumpukan. Hampir semua tanur listrik terinduksi beroperasi dengan
tekanan yang sedikit negatif.
Dorong paksa mekanis disediakan melalui kipas yang memaksa udara masuk ke ruang bakar. Udara sering
melewati pemanas udara; yang, seperti namanya, memanaskan udara yang masuk ke tungku untuk
meningkatkan efisiensi boiler secara keseluruhan. Damper digunakan untuk mengontrol jumlah udara yang
masuk ke tungku. Tungku rancangan paksa biasanya memiliki tekanan positif.
Draft yang seimbang diperoleh melalui penggunaan draf yang diinduksi dan yang dipaksakan. Ini lebih
umum terjadi pada boiler yang lebih besar di mana gas buang harus menempuh jarak yang jauh melalui
banyak celah boiler. Kipas angin induksi bekerja bersama dengan kipas angin paksa yang memungkinkan
dan membuang padatan yang sudah rata keluar dari larutan dan yang cenderung tinggal pada permukaan boiler.
Blowdown penting untuk melindungi permukaan penukar panas pada boiler. Walau demikian, blowdown dapat
menjadi sumber kehilangan panas yang cukup berarti.
Pengendalian blowdown boiler yang baik dapat secara signifikan menurunkan biaya perakuan dan operasional
yang meliputi :
Biaya perlakuan awal lebih rendah
Konsumsi make-up lebih sedikit
Waktu penghentian untuk perawatan menjadi berkurang
Umur pakai boiler meningkat
Pemakain bahan kimia untuk pengolahan air umpan menjadi lebih rendah
Blowdown dilakukan dengan cara membuka blowdown valve secara perlahan sampai membuka penuh
kemudian menutupnya kembali.
Prosedur konvensional dan yang dapat diterima untuk blowdown adalah sebagai berikut:
a. Tutup kran air
b. Buka kran pembuangan (supaya steam keluar dengan bebas)
c. Tutup kran pembuangan
d. Tutup kran steam
e. Buka keran air
f. Buka kran pembuangan (supaya steam keluar dengan bebas)
g. Tutup kran pembuangan
h. Buka kran steam
i. Buka kemudian tutup kran pembuangan untuk akhir proses blowdown air yang pertama muncul biasanya
mewakili air boiler. Jika airnya be harus dicari tahu penyebabnya.
2. Perawatan Mingguan
a. Bersihkan filter pompa air umpan
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyumbatan di jalur air sehinggajumlah air dalam boiler dapat
terpenuhi.
b. Bersihkan filter bahan bakar
Perawatan ini dilakukan setiap minggu (tergantung dari kondisi bahan bakar yang digunakan, bila bahan bakar
yang digunakan adalah heavy oil maka pembersih filter harus sering lagi dilakukan) agar tidak terjadi keadaan
hampa pada pompa yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pompa bahan bakar.
c. check safety valve
Buka tingkap pengaman/safety valve dan biarkan uap keluar selama beberapa detik. Hal ini dimaksudkan agar
tidak ada penyumbatan atau kotoran yang tertinggal ditingkap pengaman sehingga tingkap pengaman dapat
bekerja dengan baik.
9
4) Pompa air harus bekerja secara otomatis dilanjutkan dengan matinya burner dan muncul bunyi alarm
7) Buka katup yang berhubungan dengan boiler secara perlahan-lahan agar tidak terjadi water hammer
(hentakan air).
8) Pompa air harus berhenti bila ketinggian air di dalam boiler sudah meucapai batas air normal
Perhatian : Perlu diperhatikan bahwa pada saat pemeriksaan dilakukan, selector switch untuk pompa harus
posisi AUTO.
e. Periksa foatless water level controller
2) Lihat ketinggian air melalui level gauge/gelas penduga Bila ketinggian air sudah mencapai kurang lebih 20-
30 mm dibawah normal, maka pompa harus ON dan bila ketinggian air turun hingga mencapai batas terendah
(Iow water level) maka alarm harus segera berbunyi.
3) Bila ketinggian air di dalam boiler sudah mencapai batas normal maka pompa harus OFF
3. Perawatan 3 Bulanan
Perawatan 3 bulanan dilakukan oleh Engenner Grand Kartech. Perawatan ini berupa :
a. Periksa pintu belakang dan sealnya.
b. Pipa-pipa api
Boiler dibuka setelah 2 minggu dan seluruh kerak karbon dibersihkan dari pipa api. Dari dasar tersebut baru
dapat ditentukan program untuk pembersihan selanjutnya, Jika pipa-pipa boiler tidak dibersihkan secara berkla
maka efesiensi dari boiler akan menurun dan bahan bakar tambahan harus dibakar agar mencapai konsumsi uap
yang lebih murah biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan pipa-pipa api ketel uap secarra berkala
dibandingkan dengan tambahan bahan bakar yang digunakan pada afesiiensi boiler yang rendah.
c. Tembokan ketel uap
Periksa secara visual bagian tembokan ini dan perbaiki/ganti bila terjadi kerusakan.
4. Perawatan Tahunan
Perawatan tahunan juga dilakukan oleh Engineer Grand Kartech. Perawatan ini berupa :
Bersihkan ketel uap dari kerak yang muncul akibat pendapatan dari zat yang terbentuk karena adanya calcium
dan magnesium yang tidak larut dalam air yang terdapat pada air umpan, misalnya calcium carbonate. Biasanya
dialakukan dengan menggunakan bahan kimia yang bersifat asam
Kegiatan ini dilakukan untuk mengantisipasi bila boiler mengalami kerusakan mendadak dan memerlukan
10
https://idmboiler.co.id/efisiensi-steam-boiler/IDM-BOILER.html
https://ilmuteknik.id/ilmu-boiler-jenis-jenis-perawatan-untuk-boiler-agar-selalu-lancar/
JAM:12.21
BAB II
2.1 Tentang boiler
Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, Vol. 1(3), Desember 2016 :77-82
1Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Kampus UNS Pabelan, Jl. Ahmad Yani 200, Surakart
*Corresponding author :
E-mail: maedanu_fp@student.uns.ac.id
Abstract – The research aims to investigate the condition of Basuki boiler based on the energy analysis
result. The research used quantitative-descriptive method. The population of this research was daily record
of Basuki boiler. The sample was daily record of Basuki boiler performance for 1 year (February 2015 to
January 2016). The sample was taken using purposive sampling method. The research analyzed energetic
efficiency and heat losses were included. Based the result of the research, it can be concluded that Basuki
boiler condition based on its energy analysis was good, because the energetic efficiency (83,14%)
was
11
higher than the company’s target (80%). Total heat losses occured during boiler operation at 16,86%
was
devided into (1) heat loss in the flue gas (5,15%); (2) heat loss caused by unburned H2 gas (5,47%); (3) heat
loss caused by water content in the fuel (1,50%); (4) heat loss caused by the humidity (0,58%); (5) heat loss
caused by imperfect combustion (0,13%); (6) heat loss caused by radiation and indeterminable heat loss
(4,03%).
dilakukan dengan analisis terhadap kinerja boiler digunakan untuk proses fermentasi dan destilasi
terlebih dahulu. Hal ini digunakan untuk pada industri Etanol. Bahan bakar yang
mengetahui bagian atau komponen apa yang digunakan pada boiler merupakan batu bara jenis
mengalami gangguan dan mengetahui bituminous yang dihaluskan. Berikut adalah
penyebabnya, sehingga dapat menentukan spesifikasi boiler secara umum:
langkah yang
tepat dan mencegah permasalahan yang sama timbul
kembali. Salah satu metode analisis yang bisa dipakai Spesifikasi Boiler
adalah analisis energi. Tahun : 2006
beroperasi
Metode analisis energi merupakan sebuah Jenis boiler : Gabungan Pipa Api dan Pipa
metode untuk mengetahui kinerja suatu alat Air
dengan menganalisis siklus energi yang terjadi. Bahan bakar : Batu bara Bituminous
Metode ini mengaplikasikan hukum pertama Tipe : Bubbling Fluidized Bed
pembakaran
thermodinamika. Metode ini cukup efektif karena Combustion
dalam penggunaannya hanya memerlukan data Produksi steam : 15 Ton steam/ jam
record harian yang ada. Suhu steam : 1650C s.d. 1850C
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan Suhu stack : 1900C s.d. 2100C
diatas peniliti ingin menerapkan metode analisis
energi dalam penelitian yang peneliti lakukan.
Selanjutnya penilitian
yang dilakukan memiliki tajuk “Analisis Energi (Sumber:
terhadap Performa Boiler Tipe Fluidized Bed Astrawan,2016)
Combustion.”.
78
Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, Vol. 1(3), Desember 2016 – ISSN : 2527-3841 ; e-ISSN : 2527-
4910
J. Mek. Sist. Termal Vol. 1(3)2016:77-82, Putra et al.
13
78
Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, Vol. 1(3), Desember 2016 – ISSN : 2527-3841 ; e-ISSN : 2527-
4910
Gambar 1 Siklus Kerja Boiler Tipe Fluidized Bed Combustion
Efisiensi termal
Spesifikasi bahan bakar boiler Basuki
Bahan bakar : Batu bara
= x 100%
Jenis : Bituminous c. Efisiensi termal
Asal : Kalimantan
Ukuran butir : 0,1 s.d. 2,5 mm = x 100%
Kandungan : 85% Karbon (C), 6% Hidrogen d. Kerugian Panas pada Gas Buang
Mineral (H2), 8% Sulfur (S), 1% Oksigen Q =Vg . cp (tg – t0) kkal/kg b.bakar
(O2)
Nilai bakar : 4800 s.d. 6000 kkal/kg
e. Kerugian Panas akibat Gas H2 yang tidak
Kualitas : Sedang
Terbakar
Titik bakar : 600 s.d. 700 0C
Kebutuhan udara : 9,736 kg udara/kg batu bara QM = 9 H2 (Hf + Cp (tg – tf) – HH2O) kkal/kg
Q = WAbu x QAbu
Tabel 1. Record Data Boiler Basuki periode Februari 2015 s.d. Januari 2016
16
Keterangan:
17
kerugian panas akibat gas H2 yang tidak terbakar Kehilangan panas akibat gas H2 yang tidak terbakar
pada proses pembakaran dapat bersenyawa dengan O 2 sehingga membentuk air dalam ruang bakar
yang merugikan. Kehilangan panas ini dalam 1 tahun berkisar antara 5,41% hingga 5,52%, dengan rata-
rata sebesar 5,47% (328,40 kkal/ kg batu bara).
2) kerugian panas akibat kandunagn air dalam bahan bakar Kandungan air dalam batu bara dapat
menurunkan
nilai bakarnya. Semakin tinggi kandungan air maka semakin rendah nilai bakar batu bara. Kandungan
air juga sangat menentukan kualitas dari batu bara yang digunakan, semakin rendah kandungan air
maka kualitas batu bara semakin baik. Kehilangan panas ini dalam 1 tahun rata-rata sebesar 1,50%
(70,55 kkal/kg batu bara) dengan nilai terbesar 1,72% (Februari 2015) dan nilai terendah 1,32% (Juni
2015).
3) kerugian panas karena kadar air dalam udara Kehilangan panas akibat kadar air dalam udara dalam
1 tahun rata-rata sebesar 0,58% (34,96 kkal/ kg batu bara) dengan nilai kehilangan panas terbesar
pada bulan September, November dan Desember 2015 sebesar 0,61%, sedangkan yang terendah terjadi
pada bulan Mei 2015 dengan 0,54%.
4) kerugian panas akibat pembakaran tidak sempurna Estimasi nilai panas yang terkandung dalam terak
sebesar 150 kkal/kg dan massa abu dalam pembakaran 1 kg sebesar 5%. Dengan memperhatikan hal
tersebut, maka besar kehilangan panas yang ditimbulkan sebesar 7,5 kkal/kg bahan bakar atau sebesar
0,125%. Kehilangan panas tiap untuk pembakaran yang tidak sempurna diasumsikan sama setiap
bulannya karena dalam
perhitungan ini yang digunakan sebagai pembanding adalah Estimasi Nilai Bakar tertinggi dari bahan
bakar.
5) kerugian panas karena radiasi dan kehilangan panas lainnya yang tak terhitung .
Kehilangan panas karena radiasi dan lainnya merupakan kehilangan panas akibat terpancarnya
panas ke permukaan komponen boiler dan kehilangan panas yang tak terhitung lainnya. Boiler Basuki
memiliki luas permukaan radiasi diperkirakan mencapai lebih dari 1000 m 2, untuk itu besarnya
kerugian panas akibat radiasi ditaksir mencapai 2 hingga 3%, sedangkan sisanya adalah kerugian
panas yang tak terhitung lainnya. Dalam hal ini kerugian panas rata-rata dalam 1 tahun dapat
mencapai 4,03% atau 189,54 kkal/ kg batu bara.
4. Kesimpulan
Hasil analisis energi terhadap performa boiler Basuki menunjukkan boiler dalam kondisi baik
karena efisiensi energinya sebesar 83,14% melebihi target yang ingin dicapai oleh perusahaan (80%).
Sementara itu, kerugian panas sebesar 16,86% terdistribusi ke dalam: (a) kerugian panas pada gas
buang 5,15%, (b) kerugian akibat gas H2 yang tidak terbakar 5,47%, (c) kerugian panas akibat
kandungan air dalam bahan bakar 1,50%, (d) kerugian karena kelembaban udara 0,58%, (e) kerugian
akibat pembakaran tidak sempurna 0,13%, dan (f) kerugian karena radiasi & kerugian lain 4,03%.
Untuk penelitian sejenis yang akan dilakukan dapat menambahkan dan mengembangkan indikator
yang dianalisis berkaitan dengan performa boiler, sehingga bahan yang dikaji untuk menentukan
performa boiler dapat lebih luas.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada PT. Indo Acidatama, Tbk., yang telah memberikan izin
untuk menjalankan penelitian ini.
18
Daftar Pustaka
Harnowo, Saptyaji. (2016). Analisis Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Sawit (PLTBS) Pabatu PT
Perkebunan Nusantara IV. J. Mek. Sist. Termal Vol. 1(1)2016:14-20.
Hetharia, M. (2013). Analisis Energi, Eksergi dan Termoekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Merauke. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Palaloi, Sudirman. (2014). Analisis Potensi Penghematan Energi pada Boiler di Pabrik Tekstil. Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) 2014, ISSN: 1979-911X.
Rosen, Marc A. (2001). Energy and exergy based comparison of coal fired and nuclear steam power plants.
Exergy Int. J. 1(3) (2001) 180-192.
Saidur, R., Ahmed, J. U. & Masjuki, H. H. (2009). Energy, Eksergy and Economic Analysis of Industrial Boilers.
Energy Policy 38 (2010) 2188-2197.
Silaban, M. & Gani, D. (2013). Penghematan Energi dan Perhitungan Sederhana Menaksir Efisiensi Boiler.
Journal ISBN 978-979-15904-0-2.
Singh, K. & Harripaul, D. (2011). Use of Exergy Analysis in the Thermal Optimisation of a Small Packaged
Boiler. The Journal of the Association of Proffesional Enginerers of Trinidad and Tobago, Vol. 40,
No.2.
Wibowo, Ari. (2016). Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Biomassa Sawit (PLTBS) Kapasitas 5 MW.
Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, Vol. 1(2), Agustus 2016 :53-60.
Woodruff, E. B., Lammers, H. B. & Lammers, T. F. (1998). Steam Plant Operation, Seventh Edition. New York:
McGraw-Hill.
SUMBER: http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=700595&val=11169&title=Analisis%20Energi%20terhadap%20Performa
%20Boiler%20%20Tipe%20Fluidized%20Bed%20Combustion
TANGGAL:26 OKTOBER 2021
JAM:12.52
19
BAB III
3.1 KESIMPULAN
1.Kinerja boiler yang didapatkan dari perhitungan efisiensi dengan metode langsung
tertinggi sebesar 86,47 % dan efisiensi terendah sebesar 84,07 %. Sedangkan pada
metode tidak langsung efisiensi tertinggi diperoleh sebesar 87,573 % dan efisiensi
terendah sebesar 87,415 %.
2. Dilihat dari besar kerugian yang terjadi dan besar efisiensi boiler saat beroperasi
dengan kerugian dan efisiensi komisioning boiler bekerja dengan baik, tidak ditemukan
adanya titik pemborosan energi yang besar sehingga tidak perlu dilakukan langkah
penghematan untuk mengurangi rugi-rugi yang terjadi.
3.2 SARAN
a. Lakukan evaluasi kinerja boiler khususnya efisiensi secara berkala untuk menjamin
operasi boiler tetap optimal.
b. Selanjutnya dapat menggunakan software khusus audit energi agar pengerjaan dapat
lebih cepat, efektif, dan akurat. Setelahnya dapat dilakukan perbandingan dengan hasil
perhitungan manual. Sehingga 78 lebih mudah diketahui bila boiler beroperasi secara
optimal. Melalui software tersebut dapat diketahui titik-titik pemborosan yang terjadi.
c. Untuk menjaga operasi boiler yang optimal dapat dilakukan maintenance secara
berkala.
20
DAFTAR PUSTAKA
Harnowo, Saptyaji. (2016). Analisis Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Sawit (PLTBS) Pabatu PT
Perkebunan Nusantara IV. J. Mek. Sist. Termal Vol. 1(1)2016:14-20.
Hetharia, M. (2013). Analisis Energi, Eksergi dan Termoekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Merauke. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Palaloi, Sudirman. (2014). Analisis Potensi Penghematan Energi pada Boiler di Pabrik Tekstil. Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) 2014, ISSN: 1979-911X.
Rosen, Marc A. (2001). Energy and exergy based comparison of coal fired and nuclear steam power plants.
Exergy Int. J. 1(3) (2001) 180-192.
Saidur, R., Ahmed, J. U. & Masjuki, H. H. (2009). Energy, Eksergy and Economic Analysis of Industrial Boilers.
Energy Policy 38 (2010) 2188-2197.
Silaban, M. & Gani, D. (2013). Penghematan Energi dan Perhitungan Sederhana Menaksir Efisiensi Boiler.
Journal ISBN 978-979-15904-0-2.
Singh, K. & Harripaul, D. (2011). Use of Exergy Analysis in the Thermal Optimisation of a Small Packaged
Boiler. The Journal of the Association of Proffesional Enginerers of Trinidad and Tobago, Vol. 40,
No.2.
Wibowo, Ari. (2016). Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Biomassa Sawit (PLTBS) Kapasitas 5 MW.
Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, Vol. 1(2), Agustus 2016 :53-60.
Woodruff, E. B., Lammers, H. B. & Lammers, T. F. (1998). Steam Plant Operation, Seventh Edition. New York:
McGraw-Hill.
21