1. Efisiensi Pembakaran
2. Efisiensi Termal
3. Efisiensi Bahan Bakar-Uap Air (Fuel-to-Steam)
Efisiensi Pembakaran Boiler secara umum menjelaskan kemampuan
sebuah burner untuk membakar keseluruhan bahan bakar yang masuk ke dalam
ruang bakar (furnace) boiler. Efisiensi tipe ini dihitung dari jumlah bahan bakar yang
tidak terbakar bersamaan dengan jumlah udara sisa pembakaran (excess air).
Pembakaran boiler dapat dikatakan efisien apabila tidak ada bahan bakar yang
tersisa di ujung keluaran ruang bakar boiler, begitu pula dengan jumlah udara sisa.
Menghitung efisiensi pembakaran boiler tidaklah sulit, kita hanya perlu mengurangi
jumlah total energi panas yang dilepas oleh pembakaran dengan energi panas yang
lolos melewati stack (cerobong asap), dibagi dengan total energi panas.
dimana,
: Efisiensi pembakaran boiler (%)
: Energi panas total hasil pembakaran (kalori; Joule)
: Energi panas lolos melewati cerobong asap (kalori; Joule)
Nampak pada ilustrasi grafik di atas bahwa semakin tinggi jumlah udara (oksigen)
yang lolos melewati stack, maka akan semakin kecil jumlah bahan bakar termasuk
karbon monoksida yang belum terbakar sempurna. Namun juga seperti yang telah
kita bahas di atas, semakin tinggi jumlah excess air maka grafik efisiensi
pembakaran kembali turun, tidak lain hal ini dikarenakan energi panas yang ikut lolos
dengan udara sisa tersebut. Maka dapat dipastikan ada nilai paling optimum
dari excess air sehingga didapatkan efisiensi pembakaran paling baik. Sebagai
gambaran saja, nilai excess air optimum untuk pembakaran gas alam adalah 5
hingga 10%, bahan bakar cair di angka 5 hingga 20%, dan 15 hingga 60% untuk
pembakaran batubara.
Satu cara yang dianggap paling efektif untuk mengetahui performa boiler secara
lebih presisi adalah dengan menghitung Efisiensi Fuel-to-Steam-nya (biasa pula
disebut dengan efisiensi bahan bakar). Selain memperhatikan efektifitas boiler
sebagai heat exchanger (efisiensi termal), perhitungan efisiensi bahan bakar boiler
juga memperhatikan adanya losses (kerugian) akibat adanya perpindahan panas
radiasi dan konveksi. Efisiensi bahan bakar boiler memperhatikan dengan sangat
teliti jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan, sehingga sangat tepat
digunakan sebagai bahan analisa ekonomis boiler.
Metode Langsung
Dikenal ada dua metode untuk menghitung efisiensi bahan bakar pada boiler, yaitu
metode langsung dan metode tak langsung. Metode langsung, atau dikenal juga
sebagai metode input-output, dilakukan dengan jalan membandingkan secara
langsung energi panas yang diserap oleh air sehingga berubah fase menjadi uap air
(energi output), dengan energi panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar
di dalam ruang bakar boiler (energi input). Rumusan sederhana dari perhitungan
metode langsung adalah sebagai berikut:
dimana,
: Efisiensi bahan bakar boiler (%)
: Energi panas total yang diserap uap air (kalori; Joule)
: Debit uap air keluar boiler (kg/jam)
: Entalpi uap keluar boiler (kcal/kg)
: Entalpi air masuk boiler (kcal/kg)
: Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar (kalori; Joule)
: Debit kebutuhan bahan bakar (kg/jam)
: Gross Calorific Value atau nilai kalor spesifik bahan bakar (kcal/kg)
Pada metode langsung, ada beberapa parameter yang harus diukur secara presisi
agar didapatkan hasil perhitungan yang akurat. Parameter-parameter tersebut antara
lain adalah:
Kelebihan Kekurangan
Metode Langsung
Debit dan heating
value bahan bakar,
Parameter primer dari
maupun debit
definisi efisiensi bahan
dan properties uap air,
bakar boiler (input-
harus dihitung seakurat
output) dihitung secara
mungkin untuk
langsung.
meminimalisir
ketidaktepatan.
Tidak mampu
Hanya membutuhkan
menunjukkan potensi
sedikit perhitungan.
penyebab inefisiensi.
Metode Tak-Langsung
Perhitungan primer
seperti analisa gas Membutuhkan
buang dan temperatur perhitungan lebih banyak
gas buang dapat daripada metode
dilakukan dengan langsung.
sangat akurat.
Dapat dilakukan
perbaikan perhitungan
Tidak otomatis
untuk mengejar
memberikan data
standard yang ada
kapasitas dan output.
ataupun untuk
pemenuhan garansi.
Memiliki tingkat
ketidaktentuan yang
rendah, sebab Beberapa titik kerugian
perhitungan kerugian tidak dapat diukur
hanya mencerminkan sehingga nilainya harus
sebagian kecil saja dari diasumsikan.
total konversi energi
yang ada.
Dapat diketahui
sumber kerugian
terbesar.
Tingkat eror
perhitungan relatif
rendah.
Metode Tak-Langsung
Maka:
Metode tak-langsung dilakukan dengan sangat detail pada setiap parameter yang
diukur, sehingga tingkat keakuratannya dianggap jauh lebih baik dibandingkan
dengan metode langsung. Namun tentu metode tak-langsung ini membutuhkan
biaya yang lebih besar karena membutuhkan peralatan-peralatan khusus di
dalamnya. Atas dasar itulah banyak yang menganggap metode tak-langsung ini lebih
cocok digunakan pada boiler-boiler skala besar, dan tentu tidak terlalu cocok
digunakan untuk menghitung efisiensi boiler kecil.
Satu parameter yang sama-sama diperhitungkan di metode langsung maupun tak-
langsung adalah energi input dari bahan bakar. Pada metode tak-langsung energi
input yang disimbolkan oleh QrF memiliki rumusan sebagai berikut:
Dimana,
Nampak rumusan di atas identik dengan rumusan energi input pada perhitungan
efisiensi metode langsung. Satu komponen penting yang masuk ke rumusan di atas
yakni nilai heating value dari bahan bakar. Seperti yang telah kita bahas pada artikel lain
mengenai heating value, bahwa ada dua jenis heating value yakni higher heating
value (HHV) dan lower heating value (LHV). Keduanya memang sama-sama
mencerminkan nilai kalor yang terkandung di dalam bahan bakar, namun keduanya
memiliki selisih nilai yang berbeda. Pada sebagian besar bahan bakar nilai HHV
cenderung lebih besar dibandingkan dengan LHV. Sehingga jika dikaitkan dengan
perhitungan efisiensi boiler, maka nilai efisiensi boiler yang menggunakan HHV sebagai
acuannya akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan efisiensi boiler yang
menggunakan LHV sebagai acuan
Sumber : https://artikel-teknologi.com/cara-menghitung-efisiensi-boiler/