7 Aromatic Production
2.1.7.1 Unit 205 (Shell SulfolaneUnit)
a. Tinjauan Proses
Unit 205 bertujuan untuk mengektrak komponen aromatik (sebagian besar benzene dan
toluene) dari campuran yang terdiri dari ~ 75 % komponen aromatik dan ~ 25 % C6 – C7
parafin.
Umpan unit ini berasal dari 2 sumber, yaitu produk atas Reformate Splitter (211-C-001) dan
produk bawah Isomar Stripper (209-C-002).
Produk dari unit ini juga ada 2, yaitu;
Ekstrak, sebagian besar tersusun atas benzene dan toluene dan dikirim ke unit 206 untuk
dipisahkan lebih lanjut atau disimpan sementara di Clay Treater Charge Tank (206-C-
001)
rafinat, sebagian besar tersusun atas C6 dan C7 parafin dan digunakan sebagai campuran
light naphtha
Prinsip pemisahan di unit ini merupakan kombinasi dari ekstraksi cair-cair dan distilasi
ekstraktif. Ekstraksi cair-cair, disebut juga ekstraksi dengan solven (pelarut), merupakan
metode pemisahan suatu komponen berdasarkan kelarutannya dalam 2 cairan berbeda yang
tidak saling bercampur. Dalam ekstraksi ini, komponen berpindah dari campuran pertama yang
kelarutannya lebih kecil menuju campuran kedua yang kelarutannya lebih besar. Distilasi
ekstraktif merupakan salah satu metode pemisahan komponen yang memiliki volatilitas relatif
rendah dan hampir menyatu (mendekati campuran azeotrop) sehingga sulit dipisahkan dengan
cara distilasi biasa. Distilasi ekstaktif dilakukan dengan cara menambahkan komponen ketiga,
dalam hal ini solven, yang mampu berinteraksi dengan salah satu komponennya sehingga
volatilitas relatif kedua komponen tersebut meningkat. Komponen dengan volatilitas lebih
besar akan keluar sebagai produk atas kolom distilasi sedangkan komponen dengan volatilitas
lebih rendah akan keluar sebagai produk bawah bersama dengan solven.
Di unit ini, ekstraksi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu ekstraksi utama, ekstraksi
backwash, dan distilasi/stripping ekstraktif. Ekstraksi utama terjadi di dalam Raindeck
Extractor (205-C-001) dari atas kolom hingga tray tempat umpan masuk. Fungsi dari ekstraksi
ini adalah menyerap komponen aromatik dari campuran. Pada bagian ini, komponen aromatik
larut ke dalam solven. Walaupun demikian, ada sebagian komponen non aromatik yang ikut
larut ke dalam solven karena kondisi yang tidak ideal. Ekstraksi backwash terjadi di dalam
Raindeck Extractor mulai dari tray tempat masuknya umpan hingga bagian bawah kolom.
Fungsi utama bagian ini adalah menggantikan/mendesak komponen non aromatik berat yang
larut dalam solven dengan komponen non aromatik ringan (komponen ringan lebih larut dalam
solven daripada komponen berat sebagaimana dijelaskan pada bagian kelarutan dan selektivitas
solven di bawah ini). Stripping ekstraktif terjadi di dalam Stripper (205-C-002). Fungsi utama
bagian ini adalah menghilangkan komponen non aromatik ringan yang larut dalam solven.
Dengan adanya stripping ekstraktif, diperoleh campuran antara solven dan komponen aromatik
dengan kemurnian tinggi.
Solven/Pelarut
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pemisahan di unit ini melibatkan solven.
Solven itu sendiri didefinisikan sebagai komponen, biasanya berbentuk cair, yang mampu
melarutkan komponen tertentu dalam bentuk padat, cair, bahkan gas. Pada prinsipnya, ada
beberapa kriteria agar suatu komponen bisa digunakan sebagai solven, yaitu:
1. Memiliki selektivitas tinggi terhadap komponen tertentu sehingga bisa menghasilkan
produk dengan kemurnian tinggi
2. Memiliki kelarutan (hydrocarbon loading) yang tinggi sehingga sirkulasi solven tidak
terlalu besar. Hal ini akan menurunkan konsumsi energi operasi dan alat yang diperlukan
juga tidak terlalu besar
3. Harganya murah
4. Memiliki stabilitas termal dan kimia yang tinggi untuk meminimalkan rusaknya solven
karena degradasi atau bereaksi dengan komponen yang lain
5. Tidak beracun
6. Memiliki titik didih dan kapasitas panas yang rendah untuk menekan kebutuhan utilitas
7. Mudah dipisahkan dari komponen produk
8. Tidak mudah berbusa (foaming)
Berdasarkan kriteria tersebut, ada beberapa komponen yang bisa digunakan sebagai
solven. Komponen-komponen tersebut adalah sulfolane, tetra ethylene glycol (TTEG), carom,
DMS, DEG dan TEG, dan NFM. Pada unit ini, solven yang digunakan adalah sulfolane karena
memiliki kelarutan yang tinggi pada selektivitas tertentu. Perbandingan unjuk kerja solven
dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 2.26 Unjuk Kerja Sulfolane dan Struktur Molekulnya
Nama lain dari sulfolane adalah tetrahydrothiophene-1,1-dioxide atau tetramethylene
sulfone. Dari namanya dapat diketahui bahwa sulfolane digolongkan dalam sulfone, grup
belerang-organik yang memiliki gugus fungsi sulfonil. Sulfonil merupakan gugus fungsi yang
terdiri dari sebuah atom belerang yang memiliki ikatan ganda dengan 2 atom oksigen. Ikatan
ganda antara belerang dan oksigen bersifat polar kuat sehingga larut dalam air sedangkan
keempat cincin karbon bersifat non polar. Dengan sifat seperti itu, solfolane dapat larut dalam
air dan hidrokarbon sehingga cocok sebagai solven untuk memurnikan campuran hidrokarbon.
Selain kemampuan untuk melarutkan komponen aromatik, sifat fisik sulfolane cocok
untuk dijadikan solven. Sulfolane memiliki specific gravity yang tinggi, yaitu 1,26, berbeda
jauh dengan hidrokarbon yang berkisar pada 0,8. Perbedaan yang besar ini memungkinkan
ekstraksi dilaksanakan pada waktu tinggal (settling time) yang rendah sehingga diameter
ekstraktor yang diperlukan lebih kecil. Specific gravity yang tinggi juga menguntungkan karena
ukuran alat-alat pendukung lainnya juga bisa lebih kecil. Sulfolane juga memiliki kapasitas
panas yang kecil, yaitu 0,4 cal/g°C. Kapasitas panas kecil menyebabkan energi yang
dibutuhkan di bagian distilasinya (dalam hal ini Recovery Column) rendah. Sulfolane juga
memiliki titik didih yang tinggi, yaitu 287 °C, jika dibandingkan dengan titik didih komponen
terberat dalam aliran ekstrak. Dengan demikian, pemisahan antara ekstrak dan solven dapat
dilakukan dengan mudah, yaitu dengan distilasi biasa.
Sulfolane rentan terhadap degradasi jika ada oksigen masuk ke dalam sistem (mengalami
reaksi oksidasi), terutama pada suhu tinggi. Jika jumlah sulfolane yang terdegradasi banyak,
kondisi sulfolane secara keseluruhan akan menjadi buruk, seperti pH yang rendah (semakin
asam), bilangan asam yang tinggi, warnanya gelap, mengandung lebih banyak padatan terlarut,
dan membutuhkan lebih banyak MEA. Kondisi sulfolane yang buruk tersebut dapat
menyebabkan erosi dan korosi pada peralatan, fouling, turunnya kapasitas produksi, dan
meningkatnya tambahan solven.
b. Peralatan Utama
Di unit ini terdapat peralatan proses utama sebagai berikut:
1. Raindeck Extractor (205-C-001)
Raindeck Extractor merupakan tempat terjadinya ekstraksi komponen aromatik. Alat ini
mirip dengan kolom distilasi biasa. Ekstraktor ini memiliki 83 tray tipe sieve dengan diameter
lubang sebesar 7 mm. Pada kondisi normal, ekstraktor bekerja pada tekanan 4,9 kgf/cm2G dan
suhu 87°C. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ekstraktor dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu ekstraktor utama dan ekstraktor backwash.
2. Raffinate Water Wash Column (205-C-002)
RWWC berfungsi untuk mencuci raffinate sehingga bersih dari solven yang terlarut
dalam alirannya. Sama dengan ekstraktor, RWWC mirip dengan kolom distilasi, hanya saja
fasa di dalamnya adalah cair-cair. Kolom yang terdiri dari 7 tray ini beroperasi pada tekanan
4,5 kgf/cm2G dan suhu 40°C.
3. Stripper (205-C-003)
Alat ini merupakan kolom distilasi biasa. Alat ini berfungsi untuk memisahkan
komponen non aromatik ringan dari solven yang mengandung komponen aromatik (rich
solvent). Alat ini memiliki 36 tray tipe sieve dan beroperasi pada tekanan 1,146 kgf/cm2G dan
suhu 123,9°C pada bagian atas dan 173,9°C pada bagian bawah. Sumber panas pada kolom ini
disediakan oleh Stripper Reboiler (205-E-003) yang menggunakan MP steam sebagai media
pemanas.
4. Recovery Column (205-C-004)
Kolom distilasi ini berfungsi untuk memisahkan solven dan komponen aromatik. Kolom
ini memiliki 34 tray tipe valve dan beroperasi pada tekanan -0,6 kgf/cm2G dengan suhu 71,2
°C pada bagian atas dan 173,9 °C pada bagian bawah. Kolom beroperasi pada tekanan vakum
untuk menghindari suhu tinggi yang dapat meningkatkan degradasi solven. Kolom ini memiliki
2 reboiler, yaitu Upper Reboiler (205-E-005) yang terletak di atas tray 20 dan Lower Reboiler
(205-E-006) yang terletak di bagian bawah kolom. Kedua reboiler tersebut menggunakan MP
steam sebagai media panasnya.
5. Water Stripper (205-C-005)
Kolom ini merupakan kolom distilasi kecil yang terdapat diatas ketel. Kolom ini
berfungsi untuk menghilangkan komponen parafin ringan yang terbawa aliran air. Kolom ini
memiliki 5 tray tipe valve dan beroperasi pada tekanan 0,491 kgf/cm2G dengan suhu 111 °C.
6. Solvent Regenerator (205-V-003)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan solven yang sudah terdegradasi dari solven yang
masih bagus. Solven yang terdegradasi disimpan sementara dalam alat ini untuk selanjutnya
dikeluarkan secara manual. Alat ini berupa bejana yang di dalamnya terdapat heat exchanger
yang berfungsi untuk menguapkan solven yang masih bagus.
7. Recovery Column Ejector (205-J-001)
Ejektor ini berfungsi untuk menciptakan kondisi vakum di Recovery Column. Ada 2
ejektor, besar dan kecil. Ejektor besar digunakan pada awal start up, sedangkan yang kecil
digunakan untuk mengendalikan tekanan tetap vakum selama operasi normal.
8. Vent Tank (205-V-006)
Tangki ini berfungsi untuk menampung uap yang tidak mengembun (kondensasi) dari
receiver kolom distilasi atau bejana yang beroperasi pada tekanan atmosferik. Receiver dan
bejana tersebut adalah:
- nitrogen keluaran dari Raindect Extractor (205-C-001)
- Antifoam Injection Tank (205-V-001)
- Stripper Receiver (205-V-002)
- Benzene Column Receiver (206-V-002)
- Reformate Column Receiver (211-V-002)
- Orthoxylene Column Receiver (211-V-006)
Dari bejana ini uap dikirim ke utility flare untuk dibakar.
9. Sulfolane Sump Tank (205-V-007)
Tangki ini berfungsi untuk menampung drain hidrokarbon yang mengandung sulfolane
dari unit 205 dan 206.
c. Deskripsi proses
Pada dasarnya, aliran di unit 205 dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu aliran
hidrokarbon, sirkulasi solven, dan sirkulasi air.
Gambar 2.27. Process Flow Diagram Sulfolane Unit (205)
Aliran Hidrokarbon
Umpan unit ini berasal dari campuran antara produk atas Reformate Splitter (211-C-001)
dan produk bawah Stripper (209-C-002). Pada kondisi normal, umpan mengalir sebanyak
127,5 ton/jam pada suhu 40 °C dan tekanan 10 kgf/cm2G. Umpan ini mengandung komponen
aromatik maksimal 75 %. Jika porsi aromatik dalam umpan lebih besar, umpan dan solven
akan saling melarutkan membentuk 1 fasa (hal ini berkaitan dengan diagram fasa ekstraksi
antara komponen aromatik-parafin-solven). Pada kondisi ini (terbentuk 1 fasa), pemisahan
tidak akan bisa dilakukan. Sebelum masuk ke dalam ekstraktor, sebagian kecil solven
dimasukkan ke dalam aliran umpan. Aliran solven ini disebut dengan tertiary solvent (solven
tersier). Campuran solven dan umpan tersebut dapat masuk ke dalam ekstraktor pada 2 tempat,
yaitu pada tray 72 atau 83. Jika umpan mengandung komponen non aromatik berat dalam
jumlah besar, umpan masuk pada tray 72 (nosel umpan yang atas). Hal ini menyebabkan bagian
ekstraktor backwash lebih panjang sehingga semua komponen non aromatik berat dapat
digantikan komponen non aromatik ringan.
Setelah masuk ke dalam ekstraktor, hidrokarbon bergerak ke atas, berlawanan arah
(counter current) dengan solven. Saat bergerak ke atas kolom, hidrokarbon bertemu dengan
solven yang bergerak turun dalam bentuk bola-bola kecil. Pada tahap ini terjadi pelarutan fraksi
aromatik ke dalam solven. Ketika telah sampai di atas kolom, diharapkan semua fraksi
aromatik telah terlarut sempurna. Fraksi inilah yang disebut dengan rafinat dan dikirim ke
Raffinate Water Wash Column. Sebelum masuk ke dalam RWWC, rafinat didinginkan dari
67,4 ke 40 °C oleh Raffinate Cooler (205-E-001). Pendinginan ini bertujuan agar kelarutan
solven dalam rafinat turun sehingga solven yang terbawa aliran ini mudah dipisahkan. Rafinat
masuk ke dalam kolom pada tray no 7 (paling bawah) dan bergerak ke atas pada kecepatan
tinggi (jet flow), cross current dengan aliran air. Dalam kolom ini, solven yang terbawa aliran
rafinat akan larut dalam air. Dari puncak kolom, rafinat yang bersih dari solven dikirim ke
tangki penyimpanan light naphtha. Sebagian kecil dari rafinat dikembalikan ke kolom sebagai
refluks. Refluks ini bertujuan untuk menjaga aliran rafinat dalam kolom tetap mengalir pada
kecepatan tinggi meskipun jumlah
umpan dari ekstraktor berkurang.
Kembali ke Raindeck Extractor, fraksi aromatik yang terlarut dalam solven bergerak ke
bawah. Di bawah kolom, komponen non aromatik ringan yang berasal dari Stripper Receiver
(205-V-002) dimasukkan. Di dalam ekstraktor, fraksi ini bergerak ke atas. Dalam
perjalanannya, komponen ringan ini akan mendesak dan menggantikan fraksi non aromatik
berat yang terlarut dalam solven. Pergantian dari fraksi berat ke ringan ini penting karena fraksi
ringan lebih mudah dipisahkan dari solven. Produk bawah kolom adalah campuran dari solven,
fraksi aromatik, dan fraksi non aromatik ringan (disebut juga rich solvent). Selanjutnya,
campuran ini dikirim ke Stripper (205-C-003).
Rich solvent masuk ke dalam Stripper pada tray pertama. Kolom ini adalah kolom
distilasi biasa. Dalam kolom ini terjadi pemisahan antara solven yang mengandung komponen
aromatik dan fraksi non aromatik ringan. Produk atas kolom ini adalah non aromatik ringan
yang dikirim ke Raindeck Extraktor pada bagian bawah kolom (disebut juga extractor recycle)
dan tray ke-36 atau ke-72. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, non aromatik ringan
yang masuk ke bagian bawah ekstraktor bertujuan untuk mendesak komponen non aromatik
berat dalam solven. Sementara itu, non aromatik ringan yang dimasukkan ke tray ke-36
bertujuan untuk membuang sebagian fraksi tersebut sehingga akan keluar bersama aliran
rafinat. Jika tidak adaaliran ke tray 36 ini, komponen non aromatik ringan akan berputar-putar
diantara ekstraktor dan Stripper saja. Produk bawah Stripper adalah campuran solven dan
komponen aromatik dan dikirim ke Recovery Column (205-C-004). Campuran aromatik dan
solven masuk ke dalam Recovery Column pada laju alir 649,23 ton/jam, tekanan 1,568
kgf/cm2G, dan suhu 148 oC. Aliran ini masuk ke dalam kolom pada tray ke 16. Di dalam
kolom ini terjadi pemisahan solven dan fraksi aromatik. Produk atas merupakan fraksi aromatik
(disebut dengan ekstrak) yang sebagian besar terdiri atas benzena dan toluena. Produk ini
disimpan sementara di Clay Treater Charge Tank atau dikirim ke unit 206 pada laju alir 99,24
ton/jam. Produk bawah kolom ini adalah solven yang disirkulasikan lagi.
Selain rich solvent, ada aliran air dan solven yang masuk ke dalam Recovery Column.
Aliran ini akan dibahas lebih lanjut di bagian Sirkulasi Air.
Gambar 2.28 Aliran Hidrokarbon (a) Raindeck Extractor dan (b) RWWC
Sirkulasi Solven
Penampung solven dalam unit ini adalah bagian bawah Recovery Column. Dari sini,
sebagian kecil solven dikirim ke Solvent Regenerator untuk mengumpulkan dan menampung
sementara solven yang terdegradasi. Di dalam Solvent Regenerator tersebut, solven yang masih
bagus diuapkan dan dikembalikan ke Recovery Column. Solven yang terdegradasi ditampung
dalam bejana ini dan dikeluarkan secara berkala. Sebagian besar solven dari bagian bawah
Recovery Column dikirim ke Raindect Extractor pada laju alir 553,5 ton/jam, tekanan 16,3
kgf/cm2G, dan suhu 173,9 °C. Sebelum masuk ke dalam ekstraktor, solven dilewatkan Water
Stripper Reboiler (205-E-008) untuk dimanfaatkan panasnya sehingga suhunya turun menjadi
146,2 °C. Solven juga dilewatkan filter dengan ukuran lubang 100 mikron untuk menyaring
kotoran yang dapat menutup lubang tray di ekstraktor. Pada akhirnya, solven masuk ke dalam
ekstraktor pada tekanan 10,54 kgf/cm2G dan suhu 87,8 °C.
Aliran solven dibagi menjadi 2, aliran pertama masuk ke ekstraktor melalui jalur umpan
dan aliran kedua masuk pada bagian atas ekstraktor. Aliran yang masuk melalui jalur umpan
disebut dengan solven tersier (tertiary solvent). Aliran ini berfungsi untuk mengatur
hydracarbon loading. Aliran yang masuk pada bagian atas kolom disebut dengan solven primer
(primary solvent). Aliran ini berfungsi untuk mengatur aromatic recovery. Sebenarnya ada
aliran solven lain yang disebut dengan solven sekunder (secondary solvent). Aliran ini
bergabung dengan aliran umpan Stripper. Aliran ini berfungsi untuk meningkatkan volatilitas
relatif antara komponen aromatik dan non aromatik. Pada praktiknya, aliran ini tidak dipakai
karena pada kondisi normal pemisahan di Stripper tidak mengalami kendala. Selain itu, solven
sekunder memiliki efek negatif, yaitu meningkatkan suhu umpan Stripper, meningkatkan
kemungkinan flashing, dan menurunkan efisiensi Stripper. Solven primer masuk ke dalam
ekstraktor dan bergerak turun berlawanan arah dengan hidrokarbon. Pada perjalanannya,
solven melarutkan hidrokarbon, terutama komponen aromatik. Di bagian bawah kolom,
komponen non aromatik ringan dimasukkan untuk mendesak komponen aromatik berat. Dari
bawah ekstraktor, solven dialirkan ke Stripper.
Sebelum masuk ke Stripper, solven dicampur dengan larutan anti pembusaan (antifoam).
Larutan ini adalah senyawa berbahan dasar silika (merek dagang yang digunakan saat ini
mengurangi kemungkinan pembusaan di bagian bawah Stripper. Larutan lain yang dimasukkan
ke dalam aliran solven adalah MEA (mono ethanol amine). Fungsi MEA adalah untuk menjaga
pH solven dalam rentang 5 – 6. Jika pH rendah (efek dari degradasi solven), solven dapat
menyebabkan erosi dan korosi pada peralatan. MEA ini dimasukkan ke dalam sistem secara
intermiten saja, yaitu pada saat pH kurang dari 5. MEA dimasukkan ke sistem melalui Stripper
Receiver. Proses solven di dalam Stripper dan Recovery Column telah dijelaskan pada bagian
Aliran Hidrokarbon.
Sirkulasi Air
Penampung air dalam sistem ini adalah Recovery Column Receiver Bootleg. Dari bootleg
tersebut air mengalir ke atas RWWC dengan laju alir 6,68 ton/jam pada tekanan 4,9 kgf/cm2G
dan suhu 40 °C. di dalam RWWC ini air mengalir turun cross current dengan aliran rafinat.
Pada pertemuan air dan rafinat tersebut, solven yang terbawa aliran rafinat larut dalam air. Air
yang mengandung solven ini keluar dari bawah RWWC dan dikirim ke Water Stripper.
Sebagian kecil aliran dari bawah RWWC ini dikirim ke bagian hulu Raffinate Cooler sebagai
refluks (disebut dengan water reflux). Water reflux ini berfungsi untuk melarutkan solven yang
kemungkinan terpisah dari aliran rafinat (membentuk fasa sendiri) karena efek pendinginan
(kelarutan turun pada suhu rendah).
Sebelum masuk ke Water Stripper, air dari bawah RWWC dicampur dengan air dari
Stripper Receiver Bootleg. Gabungan 2 aliran tersebut mengalir pada laju alir 11,237 ton/jam,
tekanan 1,318 kgf/cm2G dan suhu 43,5 °C. Di Water Stripper, hidrokarbon ringan yang
terbawa aliran air diuapkan. Uap hidrokarbon ini keluar dari puncak kolom pada laju alir 1,056
ton/jam dan digabung dengan aliran produk atas Stripper. Air dan sebagian kecil solven yang
terlarut masuk ke dalam Water Stripper Reboiler.
Di dalam Water Stripper Reboiler, air diuapkan dengan media pemanas solven dari
bawah Recovery Column. Uap tersebut dibagi 2 aliran, sebagian besar dikirim langsung ke
Recovery Column, sebagian kecil dimasukkan ke Solvent Regenerator dahulu sebelum dikirim
ke Recovery Column. Uap air ini disebut dengan stripping steam yang berfungsi untuk
membantu pemisahan hidrokarbon dan solven. Uap air ini keluar dari atas Recovery Column
bersama dengan ekstrak. Selanjutnya, uap air diembunkan dan dikumpulkan di Recovery
Column Bootleg. Kembali ke Water Stripper Reboiler, saat air menguap solven tertinggal dan
terkumpul. Solven ini kemudian dipompa ke bagian bawah Recovery Column untuk
disirkulasikan lagi.
b. Reaksi
Jika Clay Treater dioperasikan diatas 150 °C, mekanisme yang berlangsung adalah
reaksi. Dalam hal ini pusat aktif tanah liat (asam) berperan sebagai katalis yang mereaksikan
olefin dengan olefin yang lain atau olefin dengan aromatik. Hasil reaksi ini adalah
komponen berat yang keluar dari sistem lewat produk bawah kolom distilasi. Kelebihan
mekanisme ini adalah masa pakainya yang lama karena hasil reaksi tidak menempel di tanah
liat. Kekurangannya, proses pengeluaran olefin dari sistem tergantung pada proses distilasi
di kolom bagian hilirnya. Jika hasil reaksi memiliki titik didih yang mendekati benzena atau
toluena, maka olefin tersebut akan terbawa aliran benzena atau toluena. Besarnya olefin
yang dapat dihilangkan dinyatakan dalam satuan bromine index (BI). BI didefinisikan
sebagai banyaknya brom dalam satuan miligram yang dibutuhkan untuk menitrasi 100 gram
cuplikan pada suhu dan tekanan tertentu. Satuan BI adalah mg-Br/100 g-sample. Selain BI,
besaran lain yang biasa digunakan adalah bromine number (BN). Satu BN setara dengan
1000 BI. Satuan dari BN adalah g-Br/g-sample.
Clay Treater terdiri dari 2 bejana yang bekerja secara seri. Bejana yang depan disebut
dengan lead dan yang belakang disebut dengan lag. Jika tanah liat di bejana lead sudah jenuh,
maka tanah liat tersebut diganti dengan yang baru. Setelah penggantian, bejana dengan tanah
liat baru ini akan diposisikan lag. Pada kondisi normal, Clay Treater di unit ini dijalankan pada
tekanan 16,7 kgf/cm2G dan suhu sekitar 190 °C.
2. Benzene Column (206-C-001)
Benzene Column berfungsi untuk menghasilkan produk benzena. Alat ini merupakan
kolom distilasi biasa yang di dalamnya terdapat 61 buah tray tipe sieve. Kolom beroperasi pada
tekanan 0,4 kgf/cm2G dan suhu 91,6 °C pada bagian atas dan 145 °C pada bagian bawah.
Kolom ini beroperasi pada total reflux, produk benzena diambil dari side draw di atas tray no
7.
3. Toluene Column (206-C-002)
Sama seperti Benzene Column, Toluene Column merupakan kolom distilasi biasa yang
terdiri dari 74 tray tipe sieve. Kolom ini berfungsi untuk menghasilkan toluena yang diambil
dari produk atas kolom. Kolom ini beroperasi pada tekanan 4,5 kgf/cm2G dan suhu 183,8 °C
pada bagian atas dan 231,1 °C pada bagian bawah. Uap hidrokarbon dari atas Toluene Column
digunakan sebagai media pemanas di Benzene Column. Jika ada sisa, hidrokarbon fasa uap
tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan LP steam.
4. Toluene Column Steam Generator (206-E-008)
Alat ini adalah ketel uap yang memanfaatkan kelebihan panas dari Toluene Column untuk
memproduksi LP steam. Jumlah LP steam yang dihasilkan bisa bervariasi sesuai dengan
kondisi operasi.
Deskripsi proses
Perbedaan rumus struktur pada grup ini menyebabkan sedikit perbedaan pada sifat fisik dan
kimianya. Contoh perbedaan sifat fisik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambar 2.30. Ilustrasi (a) Adsorben dan (b) Bentuk Struktur Zeolit
Peralatan Utama
Unit Parex ini memiliki beberapa alat utama, yaitu:
1. Adsorbent Chamber Control System (ACCS)
ACCS bukanlah alat, tapi perangkat lunak yang mengatur kondisi operasi Adsorbent
Chamber dan Rotary Valve. Kondisi yang diatur adalah suhu, tekanan, dan laju alir yang masuk
dan keluar Adsorbent Chamber.
2. Adsorbent Chamber (207-V-001/2)
Adsorbent Chamber adalah bejana yang berisi adsorben. Adsorben tersebut dibagi
menjadi 12 bed (tiap-tiap bejananya), di bed inilah terjadi proses adsorpsi dan desorpsi.
Meskipun terdiri dari 2 bejana, Adsorbent Chamber berkerja secara seri sehingga seolah-olah
hanya ada 1 bejana saja. Tiap bejana terhubung dengan Rotary Valve melalui pipa yang disebut
dengan bed line. Tiap bed line merupakan jalan untuk masuk atau keluarnya aliran ke dan dari
bed tertentu. Adsorbent Chamber beroperasi pada tekanan 8,5 kgf/cm2G dan suhu 167 – 177
°C.
3. Rotary Valve (207-Z-001/2)
Rotary Valve tersusun atas 2 bagian, yaitu bottom head yang statis dan rotor plate yang
dapat berputar. RV berfungsi untuk mengarahkan aliran ke dan dari bed tertentu. RV
mengarahkan aliran dengan cara mengalirkan 7 aliran utama di tengah rotor plate (yang disebut
dengan track line) ke ujung/pinggir bottom head. Dari bottom head, aliran dikirim ke bed
tertentu melalui bed line. Di Parex terdapat 2 buah RV yang bekerja secara paralel.
Terdapat 7 aliran utama di tengah RV, yaitu:
a. Feed (F), aliran umpan
b. Line flush/flush in (Hi), aliran yang berfungsi untuk membersihkan bed line karena jalur
tersebut baru saja dipakai aliran umpan. Aliran ini diambilkan dari aliran flush out yang
tekanannya telah dinaikkan dengan booster pump
c. Secondary flush (X), aliran ini digunakan untuk membilas ulang bed line sekaligus
memberi tambahan desorben murni untuk membilas pori-pori makro dalam adsorben
d. Extract (E), aliran ekstrak yang keluar dari Adsorbent Chamber
e. Flush out (Ho), aliran ini bersambung ke aliran flush in
f. Desorbent (D), aliran ini adalah aliran desorben masuk Adsorbent Chamber
g. Raffinate (R), aliran rafinat keluar dari Adsorbent Chamber
4. Chamber Circulation Pump (207-P-003A/B/C)
Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan hidrokarbon dari bawah Adsorbent Chamber
yang satu ke atas Adsorbent Chamber yang lain. Dengan adanya sirkulasi ini, bejana Adsorbent
Chamber bekerja secara seri dan bekerja seolah-olah 1 bejana saja. Pompa yang mengalirkan
hidrokarbon dari bawah bejana 1 ke atas bejana 2 disebut “Push Around” Pump. Pompa yang
mengalirkan hidrokarbon dari bejana 2 ke bejana 1 disebut dengan “Pump Around” Pump.
5. Feed and Desorbent Filter (207-F-001/2/3/4)
Filter ini berfungsi untuk menyaring padatan halus yang terbawa aliran umpan (disaring
dengan 207-F-001/2) dan desorben (disaring dengan 207-F-003/4). Tiap filter terdiri dari 16
elemen filter yang ukuran lubangnya 10 mikron. Filter-filter ini bekerja secara seri, 1 sebagai
lead dan 1 sebagai lag/guard, sama dengan skema kerja clay treater di unit 206 dan 211.
6. Raffinate Mixing Drum (207-V-003)
Alat ini berfungsi untuk mencapur aliran rafinat dari Rotary Valve sebelum masuk
Raffinate Column. Pencampuran ini bertujuan agar rafinat tercampur sempurna sehingga
komposisinya homogen. Hal ini diperlukan agar pengoperasian Raffinate Column stabil.
7. Raffinate Column (207-C-001)
Raffinate Column berfungsi untuk memisahkan rafinat, campuran m-xylena dan o-
xylena, dan desorben. Kolom ini adalah kolom distilasi biasa yang beroperasi pada tekanan
0,44 kgf/cm2G dan suhu 150,8 °C di bagian atas dan 214,8 °C pada bagian bawah.
Kolom ini terdiri dari 92 tray tipe MD, modifikasi dari valve tray untuk memperbesar
kapasitas kolom. Umpan masuk pada tray ke-44. Fraksi ringan diambil dari chimney tray yang
terletak diantara tray ke-6 dan 7. Fraksi ini adalah campuran xylena dengan kandungan p-
xylena sebesar 0,5 – 1 % dan dikirim ke Raffinate Column Side Cut Surge Drum sebagai umpan
unit Isomar. Fraksi berat kolom ini adalah desorben yang dikirim ke Desorbent Surge Drum.
Sebagian kecil desorben dikirim ke Desorbent Rerun Column untuk memisahkan desorben
yang telah terdegradasi. Sumber panas kolom ini disediakan 2 buah heat exchanger yang
menggunakan uap dari Xylene Splitter Column (211-C-003) sebagai media panasnya.
8. Raffinate Column Side Cut Surge Drum (207-V-004)
Alat ini berfungsi sebagai bejana penyimpan umpan unit Isomar sehingga unit tersebut
dapat beroperasi dengan stabil.
9. Desorbent Surge Drum (207-V-006)
Alat ini berfungsi sebagai bejana penyimpan desorben sehingga aliran desorben ke
Adsorbent Chamber stabil.
10. Extract Mixing Drum (207-V-007)
Alat ini berfungsi untuk mencampur aliran ekstrak dari Rotary Valve sehingga
komposisinya homogen. Hal ini diperlukan agar pengoperasian Extract Column stabil.
11. Extract Column (207-C-002)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan ekstrak dari desorben. Alat ini adalah kolom
distilasi biasa yang beroperasi pada tekanan 0,361 kgf/cm2G dan suhu 149,7 °C pada bagian
atas dan 208,5 °C pada bagian bawahnya. Kolom ini terdiri dari 50 tray tipe sieve. Umpan
masuk ke dalam kolom pada tray ke-26. Fraksi ringan kolom ini adalah p-xylena dengan
kemurnian tinggi dan diambil dari produk atas untuk dikirim ke Finishing Column. Fraksi berat
kolom ini adalah desorben yang dikirim ke Desorbent Surge Drum. Sumber panas kolom ini
disediakan oleh 1 heat exchanger yang memanfaatkan panas dari uap dari dari Xylene Rerun
Column (211-C-002).
12. Finishing Column (207-C-003)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan produk p-xylena dari pengotor, biasanya benzena
dan toluena. Alat ini adalah kolom distilasi biasa yang beroperasi pada tekanan 0,3 kgf/cm2G
dan suhu 126,7 °C pada bagian atas dan 162,2 °C pada bagian bawah. Kolom ini memiliki 60
tray tipe valve. Umpan masuk ke dalam kolom pada tray ke-21. Fraksi ringan dari kolom ini
adalah benzena dan toluena yang dikirim ke Clay Treater Charge Tank, umpan unit 206. Fraksi
berat koom ini adalah produk p-xylena yang dikirim ke day tank. Sumber panas kolom ini
disediakan oleh 2 heat exchanger (ada 3 heat exchanger untuk mengakomodasi ekspansi, yaitu
jika unit 208 dioperasikan). Media panas yang digunakan adalah aliran desorben dan MP steam.
13. Desorbent Rerun Column (207-C-004)
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan desorben yang telah terdegradasi. Kolom ini
adalah kolom distilasi tipe stripper yang memiliki 15 tray tipe valve. Produk atas kolom ini
adalah desorben yang masih bagus dan dikirim ke Raffinate Column. Produk bawah kolom ini
adalah desorben yang telah terdegradasi, dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar cair.
Walaupun demikian, produk bawah dialirkan secara intermittent. Kolom ini menggunakan
aliran produk bawah Xylene Rerun Column (211-C-002) sebagai sumber panasnya.
14. Desorbent Sump Tank (207-V-011)
Alat ini berfungsi untuk menampung buangan hidrokarbon yang mengandung desorben.
Buangan ini ditampung dalam bejana tersendiri agas desorben yang terbawa dapat didaur ulang
karena harga desorben sangat mahal, bahkan lebih mahal dari p-xylena.
15. Water Injection Drum (207-V-009)
Bejana ini berfungsi untuk menampung air bebas mineral sebelum dimasukkan ke dalam
aliran desorben. Air ini diperlukan adsorben untuk menjaga kekuatan mekanisnya. Jumlah air
yang dimasukkan diatur sedemikian rupa sehingga kadar air dalam aliran 50 ppm.
Deskripsi proses
Aliran di unit ini dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu aliran hidrokarbon dan sirkulasi
desorben.
Aliran Hidrokarbon
Umpan unit ini berasal dari Parex Feed Surge Drum (211-V-005). Dari bejana tersebut,
aliran umpan digunakan untuk memanaskan umpan Deheptanizer (209-C-001) sehingga
suhunya turun dari 235,4 °C menjadi 177 °C. Setelah memanaskan umpan Deheptanizer,
umpan sebesar 264,34 ton/jam pada tekanan 21,9 kgf/cm2G ini masuk ke dalam Feed Filter
untuk menghilangkan padatan yang terbawa. Selanjutnya, umpan ini dikirim ke Rotary Valve
untuk kemudian diarahkan ke bed tertentu dalam Adsorbent Chamber. Pada dasarnya di
Adsorbent Chamber ini terdapat 2 aliran masuk dan 2 aliran keluar. Aliran yang masuk adalah
umpan (F) dan desorben (D) sedangkan aliran yang keluar adalah ekstrak (E) dan rafinat (R).
Umpan mengandung p-xylena sebanyak 24 – 25 %, desorben mengandung PDEB dalam
konsentrasi tinggi (> 95 %), ekstrak mengandung p-xylena > 99,7 %, dan rafinat mengandung
pxylena sebanyak 0,5 – 1 %.
Dalam pembahasan proses di Adsorbent Chamber ini digunakan 1 bed sebagai acuan.
Umpan melewati bed. Pada tahap ini p-xylena masuk ke dalam pori-pori mikro adsorben
sedangkan m-xylena dan o-xylena tidak atau masuk tapi dalam jumlah kecil. Campuran
mxylena dan o-xylena yang tidak terserap tersebut adalah rafinat yang kemudian dikirim ke
Raffinate Mixing Drum dengan laju alir 480,9 ton/jam, tekanan 3,1 kgf/cm2G, dan suhu 177
°C. Setelah umpan masuk ke dalam bed, aliran selanjutnya adalah Flush In (Hi) dan Secondary
Flush (X). Aliran ini digunakan untuk membersihkan pipa antara Rotary Valve dan Adsorbent
Chamber. Aliran ini (terutama Secondary Flush) juga dapat menghilangkan rafinat yang tersisa
dalam pori-pori makro adsorben. Aliran selanjutnya adalah desorben (D) dan ekstrak (E).
Desorben dalam jumlah besar, 397,5 ton/jam, dialirkan melalui adsorben sehingga p-xylena
yang masih ada dalam pori-pori mikro keluar. P-xylena dan desorben ini adalah ekstrak yang
dikirim ke Extract Mixing Drum.
Kembali ke rafinat, dari Raffinate Mixing Drum rafinat dikirim ke Raffinate Column
Feed-Bottom Exchanger (207-E-001) kemudian ke Raffinate Column. Rafinat tersebut masuk
ke dalam kolom dengan laju alir 480,9 ton/jam, tekanan 2,23 kgf/cm2G, dan suhu 191,3 °C. Di
dalam kolom ini terjadi pemisahan antara rafinat dan desorben. Rafinat diambil dari aliran
samping antara tray ke-6 dan ke-7 karena produk atas kolom masih mengandung banyak air.
Rafinat ini dikirim ke 207-V-004 dengan laju alir 201,14 ton/jam, tekanan 0,481 kgf/cm2G,
dan suhu 155,1 °C. Rafinat akan dikirim ke unit Isomar sebagai umpan.
Gambar 2.34. Ilustrasi zona dalam Adsorbent Chamber
Produk bawah Raffinate Column adalah desorben. Dari bawah kolom ini desorben
dialirkan ke 2 tempat. Aliran pertama dikirim ke Desorbent Surge Drum dengan laju alir 290,48
ton/jam, tekanan 5,63 kgf/cm2G, dan suhu 191,5 oC. Aliran kedua dikirim ke Desorbent Rerun
Column dengan laju alir 15,5 ton/jam. DRC ini memisahkan desorben yang bagus dan desorben
yang terdegradasi. Desorben bagus keluar dari atas DRC dan masuk kembali ke Raffinate
Column pada tray ke-85. Desorben yang telah terdegradasi dipakai sebagai bahan bakar cair
dan dikeluarkan dari DRC jika diperlukan.
Sementara itu, ekstrak dari Extract Mixing Drum dikirim Extract Column melalui Extract
Column Feed-Bottom Exchanger (207-E-004). Aliran ini masuk ke kolom pada tray ke-26
dengan laju alir 214,7 ton/jam, tekanan 1,88 kgf/cm2G, dan suhu 190,3 oC. Di kolom ini terjadi
pemisahan ekstrak dan desorben. Ekstrak keluar sebagai produk atas kolom dan dikirim ke
Finishing Column pada laju alir 63,2 ton/jam, tekanan 2,26 kgf/cm2G, dan suhu 151,4 oC.
Desorben yang keluar dari kolom sebagai produk bawah dikirim Desorbent Surge Drum pada
laju alir 151,18 ton/jam, tekanan 2,85 kgf/cm2G, dan suhu 190,2 oC.
Ekstrak dari Extract Column masuk ke dalam Finishing Column untuk dipisahkan antara
komponen ringan yang terbawa (biasanya toluena) dengan p-xylena. Produk atas kolom ini
dikirim ke Clay Treater Charge Tank sebagai umpan unit 206 pada laju alir 1,13 ton/jam,
tekanan 6,72 kgf/cm2G, dan suhu 65,6 oC. Produk bawah kolom adalah p-xylena yang (setelah
didinginkan lebih lanjut) dikirim ke day tank pada laju alir 62 ton/jam, tekanan 1 kgf/cm2G,
dan suhu 40 oC.
Sirkulasi Desorben
Tempat berkumpulnya desorben adalah di Desorbent Surge Drum. Dari DSD ini
desorben dikirim ke Finishing Column Desorbent Reboiler (207-E-009) untuk dimanfaatkan
panasnya sebagai sumber panas di Finishing Column. Dari proses ini suhu desorben turun dari
191,1 oC menjadi 177 oC. Desorben ini selanjutnya dikirim ke Desorbent Filter untuk
dihilangkan kotoran yang berupa padatan. Dari filter ini aliran desorben dibagi menjadi
beberapa aliran, yaitu:
1. Aliran desorben ke Adsorbent Chamber (D) yang besar alirannya bervariasi tergantung
pada perhitungan ACCS
2. Aliran secondary flush (X) ke Adsorbent Chamber yang besar alirannya juga bervariasi
tergantung pada perhitungan ACCS
3. Aliran bottom head flush in ke bagian bawah Adsorbent Chamber yang besar alirannya
400 kg/jam untuk masing-masing chamber
4. Aliran top head flush in ke bagian atas Adsorbent Chamber yang besar alirannya 2
ton/jam untuk masing-masing chamber
5. Aliran RV dome sealant in ke Rotary Valve yang besarnya 3 ton/jam untuk masing-
masing RV
Aliran desorbent dan secondary flush keluar dari Adsorbent Chamber sebagai aliran
ekstrak dan rafinat yang prosesnya telah dibahas pada bagian Aliran Hidrokarbon. Untuk
keluaran dari tiga aliran yang lain, yaitu top dan bottom head flush in dan RV dome sealant in,
dapat dikirim ke DSD atau Raffinate Column. Jika dikirim ke DSD, beban Raffinate Column
turun, tapi jika ada kontaminasi m-xylena dan o-xylena, konsentrasi p-xylena di produk akhir
akan turun. Sebaliknya, jika tiga aliran tersebut dikirim Raffinate Column, kemungkinan
kontaminasi dapat diminimalkan, tapi beban Raffinate Column menjadi lebih besar.
Gambar 2.35. Benzen- Toluen Fractination Unit
Parameter Proses
Untuk kolom distilasi, parameter yang harus diperhatikan adalah tekanan kolom, suhu
kolom, suhu umpan, dan refluks. Parameter ini adalah parameter yang umum dijaga untuk
mendapatkan pemisahan yang diinginkan. Secara umum, target yang ingin dicapai untuk kolom
distilasi di unit ini adalah sebagai berikut:
Perbandingan refluks terhadap umpan di Raffinate Column dijaga pada 0,77
Perbandingan refluks terhadap umpan di Extract Column dijaga pada 0,72
Perbandingan refluks terhadap umpan di Finishing Column dijaga pada 1,24
Desorben di aliran raffinate side cut < 50 ppm, jika lebih dapat meningkatkan hilang
desorben (desorbent loss)
o-xylena di produk bawah Raffinate Column < 50 ppm, jika lebih dapat menyebabkan
kontaminasi pada desorben yang pada akhirnya menurunkan kemurnian produk p-
xylena
p-xylena di produk bawah Extract Column < 100 ppm, jika lebih akan menurunkan p-
xylena recovery
Desorben di produk atas Extract Column < 50 ppm, jika lebih dapat meningkatkan
hilang desorben
Kondisi produk bawah Finishing Column harus memenuhi persyaratan produk p-
xylena
Suhu atas Desorbent Rerun Column dijaga 202 – 208 oC, nilai ini untuk menjaga hanya
desorben murni/bersih yang keluar dari kolom
Untuk Rotary Valve, parameter utama yang harus dijaga adalah tekanan Dome Sealant.
Tekanan ini adalah tekanan yang digunakan untuk menekan rotor plate sehingga rapat dengan
sisi bottom head. Tekanan ini dijaga pada 10,8 kgf/cm2G pada awal start up (laju umpan sekitar
80 % dari desain). Tekanan dinaikkan secara bertahap jika laju umpan dinaikkan. Jika tekanan
ini tidak dinaikkan, ada kemungkinan gaya karena tekanan dari track line lebih besar dari gaya
karena tekanan dome sealant sehingga rotor plate cenderung terangkat. Hal ini dapat
menyebabkan kontaminasi di dalam RV.
Di Adsorbent Chamber, lajur alir dinyatakan dalam satuan isi (volume), bukan masa
seperti pada peralatan yang lain. Pada bejana ini, parameter yang harus dijaga adalah sebagai
berikut:
1. Tekanan
Tekanan di dalam bejana harus dijaga agar tidak terjadi penguapan hidrokarbon karena
suhu operasi yang tinggi. Jika sampai ada penguapan, uap yang terbentuk dapat merusak bagian
dalam bejana, terutama adsorben. Pada operasi normal, tekanan di bawah bejana dijaga pada
8,8 kgf/cm2G. Dalam kondisi apapun, terutama jika terjadi gangguan, tekanan tidak boleh
kurang dari 3,5 kgf/cm2G.
2. Suhu
Semakin panas, laju adsorpsi semakin besar, namun selektivitas adsorben terhadap
pxylena turun. Demikian juga sebaliknya, pada suhu rendah laju adsorpsi juga rendah, tapi
selektivitas adsorben terhadap p-xylena tinggi. Oleh karena itu, diambil suhu optimum untuk
proses adsorpsi ini, yaitu di 177 oC. Walaupun demikian, uji coba yang pernah dilakukan
menunjukkan pada suhu 167 oC selektivitas p-xylena meningkat drastis sehingga mampu
mengatasi penurunan laju adsorpsi.
Gambar 2.41. Pengaruh Injeksi Air pada Kemurnian dan Recovery p-xylena
Gambar 2.42. Pengaruh Air pada Kesetabilan Adsorben
8. Laju alir di zona 1
Zona 1 merupakan zona dengan laju alir yang paling besar. Laju alir di zona ini dibatasi
maksimal 1.777 m3/jam. Jika laju alir tersebut lebih besar dari nilai tersebut, akan terjadi
kerusakan pada internal Adsorbent Chamber.
9. Hilang tekan sepanjang Adsorbent Chamber
Hilang tekan yang dimaksud di sini adalah hilang tekan sepanjang bejana karena aliran
saja, bukan karena perbedaan ketinggian (tekanan statik) hidrokarbon. Oleh karena itu,
transmitter yang membaca perbedaan tekanan harus di-nol-kan saat unit start up. Pada operasi
normal, hilang tekan dijaga kurang dari 2 kgf/cm2, dengan nilai maksimal yang diperbolehkan
3,5 kgf/cm2. Hilang tekan ini merupakan salah satu indikator kondisi bejana. Jika hilang tekan
tinggi, berarti ada aliran yang terhambat (misal karena adanya kotoran padat pada bed). Hilang
tekan yang tinggi dapat menjadi tanda awal rusak/jebolnya adsorbent bed.