Anda di halaman 1dari 4

FIN FAN COOLER

Saya new employee di oil company onshore di indonesia dan ditempatkan di Reliability Engineering Team, kebetulan saya fresh graduate Saya ingin menggali saran, tips dan triks sebagai junior engineer. saat ini saya mendapat pre-project untuk improvement fin fan cooler (forced draft type), langkah yang sudah saya ambil adalah mencari data failure equipment tsb, dan sudah saya bentuk menjadi grafik pareto. yang saya ingin tanyakan kepada bapak-bapak dan rekans, untuk bisa menganalisa dan memberikan proper recommendations for improvement matters, hal apa yang diperlukan untuk reliability engineering ? dan apabila diantara rekans yang memiliki pengalaman dalam hal fin fan coolers, baik itu problems yang sering muncul beserta solusinya (trouble solving), mohon bisa dishare-kan kepada saya, karena saya belum memiliki banyak pengalaman selain itu references yang saya dapat hanya bersifat general saja. Terima Kasih atas response nya. Best Regards, Rahadian Bayu Mas Bayu yang bersemangat sekali...

Dari sudut pandang process engineer, cara terbaik untuk mengamati kinerja fin-fan cooler adalah dengan melihat parameter-parameter operasinya (dua diantara yang paling penting adalah penurunan temperatur dan kenaikan pressure drop). Bandingkan parameter-parameter operasi ini dengan kondisi awalnya (data sheet fin-fan cooler tersebut), jika terdapat penurunan kinerja barulah anda boleh menyelidikinya mengapa. Jika tidak? Barulah anda boleh menanyakan apakah fin-fan cooler ini sering bermasalah sehingga availabilitynya rendah (meski performancenya terjaga)?

Perlu diingat bahwa pandangan antara pihak production dan maintenance kadang-kadang berbeda. Dalam pandangan yang puritan, production selalu bertujuan agar produksi terjaga dan tidak terganggu (kalau perlu peralatan tidak boleh berhenti bekerja) atau mengalami penurunan (termasuk penurunan

kinerja peralatan). Dalam pandangan maintenance, peralatan musti dirawat dan kalau perlu dihentikan sementara untuk diperbaiki unjuk kerjannya...

Sejatinya failure sebuah equipment umumya disebabkan oleh empat hal yakni 1) salah aplikasi, 2) pengoperasian, 3) maintenance, 4) umur Termasuk dalam salah aplikasi ini adalah 1) desain yang buruk, 2) kesalahan pada saat procurement, 3) spesifikasi yang kurang lengkap, 4) penggantian (yang tidak setara), 5) memilih harga lelang termurah dengan mengorbankan daur hidup peralatan, 6) evaluasi vendor (quality vendor menurun) Kegagalan yang disebabkan oleh pengoperasian antara lain 1) prosedur (SOP) tidak cukup (bagus), 2) prosedur (SOP) tidak ditaati, 3) kurangnya pelatihan, 4) tidak adanya penegakan prosedur (SOP) Sementara sumbangan maintenance terhadap kegagalan antara lain: 1) prosedur maintenance tidak cukup (bagus), 2) prosedur perawatan tidak ditaati, 3) frekuensi maintenance tidak cukup (sering), 4) kurangnya skill (kemampuan) Terakhir adalah karena usia, 1) keausan normal, 2) siklus hidup telah tercapai, 3) keausan yang dipercepat

Mungkin yang saya bisa sarankan ke anda saat ini adalah melakukan Root Cause Failure Analysis (RCFA). Metode ini cukup sesuai untuk diaplikasikan dalam mencari solusi bagi process-performance problems. Process-performance problems umumnya tidak ada hubungannya dengan peristiwa katastropik (seperti meledaknya fin-fan cooler) akan tetapi mereka memiliki pengaruh terhadap keuangan perusahaan. Metodologi RCFA yang paling tepat adalah cause and effect analysis (metode lainnya antara lain: FTA, ETA, reliability block diagram dan analisa Markov).

Dalam kasus fin-fan cooler anda bisa susun suatu diagram yang terdiri dari baris-baris yang menyatakan cause dan lajur-lajur yang menaytakan problem yang diakibatkannya. Misalnya saja insufficient belt tension akan menyebabkan high vibration dan high noise level. Speed to high dapat menyebabkan overheated bearing, Short bearing life, Overload on driver, high vibration and motor trip. Atau microbial growth on finned tube dapat menyebabkan cold spot on tube external. Atau liquid more paraffinic than designdapat menyebabkan hotter discharge tempereature, higher pressure drop. Dst-dst anda bisa merincinya sendiri. Dengan secara sistematis menyusun diagram sebab-akibat ini anda akan memberikan sumbangan baik kepada pihak production atau maintenance tentang bagaimana meningkatkan kinerja fin-fan cooler sehingga dapat mengurangi

pengeluaran dan kehilangan produksi.

Efek-efek yang terjadi di atas adalah intermediete effect. Ultimate effect dari semua cause di atas adalah uang.

Jika anda maksa juga untuk melakukan relaibility engineering on this one and only fin-fan cooler, saya kira hasilnya tidak akan banyak bermanfaat bagi management mengingat populasinya cuman satu. AIChE menyarankan sedikitnya 30 peralatan yang sama dengan fungsi yang sama dijadikan sample untuk membuat reliability data.

SINTEF juga menyatakan agar dalam membuat reliability data, dilakukan secara sistematis dalam bentuk sistem yang berhirarki, misalnya: level paling atas adalah equipment unit (dalam hal ini adalah fin-fan cooler), kemudian level kedua adalah subunit dalam hal ini misalnya finned tube, head, fan, belt, driver, start system dst. Level terakhir adalah maintenable item misalnya push button , 120-cycle Magnetic hum dst.

Sementara AIChE dalam menyusun taksonomi (sama dengan hirarki dalam terminologi SINTEF) membagi atas tiga tingkat. Tingkat teratas adalah equipment description, tingkat berikutnya adalah service description (misalnya running, standby atau alternating) dan terakhir adalah failure description (catastrophic, degraded, incipient) Catastrophic (atau critical dalam terminologi SINTEF) adalah kegagalan mendadak yang menyebabkan berhentinya satu atau lebih fungsi fundamental Degraded adalah yang kegagalan yang gradual (bertahap) atau sebagian Incipient adalah ketidaksempurnaan keadaan atau kondisi peralatan yang dapat menyebabkan kejadian katastropik jika tidak dilakukan perbaikan

Untuk ces-plengnya sebagai pembanding saya kutipkan dari OREDA 2002 untuk Fin-Fan Cooler: Service time: 813400 jam (kalender), 292100 jam (beroperasi) Rata-rata failure adalah sebagai berikut... Critical Failure: 8.56 x 10 E-6 (kalender), 20.52 x 10E-6 (beroperasi) Degraded : 54.12 x 10E-6 (kalender), 162.93 x 10E-6 (beroperasi) Incipient : 51.53 x 10E-6 (kalender), 152.82 x 10E-6 (beroperasi)

Semoga membantu

Darmawan Ahmad Mukharror President of Indonesia Institute for Process and Safety

Anda mungkin juga menyukai