Saya ingin menggali saran, tips dan triks sebagai junior engineer. saat ini
saya mendapat pre-project untuk improvement fin fan cooler (forced draft
type), langkah yang sudah saya ambil adalah mencari data failure equipment
yang saya ingin tanyakan kepada bapak-bapak dan rekans, untuk bisa
coolers, baik itu problems yang sering muncul beserta solusinya (trouble
solving), mohon bisa dishare-kan kepada saya, karena saya belum memiliki
banyak pengalaman selain itu references yang saya dapat hanya bersifat
general saja.
Best Regards,
Rahadian Bayu
Dari sudut pandang process engineer, cara terbaik untuk mengamati kinerja fin-fan cooler adalah
temperatur
temperatur dan kenaikan pressure drop). Bandingkan parameter-parameter operasi ini dengan kondisi
awalnya (data sheet fin-fan cooler tersebut), jika terdapat penurunan kinerja barulah anda boleh
menyelidikinya mengapa.
mengapa. Jika tidak? Barulah anda boleh menanyakan apakah fin-fan cooler ini sering
Perlu diingat bahwa pandangan antara pihak production dan maintenance kadang-kadang berbeda.
Dalam pandangan yang puritan, production selalu bertujuan agar produksi terjaga dan tidak terganggu
(kalau perlu peralatan tidak boleh berhenti bekerja) atau mengalami penurunan (termasuk penurunan
kinerja peralatan). Dalam pandangan maintenance, peralatan musti dirawat dan kalau perlu dihentikan
Sejatinya failure sebuah equipment umumya disebabkan oleh empat hal yakni 1) salah aplikasi, 2)
Termasuk dalam salah aplikasi ini adalah 1) desain yang buruk, 2) kesalahan pada saat procurement, 3)
spesifikasi yang kurang lengkap, 4) penggantian (yang tidak setara), 5) memilih harga lelang termurah
dengan mengorbankan daur hidup peralatan, 6) evaluasi vendor (quality vendor menurun)
Kegagalan yang disebabkan oleh pengoperasian antara lain 1) prosedur (SOP) tidak cukup (bagus), 2)
prosedur (SOP) tidak ditaati, 3) kurangnya pelatihan, 4) tidak adanya penegakan prosedur (SOP)
Sementara sumbangan maintenance terhadap kegagalan antara lain: 1) prosedur maintenance tidak
cukup (bagus), 2) prosedur perawatan tidak ditaati, 3) frekuensi maintenance tidak cukup (sering), 4)
Terakhir adalah karena usia, 1) keausan normal, 2) si klus hidup telah tercapai, 3) keausan yang
dipercepat
Mungkin yang saya bisa sarankan ke anda saat ini adalah melakukan Root Cause Failure Analysis (RCFA).
Metode ini cukup sesuai untuk diaplikasikan dalam mencari solusi bagi process-performance problems.
Process-performance problems umumnya tidak ada hubungannya dengan peristiwa katastropik (seperti
meledaknya fin-fan cooler) akan tetapi mereka memiliki pengaruh terhadap keuangan perusahaan.
Metodologi RCFA yang paling tepat adalah cause and effect analysis (metode lainnya antara lain: FTA,
Dalam kasus fin-fan cooler anda bisa susun suatu diagram yang terdiri dari baris-baris yang menyatakan
cause dan lajur-lajur yang menaytakan problem yang diakibatkannya. Misalnya saja “insufficient belt
tension” akan menyebabkan “high vibration” dan “high noise level”. “Speed to high” dapat
menyebabkan “ overheated bearing”, “Short bearing life”, “Overload on driver”, “high vibration” and
“motor trip”. Atau “microbial growth on finned tube” dapat menyebabkan “cold spot on tube
external”. Atau “liquid more paraffinic than design”dapat menyebabkan “hotter discharge
tempereature”, “higher pressure drop”. Dst-dst anda bisa merincinya sendiri. Dengan secara sistematis
menyusun diagram sebab-akibat ini anda akan memberikan sumbangan baik kepada pihak production
atau maintenance tentang bagaimana meningkatkan kinerja fin-fan cooler sehingga dapat mengurangi
pengeluaran dan kehilangan produksi.
Efek-efek yang terjadi di atas adalah intermediete effect. Ultimate effect dari semua cause di atas adalah
“uang”.
Jika anda maksa juga untuk melakukan relaibility engineering on this one and only fin-fan cooler, saya
kira hasilnya tidak akan banyak bermanfaat bagi management mengingat populasinya cuman satu.
AIChE menyarankan sedikitnya 30 peralatan yang sama dengan fungsi yang sama dijadikan sample untuk
SINTEF juga menyatakan agar dalam membuat reliability data, dilakukan secara sistematis dalam bentuk
sistem yang berhirarki, misalnya: level paling atas adalah equipment unit (dalam hal ini adalah fin-fan
cooler), kemudian level kedua adalah subunit dalam hal ini misalnya “finned tube”, “head”, “fan”,
“belt”, “driver”, “start system” dst. Level terakhir adalah maintenable item misalnya “push button” ,
Sementara AIChE dalam menyusun taksonomi (sama dengan hirarki dalam terminologi SINTEF) membagi
atas tiga tingkat. Tingkat teratas adalah “equipment description”, tingkat berikutnya adalah “service
description” (misalnya running, standby atau alternating) dan terakhir adalah failure description
Catastrophic (atau critical dalam terminologi SINTEF) adalah kegagalan mendadak yang menyebabkan
Incipient adalah ketidaksempurnaan keadaan atau kondisi peralatan yang dapat menyebabkan kejadian
Untuk ces-plengnya sebagai pembanding saya kutipkan dari OREDA 2002 untuk Fin-Fan Cooler: