Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam era global seperti sekarang ini, perusahaan banyak mulai mencari
alternatif untuk meningkatkan usaha perbaikan dalam meningkatkan revenue
perusahaan, yaitu dengan menambah kapasitas produksi. Adapun salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan perbaikan secara berkelanjutan (continuous
improvement) terhadap setiap departemen serta proses di dalamnya. Pada
prakteknya, seringkali usaha perbaikan yang dilakukan tidak menyelesaikan
permasalahan. Untuk itu diperlukan metode yang menyelesaikan permasalahan
dengan jelas untuk meningkatkan kinerja peralatan secara optimal.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
OEE (%) = Availability (%) x Performance rate (%) x Quality rate (%)
Dalam pelaksanaan OEE ada beberapa manfaat yang dapat di ambil dari
OEE antara lain :
3
Dapat di gunakan untuk menentukan perioritas dalam usaha untuk
meningkatkan OEE dan peningkatan produktivitas.
Six big losses dihitung untuk mengetahui OEE dari suatu peralatan agar
dapat diambil langkah-langkah untuk perbaikan mesin tersebut secara efektif.
Secara garis besar keenam kerugian dalam identifikasi tersebut dapat dipetakan
kedalam beberapa klasifikasi waktu permesinan antara lain waktu operasi yang
bernilai tambah (valuable operating time), waktu operasi bersih (net operating
time), waktu operasi (operasi time), waktu proses (loading time) sebagaimana di
tunjukkan pada gambar di bawah ini:
4
2.3 proses identifikasi six big losses
Sebelum memulai mengukur nilai oee dan ketiga rasio nya, terlebih dahulu
harus di pahami jenis-jenis kerugian peralatan yang ada. Menurut Nakajima
(1988), terdapat 6 kerugian peralatan yang menyebabkan rendah nya kinerja dari
peralatan. Keenam kerugian tersebut, disebut dengan six big losses yang terdiri
dari : (1) kerugian akibat kerusakan peralatan (Equipment failure), (2) kerugian
penyetelan dan penyesuaian (Setup amd adjustment losses), (3) kerugian karena
menganggur dan penghentian mesin (Idle and minor stoppage), (4) kerugian
karena kecepatan operasi rendah (Reduced speed), (5) kerugian cacat produk
dalam proses (Defect in process), (6) kerugian akibat hasil rendah (Reduced
yield). Keenam kerugian peralatan tersebut merupakan tipe kerugian peralatan
secara umum.
Agar pengukuran nilai oee ini menjadi akurat. Kerugian peralatan tersebut
akan di uraikan lebih spesifik terlebih dahulu. Berdasarkan observasi pada
penelitian ini, di peroleh beberapa kerugian peralatan spesifikyang merupakan
penjabaran dari six big losses di atas. Berikut penjabaran tersebut yang akam di
gambarkan sebagai alur dari pengukuran nilai oee.
5
Pemahaman terhadap jenis kerugian peralatan di perlukan agar hasil yang
di peroleh akurat dan menggambarkan situasi yang sesungguh nya,serta tidak
terdapat hal penting yang terlewatkan. Setelah kerugian peralatan diidentifikasi
dan diklasifikasikan menurut rasionya, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengumpulan data yang di perlukan untuk pengukuran nilai OEE.
Data yang di perlukan pada penelitian ini berkaitan dengan kerugian
peralatan dan lainnya adalah sebagai berikut:
Jumlah hari dan jam kerja (available time)
Lama waktu berhenti produksi yang di tetapkan oleh perusahaan
meliputi meeting, istirahat dan sholat (planned downtime)
Lama waktu downtime mesin
Lama waktu peralatan menganggur dan gangguan kecil (idle and
minor stoppages) meliputi scrap handling dan waktu menunggu
lainnya
Waktu siklus per periode
Jumlah produksi per periode
Jumlah cacat produksi per periode, dan
Historis perawatan mesin
6
fasilitas misalnya dari sisi peralatan, peralatan pendukung (jigs dan tools), metode
kerja dan kondisi operasi yang tidak stabil sebagaimana pada gambar.
2.5 Availability
Loading Time−downtime
Availability ¿ x 100%
loading time
7
BAB III
CONTOH SOAL
Keterangan:
1. Terdapat 2 shift dalam 1 hari kerja dengan lama kerja 12 jam, maka
available time = (12 x 60 menit) x 2 shift x 17 hari kerja = 24480
menit.
8
2. Dikurangi jam istirahat yang telah ditetapkan yaitu selama 1,5
jam,maka planned downtime = (1,5 x 60 menit) x 2 shift x 17 hari
= 3060 menit
3. Loading time = 21420 menit – 3060 menit = 21420 menit.
4. Downtime (losses availability) yang terjadi pada bulan September
2009 adalah sebesar 400 menit.
5. Maka operating time di peroleh = 21420 menit – 400 menit =
21020 menit.
Loading Time−downtime
Availability ¿ x 100%
loading time
21420−400
¿ x 100%
21420
¿ 98,13 %
ProssedAmountxTheoretycalCycletime
PerformanceEffeciency ¿ x 100%
Operation Time
9
Alur pengukuran pada ratio ini adalah dengan mengurangkan operating
time dari availability terhadap performance losses sehingga didapat operating time
untuk performance efficiency. Seanjutnya mengkalikan ideal cycle time dengan
jumlah produk yang di produksi. Terakhir membandingkan hasil tersebut dengan
operating time, maka nilai performance effeciency di peroleh.
Keterangan:
10
Maka untuk perhitungan performance effeciency mesin bubut 1.1.6 A
periode bulan September 2009 :
ProssedAmountxTheoretycalCycletime
PerformanceEffeciency ¿ x 100%
Operation Time
4 x 4501,25
¿ x 100%
20120
¿ 89.49 %
Menurut seichi nakajima (1989), kondisi yang idea untuk OEE setelah
dilaksanakannya TPM pada suatu perusahaan adalah :
Jika diketahui jumlah produk yang mampu di buat dalam periode yang
sama adalah 4 unit produk dan tidak ada produk yang cacat (defect) maka niai
quality rate nya adalah 100% seperti pada table 9.6, maka hasil perhitungan OEE
11
(Overall Equipment Effectiveness) di peroleh dari mengalikan ketiga nilai rasio,
yaitu antara availability, performance effeciency dan quality rate.
= 87,82%
12
G. Out put per hari = 400 unit
Sehingga didapatkan,
Dari hasil perhitungan di atas yang di lakukan pada tiap mesin, dapat
diketahui bahwa pencapaian tingkat OEE dan 3 rasionya sangat bervariasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
13
OEE merupakan metode yang di gunakan sebagai alat ukur (metric) dalam
penerapan program TPM guna menjaga peralatan pada kondisi ideal
dengan menghapuskan six big losses peralatan.
Enam kerugian (six big losses) pada OEE terdiri dari:
1) Equipment failure, (kerugian akibat kerusakan peralatan).
2) Setup amd adjustment losses, (kerugian penyetelan dan
penyesuaian).
3) Idle and minor stoppage, (kerugian karena menganggur dan
penghentian mesin).
4) Reduced speed, (kerugian karena kecepatan operasi rendah).
5) Defect in process, (kerugian cacat produk dalam proses).
6) Reduced yield, (kerugian akibat hasil rendah).
14
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umg.ac.id/1879/2/BAB%20II%20Tujuan%20pustaka%20OK.pdf
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00419-STIF-Bab
%202.pdf
shttp://eprints.umm.ac.id/37569/3/jiptummpp-gdl-hildaekkys-50680-3-babii.pdf
15