Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN PERHITUNGAN

OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) PADA INDUSTRI MAKANAN


& MINUMAN, PERTAMBANGAN, FARMASI & OTOMOTIF

Nama Kelompok :
1. Nizar Fahmy M (012.19.003)
2. Wandi Sja (012.19.008)
3. Daffa Satya U (012.19.012)
4. Muarif (012.19.013)
5. Al Dimas Iqbal (012.19.016)

ABSTRAK
Total Productive Maintenance bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perusahaan manufaktur secara menyeluruh, dimana Overall Equipment Effectiveness (OEE)
sebagai metode yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kinerja mesin. Jurnal ini
bertujuan menganalisis hasil beberapa penelitian diantaranya, (1) Industri Pertambangan :
potensi peningkatan proses produksi dan efektivitas pemanfaatan ekskavator, (2) Industri
Makanan & Minuman : mesin pengemas, penimbangan dan SVB, (3) Farmasi : Mesin mixer
liquid, (4) Otomotif : meningkatkan keefektifan pada mesin press, review produktivitas mesin,
mesin printing kaca film, proses produksi valve kendaraan bermotor, perusahaan manufaktur
komponen otomotif. Berdasarkan penelusuran dari berbagai referensi diperoleh bahwa Total
Productive Maintenance dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada industri
pertambangan, makanan & minuman, farmasi, dan otomotif.

Kata Kunci : Total Productive Maintenance, Overall Equipment Effectiveness, pertambangan,


makanan & minuman, farmasi, dan otomotif.

PENDAHULUAN
Salah satu faktor keberhasilan industri manufaktur ditentukan oleh kelancaran proses
produksi. Hasilnya, mesin dan sistem produksi yang efektif, dan proses produksi yang lancar
dengan produk berkualitas tinggi, menghasilkan waktu yang tepat dan biaya produksi yang
rendah untuk menyelesaikan produksi. Proses ini tergantung pada keadaan sumber daya yang
dimiliki, seperti manusia, mesin, dan fasilitas pendukung lainnya. Kondisi diatas merupakan
kondisi siap pakai untuk melakukan operasi produksi, baik dalam akurasi, efisiensi, maupun
kapasitas.
Perawatan dan penanganan mesin yang tidak tepat tidak hanya merusak mesin, tetapi
juga membutuhkan waktu penyetelan dan penyetelan yang lama, kecepatan produksi mesin
yang lambat, mesin yang menghasilkan produk cacat, atau pengerjaan ulang. Dapat
menimbulkan kerugian lain seperti produk. Hal ini tentunya merugikan perusahaan karena dapat
menurunkan produktivitas dan efisiensi mesin serta dapat mengakibatkan biaya yang sangat
tinggi. Oleh karena itu, produktivitas mesin harus diukur dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner yang mengintegrasikan semua upaya, keterampilan, keahlian, modal, teknologi,
manajemen, informasi, dan sumber daya lainnya (Almeanazel, 2010; Limantoro & Felecia,
2006). Hingga saat ini, perusahaan terus mengimplementasi dan menerapkan inovasi baru
dalam sistem produksi. Salah satu contohnya adalah sistem TPM (Total Productive
Maintenance).

Total Productive Maintenance bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas


perusahaan manufaktur secara menyeluruh, dimana Overall Equipment Effectiveness (OEE)
sebagai metode yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kinerja mesin. Nakajima
(1988) memperkenalkan konsep Total Productive Maintenance (TPM) dan Overall Equipment
Effective Maintenance (OEE) untuk mengukur produktivitas tanaman dari suatu sistem. Ini
adalah indikator terbaik untuk mengidentifikasi kerugian, mengukur kemajuan, dan
meningkatkan produktivitas di perusahaan melalui penghilangan pemborosan. Overall
Equipment Effectiveness (OEE) secara menyeluruh diukur berdasarkan kerugian dari enam
kerugian utama (six big losses) dan dapat dibagi menjadi tiga jenis kerugian (Gitosudarmo dan
Basri,2002); 1) Downtime losses terdiri dari breakdown losses dan setup losses; 2) Speed losses
terdiri dari idling time/minor stoppage dan reduce speed losses; 3) Defect losses terdiri dari
process defect dan reduced yield losses. Berdasarkan penjelasan diatas, jurnal ini bermaksud
untuk mengkaji mengenai implementasi Total Productive Maintenance pada industri makanan
& minuman pertambangan, farmasi dan otomotif.

KAJIAN TEORI

Total Productive Maintenance (TPM) merupakan konsep pemeliharaan produktif yang


dikembangkan untuk mewujudkan efektifitas sistem produksi yang menyeluruh dengan
melibatkan semua orang di dalam perusahaan. Secara rinci, TPM dapat dibagi menjadi tiga
konsep penting (Vankatesh,2007).
1. Total, yaitu semua karyawan perusahaan.

2. Productive, kegiatan TPM yang dilakukan semaksimal mungkin tanpa mengurangi


produktivitas perusahaan.
3. Maintenance, pemilihan metode pemeliharaan yang paling tepat dan efektif.

Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah indikator hierarkis yang berfokus pada
efektivitas proses manufaktur. Hasil disajikan dalam format umum yang memungkinkan
perbandingan antara unit manufaktur di berbagai departemen, organisasi, mesin, dan industri.
OEE adalah metrik yang mengidentifikasi perangkat potensial. OEE mengidentifikasi dan
melacak kerugian. OEE mengidentifikasi peluang. Tujuan utama OEE adalah untuk
meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, meningkatkan kesadaran akan persyaratan
produktivitas alat, dan memperpanjang masa pakai peralatan (Stamatis, 2017)

Dalam melakukan perhitungan OEE, perlu mencari terlebih dahulu mengenai nilai
availability, performance, dan quality. Nilai OEE adalah berupa persentase yang didapat dari
ketiga parameter tersebut (Wireman, 2004).

1. Availability

Availability adalah kemampuan mesin dalam memanfaatkan waktu. Cara


menghitung availability yaitu dengan cara membandingkan loading time mesin
dengan total waktu yang tersedia.
Availability = (loading time / total waktu yang tersedia) x 100 %

2. Performance

Performance adalah kemampuan mesin dalam menghasilkan produk. Cara


menghitung performance yaitu dengan cara membandingkan jumlah produk yang
dihasilkan dengan waktu yang tersedia.
Performance = (jumlah produk yang dihasilkan / total waktu yang tersedia x cycle

time) x 100 %
3. Quality

Quality adalah kemampuan mesin dalam menghasilkan produk dengan


kualitas yang baik. Cara menghitung quality yaitu dengan cara membandingkan
antara jumlah produk yang baik dengan total produk yang dihasilkan (produk OK dan
produk NO OK).
Quality = (jumlah produk baik / total produk yang dihasilkan) x 100 %

Nilai standar OEE yang ditetapkan sebagai perusahaan world class adalah
sebesar 85 %. Berikut ini adalah standar – standar dalam pedoman OEE menurut
Japan Institute of Plant Maintenance:

1. Availability di atas 90%

2. Performance di atas 95%

3. Quality di atas 99.9%

4. OEE di atas 85%

METODE

Jurnal ini mengkaji beberapa topik tentang Total Productive Maintenance yang
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah dalam industri manufaktur, pertambangan, makanan
dan minuman, farmasi dan otomotif. Kajian ini diambil dari penelitian dalam kurun 5 tahun
terakhir dan beberapa literatur yang relevan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Industri Pertambangan


1. Optimalisasi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut dengan Metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE) Pada Pengangkutan Overburden Di Pit Barat
PT. Artamulia Tata PratamaSite Tanjung Belit, Kabupaten Muaro Bungo,
Provinsi Jambi ( Husean et al. : 2019)

Berdasarkan data produksi penambangan humus di pit barat PT. Artamulia Tatapratama
tidak memenuhi target produksi penambangan lapisan tanah atas dari Januari hingga Februari
2018. Hal ini disebabkan oleh produktivitas ekskavator. Analisis Overall Equipment
Effectiveness (OEE) diperlukan untuk menentukan potensi peningkatan proses produksi dan
efektivitas pemanfaatan peralatan. Hasil analisis dan perbaikan dengan metode ini, volume
produksi Excavator Komatsu 1250SP8R melebihi target yang direncanakan. Namun, OEE
masing-masing ekskavator adalah 85%, dan dapat dinilai bahwa peralatan tersebut dalam
kondisi buruk.

Pada Industri Farmasi

1. Analisa Kinerja Mesin Kemas Primer, Dengan Metode Overall Equipment


Effectiveness (Oee) Dalam Industri Farmasi (Studi Kasus Pt. Map) (Syaputra
Et Al. : 2020)

Empat mesin mixer liquid dan satu mesin filling liquid yang digunakan di Sistem
Produksi III PT MAP. Mesin mixer liquid ini sering rusak dan mesin tidak berfungsi secara
maksimal. Dalam hal ini PT MAP menerapkan sistem Total Productive Maintenance (TPM)
untuk meningkatkan produktivitas yang diukur dengan menghitung Overall System Effectivenes
(OEE). Rata-rata OEE periode Juli 2016 sampai Juni 2017 adalah 70,46%, dengan availability
ratio 73,50%, performance ratio 96,82%, dan quality ratio 99,02%. Six Big Losses teratas pada
faktor Breakdown Losses adalah 40,54%. Pengetahuan tentang disabilitas ini diharapkan dapat
menjadi indikator tindakan korektif yang perlu dilakukan. Selain itu, Fishbone Diagram menunjukkan
umur motor mesin filling liquid lebih dari 20 tahun dan sulitnya mendapatkan suku cadang pengganti,
sehingga faktor utama yang menghambat filler adalah faktor motor.

Pada Industri Makanan dan Minuman

1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Pada Mesin


Packing Untuk Meningkatkan Nilai Availability Mesin (Nursanti & Susanto :
2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi mesin pengemas baik penimbangan
maupun SVB OEE tidak memenuhi standar perusahaan sebesar 80%. Ketersediaan mesin
merupakan kontributor utama untuk menurunkan nilai OEE. Hal ini terjadi karena operator
mesin membutuhkan waktu yang lama untuk menyetel mesin.

Pada Industri Otomotif

1. Analisis Overall Equipment Effectiveness untuk Meningkatkan Keefektifan pada Mesin


Press ( Mochamad Irfan : 2021)

Pada mesin press didapatkan hasil perhitungan diperoleh presentase nilai Overall Equipment
Effectiveness (OEE) pada bulan Agustus 2019 yaitu sebesar 70%. Nilai yang diperoleh belum
mencukupi standar nilai yang sudah ditetapkan pada hasil nilai OEE yang nilainya sebesar 85%. Untuk
faktor Reduce Speed Loss sendiri, memiliki total time loss terbanyak dan frekuensi kumulatif terendah
dari Six Big Losses yang sangat mempengaruhi hasil nilai OEE yang sudah didapat. Dengan analisa
menggunakan metode OEE dapat mengukur tingkat efektifitas pada mesin press, dimana pencapaian
OEE mesin press berdasarkan hasil dari perhitungan dan pengolahan data,dimana dalam melakukan
perhitungannya dilakukan dengan tiga rasio seperti Availability, Performance, dan Quality. Hasil nilai
ketiga rasio tersebut dihitung berdasarkan data-data yang bersumber dari Pabrik. Diketahui bahwa faktor
yang mempengaruhi terhadap rendahnya efektifitas mesin press ialah kelalaian operator saat bekerja, die
tidak senter, dan menunggu perbaikan mesin yang rusak.

2. Review Produktivitas Mesin Menggunakan Total Productive Maintenance (Kulsum ,


Evi Febianti, Dyah Lintang Trenggonowati, Yanuar Sutanto : 2020)

Dalam proses produksi Housing 2W terjadi masalah pada mesin cold forging, dimana masih
terdapat breakdown time sehingga kondisi tersebut menyebabkan terganggunya proses produksi. Untuk
meminimalisir breakdown time, dilakukanlah langkah perbaikan dan usulan kebijakan perawatan
(maintenance) yang tepat, dengan tujuan agar produktivitas mesin menjadi optimal. Adapun solusi dari
permasalahan tersebut yakni menggunakan pendekatan Total Productive Maintenance (TPM) dengan
metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan mengetahui kerugian loss time terbesar pada mesin
Cold Forging berdasarkan six big losses. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai OEE
pada bulan Juli 2019 sebesar 81,68%, bulan Agustus 2019 sebesar 83,23%, bulan September 2019
sebesar 86,02%, bulan Oktober 2019 sebesar 83,37%, bulan November 2019 sebesar 82,63%,
bulan Desember 2019 sebesar 73,13%. Loss time terbesar berdasarkan six big losses yaitu setup and
adjustment losses.

3. Peningkatan Nilai OEE pada Mesin Printing Kaca Film Menggunakan Metode FMEA
dan TPM ( Ahmad Sultoni & Dana Santoso Saroso : 2019)

Permasalahan yang terjadi pada PT. Jaya Kreasi Indonesia adalah pada mesin printing kaca film
memiliki produktivitas yang cukup rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa kategori masalah seperti
severity, occurrence, dan detection. Hal ini membuat perusahaan tersebut ingin meningkatkan
produktivitas dari mesin printing dengan tujuan untuk mendapatkan hati dari pelanggan dengan cara
mencetak logo, QR- Code dan Nomor LOT pada produk kaca filmnya untuk meyakinkan konsumennya
untuk keaslian produknya. Selain itu perusahaan tersebut ingin konsumen juga dapat mengetahui tipe
kaca film yang terpasang dengan menscan QR-Code yang tercetak pada kaca filmnya. Setelah
perusahaan melakukan perbaikan, nilai OEE mesin printing dengan menggunakan metode FMEA dan
TPM menunjukkan hasil yang baik. Dimana secara keseluruhan nilai OEE mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil perhitungan Nilai OEE setelah perbaikan Available Rate mengalami kenaikan sebesar
7 persen, Performance Rate naik 2 persen, dan Quality Rate naik sebesar 17 persen. Nilai OEE setelah
perbaikan meningkat mencapai 39 persen.

4. Analisa Implementasi TPM pada Proses Produksi Valve Kendaraan Bermotor (Agus
Suwarno : 2018)
Terdapat permasalahan pada perusahaan manufaktur komponen engine valve untuk mobil dan
sepeda motor, hal ini disebabkan oleh tingginya gangguan pada peralatan/mesin yang mengakibatkan
produktivitas tidak maksimal. Dengan menerapkan TPM didapatkan bahwa faktor yang paling dominan
terhadap tingginya breakdown losses adalah faktor manusia atau perkerja yang belum di terapkan konsep
total productive maintenance.Sedangkan breakdown losses merupakan factor yang memiliki presentase
terbesar dari factor six big losses.
5. Implementasi TPM pada Perusahaan Manufaktur Komponen Otomotif untuk
Menganalisis Efisiensi Mesin Injeksi ( Supriyati -, Humiras Hardi Purba : 2019)
Pada perusahaan dilakukan perhitungan OEE pada mesin Injeksi, sebuah mesin
beroperasi untuk memproduksi komponen kendaraan roda dua berbahan plastik yang berjumlah
16 mesin. Pada perusahaan ini setiap mesin memiliki performa yang berbeda. Untuk melihat
performa mesin tersebut, maka dilakukanlah penerapan OEE. Sebelum dilakukan perhitungan,
dilakukan identifikasi beberapa kategori kerugian untuk menentukan enam kerugian besar
sebagai acuan dalam perhitungan OEE. Pada perusahaan injeksi dengan kapasitas 16 mesin
dengan efisiensi yang berbeda menghasilkan produk keluaran dengan rasio yang berbeda pula.
Berdasarkan data yang diperoleh dan pengolahan data untuk nilai efisiensi mesin, rata-rata OEE
masih di atas 90%. Umur mesin mempengaruhi nilai OEE, Mesin 8 memiliki nilai OEE
tertinggi yaitu 96,9% namun terdapat 1 mesin dari 16 mesin yang memiliki nilai efisiensi
terendah. Beberapa kendala menyebabkan nilai OEE yang telah dilakukan rendah, dari hasil
analisa terdapat 7 kerugian terbesar yang menyebabkan efisiensi rendah yaitu 91,2%.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelusuran dari berbagai referensi diperoleh bahwa :

1. Pada Industri Pertambangan pada proses produksinya tidak memenuhi target


penambangan lapisan tanah atas, hal ini disebabkan karena produktivitas pada
mesin ekskavator. Untuk mengetahui efektifitas serta peningkatan produksi
dilakukanlah perhitungan OEE.

2. Pada Industri Farmasi mesin mixer liquid ini sering rusak dan mesin tidak
berfungsi secara maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut diterapkan sistem Total
Productive Maintenance (TPM) untuk meningkatkan produktivitas yang diukur
dengan menghitung Overall System Effectivenes (OEE).

3. Pada Industri Makanan dan Minuman menunjukkan bahwa proporsi mesin


pengemas baik penimbangan maupun SVB OEE tidak memenuhi standar
perusahaan sebesar 80%. Untuk itu ketersediaan mesin merupakan kontributor
utama untuk menurunkan nilai OEE
4. Pada industri otomotif, penerapan TPM dalam proses dapat membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi, seperti peningkatan efisiensi dari
mesin,breakdown time, dan lainnya. Penerapan TPM yang benar menyebabkan
permasalahan pada beberapa studi kasus yang terjadi dapat teratasi dengan mudah.
Penerapan TPM pada perusahaan secara berkelanjutan akan meningkatkan
produktivitas pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adesta, E. Y. T., Prabowo, H. A., & Agusman, D. (2018). Evaluating 8 pillars of Total
Productive Maintenance (TPM) implementation and their contribution to
manufacturing performance. In IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering (Vol. 290, No. 1, p. 012024). IOP Publishing.
Atikno, W., & Purba, H. H. (2021). Sistematika Tinjauan Literature Mengenai Overall
Equipment Effectiveness (OEE) pada Industri Manufaktur dan Jasa. Journal
of Industrial and Engineering System, 2, 1.
Husean, S., & Anaperta, Y. M. (2019). Optimalisasi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Pada Pengangkutan
Overburden Di Pit Barat PT. Artamulia Tata PratamaSite Tanjung Belit, Kabupaten
Muaro Bungo, Provinsi Jambi. Bina Tambang, 4(3), 154-164.
Irfan, Mochamad. (2021). ANALISIS OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS UNTUK
MENINGKATKAN KEEFEKTIFAN PADA MESIN PRESS. Jurnal Indonesia
Sosial Teknologi.
Kholil, M. K., Maulidina, A. D., & Rimawan, E. (2016). Analisa Total Productive Maintenance
Terhadap Produktivitas Kapal/Armada Menggunakan Metode Overall Equipment
Effectiveness Pada PT. Global Trans Energy International. J. Ind. Eng. Manag. Syst,
9(1), 1-18.
Kulsum, Febianti, E., Lintang Trenggonowati, D., & Sutanto, Y. (2020). Review Produktivitas
Mesin Menggunakan Total Productive Maintenance (Studi Kasus Perusahaan
Manufaktur). JOURNAL INDUSTRIAL SEVICESS.
Nursanti, I., & Susanto, Y. (2014). Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (Oee)
Pada Mesin Packing Untuk Meningkatkan Nilai Availability Mesin. Jurnal Ilmiah
Teknik Industri, 13(1), 96-102.
Syaputra, M. J., Utomo, U., & Rimawan, E. (2020). ANALISA KINERJA MESIN KEMAS
PRIMER, DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
(OEE) DALAM INDUSTRI FARMASI (STUDI KASUS PT. MAP). Journal
Industrial Servicess, 5(2).
Sultoni, A., & Santoso Saroso, D. (2019). Peningkatan nilai OEE pada mesin printing kaca film
menggunakan metode FMEA dan TPM. Jakarta.

Supriyati, & Hardi Purba, H. (2019). Implementasi TPM pada Perusahaan Manufaktur
Komponen Otomotif untuk Menganalisis Efisiensi Mesin Injeksi. Jakarta: Journal of
Applied Research on Industrial Engineering.

Suwarno, A. (2018). ANALISA IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE


(TPM) (STUDI KASUS : PROSES PRODUKSI VALVE KENDARAAN
BERMOTOR ). Malang: ITN Malang.

Wireman, Terry, 2004. Total Productive Maintenance, 2nd ed., Industrial Press, New York

www.oee.com/world-class-oee.html

Anda mungkin juga menyukai