2. Productive
Menitik beratkan pada segala usahauntuk mencoba melakukan pemeliharaan dengan kondisi
produksi tetap berjalan dan meminimalkan masalah-masalah yang terjadi di produksi saat
pemeliharaan dilakukan.
3. Maintenance
Berarti memelihara dan menjaga peralatan secara menadiri yang dilakukan oleh operator
produksi agar kondisi peralatan tetap bagus dan terpelihara dengan jalan membersihkannya,
melakukan pelumasan dan memperhatikannya. Sehingga TPM sendiri dapat diartikan hubungan
kerjasama yang erat antara perawatan dan organisasi produksi secara menyeluruh bertujuan
untuk meningkatkan kualitas produksi mengurangi waste, mengurangi biaya produksi,
meningkatkan kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada
perusahaan manufaktur.
TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan organisasi produksi
secara menyeluruh bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi, mengurangi weast,
mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemampuan peralatan dan pengembangan dari
keseluruhan sistem perawatan pada perusahaan manufaktur.
1. Breakdown
Kerugian akibat Rusaknya Mesin (Peralatan dan Perlengkapan Kerja)
2. Setup and Adjustments
Kerugian yang diakibatkan perlunya Persiapan ulang peralatan dan perlengkapan kerja
3. Small Stops
Kerugian akibat terjadinya gangguan yang menyebabkan mesin tidak dapat beroperasi
secara optimal
4. Slow Running
Kerugian yang terjadi karena mesin berjalan lambat tidak sesuai dengan kecepatan yang
diinginkan.
5. Startup Defect
Kerugian yang diakibatkan terjadi cacat produk saat Startup (saat awal mesin beroperasi)
6. Production Defect
Kerugian yang terjadi karena banyaknya produk yang cacat dalam proses produksi.
Selain keenam kerugian yang disebutkan diatas, keuntungan lain penerapan Total
Productive Maintenance (TPM) adalah dapat menghindari terjadinya kecelakaan kerja
dan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya.
Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance mencakup lima elemen
yaitu sebagai berikut:
TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM) untuk
memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan.
TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas mesin/peralatan secara keseluruhan
(overall effectiveness).
TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian produksi,
bagian maintenance).
TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi hingga para
karyawan/operator lantai produksi.
TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM melalui
manajemen motivasi.
The Six Big Losses dan Overall Equipment Efectiveness (OEE)
The Six Big losses merupakan enam kerugian besar yang terjadi, yang menjadi bagian
dari tindakan TPM untuk menghilangkan enam kerugian tersebut. Enam kerugian besar tersebut
dapat dikalkulasikan dalam perhitungan OEE menurut Nakajima (1984). Equipment
failure/Breakdowns (kerugian karena kerusakan peralatan). Berikut adalah Six Big Looses :
Dari contoh perhitungan OEE di atas, kita dapatkan OEE = 72.9%. Ini memberikan
gambaran bahwa pencapaian OEE 72.9% itu masih bisa ditingkatkan, masih ada ruang
untuk improvement sampai skor OEE mencapai 85% atau lebih. Tindakan perbaikan dan
peningkatkan kinerja perlu difokuskankeapda cara meningkatkan performance peralatan
produksi dan mengurangi reject di dalam proses.
Rumus OEE :
Dari perhitungan OEE diatas didapat bahwa hasil OEE adalah 69.04%, hasil tersebut sangatlah
rendah karena pada umumnya hasil OEE yang berstandar dunia (World Class) adalah diatas
85%.
Berikut ini adalah Pedoman hasil OEE yang berstandar dunia (World Class) pada umumnya :
5S
TPM dimulai dan didasari dengan 5S. 5S merupakan konsep yang sangat sederhana
sehingga dapat mudah dimengerti dan penerapannya oleh siapa saja. Tetapi sangat susah untuk
menerapkannya dengan benar, hal ini dikarenakan kebiasaan kita yang ingin senang sendiri dan
tidak mau diikat oleh aturan-aturan yang ada. Penerapan 5S di perusahaan-perusahaan harus
diikuti oleh semua level mulai dari operator sampai ke Top Management (Manajemen puncak).
Dengan menerapkan 5S dengan baik, kita dapat meningkatkan produktivitas kerja kita dan juga
dapat bekerja dengan se-efektif serta se-efisien mungkin dan meningkatkan keamanan (Safety) di
tempat kerja kita.
1S – Seiri (Ringkas)
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang berguna
dan tidak berguna:
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai barang-barang
yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-
barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian disingkirkan dari
tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan,
maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.
2S – Seiton (Rapi)
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan barang-
barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang
tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan barang
tersebut mudah dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk
gerakan mondar-mandir mencari barang.
3S – Seiso
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah ditata
dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik mesin
yang breakdown maupun dalam rangka program preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar
lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat
kerja yang kotor dan berantakan.
4S – Seiketsu
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: penjagaan
lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah
dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus
mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur
dan berkala.
5S – Shitsuke
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja:
Pillar Focused Improvement (FI) berfungsi untuk mengeliminasi losses atau kerugian
yang diakibatkan karena peralatan atau mesin yang tidak efektif maupun proses yang tidak
efisien. Pillar ini bertujuan meningkatkan kepekaan karyawan dalam menyikapi losses, serta
meningkatkan kemampuan karyawan dalam mengatasi masalah atau problem solving.
Aktivitas di pillar ini tidak berbeda dengan aktivitas Kaizen / Continual Improvement
serta penggunaan tools nya (QCC, QCP, Why-Why Analysis, SMED, FMEA, VSM, dll) , yang
sedikit membedakan adalah kita dituntut untuk mengarahkan tema-tema yang diangkat agar
mengurangi losses / kerugian – kerugian. Berikut jenis – jenis losses yang ada :
Kategori 4: Losses yang Berdampak Pada Penggunaan Sumber Daya Secara Efektif
Jadi, jika dijumlahkan maka ada 16 losses, tetapi untuk awal dari TPM dimulai dari 7 losses di
kategori yang sama. Dengan dikuranginya losses bahkan dapat dihilangkan sudah pasti akan
terwujudnya zero defect.
Adalah kegiatan yang dirancang untuk melibatkan operator dalam merawat mesinnya sendiri,
di samping kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian Maintenance. Kegiatan tersebut antara lain:
Mengembangkan operator yang mampu mendeteksi berbagai sinyal dari kerugian (loss)
Menciptakan tempat kerja yang rapi dan bersih sehingga setiap penyimpangan dari kondisi
normal dapat diteksi dalam waktu sekejap
Pembersihan merupakan langkah awal dari prosedur Autonomous Maintenance (AM). Arti
pembersihan sendiri ialah :
Sasaran SDM:
Dampak Pembersihan
Dengan Planned Maintenance, kami melibatkan upayadari metode reaktif ke proaktif dan
menggunakan staf pemeliharaan terlatih untuk membantu melatih operator agar lebih baik dalam
memelihara peralatan mereka.
Kebijakan:
Pilar Training dan Education ini diperlukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan saat
menerapkan TPM (Total Productive Maintenance). Kurangnya pengetahuan terhadap alat atau
mesin yang dipakainya dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan tersebut dan menyebabkan
rendahnya produktivitas kerja yang akhirnya merugikan perusahaan.
Dengan pelatihan yang cukup, kemampuan operator dapat ditingkatkan sehingga dapat
melakukan kegiatan perawatan dasar sedangkan Teknisi dapat dilatih dalam hal meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan perawatan pencegahan dan kemampuan dalam menganalisis
kerusakan mesin atau peralatan kerja. Pelatihan pada level Manajerial juga dapat meningkatkan
kemampuan Manajer dalam membimbing dan mendidik tenaga kerjanya (mentoring dan
Coaching skills) dalam penerapan TPM.
Quality Maintenance (QM)
Alat/mesin kerja benar-benar siap untuk menghasilkan produk yang berkualitas (sesuai
dengan yang diinginkan pelanggan)
Quality yang stabil & konsisten
Biaya yang ekonomis sehingga mampu bersaing dan menang dalam kompetisi
Quality Management System (QMS) adalah kegiatan atau aktivitas yang terstruktur dan
terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi berkenaan dengan
system mutu tertentu seperti : quality management system pada iso 9001, iso 14001,
ohsas 18001, fssc 22000, atau standard international mutu lainnya, sepeti: ursa milik
unilever atau smeta/sedex
Quality System adalah kegiatan mutu yang digerakan oleh organisasi yang struktur,
adanya petanggung jawaban yang jelas, prosedure kerja yang baku, proses yang
terkendali (terjaga dan disyahkan) dan adanya sumber daya (4 m = man, machine,
method, materials) untuk mengimplementasikan kegiatan mutu tersebut
Quality Manual adalah pedoman mutu yang didokumentasikan untuk memenuhi
persyaratan pokok QMS.
Quality Policy adalah kebijakan mutu yang dimaksudkan untuk mengarahkan organisasi
(kegiatan mutu) secara formal untuk mencapai sasaran mutu yang diekpresikan secara
formal oleh pimpinan perusahaan kepada seluruh bagian organisasi.
Quality Objective adalah sasaran mutu yang harus dicapai dalam implementasi kegiatan
QMS.
Quality Planning adalah bagian dari manajemen mutu dengan fokusk pada penetapan
sasaran mutu, perincian proses kerja (operasional) yang diperlukan dan sumber-sumber
daya terkait dengan pemenuhan sasaran mutu QMS.
Quality Audit adalah audit mutu yang merupakan tinjauan indipenden dan dilakukan
untuk membandingkan beberapa aspek kinerja mutu dengan suatu standar untuk kinerja
tersebut.
Quality Auditor adalah seseorang yang dilatih untuk melakukan kegiatan audit mutu.
Quality Surveillance adalah pengawasan mutu secara kontinu dan verifikasi status
prosedur, metoda, kondisi, produk, proses (jasa atau produksi) dan analisa rekaman untuk
memastikan bahwa persyaratan mutu telah dipenuhi dengan benar.
Manajemen Review adalah tinjauan manajemen secara formal dan terstruktur oleh para
manajer yang dihadiri oleh pimpinan perusahaan untuk membahas status kecukupan
system mutu dan implementasinya.
Quality Assurance adalah jaminan mutu yang merupakan bagian dari manajemen mutu
berfokus pada penyediaan keyakinan bahwa persyaratan-persyaratan mutu akan dipenuhi
sesuai dengan standar mutu dan specifikasi pelanggan.
EEM adalah sebuah prosedur untuk mereview bagian kritis dari sebuah mesin, alat kerja
atau proses kerja pada saat proses perencanaan dibuat (Secara automatis menjadi tahapan penting
sebelum proses kerja masal atau produksi masal dilakukan). Perencanaan yang dimaksudkan:
Penentuan investasi (Capital Expenditure Committee meeting)
Study kelayakan dan penyiapan investasi
Perencanaan pembelian investasi
Perencanaan pembelian mesin atau alat kerja
Proses rekayasa dan penyempurnaan atas pembelian ulang suatu unit proses dan mesin
yang akan dipasang
Penyempurnaan pada peralatan yang telah ada (terpasang)
Pengawasan pada pengadaan mesin (fabrikasi, assembling dan hingga pemasangan)
Tahap 3 : Atasi masalah dengan pelatihan dan penyempurnaan dari masalah yang muncul
1. Setiap masalah sudah seharusnya dituangkan pencatatan yang mudah ditemukan dan
dipercaya
2. Tindakan perbaikan dan pencegahan dituangkan dalam OPL (One Point Lesson)
3. Adakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan operator dan teknisi
4. Semakin cepat dan mudah penanganan masalah akan semakin produktif
5. Kendala dan masalah proses harus disampaikan secara terbuka dan transparan berdasar
fakta, sehingga memudahkan proses improvement dan penyempurnaan
Office TPM
Dengan implementasi Office TPM ada Delapan pemborosan besar setidaknya yang dihilangkan:
1. Pemborosan atas proses kerja baik over process dan wrong processing
2. Pemborosan terhadap biaya pada department Purchasing, Sales & Back Office,
Marketing, Design/Development Product, Accounting & HRD
3. Pemborosan atas aktivitas komunikasi
4. Hilangnya waktu tunggu dan birokrasi
5. Pemborosan Set-up
6. Pemborosan pada tingkat akurasi data, perhitungan dan dokumentasi
7. Pemoborosan atas aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah
8. Pemborosan terhadap kemampuan sumberdaya manusia (qualification & competencies)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah pilar penting dalam Produktivitas. Tingkat
kehadiran, moral kerja, kondisi tempat kerja yang nyaman untuk bekerja dan bersahabatnya
proses kerja (dan bisnis) adalah dambaan setiap pekerja untuk menghasilkan pencapaian yang
hebat. Sebab setiap pekerja selalu berharap dapat memberikan yang terbaik bagi hasil kerja dan
menjadi bagian sukses dari organisasi yang diikutinya.
Target implementasi pilar ke 8 ini adalah Zero accident, Zero health damage dan Zero
fires accident. Kesungguhan ini sudah menjadi kewajaran tertuang dalam Health Safety &
Environment declaration dari perusahaan/organisasi.
Prinsip dasar bagi setiap pribadi dalam organisasi adalah:
Safety buat diri sendiri :
Selalu bekerja aman dan lingkungan yang sehat
Selalu waspada dan tidak kompromi akan bahaya
Safety buat orang lain :
Mencegah orang lain dalam keadaan berbahaya
Selalu mengingatkan ‘Keselamatan Bekerja’ antar sesama
Mengkomunikasikan keadaan Bahaya dan menghilangkannya
Safety buat Perusahaan & Lingkungan :
Mencegah polusi
Bersikap ramah & cinta lingkungan
Melaporkan setiap ada potensi bahaya, kerugian dan keadaan nyaris terjadinya kecelakaan
Budaya Teknisi Yang Dibutuhkan Dalam Merawat Mesin
1. Buat catatan harian terhadap penggunaan mesin dan awasi operasinya
Penggunaan dan kerusakan yang terjadi pada mesin besar sering diperburuk oleh
penanganan yang tidak tepat atau keterampilan yang tidak memadai. Dengan membuat catatan
penggunaan mesin dan memantau aktivitas operasionalnya sehari-hari dapat membantu
menentukan kapan dan di mana mesin digunakan oleh operator yang terampil. Cara untuk
mengawasi operasi mesin adalah melalui GPS. Perangkat melacak gerakan dan mencatatnya
dalam catatan digital, dengan demikian masalah dapat diketahui lebih awal, dan kerusakan dapat
dicegah.
1. Melakukan sesuatu yang tidak perlu biaya besar tapi memberikan hasil yang besar
Pelumasan tidak perlu biaya besar, namun bisa memberikan hasil yang besar. Proses
pelumasan yang benar membuat peralatan lebih awet. Kesalahan dalam pelumasan banyak
terjadi di storage, transportasi dan saat penyaringan produk. Masalah ini bisa diatasi dengan
prosedur maintenance yang benar dan foolproof checklist. Sistem EAM yang bagus
menyediakan checklist yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan untuk membantu aktivitas
sehari-hari. Checklist ini bisa diakses oleh para teknisi melalui aplikasi ponsel saat mereka
bekerja. Bukan hanya berguna untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan benar,
checklist juga membantu teknisi menjalankan bisnis dengan benar.
Untuk menjadi proaktif, bukannya reaktif, Anda harus memahami akar penyebab
masalahnya. Dengan menganalisis akar masalah, Anda dapat lebih memahami peralatan Anda
dan dapat membuat keputusan yang tepat mengenai maintenance rutin, perbaikan atau
penggantian. Perusahaan akan terhindar dari lamanya waktu downtime dan dapat menghemat
biaya maintenance. Sistem EAM yang bagus mampu menyediakan data yang dibutuhkan dalam
cara yang mudah dipahami dan tools untuk melakukan analisis.
3. Bertindak sigap
Optimasi preventative maintenance mudah dilakukan dan harus menjadi salah satu tugas
pertama yang wajib dijalankan oleh maintenance leader. Sayangnya, jika Anda menggunakan
kertas atau sistem Computerized Maintenance Management System (CMMS) berkualitas rendah
untuk melakukan penjadwalan, tugas ini tak akan berjalan maksimal. Anda butuh sistem EAM
yang mampu mengatur semua detail serta memastikan tugas ditangani orang yang tepat. Sistem
EAM yang bagus harus mudah untuk digunakan dan dapat mengotomatisasi workflow dan
proses back-end, sehingga Anda bisa fokus pada hal-hal yang lebih penting. Jika sistem Anda
yang sekarang gagal melakukannya, Anda butuh sistem EAM kelas dunia untuk membantu Anda
mengerjakan tugas mudah ini. Perusahaan bisa sangat menghemat waktu dan uang.
STO menimbulkan risiko tinggi. Anda harus membayar mahal para kontraktor dan waktu
lembur. Jika ada yang salah, setiap menit ketertundaan bisa menghabiskan uang perusahaan.
Kunci dari meminimalisir risiko adalah perencanaan. Sistem EAM yang bagus memudahkan
perencanaan karena memiliki planning tools-nya sendiri.
Contoh Penerapan Total Productive Maintenance di Perusahaan Lain (PT Frina
Lestari Nusantara)