Anda di halaman 1dari 8

4.

2 Perhitungan Make Up Water Pada Cooling Tower divisi Utility


Cooling Tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya
adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan kontak langsung dengan
udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap. Kebanyakan cooling tower
bekerja pada sistem pendinginan udara yang menggunakan pompa sentrifugal untuk
mengerakkan air dari arah vertikal ke atas melintasi menara. Kemampuan cooling tower
dalam menghasilkan air pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan approach
seperrti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.1 Range dan approach suhu pada cooling tower
Sumber: repository.usu.ac.id

Range adalah perbedaan suhu antara tingkat suhu air masuk cooling tower
dengan tingkat suhu air yang keluar cooling tower atau selisih antara suhu air panas dan
suhu air dingin, sedangkan approach adalah perbedaan antara suhu air keluar cooling
tower dengan suhu bola basah udara yang masuk atau selisih antara suhu air dingin dan
suhu bola basah (wet bulb) dari udara.
Suhu udara diukur menggunakan termometer biasa dan suhu ini disebut sebagai
suhu bola kering (dry bulb), sedangkan suhu bola basah (wet bulb) adalah pengukuran
suhu menggunakan termometer yang pada bagian ujung termometer dibalut dengan
kapas basah, sehingga jika air menguap dari kapas menjadikan bacaan suhu pada
termometer menjadi lebih rendah daripada suhu bola kering.
Pada kelembaban tinggi, penguapan akan berlangsung secara perlahan dan suhu
bola basah (T
wb
) identik dengan suhu bola kering (T
db
). Namun pada kelembaban
rendah sebagian air akan menguap. Jadi suhu bola basah akan semakin jauh
perbedaannya dengan suhu bola kering.
Prinsip kerja cooling tower berdasarkan pada pelepasan kalor dan air ke udara.
Cooling tower menggunakan prinsip penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran
udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke lingkungan. Sehingga air yang tersisa
didinginkan secara signifikan. Berikut ini adalah gambar skema alat cooling tower.


Gambar 4.2 Skema Cooling Tower
Sumber: repository.usu.ac.id

Prinsip kerja cooling tower dapat dilihat pada gambar diatas. Air dari tangki
penampungan dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke cooling tower.
Air panas yang keluar tersebut akan berkontak langsung dengan udara sekitar yang
bergerak karena pengaruh dari fan atau blower yang bergerak pada bagian atas cooling
tower, lalu air akan mengalir jatuh ke tangki cooling tower. Dari proses ini akan
menghasilkan suhu kondensasi yang rendah yaitu hampir mendekati suhu bola basah
udara. Air yang sudah mengalami penurunan suhu ditampung ke tangki penampungan.
Pada cooling tower juga terdapat valve aliran make up water untuk menambah kapasitas
air pendingin.
Semua industri khususnya pabrik pabrik proses membutuhkan media
pendingin untuk keperluan pendinginan bahan dan peralatan produksi. Operasi pabrik
tidak akan berjalan baik tanpa adanya sistem air pendingin yang baik. Penjagaan
kuantitas air pendingin dilakukan dengan make up water untuk menutupi kehilangan
kehilangan air dari sistem pendingin. Di pabrik Cold Rolling Mill (CRM) air pendingin
keluaran cooling tower digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti
pendingin oli pada sistem oil circulating pada mesin gear box, suply fluida dingin pada
heat exchanger dan sebagai pendingin pada kompresor, pompa, chiller dan mesin
lainnya.
Sistem air pendingin yang digunakan di pabrik Cold Rolling Mill (CRM)
merupakan jenis sistem sirkulasi terbuka dengan parameter standar yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Ca hardness : 300 ppm CaCO
3

m-Alkalinity : 250 ppm CaCO
3

SiO
2
: 150 ppm SiO
2

pH : 6,0 9,0
TSS : 50 ppm
Suhu air pendingin yang siap digunakan disebut supply industrial clear water
(SICW) yaitu sekitar 30 35
o
C. Suhu resirkulasi air pendingin yang masuk ke cooling
tower disebut resirculation industrial clear water (RICW) yaitu sekitar 40 45
o
C. Air
resirculation industrial clear water (RICW). Air supply industrial clear water (SICW)
kemudian di proses kembali di cooling tower dan masuk ke tangki penampungan atau
basin dengan kapasitas 7000 m
3
.

Dalam pengoperasian cooling tower dimungkinkan terjadi kehilangan air
sehingga diperlukan penambahan air untuk menjaga kestabilan jumlah air yang
bersirkulasi. Kehilangan air diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu evaporation loss
(We), Drift loss (Wd) dan blow down (Wb). Dengan mengetahui jumlah dari tiga
parameter tersebut maka dapat ditentukan banyaknya jumlah air yang harus
ditambahkan pada cooling water. Evaporation loss (We) adalah kehilangan air akibat
penguapan sebagian kecil air karena adanya pemanasan. Drift loss (W
D
) adalah
kehilangan air yang disebabkan karena pengaruh gerakan fan yang berputar besarnya
sekitar 0,1 0,2 % jumlah air yang bersirkulasi. Parameter terakhir adalah blow down
(W
D
) yang merupakan kehilangan air akibat proses sirkulasi air pada sistem pendingin.
Adapun perhitungan make up water cooling tower sebagai berikut:
4.2.1 menentukan kebutuhan air pendingin
Diketahui :
Tipe cooling tower :
Suhu air masuk : 35
o
C
Suhu air keluar : 33
o
C
Debit air : 5760 m
3
/h
Suhu dry bulb (T
DB
) : 36
o
C
Suhu wet bulb (T
WB
) : 28
o
C
Ditanya : kebutuhan air pendingin
Jawab :
Berdasarkan data Suhu dry bulb (T
DB
) dan Suhu wet bulb (T
WB
) diperoleh Humidity
sebesar 0,023 lb H
2
O/ lb udara kering (Fig. 12-2 Perry 7
th
). Udara yang digunakan
sebagai pendingin memiliki relative humidity sebesar 60%.
Suhu rata rata udara keluar


Humidity udara pada 38
o
C sebesar 0,025 lb H
2
O/ lb udara kering.
Maka setiap 1 lb udara kering membawa H
2
O sebanyak :



4.2.2 menghitung kehilangan air akibat evaporation loss (We)
Banyaknya jumlah air yang hilang akibat penguapan atau evaporation loss (We) dapat
dihitung menggunakan persamaan dibawah ini :
(

)
Keterangan :
Wc = Debit air
T
2
= Suhu air masuk cooling tower
T
1
= Suhu air keluar cooling tower
Diketahui :
We = 2880 m
3
/h
T
2
= 35
o
C
T
1
= 33
o
C
Ditanya :
Banyaknya evaporation loss (We) ...?
Jawab :
( )


Banyaknya jumlah kehilangan air yang diakibatkan oleh evaporation loss (We) sebesar



4.1.3 Menghitung kehilangan air akibat Drift Loss (W
D
)
Drift Loss (W
D
) adalah kehilangan air yang diakibatkan karena fan yang
berputar, biasanya sebesar 0,1 - 0,2% dari jumlah air yang bersirkulasi, maka:


Keterangan :
Jumlah air yang bersirkulasi diasumsikan sama dengan debit aliran keluar cooling tower
yaitu sebesar 5760 m
3
/h.
Sehingga :
m
3

m
3

Banyaknya jumlah kehilangan air yang diakibatkan oleh Drift Loss (W
D
) sebesar

. Sedangkan besarnya udara yang harus dipindahkan oleh fan adalah rasio
jumlah air yang menguap terhadap humidity udara, yaitu :







4.1.4 Menghitung kehilangan air akibat Blow down (W
B
)
Blow down (W
B
) adalah kehilangan air yang diakibatkan karena sirkulasi air pada
sistem pendingin. Besarnya nilai Blow down (W
B
) dapat ditentukan dengan persamaan
dibawah ini:




Keterangan :
We = evaporation loss
S = Cycle of cooling tower (S = 1,7)
Maka:



4.1.5 Menghitung make up water cooling tower

m
3



4.1.6 Menghitung Efektivitas pendinginan cooling tower
Efektivitas pendinginan merupakan perbandingan antara range dan approach.
Semakin tinggi perbandingan ini maka semakin tinggi efektivitas pendinginan cooling
tower.
()


()


Dari hasil perhitungan diperoleh efektivitas pendinginan cooling water sebesar 40%.
Nilai ini menunjukkan kemampuan cooling water dalam melakukan proses
pendinginan. Tidak dapat tercapainya nilai efektivitas 90% dapat dikarenakan oleh
beberapa faktor meliputi korosi, kerak dan biofouling. Korosi dapat terjadi pada
perangkat sistem cooling tower, daerah terkorosi akan menyebabkan proses perpindahan
panas tidak sempurna. Faktor selanjutnya adalah kerak. Jenis kerak yang paling umum
adalah kerak berbasis endapan kalsium, dimana semakin lama akan semakin banyak
endapan yang terakumulasi pada sistem cooling tower, unsur unsur penyusun endapan
ini terbawa masuk bersama aliran air cooling tower. Hal ini menyebabkan efektivitas
proses pendinginan cooling tower menurun. Faktor terakhir adalah biofouling yang
merupakan endapan selain kerak yang terdapat pada air cooling tower. Kondisi yang
selalu basah dan lembab menyebakan tumbuhnya spesi makhluk hidup seperti lumut,
bakteri atau alga. Hadirnya spesi makhluk hidup didalam sistem cooling tower
menyebabkan efektivitas pendinginan cooling tower menurun.

Anda mungkin juga menyukai