PENDAHULUAN
pabrik amoniak dan teknologi ACES 21 milik Toyo Energy Corporation dan
PUSRI sebagai Co Licensor untuk pabrik Urea. Kapasitas pabrik amoniak 2000
ton/hari (660.000 ton amoniak/tahun) dan kapasitas pabrik Urea 2.750 ton
Urea/hari (907.500 ton/tahun), dan pada tahun 2016 pabrik PUSRI-II dihentikan
operasinya karena dipandang tidak efisiensi lagi. Selain memproduksi pupuk
Urea, PT PUSRI mulai mengembangkan produk pupuk NPK Fusion, yang mulai
beroperasi pada September 2014 dengan kapasitas produksi 100.000 ton/tahun
dan apabila dimodifikasi bisa mencapai 180.000 ton/tahun. Pada November 2015
mulai dilakukan start-up dan comissioning pabrik dan produk pupuk NPK mulai
dikomersialkan pada 1 Februari 2016.
Berikut ini adalah pembangunan dan spesifikasi pabrik PUSRI Palembang:
1. PUSRI I
Studi kelayakan ekonomi : Gass Bell & Associates
Pelaksanaan konstruksi : Morrioson Knudsen of Asia Inc. (AS)
Penandatanganan kontrak : 01 Maret 1961
Mulai konstruksi : Oktober 1961
Selesai konstruksi : Agustus 1963
Produksi pertama : 16 Oktober 1963
Biaya : US $ 33 Juta
Sumber dana : Exim Bank (Japan)
Kapasitas terpasang : Amoniak180 ton/hari
Urea 300 ton/hari
Proses pembuatan : Amoniak-Gidler
Urea-MTC Total Recycle B (Jepang)
Kebutuhan gas alam : 12.500 MMSCF
Sumber gas alam : Stanvac
2. PUSRI II
Studi kelayakan ekonomi : John Van der Valk
Pelaksanaan konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (Jepang)
Penandatanganan kontrak : 07 Agustus 1972
5
3. PUSRI III
Studi kelayakan ekonomi : PT PUSRI Palembang
Pelaksanaan konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (Jepang)
Penandatanganan kontrak : 07 Agustus 1974
Mulai konstruksi : 21Mei 1975
Selesai konstruksi : November 1976
Produksi pertama : Desember 1976
Biaya : US $ 192 Juta
Sumber dana : Bank Dunia
Pemerintah RI
Kapasitas terpasang : Amoniak1000 ton/hari
Urea 1.725 ton/hari
Proses pembuatan : Amoniak-Kellog
Urea-MTC Total Recycle C-Improved (TRCI)
Kebutuhan gas alam : 50.000 MMSCF
Sumber gas alam : Pertamina Pendopo-Prabumulih
6
4. PUSRI IV
Studi kelayakan ekonomi : PT PUSRI Palembang
Pelaksanaan konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (Jepang)
Penandatanganan kontrak : 07 Agustus 1975
Mulai konstruksi : 25Oktober 1975
Selesai konstruksi : Juli 1977
Produksi pertama : Oktober 1977
Biaya : US $ 186 Juta
Sumber dana : Dana Pembangunan Saudi Arabia
Kapasitas terpasang : Amoniak 1000 ton/hari
Urea 1.725 ton/hari
Proses pembuatan : Amoniak-Kellog
Urea-MTC Total Recycle C-Improved (TRCI)
Kebutuhan gas alam : 50.000 MMSCF
Sumber gas alam : Pertamina Pendopo-Prabumulih
5. PUSRI IB
Studi kelayakan ekonomi : PT PUSRI Palembang
Pelaksanaan konstruksi : PT Rekayasa Industri (Indonesia)
Penandatanganan kontrak : 14 November 1989
Mulai konstruksi : Agustus 1990
Selesai konstruksi : Desember 1992
Produksi pertama : Desember 1994
Biaya : US $ 247,5 Juta
Sumber dana : PT PUSRI Palembang
Pemerintah RI
Bank Exim Jepang
Kapasitas terpasang : Amoniak 1350 ton/hari
Urea 1.725 ton/hari
Proses pembuatan : Amoniak-Kellog
Urea-ACES
7
6. PUSRI IIB
Studi kelayakan ekonomi : PT PUSRI Palembang
Pelaksanaan konstruksi : Konsorsium PT Rekayasa Industri-Toyo
Engineering Corp. (Jepang)
Penandatanganan kontrak : 14 Desember 2012
Mulai konstruksi : 08 April 2013
Selesai konstruksi : November 2015
Produksi pertama : 3 November 2016
Biaya : US $ 600 Juta
Sumber dana : PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
PT Bank BNI Tbk
PT Bank Mandiri Tbk
Bank Jabar-Banten
Bank Sumsel Babel
Pemerintah RI
Kapasitas terpasang : Amoniak 2000 ton/hari
Urea 2.750 ton/hari
Proses pembuatan : Amoniak-KBR Purifier
Urea-ACES 21
Kebutuhan gas alam : 62 MMSCFD
Sumber gas alam : PT Pertamina EP, PT Medco Energi Internasional,
dan PT Pertamina Gas
bahan baku utama dalam pembuatan pupuk dan tersedia dalam jumlah yang cukup
banyak. Gass Bell & Associate dari Amerika Serikat memberikan rekomendasi
berdasarkan studi kelayakan untuk membangun pabrik Urea di Palembang,
dengan kapasitas 100.000 ton/tahun.
Sebelumnya pemilihan lokasi sudah dilakukan dari tahun 1956.
Beberapa lokasi yang disarankan oleh Biro Perancangan Negara adalah
Kertapati, Sungai Selayur, Bagus Kuning dan Karanganyar. Namun,
pemilihan finalnya jatuh di daerah Sungai Selayur. Beberapa faktor teknis
dan ekonomi yang menunjang studi kelayakan pembangunan PT PUSRI
Palembang di wilayah perkampungan Sungai Selayur adalah :
1. Keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan gas alam sebagai
bahan baku utama pembuatan pupuk dalam jumlah yang cukup banyak. Selain
itu lokasi pabrik yang juga dekat dengan sumber bahan baku gas alam, yaitu
berasal dari Pertamina Prabumulih dan Pendopo yang terletak sekitar 100-150
km dari pabrik.
2. Dekat dengan Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun,
merupakan salah satu sarana penting untuk sumber air dan sebagai sarana
transportasi.
3. Dekat dengan lokasi batubara Tambang Bukit Asam. Batubara dapat dijadikan
sebagai bahan bakar yang sangat potensial selain gas alam.
4. Dekat dengan sarana pelabuhan dan kereta api.
5. Lokasi PT PUSRI Palembang ini kondusif dan nyaman sebagai kawasan
industri karena tidak terletak di pusat kota namun jarak menuju pusat kota
masih terjangkau.
6. Lakasi PT PUSRI Palembang dekat dengan ibukota provinsi mempermudah
perolehan sumber daya manusia pekerja dan kemampuan pengurusan
administrasi pemerintahan.
Untuk mengetahui lokasi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan lokasi Pabrik
PUSRI-IIBdapat dilihat pada Gambar 1.2. Luas tanah yang digunakan untuk
lokasi pabrik 20,4723 hektar, luas tanah perumahan karyawan seluas 26,7095
hektar dan lokasi yang digunakan sebagai cadangan disiapkan tanah seluas
41,7965 hektar yang dimaksudkan untuk persediaan kompleks pabrik dan
9
perumahan karyawan bila diperlukan dikemudian hari. Lokasi dan tata letak PT
PUSRI Palembang berlokasi di Jalan Mayor Zein yang berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara adalah Sekojo
b. Sebelah Barat adalah Lemabang
c. Sebelah Timur adalah Sungai Lais
d. Sebelah Selatan adalah Sungai Musi.
Fasilitas Loading:
6,5 meter -
1. Kecepatan muat Semi/full refrigerated -
vessel
2. Panjang vessel (LOA)
yang diizinkan
3. Vessel draft
Digunakan
1. 6 – 8 US mesh
2. > 25 US mesh
95% Minimum
2% Maksimum
Gedung
Lini II
Gedung Kopersasi/KUD
PT Pupuk Sriwidjaja
Lini III penyalur
UPP
Pengencer
Keterangan: an
Pupuk Kantong
Pupuk Curah Petani
petani
15
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR SDM
OPERASI KOMERSIL TEKBANG & UMUM
MANAGER ARMADA
MANAGER
& USAHA
PEMELIHARAAN &
MEKANIKAL
MANAGER
PERENCANAAN &
PENGENDALIAN TURN
AROUND
1. Direktur Utama
Direktur Utama membawahi Kepala Satuan Pengawasan Intern, Sekretaris
Perusahaan, Direktur Produksi, Direktur Komersial (Keuangan dan Pemasaran),
Direktur Teknik Dan Pengembangan, Direktur SDM dan Umum, serta Kepala
Hukum Korporat.
2. Direktur Produksi
Direktur Produksi membawahi General Manager Pemeliharaan, General
Manager Operasi, General ManagerPengendalian Pabrik, Keselamatan Kerja dan
Lingkungan. Direktur produksi membawahi departemen produksi yang terbagi
seperti berikut:
a. Departemen Operasi
Departemen ini dipimpin oleh seorang general manager dan bagian shift
serta superintendent yang masing-masing bertugas mengkoordinir jalannya
operasi. Ass.Manager yang membawahi tiga superintendent yaitu :
SuperintendentOperasi Amoniak
Superintendent Operasi Urea
Superintendent Operasi Utilitas
Superintendent operasi dibantu oleh seorang Ass. Superintendent
operasi dan membawahi langsung foremen senior, koordinator operator,
dan operator lapangan.
b. Departemen Pemeliharaan
Departemen pemeliharaan bertugas memelihara dalam memperbaiki pabrik
dan alat-alat pabrik yang berhubungan dengan operasi pabrik. Departemen
pemeliharaan dipimpin oleh seorang general manager Pemeliharaan, yang
membawahi manager pemeliharaan mekanikal, manager pemeliharaan listrik dan
instrumen, manager pembengkelan, manager jaminan dan pemeliharaan kualitas,
dan manager perencanaan dan pengendalian Turn Around.
c. Departemen Pengendalian Pabrik Keselamtan Kerja dan Lingkungan
Departemen pengendalian pabrik keselamtan kerja dan lingkungan bertugas
membantu divisi operasi dalam pengamatan operasi persiapan pengendalian
20
3. Superintendent Utilitas
Plant Manager
URAIAN PROSES
24
25
9. C 6 H 14 44,01 -164,9 -
CO 2
b. Air
Pada pabrik Amoniak, air digunakan sebagai air umpan boiler (boiler feed
water) dan air pendingin (cooling water), dimana kebutuhan air tersebut diperoleh
dari sungai musi yang memiliki karakteristik yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Berikut ini merupakan tabel karakteristik dan komposisi air sungai musi.
Tabel 2. 3 Karakteristik dan Komposisi Air Sungai Musi
Komponen Kuantitas Satuan
pH 6,9-7,6
Komposisi:
Turbiditas sebagai SiO2 49-65 Ppm
Palkalinitas sebagai CaCO3 0
Malkalinitas sebagai CaCO3 19,4-38,5
Cl2 sebagai Cl- 3,4-6,4
Sulfat sebagai SO42- 4,2-7
26
c. Udara
Pada pabrik Amoniak, udara dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di secondary
reformer, dimana kandungan Nitrogen (N2) dari udara sangat dibutuhkan dalam
membentuk produk Amoniak. Udara diperoleh dari lingkungan sekitar. Komposisi
udara yang diambil disajikan pada Tabel 2.4..
Tabel 2. 4 Komposisi Udara
Komponen Kuantitas (%mol)
Nitrogen (N2) 78,084
Oksigen (O2) 20,947
Argon (Ar) 0,934
(Sumber: Utilitas P-IIB, 2019)
Jumlah udara instrumen yang digunakan untuk unit Amoniak sebanyak 5,33
Nm3/jam. Udara instrumen yang diambil dari udara bebas dengan kompresor yang
memiliki spesifikasi seperti disajikan pada Tabel 8..
Tabel 2. 5 Spesifikasi Udara Instrument
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan 7 kg/cm2G
o
Temperatur 8 C
Kualitas Bebas minyak Bebas minyak
(Sumber: Utilitas P-IIB, 2019)
ZnO Desulfurizer
Co-Mo (Cobalt- Hydrotreater
Molybdenum) Reformer, methanator
NiO
Fe3O4 / Cr2O3 HTSC
Cu / ZnO LTSC
Besi Berpromotor Amoniak Converter
(Sumber: Amoniak P-IIB, 2019
1. Pada temperatur 25C dengan tekanan 1 atm merupakan gas tidak berwarna
dengan bau yang tajam.
2. Lebih ringan dari udara.
3. Mudah larut dalam air(710 volume NH3, larut dalam 1 volume air).
4. Mampu menyebabkan iritasi pada mata, dan apabila terhirup dalam jumlah
besar dapat menyebabkan sesak nafas (suffocation).
Tabel 2. 7 Spesifikasi Amoniak Cair pada Pabrik Urea
Analisa Kandungan Satuan
NH3 99,86 %
H2O 0,14 %
Oil 0,37 ppm
Cl- 0,28 ppm
(Sumber: Amoniak P-IIB, 2019)
b. Gas CO2
Sifat kimia dari gas CO2 yaitu:
Gas tidak berwarna.
Mempunyai bau dan rasa yang lemah.
Tidak beracun dan dapat menimbulkan sesak apabila terhirup (akibat
kekurangan oksigen) serta gangguan terhadap keseimbangan tubuh.
Larut dalam air (pada 15C, 760 mmHg dengan perbandingan 1 volume CO2
dalam 1 volume air).
b. Air Demin
Spesifikasi air demin yang digunakandisajikan pada Tabel 2.10
Tabel 2. 10 Spesifikasi Air Demin pada Pabrik Urea
Analisa Nilai Satuan
pH 5,5 Unit
Conductivity 0,57 Mmhos
SiO2(lowsilica) 0,00 Ppm
(Sumber: Urea P-IIB, 2019)
c. Air Pendingin
Spesifikasicooling water yang digunakan disajikan pada Tabel 2.11
Tabel 2. 11 Spesifikasi Cooling Water padaPabrik Urea
Analisa Nilai Satuan
pH 7,8 Unit
Conductivity 1718,00 Mmhos
PO4 - Ppm
Chlorine 0,27 Ppm
Turbidity - NTU
(Sumber: Utilitas P-IIB, 2019)
d. Udara Instrumen
Spesifikasi udara instrumen yang digunakan disajikan pada Tabel 2.12.
Tabel 2. 12 Spesifikasi Udara Instrumen pada Pabrik Urea
Analisa Nilai Satuan
Dew point -91,00 -
H2O 0,07 ppm
(Sumber: Utilitas P-IIB, 2019)
f. Nitrogen
Spesifikasi nitrogen sebagai bahan baku disajikan pada Tabel 17.
Tabel 2. 14 Spesifikasi Nitrogen yang Digunakan pada Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan 4 kg/cm2G
Temperatur 28 ºC
Komposisi:
NOx 10 (maks) ppm
O2 300 (maks) ppm
(Sumber: Urea P-IIB, 2019)
g. Listrik
Pada setiap pabrik, penyediaan listrik dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
Motor
- Di atas 1500 kW : 13,8 kV, 3 fasa, dan frekuensi 50 Hz
- Di atas 110 kW-1500 kW : 2,4 kV, 3 fasa, dan frekuensi 50 Hz
- Antara 0,5 kW-110 kW : 480 V, 3 fasa, dan frekuensi 50 Hz
- Di bawah 0,5 kW :115 atau 250 V, 1 fasa, frekuensi 50 Hz
Penerangan : Spesifikasinya 220 V, 1 fasa, dan frekuensi 50 Hz.
Sistem pengontrol : Spesifikasinya 110 V, tegangan AC.
Instrumentasi : Spesifikasinya 110 V, 1 fasa, dan frekuensi 50 Hz.
lapisan yang agak keras pada bagian luarnya. Pabrik Urea Pusri-IIB dirancang
untuk memproduksi 2.750 metrik ton Urea prill/hari.
Secara garis besar proses pembuatan Urea dapat dibagi dalam beberapa
tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Syntesis Section (Seksi Sintesa)
2. Purification Section (Seksi Purifikasi)
3. Concentration Section (Seksi Konsentrasi)
4. Prilling Section (Seksi Prilling)
5. Recovery Section
6. Process Condensate Treatment Section
Berikut ini adalah diagram blok dari proses pembuatan Urea yang dapat dilihat
pada Gambar 2.1
a. Reaktor
Urea diproduksi melalui reaksi yang sangat eksotermis antara NH3 dan CO2
menghasilkan Ammonium Carbamate (selanjutnya disebut Carbamate) dan diikuti
oleh dehidrasiKarbamat menjadi Urea yang merupakan reaksi endotermis. Reaksi
kimia yang terjadi dalam Reactor (DC-101) adalah dua tahap sebagai berikut :
Pembentukan Carbamat :
2NH3 + CO2 ⇌ NH2COONH4 +157,5 kJ
Dehidrasi :
NH2COONH4 ⇌ NH2CONH2 + H2O -26,4 kJ
Reaksi bersifat reversible, dan variabel yang mempengaruhi reaksi adalah
temperatur, tekanan, komposisi feed dan waktu tinggal. Mempertimbangkan
kondisi tersebut, maka kondisi operasi yang digunakan meliputi temperatur
32
operasi 182oC, rasio H2O/CO2 0,58, rasio NH3/CO2 3,7 dan tekanan 155 kg/cm2
sehingga didapatkan konversi CO2 sebesar 63%.
proses purifikasi dan finishing. Pada tekanan parsial NH3 yang rendah dan
temperatur diatas 90°C, Urea akan terkonversi menjadi NH 3 dan biuret seperti
reaksi berikut :
2NH2CONH2 ⇌NH2CONHCONH2 + NH3
Reaksi adalah reversible, dimana variabel penting yang mempengaruhi
reaksi adalah temperatur, konsentrasi NH3, dan waktu tinggal. Laju pembentukan
biuret dalam Urea molten dan concentrator dengan konsentrasi NH3rendah
berlangsung sangat cepat, sedangkan di seksi sintesa pembentukan biuret kecil
karena ekses NH3 yang cukup tinggi.
Terdapat dua tahap proses dekomposisi pada tekanan 16,5 kg/cm2 dan 2,6
kg/cm2 untuk memisahkan Ammonium Carbamate dan ekses NH3 dari larutan
Urea sebelum dikirim ke seksi konsentrasi. Konsentrasi larutan Ureaoutlet HP
Decomposer (DA-201) adalah 60,1%, outlet LP Decomposer (DA-202) 64.3%
dan Outlet Flash Separator (FA-202) sekitar 70%.
Setiap tahap dekomposisi langsung terhubung dengan Seksi Recovery, dan
tekanan masing-masing step dikontrol di Seksi Recovery. Masing-masing tekanan
setiap tahap dekomposisi dipilih dengan hati-hati untuk mendapatkan recovery
panas dan meminimalkan kebutuhan total steam. Pengaruh akibat perubahan
kondisi operasi akan dijelaskan selanjutnya.
a. HP Decomposer
Di HP Decomposer (DA-201), gas NH3 dan CO2 yang terbentuk dari proses
dekomposisi Ammonium Carbamate dan evaporasi ekses NH3 dipisahkan dari
larutan Urea. Panas untuk mendekomposisi Ammonium Carbamate dan evaporasi
ekses NH3 disuplai oleh panas kondensasi steam SL dan dari kondesat SML.
Pengaruh temperatur dan tekanan terhadap komposisi liquid outlet HP
Decomposer adalah sebagai berikut :
Pengaruh tekanan
Di HP Decomposer (DA-201) jumlah NH3 dan CO2 dalam larutan outlet
harus sekecil mungkin untuk meringankan beban di peralatan selanjutnya untuk
memudahkan pengoperasian sistem secara keseluruhan. Pada kondisi dimana
terjadi kenaikan jumlah NH3 dan CO2 didalam liquid outlet, maka temperatur
36
b. LP Decomposer
Pengaruh tekanan dan temperatur pada liquid di LP Decomposer (DA-202)
adalah sebagai berikut :
Pengaruh Tekanan
Untuk memisahkan NH3 dan CO2 dalam larutan di LP Decomposer (DA-
202) sebanyak mungkin, dibutuhkan tekanan operasi serendah mungkin. Akan
tetapi temperatur optimum di LP Decomposer perlu ditentukan secara tepat
dengan mempertimbangkan pengoperasian LP Absorber (EA- 402) dan kenyataan
bahwa hidrolisis Urea lebih mudah terjadi di LP Decomposer (DA-202)
dibandingkan dengan di HP Decomposer (DA-202) karena jumlah NH3 dan CO2
jauh lebih kecil. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka tekanan operasi di
LPD adalah 2,6 kg/cm3.
Pengaruh Temperatur
Temperatur operasi perlu ditentukan untk meminimalkan sisa NH 3 di dalam
larutan, namun perlu juga dipertimbangkan pengaruh temperatur terhadap
hidrolisisUreadan pembentukan biuret. LP Decomposer (DA-202) dioperasikan
37
5. Recovery System
Perbedaan mendasar antara berbagai proses pembuatan Urea adalah pada
metode yang digunakan untuk penanganan terhadap NH3 dan gas CO2 yang tidak
bereaksi dari proses dekomposisi. Menaikkan tekanan campuran NH3 dan gas CO2
dan mengembalikannya ke Reactor (DC-101) tidak bisa dilakukan karena
kompresi campuran gas tersebut akan menghasilkan Ammonium Carbamate solid
dan akan menyumbat internal kompresor. Metode recycle gas yang tidak bereaksi
bisa diklasifikasikan ke dalam dua tipe:
Pemisahan dan recycle gas
Recycle dalam bentuk larutan atau slurry
Pada ACES-21 digunakan proses recycle larutan. Campuran gas NH3-CO2
dari Seksi Dekomposisi diserap oleh air dan larutan Carbamatdi masing-masing
absorber yang berhubungan dengan decomposer, kemudian di-recycle kembali ke
Carbamate Condenser (EA-101) dan Reactor (DC-101).
a. LP Absorber
Kondisi operasi ditentukan berdasarkan kondisi dimana gas NH3 dan gas
CO2 dari LP Decomposer (DA-202) dapat diserap semua oleh larutan dibagian
atas Washing Column (DA-401). Dilihat dari pengaruh temperatur dan tekanan,
kelarutan NH3 dan gas CO2 meningkat dengan naiknya tekanan. Gas CO2
diinjeksikan untuk menaikkan kapasitas absorbsi karena CO 2 bereaksi dengan
NH3 membentuk Ammonium Carbamate, dimana akan menurunkan tekanan
parsial NH3. Dengan injeksi CO2 ini maka bisa didapatkan kandungan air yang
lebih rendah dalam larutan carbamate yang di-recycle ke Reaktor (DC-101).
Temperatur harus dijaga lebih rendah dari temperatur kesetimbangan dan
didapatkan temperatur optimum 45°C dengan mempertimbangkan temperatur
solidifikasi dan faktor keamanan apabila terjadi fluktuasi operasi.
b. HP Absorber
High PressureAbsorber Systemterdiri dari HP Absorber (EA-401) dan
Washing Column (DA-401). Gas NH3 dan CO2 dari HP Decomposer (DA-201)
diserap di shell side Heater of Vacuum Concentrator (EA-201) dan kemudian
mengalir ke HP Absorber (EA-401). Sekitar 70 %wt campuran gas terserap di
41
b. Urea Hydrolizer
Larutan dari stage paling bawah dari bagian atas Process Condensate
Stripper (DA-501) yang mengandung sekitar 1,1%wtUrea dikirim ke Urea
Hydrolizer (DA-502) melalui Preheater for Urea Hydrolizer (EA-505) untuk
menghidrolisisUrea menjadi NH3 dan CO2 dengan reaksi berikut:
NH2CONH2 + H2O CO2 + 2 NH3
Sebagaimana sudah dijelaskan, reaksi ini terjadi pada temperatur yang
tinggi dan waktu tinggal yang lama. Kondisi operasi yang optimum untuk Urea
Hydrolizer (DA-502) ditetapkan dengan mempertimbangkan hasil percobaan. Di
pabrik ini, kondisi operasi Urea Hydrolizer (DA-502) adalah 210°C, 23 kg/cm2G
pada bottom dan waktu tinggal 45 menit untuk menghilangkan kandungan
Ureasampai dibawah 1 ppm.
Secara garis besar proses utama pembuatan pupuk NPK dapat dibagi dalam
beberapa tahap sebagai berikut dan dapat dilihat pada Gambar 2.2:
1. Granulasi yang bertujuan untuk membentuk granul dari bahan baku (Urea,
Diammonium Phosphate, KCl, dan Clay yang telah dicampur dalam Mix
Agitator sebelum masuk ke Granulator. Di dalam granulator H2O dijaga
sampai 2,5 % yang bertujuan agar kualitas pupuk tidak menurun.
2. Aglomerasi yang merupakan proses dimana partikel-partikel saling menempel
membentuk butiran yang lebih besar, dimana setiap komponen material masih
dapat diidentifikasi secara sebagian maupun menyeluruh.
3. Drying merupakan proses pengeringan granul dari moisture dengan
menggunakan udara sedangkan media pemanasnya menggunakan batuan
panas, pada proses ini menggunakan suhu 120 ℃ dengan harapan agar
kandungan air dapat kurang dari 1,5 %. Pada tahap drying menghasilkan hasil
samping berupa debu, debu ini jika dihilangkan tentunya dapat menghambat
proses pengeringan, maka dari itu debu dihisap di Cyclone yang kemudian
diteruskan lagi ke scrubber dan disiram menggunakan air, dengan perlakuan ini
akan menghasilkan udara bersih dan diharapkan partikulat yang masih lolos
masih berada dalam atau kurang dari nilai ambang batas. Setelah dilakukan
drying selanjutnya dilakukan pendinginan dengan cooler menggunakan udara
pada suhu 40 ℃.
4. Screening, pada tahap ini dilakukan 2 kali proses screening. Pada screening
pertama, syarat lolos partikel berukuran 4 ± 10 mesh, apabila ada yang tidak
lolos ayakan maka partikel oversized tersebut akan dikembalikan ke mix
agitator sehingga dapat dihancurkan lagi dan dimasukkan lagi ke screen I.
Sementara partikel yang lolos screen pertama akan dilanjutkan ke screen
kedua.
5. Coating, merupakan tahap pelapisan produk dengan menggunakan coating oil
dengan tujuan untuk menekan efek higroskopis pada produk.
6. Bagging merupakan tahap finishing atau pengantongan dari pupuk NPK
sehingga siap dipasarkan.
44
Bagging
Produk NPK Coater
Udara bersih
Recycle water Screen II
Scrubber
Water
Furnace
2.3 Produk
Pupuk Ureadan Amoniakmerupakan produk utama yang dihasilkan PT
PUSRI. Selain itu, dihasilkan pula produk samping berupa Amoniak berlebih,
Nitrogen dan Oksigen cair, CO2 dan es kering (Dry Ice) dan NPK
4. Dapat larut dalam air, Alkohol, dan Benzena. Sedikit larut dalam Eter, serta
tidak larut dalam Kloroform dan Etil Asetat.
5. Jika dipanaskan maka Ureaakan terurai menjadi Biuret, Amoniak, dan Asam
Sianirat.
6. Jika bereaksi dengan asam kuat akan terbentuk garam.
Tabel 2. 15 Spesifikasi UreaPT PUSRI Palembang
Produk Spesifikasi Kandungan Keterangan
Nitrogen 46.0 % Minimum
Biuret 0.5 % Maksimum
Urea Moisture 0.5 % Maksimum
Prill Size: 6 – 8 US Mesh 95 % Minimum
Pass 25 US Mesh 2% Maksimum
(Sumber: www.pusri.co.id, 2019)
49
(Sumber : Utilitas P-IIB, 2019)
Gambar 3. 1 Sketsa dari River Water Intake Pump ( 6201- JA/JB)
50
51
River Water Intake Facility didukung oleh dua unit pompa River Water
Intake 6201-JA/JB tipe centrifugal dan vertical dengan penggerak motor 270 kW,
1500 rpm, 2300 volt. Pada kondisi normal, hanya satu unit yang beroperasi dan
satu unit lainnya akan stand by. River Water Intake Facility juga dilengkapi
dengan perangkat penyaring pada suction pompa berupa satu unit bar screen
dengan material carbon steel disamping strainer pompa itu sendiri. Hal ini
diperlukan mengingat air sungai dari Sungai Musi merupakan area terbuka dan
dipergunakan secara luas oleh masyarakat dan dunia industri. Dengan adanya
fasilitas River Water Intake Screen ini, diharapkan dapat menyaring kotoran dan
potongan benda pada aliran masuk air sungai ke suction pompa.
ini akan membuang suspended solid dan partikel pengotor yang terjebak di media
filter dan proses penghembusan udara dari blower ke media filter akan
melonggarkan kembali media filter tersebut.
Air yang dikeluarkan dari proses backwash ini akan dikirim kembali ke
backwash water recovery pond untuk diolah kembali di Clarifier. Setelah selesai
tahapan backwash semua valve ditutup untuk settlement media filter. Selanjutnya
clarified water di umpankan ke PSF dari bagian atas dan sistem beralih ke mode
service. Air bersih sebagai produk dari filter water treatment diharapakan
memiliki pH 6,5 - 7,5 konsentrasi residual Klorin< 0,5 ppm dan turbiditi< 1 NTU.
c. Ultrafiltration System
Ultrafiltration System digunakan untuk menghilangkan partikulat atau
molekul (berukuran 0,1 – 0,001 μm ), bakteri dan virus untuk produksi air yang
keluar dari Pressure Sand Filter (PSF) sehingga dihasilakan Potable Water. Air
dari Filtered Water Treatment System (outlet Pressure Sand Filter) dikirim ke
Ultrafiltration Unit (6203-LA/LB/LC) yang sebelumnya harus melewati dulu Bag
Filter (6203-F3A/F3B/F3C) sebagai proteksi UF dari molekul dengan ukuran
lebih dari 300 μm dengan kondisi operasi seperti pada Tabel 3.4 Air yang keluar
dari Bag Filter akan memasuki Ultrafiltration Unit dari bagian bawah. Air
disaring dengan module yang terletak di dalam membran dengan tekanan opersi 4
kg/cm2G dan temperatur operasi 28,5℃ dengan kapasitas 150 m3/jam untuk tiap
unit UF. Permeate akan dikeluarkan melalui bagian atas UF menuju Potable
Water Storage Tank (6202-F) sedangkan concentrate akan dikeluarkan dari
samping UF menuju Clarified Water Basin (6204-F). Efisiensi Ultrafiltration
Unit didesain pada 96.8 %. Apabila service limit time selama 1 jam sudah
tercapai, maka backwash otomatis akan berlangsung. Proses backwash UF pada
basis regular terdiri dari Hydraulic Clean (HC) dan Chemical Enhanced
Backwash (CEB). Proses Hydraulic Clean berlangsung selama 60 menit yang
merupakan kombinasi dari Forward Flush (FF) dan Backwash (BW). Selama
proses FF, meterial yang tertinggal di memberan akan dipisahkan melalui flushing
menggunakan Ultrafiltration feed water disepanjang permukaan inner membran
ke concentrate. Selama proses Backwash membran Ultrafiltration dibersihkan
ke luar–dalam oleh Ultrafiltration Back Pulse Pump (6202-JA/JB) dengan
54
menggunakan permeate water yang dihasilkan dari potable water tank. Buangan
proses Forward Flush dan Backwash selanjutnya dikirim ke Clarified Water
Basin (6204-F).
Proses ChemicalEnhanced Backwash dilakukan setiap 47 jam dan 18 menit.
Selama proses ChemicalEnhanced Backwash, bahan kimia diinjeksikan ke aliran
Backwash dan material yang terserap dipermukaan membran Ultrafiltration
dibersihkan selama periode chemical soak. Untuk tujuan ini, tiga buah Chemical
Enhanced Backwash ini dikirim ke Neutralization Pond (6402-F).Ultrafiltration
system memiliki spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3. 4 Kondisi Operasi Ultrafiltration System
Mechanical
Parameter Operasi Normal
Desain
2
Tekanan ( kg/cm G ) 3,5 8
Temperatur ( ̊ C) 30 70
(Sumber: Utilitas P-IIB, 2019)
4,5 kg/cm2G dan temperatur operasi 30oC. Proses backwash dibutuhkan untuk
membuang suspend solid dan partikel-partikel yang terkumpul di permukaan
media filter yang menurunkan kinerja ACF. Proses backwash dapat berlangsung
secara otomatis apabila pressure differential antara inlet dan outlet ACF mencapai
0,7 kg/cm2G air untuk proses backwash dikirim dari bagian bawah ACF dan
mengalir ke bagian atas dan membersihkan suspended solid yang terdapat di
media filter.
High Pressure RO Pump (6210-JA/JB) membawaair umpan ke Reverse
Osmosis (RO) Unit pada tekanan 14,5 kg/cm2G dan mendorong air yang
sebelumnya disaring di cartridge filter melalui pori-pori membran berukuran 5
micron. Reverse Osmosis dapat menghilangkan hampir semua material non-
organik seperti mineral,garam, logam, virus, bakteri, dan lainnya untuk
menghasilkan deionized water dengan konduktivitasyang kurang rendah. Produk
dari RO unit akan dikirim ke Condensate Storage Tank (6003-F) sedangkan air
konsentratakan dikirim ke Cooling Tower Basin (6204-U).
RO System akan beroperasi terus menerus. Pada kondisi normal opersi,
membran di Reverse Osmosis System dapat rusak oleh adanya mineral scale,
biologicalmatter, colloidal particle dan insoluble organic. Deposit yang
terakumulasi di permukaan membran selama prose operasi akan menyebabkan
berkurangnya flow normal permeate, berkurangnya kemampuan menolak garam,
atau keduanya. Oleh karena itu, membran sebaiknya dibersihkan dengan metode
Cleaning in Place (CIP) dengan menggunakan acid cleaner seperti bahan kimia
anti scalant dan EC-503 untuk menghilangkan endapan senyawa anorganik. Iron
dan alkalinpembersihseperti slime inhibator juga dapat digunakan untuk
mengatasi organic fouling termasuk juga senyawa bilogis seperti periode tertentu
atau apabila satu atau lebih parameter utama pada saat operasional normal lebih.
b. Mixed Bed Polisher Unit
Mixed Bed Polisher System digunakan untuk memproduksi demineralized
water melalui proses pertukaran ion (ion exchange). Mixed Bed Polisher
beroperasi pada tekanan 4,5 kg/cm2G dan temperatur 30 ̊C. Pertama-tama,
kondensat dari Condensate Storage Tank (6003-F) dikirim oleh
CondensateTransfer Pump (6003-JA/JB) ke Mixed Bed Polisher (6006-
56
UA/UB/UC) dari bagian atas. Outlet Mixed Bed Polisher dilengkapi dengan pH,
silica danconductivity analyzer untuk mengetahui kualitas produk Outlet Mixed
Bed Polisher. Masing-masing parameter (pH, silica, konduktivitas) ditampilkan di
DCS dan dilengkapi dengan alarm apabila nilainya berada di luar batasan.
Indikasi alarm untuk silica dan konduktivitas terhubung XV yang akan bertindak
mengirim kembali air produk ke Condensate Storage Tank apabila alarm mucul.
Pada saat normal operasi, apabila analisa konduktivitas berada di atas set point
value yaitu 10 μs/cm, maka Mixed Bed Polisher perlu diregenerasi. Tetapi jika
hasil analisa di bawah set point, service dapat terus dilanjutkan.
Pada saat kondensat melewati campuran resin anion dan kation yang
terdapat di dalam vessel, terjadilah proses ion exchange. Selama proses ini, ion-
ion yang sebelumnya berada di kondensat sekarang berada di resin dan ion yang
sebelumnya berada di resin sekarang berada dikondensat. Proses ini berlangsung
selama 72 jam sebelum diregenerasi.
Proses regenerasi diperlukan untuk mengembalikan kondisi resin yang
sudah jenuh agar dihasilkan kualitas air seperti yang dipersyaratkan. Proses
regenerasi dilakukan apabila Pressure drop Mixed Bed Polisher> 1 kg/cm2G
ketika silica content lebih dari 0,005 ppm atau ketika service time cycle sudah
mencapai 72 jam/siklus, yang mana yang lebih dulu tercapai. Proses regenerasi
berlangsung selama 4 jam/siklus. Tahapan regenerasi Mixed Bed Polisher terdiri
dari backwash, settlement, chemical filling check, rinse, full drain, air mix
settlement, water filling, final rinse dan regeneration check. Selama proses
backwash, air melewati vessel dari bagian bawah resin menggunakan
Regeneration Pump (6002-JA/JB). Air backwash akan melepas suspended solid
yang terakumulasi selama proses berlangsung. Setelah backwash selesai, resin
akan turun secara gravitasi (settlement). Resin anion yang turun akan berada di
atas resin kation dan membentuk bed yang terpisah dimana anion bed di atas
kation bed. Tahapan selanjutnya NaOH 48% dan H2SO4 98% mulai diencerkan
dengan air menggunakan ejector sampai didapatkan diluation 4% NaOH dan 5%
H2SO4 dan kemudian didistribusikan ke vessel. Perubahan langkah injeksi NaOH
dan injeksi H2SO4 diatur berdasarkan urutan regen. Perpindahan langkah ini
57
dilakukan cukup dengan menutup driving water untuk ejector dengan cara
menutup outlet valve dari meansuring tank.
Tahap selanjutnya adalah proses drain, dengan megeluarkan air yang
terdapat dedalam Mixed Bed Polisher dan ditampung di Neutralization Pond
(6402-F). Dilanjutkan dengan proses mixing dengan menggunakan bantuan
udarayang berasal dari air blower (6006UJA/UJB).Setelah proses mixing selesai,
dilanjutkan dengan proses water filling, dengan mengisi unit dengan air setelah
proses mixing dan meyakinkan bahwa tidak ada udara yang terjebak di dalam
vessel selama operasi normal. Tahapan pengisian air dihentikan apabila air sudah
overflow melalui vent udara. Tahap terakhir adalah proses rinse yang
dimaksudkan untuk membersihkan Mixed Bed Polisher. Apabila kualitas air
produk dapat diterima, maka dilanjutkan dengan tahapan service.
Bio dispersant (non ionic surfactant) sebanyak 686 kg/bulan untuk basin
Amoniak-UOA dan 387 kg/hari untuk basin Urea diinjeksikan satu kali dalam
sebulan untuk mencegah pertumbuhan slime. pH Kontrol (asam basah dan caustic
base) diinjeksikan secara kontinyu berdasarkan pH cooling water.Acid dan
caustic sekitar 6.000 kg/6 bulan untuk basin Amoniak-UOA, 4.000 kg/6 bulan
untuk basin Ureaditambahkan agar pH cooling water dapat dijaga pada rentang
7,0 – 8,5.
3. Scale dispersant
Scale inhibitor (polymer based) sebanyak 47 kg/hari untuk basin Amoniak-
UOA dan 23 kg/hari untuk basin Urea diinjeksikan secara kontinyu untuk
menjaga agar partikel atau suspended solid berukuran sangat kecil yang terdapat
di cooling water tidak berkelompok menjadi partikel yang lebih besar dan
membentuk deposit yang dapat menimbulkan permasalahan di cooling water.
4. Oxidizing Biocide
Oxidizing biocide, gas Chloride sebanyak 242 kg/hari untuk basin
Amoniak-UOA 121 kg/hari untuk basin Ureadan larutan klorin sebanyak 225
kg/hari untuk basin AmoniakUOA, 121 kg/hari untuk basin Urea diinjeksikan
secara kontinyu untuk mengoksidasi senyawa mikroorganisme seperti bakteri,
jamur, alga dan ragi.
5. Non Oxiding Biocide
Non oxiding biocide, isothiazoline based sebanyak 858 kg/bulan untuk basin
Amoniak-UOA dan 484 kg/bulan untuk basin Ureadiinjeksikan sebanyak dua kali
dalan sebulan. Non oxidizing biocide, quartener aminebased sebanyak 512
kg/bulan untuk basin Amoniak-UOA dan 290 kg/bulan untuk basin Urea
diinjeksikan sebanyak satu kali dalam sebulan berfungsi untuk menghambat
metabolisme mikroorganisme.
Cooling water return dari Amoniak-UAO dan Urea disaring terlebih dahulu
melalui dua unit Side Stream Filter Ammonia (6204-LA/LB) dengan kapasitas
250 m3/jam untuk masing-masing Side Stream Filter dan dua unit Side Stream
Filter Urea (6204-LC/LD) dengan kapastas 125 m3/jam untuk masing-masing
Side Stream Filter, untuk menghilangkan suspended solid dan partikel lainnya
dengan ukuran partikel >0,1 mm, yang terdapat di coolingwater return menuju
60
cooling tower. Saat normal operasi untuk penyaringan valve flushing akan
tertutup. Piston tetap berada diluar strainer basket. Proses cleaning Side Stream
Filter ditentukan oleh timer (1 sequence flushing tiap jam) atau differential
pressure control (max 0,5 kg/cm3 G). Valveflushing akan terbuka dan partikel
berukuran besar akan dibuang keluar. Piston bergerak dua kali ke basket untuk
membuang partikel-partikel yang terjebak di dalamnya.
Continuous blow down untuk cooling water dikontrol oleh FIC-3201 dan
FIC-3202 yang memberikan sinyal ke FV-3201 dan FV 3202 secara berturut-turut
apabila konduktivitas air tinggi > 2500 µs/cm, di basin AmoniakAL-3202 akan
mengirim sinyal untuk menolak perintah FIC 3202 dan mengatur opening FV-
3202 dan di basin Urea AL-3201 akan mengirim sinyal untuk menolak perintah
FIC-3201 dan mengatur bukaanFV-3201.
pH - 7 - 8,5
NT-Factor - Min 2
(Sumber: Utilitas P-IIB, 2019)
Pada kondisi normal, sumber utama Plant Air dan Instrument Air dari HP
Case Process Air Compressor (101-J) di Pabrik Amoniak dan diumpankan ke Air
Receiver 6006-F. Tekanan di Air Receiver dikontrol oleh PIC-3304, yang
dilengkapi dengan udara back-up apabila tekanan turun di bawah nilai
sebelumnya. Air Receiver 6006-F dilengkapi dengan sebuah level glass, LG-3301,
untuk memonitor adanya cairan yang mungkin terkondensasi di line dari arah
compressor. Sebuah valve drain 2” dapat dibuka secara manual untuk membuang
condensate keluar dari Air Reciever. Air Receiver dilengkapi juga dengan drain
trap untuk membuang cairan secara terus menerus dan otomatis, guna mencegah
hilangnya udara bertekanan. Sebuah relief valve, PRV-3301, akan melepas udara
ke atmosfer apabila tekanan operasional di atas setting point 10,5 kg/cm2G.
Plant Air (PA) didefinisikan sebagai udara yang melayani keperluan umum
seperti keperluan house connection, aerasi atau udara pengaduk, air tool, dan lain-
lain. Plant Air dari Air Receiver selanjutnya didistribusikan melalui header
PlantAir ke pemakai berikut:
1. Ammonia Plant
2. Urea Plant
3. Utility, Offsite, and Auxiliary (UOA) Plant
4. OEP Existing Facility.
Cadangan (back-up) suplai Plant Air berasal dari Emergency Air
Compressor (6004JA/JB), yang terhubung melalui tie-in ke Air Receiver 6006-F.
Pada kondisi normal, Emergency Air Compressor akan stand-by service. Apabila
tekanan Plant Air turun di bawah nilai setting, kompresor akan memulai secara
otomatis melalui perintah pressure switch PSLL-7342 dan segera mensuplai Plant
Air ke Air Receiver 6006-F. Pressure switch ini diatur aktif dan mulai
menjalankan motorkompresor pada kondisi tekanan di Air Receiver 6006-F
sebesar 7,5 kg/cm2G. Kompressor juga dapat dijalankan secara manual apabila
Process Air Compressor 101-J sedang tidak beroperasi atau ketika operasional
membutuhkan untuk keperluan tertentu.
Air Compressor 6004-JA/JB memiliki perangkat utama berupa air inlet
filter, air compressor, motor driver dan diesel engine. Udara yang mengalir
melalui inlet air filter ditekan dengan Air Compressor 6004-JA dengan penggerak
62
motor dan Air Compressor 6004-JB dengan penggerak diesel enginer dengan
menggunakan lead lag configuration. Selama normal operasi, 6004-JA akan
diutamakan (lead) sedangkan 6004-JB sebagai lag. Udara bertekanan ini
selanjutnya didinginkan di after cooler. Udara yang sudah didinginkan akan
bergerak melalui water separator dan kemudian dikirim ke Air Receiver 6006-F.
Natural gas dan udara yang ditekan oleh kompresor udara dan busi (spark
plug) akan menimbulkan pembakaran di ruang bakar (Combustion Chamber).
Natural gas sebelum masuk ruang bakar dipanaskan di exchanger. Tujuan
pemanasan awal ini adalah untuk mengefisiensi pemakaian Natural Gas.
Flowrate natural gas yang masuk ke ruang bakar sebesar 1077 m3/jam. Di ruang
bakar dilengkapi dengan nozzle. Nozzel ini akan menghembuskan gas panas dari
ruang bakar. Energi tekanan diubah menjadi energi kecepatan (mekanis) sehingga
poros turbin akan berputar dikarenakan sudu-sudu turbin bekerja.
Proses turbin dikoper dengan generator melalui reduction gear sehingga
rotor dari generator akan berputar. Putaran dari gas turbin adalah 5100 rpm dan
besar putaran generator adalah 3000 rpm. Reduction gear berfungsi untuk
menurunkan putaran karena apabila putaran yang masuk ke generator sebesar
5100 rpm tidak akan sesuai dengan desain. Induksi pada stator di generator akan
menimbulkan tegangan yang dapat menghasilkan listrik. Generator menghasilkan
listrik sebesar 13,8 kV, 3 phase, 50 Hz, dan 15 MW. Dan sebagian gas dari turbin
masuk ke WHB untuk dimanfaatkan kembali panasnya.
Untuk mendapatkan realibility dan flexibility maximum, keempat GTG PT
PUSRI dioperasikan secara parallel dengan sistem interconnection yang
pengaturan bebannya disesuaikan kebutuhan.Sistem tenaga listrik di PUSRI
dilengkapi dengan load shedding system yang tujuannya adalah untuk
menghindari total power failure (black out) bila salah satu generator yang
terparallel. Dalam kondisi seperti ini, load shedding system akan memutuskan
aliran listrik ke beban yang tidak terlalu penting seperti perumahan, perkantoran
dan sebagainya. Arena sisa beban tersebut tidak mampu dipikul oleh GTG yang
beroperasi secara cepat. Bila GTG mendapat pembebanan secara tiba-tiba dalam
jumlah yang besar, maka GTG akan turun secara drastis sehingga menyebabkan
kesalahan.
Gas turbine generator dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Control package
a. Turbine control panel
b. Generator control panel
c. MCC (motor control center)
65
3. Power package
a. Lubrication oil system
b. Starting system (gas, motor, diesel)
c. Turbine accessory gear
d. Speed ratio valve (SRV) dan gas control valve (GCV)
e. Turbine gauge panel
4. Generator package
a. Main generator
b. Reduction gear
c. Cooling air system
a. Tekanan : 42 kg/cm2
b. Temperatur: 390ºC
2. Steam tekanan rendah (low steam) dengan spesifikasi:
a. Tekanan : 3,5 kg/cm2
b. Temperatur: 150ºC
Proses pengolahan air umpan boiler yang dimana air demin sebelum
menjadi air umpan boiler harus dihilangkan dulu gas-gas terlarutnya terutama
oksigen dan CO2 melalui proses deaerasi. Oksigen dan CO2 dapat menyebabkan
korosi pada perpipaan dan tube-tube boiler.Proses deaerasi dilakukan dalam
dearatordalam 2 tahap, yaitu:
Mekanis, dimana proses pemisahan dengan steam LS. Proses ini dapat
menghilangkan oksigen sampai 0,007 ppm.
Kimia dimana reaksi dengan N2H4 dapat menghilangkan sisa oksigen (traces)
dengan reaksi:
N2H4 + O2 N2 + H2O
N2H4 juga bereaksi dengan besi:
N2H4 + 6Fe2O3 4Fe3O4 + 2H2O + N2
Produk steam memiliki 42 kg/cm2 dan temperatur 400ºC.
Peralatan penghasil steam adalah boiler. Boiler pada PT PUSRI
Palembangterdiri dari dua macam, yaitu:
1. Waste Heat Boiler (WHB)
Waste heat boiler ialah salah satu pembangkit boiler di utilitas Pusri-IB
untuk menghasilkan steam. WHB dilengkapi deaeratoruntuk memproduksi boiler
feed water.WHB didesain untuk menghasilkan 90,7 ton/jam steam pada
tekanan44,0 kg/cm2 (600 psig) dengan outlet temperature 401ºC (755ºF), dengan
umpanfilter water pada temperatur 113ºC (235ºF). Selama operasi normal, WHB
akanmenghasilkan 74-76 ton/jam steam pada tekanan 42,18 kg/cm2.
Demin water dengan flow sekitar 60 ton/jam dan return condensate dari
pabrik urea dengan flow sekitar 100 ton/jam masuk ke deaerator. Air tersebut
dihilangkan kandungan O2 dan CO2 nya melalui kontak fisik dengan low steam
(LS). Setelah itu air turun menuju vesseldeaerator di bawahnya dan diinjeksikan
N2H4 (hydrazine) melalui pompa untuk mengikat O2 yang masih tersisa melalui
68
proses kimiawi. Kandungan N2H4 di boiler feed water (BFW) dijaga antara 0,02-
0,04 ppm. Reaksi yang terjadi adalah:
N2H4 + O2 N2 +2H2O
Hydrazine bereaksi dengan oksida besi membentuk magnetite (Fe3O4) yang
merupakan lapisan yang stabil dan berfungsi sebagai corrosion inhibitorbarrier
(penghambat korosi/karat), melalui reaksi:
N2H4 + 6Fe2O3 4Fe3O4 + 2H2O + N2
Padasteamdrum juga diinjeksikan Na3PO4 untuk mengikat Konduktivitasdan
silica yang masih lolos, dengan reaksi sebagai berikut:
3 CaCO3 +2 Na3PO4 Ca3(PO4)2 +3 Na2CO3
3 MgCO3 +2 Na3PO4 Mg3(PO4)2 +3 Na2CO3
Keluar deaerator, air dinjeksikan NH3 melalui pompa untuk menaikkan pH,
agar pH di steam drum mencapai antara 9-11. Kemudian BFW dipompakan untuk
mencapai tekanan sekitar 60 kg/cm2 dengan pompa menuju steam drum
melaluieconomizer sebagai pemanasan awal Boiler Feed Water (BFW) sampai
temperatur sekitar ±150°C. Lalu BFW masuk ke steam drum 4003-U. Setelah itu
BFW akan mulai berubah fasenya menjadi steam saturated di boiler tube. Keluar
dari boiler tube, sebagian fluida berubah menjadi steam. Kemudian, fluida yang
masih berfasa liquid disirkulasikan kembali menuju boiler tube sampai menjadi
steam. Sedangkan fluida yang sudah menjadi steam menguap dan keluar melalui
pipa atas dari steam drum menuju superheater tube untuk dijadikan superheated
steam dengan temperatur 440°C. Sebelum masuk header steam, temperatur
diturunkan menjadi 400°C dalam desuperheater dengan menggunakan BFW
sebagai pendingin. Tekanan steam-pun menjadi sekitar 42,5 kg/cm2 dan disebut
sebagai medium steam (MS). Sedangkan Silica, Magnesium dan Kalsium akan
membentuk endapan Magnesium Aluminat yang akan dibuang melalui blow
down. Dariblow down tersebut kemudian masuk ke flashdrum untuk dimanfaatkan
sisa panas yang terbuang. Sisa panas yang terbuang diambil dan dijadikan Steam
Low (LS) bertekanan 3,5 kg/cm2 dan temperatur 150°C. Steamkeluar dari flash
drum melalui topsedangkanbottom-nya adalah air bercampur endapan yang
langsung dibuang ke sewer. Alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2
2. Package Boiler
69
PO4
Economizer BFW
Evaporator
Produk
Steam MS
42 kg/cm2
Superheater LS
BURNER
Gas Alam
panas yang terjadi adalah api diburner mengahsilakn panas yang aliran panasnya
kemudian menabrak superheated tube sehingga aliran panas berbalik menuju ke
sisi letak burner yang berarti panas itu memanasi boiler tube. Sedangkan sisa
panas bergerak ketas packed boiler dan memanasi economizer tube. Dalam
keadaan normal, operasi packed boiler (5007-U) akan menghasilkan sekitar 80
ton/jam superheated steam pada tekanan 42,18 kg/cm2.
Limbah padat yang secara rutin dihasilkan adalah katalis bekas pakai.
Katalis-katalis dengan komponen utama besi dan nikel tersebut termasuk kedalam
74
unit urea untuk diproses kembali, sedangkan treated water akan diolah kembali di
unit pengolahan limbah secara biologi.
PET ini mempunyai 2 unit hydrolizer/stripper yang beoperasi secara
pararel. Masing-masing unit dilengkapi dengan hydrolizer, stripper, penukar
panas, dan pompa. Spesifikasi air limbah yang dikirim ke PET disajikan pada
Tabel 3.8
a. Kolam Limbah
Sistem kolam limbah menerapkan proses pengolahan limbah secara
biologis. Proses yang terjadi adalah:
Perubahan/konversi subtansi halus tidak mengendap atau larut menjadi flok
biologi.
Penghilangan kebutuhan oksigen biokimia (Biological Oxygen Demand =
BOD) dari limbah oleh bakteri pereduksi BOD.
Konversi amoniak dan senyawa lainnya yang mengandung nitrogen menjadi
nitrat oleh bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas)
Kolam limbah dibagi menjadi enam kolam kecil (6 biological pond). Di
antara enam kolam kecil tersebut, dua buah kolam dicadangkan (stand by) untuk
menampung aliran limbah jika melebihi batas normal, sedangkan 4 buah kolam
lainnya dalam keadaan beroperasi. Empat buah kolam yang beroperasi tersebut
78
Inti proses kolam limbah adalah pengontakkan antara air limbah yang
masuk dengan lumpur biologi yang sudah terbentuk di tangki aerasi yang
mengandung oksigen yang cukup. Kemudian terjadi pemisahan cairan dan
padatan, padatan akan mengendap dan cairan dikeluarkan. Lumpur yang
terakumulasi di bak dimanfaatkan untuk proses biologis berikutnya.
Start up proses biologi tidak memerlukan penambahan bakteri khusus atau
material bakteri lainnya ke dalam sistem. Bakteri akan tumbuh dengan sendirinya
di dalam sistem. Bakteri yang mereduksi BOD akan tumbuh sangat cepat, tetapi
bakteri nitrifikasi memerlukan waktu yang lebih lama untuk tumbuh.
b. Thickener
Lumpur dari kolam limbah dialirkan dengan pompa lumpur ke thickener
untuk meningkatkan konsentrasi dan kepekatan lumpur melalui proses
penghilangan air. Pemekatan lumpur berlangsung dalam sludge blanket melalui
tekanan gravitasi dan pelepasan kandungan air akibat pengadukan lumpur secara
kontinyu. Kandungan padatan dalam lumpur dipekatkan dari 0,75 % menjadi 4 %
pada lapisan bawah. Lumpur pekat kemudian di tampung di penampungan lumpur
(sludge reservoir).
c. Filter Pres
Lumpur pekat yang terkumpul di penampungan lumpur dikirim ke filter
press untuk dipekatkan lagi dan dihilangkan kadar airnya hingga menjadi ampas
padatan (cake). Larutan polimer dari tangki polimer diinjeksikan ke aliran lumpur
umpan filter press. Tambahan polimer diinjeksikan ke aliran lumpur umpan filter
press. Penambahan polimer bertujuan untuk memperbaiki spesifikasi ampas filter
dengan kandungan padatan 40 %. Padatan lumpur akan tertahan di filter dan
membentuk ampas padatan. Ampas padatan selanjutnya dikeluarkan ke truk
79
Dalam sistem membran, gas yang masuk hasil pembuangan di purge gas
separator dihilangkan kandungan amoniaknya dengan dilucuti oleh air pada
Ammonia Recovery Unit (ARU). Amoniak akan larut dalam air sedangkan
komponen gas yang lain keluar melalui bagian atas stripper. Air yang telah
mengandung amoniak akan dipanaskan sehingga amoniak murni akan menguap.
Uap amoniak ini kemudian ditampung di penampung amoniak atau dikirimkan ke
pabrik urea. Air yang telah bersih dari amoniak disirkulasikan kembali ke stripper
atau di-blow down setelah sebelumnya dilakukan flashing agar temperaturnya
turun.
80
Gas yang keluar dari stripper kemudian dilewatkan dalam sebuah membran yang
bersifat selektif terhadap komponen H2. Komponen H2 yang terpisahkan
kemudian dimanfaatkan kembali, sedangkan gas yang keluar dari sistem membran
dialirkan ke fuel gas system sebagai bahan bakar tambahan. H2 tersebut
dimasukkan kembali ke dalam sistem syn-loops atau dimasukkan ke unit
desulfurisasi organik pada tahapan penguapan umpan di pabrik amoniak.
Selain dengan PGRU, penanggulangan pencemaran udara juga dilakukan
dengan memasang scrubber pada vent. Pemasangan ini dimaksudkan agar gas
amoniak yang di-vent terserap oleh air dan jatuh ke bawah. Selanjutnya telah
tersedia sistem pengolahan limbah cair yang dapat menghilangkan komponen
amoniak tadi. Green barrier adalah suatu area yang ditanami dengan berbagai
macam pepohonan untuk mengurangi konsentrasi uap amoniak yang mungkin
terbawa oleh angin sehingga tidak mengganggu pemukiman penduduk.
Penanggulangan pencemaran oleh debu urea dilakukan dengan melakukan
modifikasi pada menara pembutir (prilling tower). Modifikasi dilakukan pada unit
dust chamber di atas menara pembutir. Bagian tersebut telah ditambah dengan
unggun packing untuk mencegah debu urea keluar ke atmosfer. Selama ini,
penangkal debu yang ada hanya berupa sprayer dan urethane filter, namun hal
tersebut ternyata belum cukup karena masih banyak debu urea yang terlepas
sehingga perlu dilakukan modifikasi.
Untuk mengatasi polusi berupa kebisingan, tindakan pencegahan sudah
dilakukan semenjak dulu yakni dengan membangun kawasan industri PT PUSRI
jauh dari pemukiman penduduk.
Pabrik CO2 yang akan dijelaskan pada sub-bab berikut juga merupakan
salah satu unit pengolah limbah karena sebelum pabrik tersebut dibangun maka
kelebihan CO2 yang diproduksi oleh pabrik amoniak akan di-vent ke udara.
2) CO2 Plant
CO2 Plant PT PUSRI dirancang oleh Gases Industriales Buenos Aires –
Argentina dengan kapasitas produksi 55 ton CO2 cair per hari. Prinsip kerja dari
CO2 plant adalah pemurnian CO2 yang masuk, kemudian dilanjutkan dengan
kompresi dan pendinginan gas hingga fasanya berubah menjadi fasa cair.
81
Bahan baku pada CO2 Plant ini berasal dari gas CO2 yang dihasilkan oleh
pabrik PUSRI IB, II, III, dan IV melalui suatu sistem pipa interekoneksi. Gas
yang dikirim ke CO2 Plant merupakan gas CO2 yang berlebih karena gas CO2
yang dihasilkan dari pabrik amoniak terutama ditujukan ke pabrik urea untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan karbamat. Dalam keadaan normal,
gas CO2 yang dihasilkan oleh PUSRI IB, II, III, dan IV akan melebihi kebutuhan
pabrik urea sehingga diperlukan adanya CO2 Plant untuk mengolah ekses CO2
tersebut.
Gas CO2 dari pabrik amoniak dengan tekanan + 0.5 kg/cm2 dan
o
temperatur –38 C, mula-mula masuk kedalam water scrubber untuk
menghilangkan kotoran-kotoran dan kontaminan-kontaminan yang mungkin ada.
Setelah melalui water scrubber, gas CO2 akan dikompresi (kompresi tingkat I)
hingga bertekanan antara 3.52 – 4.2 kg/cm2. Tahapan selanjutnya adalah
pembersihan kotoran-kotoran yang masih juga terbawa, gas SO2, dan senyawa-
senyawa hidrokarbon yang ada dengan melewatkan gas pada KMnO 4 (oksidator
kuat) scrubber.
Gas yang telah bersih kemudian dikompresi lagi (kompresi tingkat II)
hingga tekanannya 21.1 kg/cm2 diikuti dengan proses pendinginan hingga
temperatur 7 oC dan proses pengeringan (menghilangkan kandungan uap air) pada
sebuah kolom drier.
Tahapan terakhir proses pencairan gas CO2 adalah proses pendinginan
oleh stripper reboiler dan kondenser CO2 primer hingga terjadi perubahan fasa.
Kemudian dilanjutkan dengan product chiller untuk menurunkan temperatur CO2
cair hingga –29 oC dengan CO2 cair sebagai produk. CO2 cair disimpan di dalam
tangki berkapasitas 155 ton pada kondisi –29 oC dan 15.5 kg/cm2 dengan tingkat
kemurnian 99.5%.
Media pendingin dalam CO2 Plant ini adalah amoniak cair, yang akan
berubah fasanya menjadi gas setelah mendinginkan CO2 hingga temperatur 29 oC.
Untuk mengembalikan amoniak ke fasa cair agar dapat digunakan kembali
sebagai refrijeran dilakukan kompresi hingga amoniak bertekanan 41.1 kg/cm2 .
Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan pada kondenser amoniak.
82
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
4.1 Urea
Spesifikasi peralatan utama proses di unit produksi Urea khususnya pada
Departemen Operasi P-IIB yaitu:
4.1.1 Unit Sintesa
b. Stripper (DA-101)
Stripper (DA-101) terjadi proses dekomposisi dan pemisahan ammonium
carbamate dan exces amoniak yang terkandung dalam larutan sintesa urea,
sehingga menghasilkan larutan urea dengan kandungan urea 49,3 %wt ,
amoniak 12,9 %wt, dan CO2 12,7 %wt.
84
ce Area
(Sumber: Utilitas P-IIB, 2017)
a. HP Dekomposer
HP Dekomposer terjadi proses di mana gas NH3 dan CO2 yang terbentuk
dari proses dekompsisi ammonium cabamate dan evaporasi eksses NH3 di
pisahkan dari larutan urea.
Panjang - - 7000 mm
Insulation Class H H H
Material CS CS DP 3
Corrosion Allowance 3 mm 3 mm 1 mm
b. LP Dekomposer (DA-201)
LP Dekomposer (DA-202) terjadi proses pemisahan NH3 dan CO2 dalam
larutan di Lp Dekomposer sebanyak mungkin dengan tekanan operasi serendah
mungkin.
86
Panjang - 2500 mm
Insulation Class H H
Insulation Thick 80 mm 80 mm
Corrosion Allowance 3 mm 1 mm
LarutanKarbamatdanmixed
Fluida Cooling water
gas
Corrosion Allowance 2 mm 3 mm
LP Absorber
LP Absorber terjadi proses menaikkan kapasitas absorbsi dengan injeksi gas CO2,
karena CO2 bereaksi dengan NH3 membentuk ammonium carbamate, di mana akan
menurunkan tekanann parsial NH3.
Spesifikasi LP Absorber ditampilkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Spesifikasi LP Absorber
Keterangan
Spesifikasi
Shell Tube
Diameter 2600/3500 mm 25,4 mm
LarutanKarbamatdanmixe
Fluida Cooling water
d gas
Corrosion Allowance 0 3 mm
4.2 Utilitas
Spesifikasi peralatan proses di unit utilitas khususnya yang ada pada
Departement Operasi PUSRI-IIB yaitu:
1.Water Treatment Plant
a. Clarifier (6201-U)
Inside Diameter : 23 meter
Tinggi : 6,9 meter
Kapasitas : 1100 m3/jam
Holding volume : 2073 m3
Holding time : 1,88 jam
Material : Concrete
b. Clarifier Agitator (6201-UJ)
Speed : 2 – 6 rpm
Penggerak : Motor; 7,5kW; 440V
Material : Carbon Steel / Epoxy
Tinggi : 3 meter
Kapasitas : 15 m3
Level min/max : 0,2 meter / 2,85 meter
Material : FRP (Fiberglass Reinforced Plastic)
r. Al2(SO4)3Dosing Pump (6201-J4A/J4B)
Tipe : Reciprocating
Tekanan discharge : 3 kg/cm2G
Kapasitas : 1,7 liter/menit
Driver : Electric motor; 0,4kW; 440V
s. Gas Chlorine Drum (6201-F2)
Tipe : Cylindrical Horizontal
Shell ID : 0,8 meter
Panjang : 2,4 meter
Kapasitas : 1 ton
t. Chlorine Booster Pump (6201-J2A/J2B)
Tipe : Centrifugal horizontal
Tekanan discharge: 6,37 kg/cm2G
Kapasitas : 10 m3/jam
Driver : Electric motor; 3kW; 440V
u. NaOH Daily Tank (6201-F1)
Tipe : Cylindrical vertical
Shell ID : 1,3 meter
Tinggi : 1,7 meter
Kapasitas : 2 m3
Level min/max : 0,2 meter / 2,85 meter
Material : FRP (Fiberglass Reinforced Plastic)
v. NaOH Dosing Pump (6201-J1A/J1B)
Tipe : Reciprocating
Tekanan discharge : 3 kg/cm2G
Kapasitas : 0,25 liter/menit
Driver : Electric motor; 0,4kW; 440V
92
2. Demin Plant
a. Filtered Water Pump (6204-JA/JB)
Tipe : Centrifugal, Horinzontal
Kapasitas : 330 m3/jam
Tekanan suction/discharge: -0,26 / 7,0 kg/cm2G
Tipe Driver : Electric Motor; 440 volt; 85,7 kW
Material : Carbon Steel
b. Activated Carbon Filter (6205-UA/UB)
Shell ID : 3,6 meter
Height : 2,44 meter
Kapasitas : 150 m3/jam
Press/Temp. Desain : 7 kg/cm2G / 60ºC
Press/Temp. Operating : 4,5 kg/cm2G / 30ºC
Material : Carbon Steel / Epoxy
3.Cooling Tower
a.Cooling Tower Basin (6204-UG~UJ)
Tipe : Multi-cell Induced Draft Counter Flow
Structure Material : Reinforced Concrete
Overall tower dimension (L x W) : 57320 x 18805 mm
Nominal cell dimension (L x W) : 14000 x 16000 mm
Net volume basin (desain; m3) : 795,2 x 4
Level (min/normal/max; mm) : 2520 / 3420 / 3550
Jumlah cell : 4
Total circulating water (3 cell) : 10826 m3/jam
Induced Draft Fan
Tipe : Axial Flow (4 unit)
Driver : Motor (132 kW; 2,3 kV)
Kapasitas : 553,8 m3/detik per fan
Cooling Water Circulation Pump for Urea (6601-JA/JB/JC)
Tipe : Centrifugal, Horizontal
Kapasitas : 6250 m3/jam Suct/Disch
Pressure : -0,08 kg/cm2G / 5 kg/cm2G
Driver : Electric Motor (1250 kW; 2300 volt)
Emergency Cooling Water Pump (6211-JA.JB)
Tipe : Centrifugal, Horizontal
Kapasitas : 1313 m3/jam Suct/Disch
Pressure : -0,02 kg/cm2G / 5,02 kg/cm2G
94