Anda di halaman 1dari 108

BAB II

MATERI LAPORAN

2.1 Pendahuluan

2.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. PUSRI Palembang

PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) atau yang lebih dikenal sebagai PT PUSRI

merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang

pemasaran dan pupuk. Secara Legal, PT PUSRI resmi didirikan pada tanggal 24

Desember 1959 di Palembang dengan akta notaris Elisa Pondang dan diumumkan

pada lembaran Negara Republik Indonesia No. 46 pada tanggal 7 Juni 1960. Pada

saat itu yang menjadi Presiden Direktur adalah Ir.Ibrahim Zahier dan Ir. Dadang

Heru Kodri sebagai Direktur Utama.

Kegiatan produksiPT. Pupuk Sriwidjaja Palembangdimulai pada tahun 1963

dengan mulai beroperasinya pabrik pupuk PUSRI I. Kapasitas produksi pabrik

pupuk urea PUSRI I sebanyak 100.000 ton/tahun. Pada tahun 1964, PUSRI-I

dapat mencapai produksi sampai dengan 100,4% dari target produksi yang

ditetapkan. Untuk mengimbangi kebutuhan akan pupuk urea yang terus

meningkat, PT. Pupuk Sriwidjaja Palembangmelakukan perluasan pabrik. Pada

tanggal 7 Desember 1972, berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh John

Van Der Volk & Associate (Amerika Serikat), pabrik PUSRI II mulai didirikan

dengan kontraktor pabrik amoniak dari M. W. Kellog Overseas Corporation

(Amerika Serikat) dan kontraktor pabrik urea dari Toyo Engineering Company

1
2

(Jepang). Pabrik PUSRI II tersebut mulai beroperasi pada tanggal 8 Agustus 1974

dengan kapasitas produksi sebesar 660 MTPD (metric ton per day) amonia dan

1.150 MTPD urea.

Pada tanggal 21 Mei 1975, pembangunan pabrik PUSRI III mulai dilakukan

dengan pemancangan tiang pertama oleh Menteri Perindustrian M. Jusuf.

Kapasitas produksi dari pabrik PUSRI III ini adalah 1000 ton amonia/hari dengan

menggunakan proses Kellog dan 1725 ton urea/hari atau 570.000 ton urea/tahun

dengan proses Mitsui Toatsu Total Recycle (MTTR) C-Improved.

Pembangunanpabrik PUSRI III ini dikerjakan oleh Kellog Overseas Corp dan

Toyo Engineering Corporation (TEC).

Pada tanggal 7 Agustus 1975, tepat satu tahun setelah penandatanganan

kontrak pembangunan PUSRI III, pemerintah kembali merencanakan

pembangunan pabrik PUSRI IV. Pembangunan pabrik ini dimulai pada tanggal 25

Oktober 1975 dengan kapasitas produksi dan proses yang sama dengan PUSRI

III.Pabrik PUSRI IV selesai dibangun dan mulai beroperasi pada tanggal 15

September 1977, tidak lama setelah PUSRI III mulai beroperasi.

Pada tahun 1985, operasi pabrik PUSRI I dihentikan karena usia dan dinilai

tidak efisien lagi. Pada tahun 1990, pabrik PUSRI I dibangun pabrik PUSRI IB

oleh PT. Rekayasa Industri dengan menggunakan teknologi Advanced Cost and

Energi Savings (ACES). PUSRI IB diresmikan pada tanggal 22 Desember 1994

oleh Presiden Soeharto. PUSRI IB menggunakan sistem kendali komputer

Disributed Control System. Pabrik PUSRI IB ini dibangun dengan kapasitas

terpasang 570.000 ton urea per tahun.


3

Berikut ini adalah data pembangunan dan spesifikasi pabrik PUSRI I,

PUSRI II, PUSRI III, PUSRI IV, dan PUSRI IB.

PUSRI I

- Studi Kelayakan Ekonomi : Gass dan Bell

- Pelaksana Konstruksi : Marrison Knudsen of Asia, Inc.

- Penandatangan Kontrak : 1 Maret 1961

- Mulai Konstruksi : Oktober 1961

- Selesai Konstruksi : Agustus 1963

- Produksi Perdana : 16 Oktober 1963

- Biaya : US $ 33 Juta

- Sumber Dana : Bank Exim RI

- Jenis Prosek : Turn Key + Cost Plus

- Kapasitas Terpasang : - Urea 300 ton/hari

- Amoniak 180 ton/hari

- Proses Pembuatan : - Amoniak-Gidler

- Mitsu Toatsu Process (Urea)

- Kebutuhan Gas Alam : 12.50 MMCR/MBTU

- Kapasitas Gudang : 25.000 MT

- Fasilitas Angkut Pupuk : Pupuk dalam kantong ke kapal

dengan ban berjalan (belt conveyor) truk.

- Sumber Gas Alam : Stanvac


4

Secara Umum spesifikasi kualitas Urea yang dihasilkan oleh PUSRI I

sebagai berikut:

- Kadar Nitrogen : 46 % (Berat)

- Kadar Biuret maks : 0,5 %

- Kadar Air maks : 0,3 % (Berat)

- Kadar Abu maks : 15 ppm

- Besar Butir : 6-8 mesh minimum 95 %

Lolos 25 US mesh maks 2% berat

PUSRI II

- Studi Kelayakan Ekonomi : Jhon Vander Valk

- Pelaksana Konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)

Toyo Engineering Corp. (JP)

- Penandatangan Kontrak : 1 Agustus 1972

- Mulai Konstruksi : 7 Desember 1972

- Selesai Konstruksi : 6 Agustus 1974

- Produksi Perdana : 6 Agustus 1974

- Biaya : US $ 86 Juta

- Sumber Dana : USAID, OECF, IDA BANK Asia, RI

- Jenis Proyek : Cost Plus Fixed Fee

- Kapasitas Terpasang : - Urea 1150 ton/hari

- Amoniak 660 ton/hari

- Proses Pembuatan : - Amoniak Kellog

- Urea-MTC (Total Recycle C-Improved)


5

- Kebutuhan Gas Alam : 40.000 MMCR/MBTU

- Kapasitas Gudang : 15.000 MT

- Fasilitas Angkut Pupuk : Pupuk curah dari gudang ke kapal dengan

ban berjalan (Belt Conveyor)

- Sumber Gas Alam : Pertamina / Stanvac

PUSRI II terdiri dari dua pabrik utama, disamping fasilitas pembantu

lainnya, yaitu:

- Amoniak dengan kapasitas 660 MT, setelah Ammonia Optimalization Project

(OAP) menjadi 1100 MT dengan menggunakan M. W Kellog Corp (USA)

- Pabrik Urea yang mempunyai kapasitas 1150 MT, setelah Urea

Optimalization Project (UOP) menjadi 1750 MT, dengan menggunakan

Mitsui Toatsu Total Recycle C-Improved, milik Mitsui Toatsu Chemical Inc.

(Jepang).

Fasilitas pembantu yang dibangun untuk pabri PUSRI II ini adalah:

- Pembangkit tenaga listrik/generator dengan penggerak gas turbin dengan

kapasitas 15 MW

- Pembangkit listrik cadangan berupa dua generator cadangan dan generator

darurat

- Pembangit steam bertekanan 1500 psig dan 625 psig

- Unit Water Treatment yang menyediakan air untuk kebutuhan proses dan air

pendingin

- Cadangan penyimpanan pupuk curah berkapasitas 15.000 MT.


6

PUSRI III

- Tahun Pendirian : 21 Mei 1975

- Pelaksanaan Kontruksi : Kellog Overseas Cor. (AS)Toyo

Engineering Corp. (JP)

- Produksi Perdana : Desember 1976

- Biaya : US $ 192 Juta

- Sumber Dana : Bank Dunia, RI

- Kapasitas Terpasang : - Urea 1725 ton/hari

- Amoniak 1000 ton/hari

- Proses Pembuatan : - Amoniak-Kellog

- Urea-MTC (Total Recycle C-Improved)

- Kebutuhan Gas Alam : 40.000 MMCR/MBTU

- Kapasitas Gudang : 15.000 MT

- Fasilitas Angkut : Pupuk Curah dari gudang ke kapal dengan

ban berjalan (Belt Conveyor)

- Sumber Gas Alam : Pertamina / Stanvac

PUSRI IV

- Tahun Pendirian : 25 Oktober 1975

- Pelaksanaan Kontruksi : Kellog Overseas Cor. (AS)

Toyo Engineering Corp. (JP)

- Produksi Perdana : Desember 1977

- Biaya : US $ 186 Juta


7

- Sumber Dana : Dana Pembangunan Saudi Arabia, RI

- Jenis Proyek : Cost Plus Fixed Fee

- Kapasitas Terpasang : - Urea 1725 ton/hari

- Amoniak 1000 ton/hari

- Proses Pembuatan : - Amoniak-Kellog

-Urea-MTC (Total Recycle C-Improved)

- Sumber Gas Alam : Pertamina / Stanvac

Berdasarkan pertimbangan teknis, maka PUSRI III dan PUSRI IV dibangun

secara berdampingan dengan menggunakan proses dan desain yang sama dengan

masing-masing terdiri dari dua pabrik, yaitu:

1. Pabrik Urea dengan kapasitas produksi 1725 MTD

2. Pabrik Amoniak dengan kapasitas produksi 1000 MTD.

Fasilitas pembantu tambahan yang dibangun dalam rangka proyek PUSRI

III dan PUSRI IV adalah:

1. Unit steam generator masing-masing terdiri dari Waste Heat Boiler (Kapasitas

rangka proyek PUSRI III dan PUSRI IV),

2. Dua unit turbin generator (Hitachi) dengan apasitas 15 MW,

3. Faslilitas tempat pengantongan dan gudang penyimpanan pupuk dengan

kapasitas 1000 MT,

4. Pembangunan pabrik Oksigen dan Nitrogen cair dengan kapasitas masing-

masing 500 MT.


8

PUSRI IB

- Studi Kelayakan Ekonomi : PT PUSRI (April 1985 direvisi 1988)

- Mulai Konstruksi : Agustus 1990

- Produksi Perdana : Tahun 1994

- Pelaksana Konstruksi :PT. Rekayasa Industri yang bekerja

berdasarkan Process Engineering Design

Package(PEDP)

- Biaya : US $ 297 Juta

- Sumber Dana : USAID, OECF, IDA BANK Asia, RI

- Jenis Proyek : Cost Plus Fixed Fee

- Kapasitas Terpasang : Urea 1725 ton/hari

Amoiak 1350 ton/hari

- Proses Pembuatan : Ammonia-Kelog dan Urea-ACES

- Kebutuhan Gas Alat : 50 MMSCFD/MBTU

- Fasilitas Angkut Pupuk : Pupuk curah dari gudang ke kapal dengan

ban berjalan (Belt Conveyor)

- Sumber Gas Alam : Pertamina / Stanvac

Fasilitas pembantu yang dibangun untuk PUSRI IB adalah:

1. Dua unit turbin generator (Hitachi) dengan apasitas 90.700 kg/jam steam

2. Dua unit water treatment untuk penyediaan demineralized dan kebutuhan air

pendingin
9

3. Dua unit steam generator, yang masing-masing terdiri dari:

a. Waste heat boiler dengan kapasitas 90.700 kg/jam steam

b. Package boiler berkapasitas 102.060 kg/jam steam

4. Fasilitas tempat pengantongan dan gudang penyimpanan pupuk dengan

kapasitas 1000 MT

5. Memperpanjang dermaga dan fasilitas-fasilitas pengangkut pupuk yang

memakai ban berjalan (Belt Conveyor) untuk dimuat langsung ke kapal.

PT. Pupuk Sriwidjaja yang semula hanya memiliki satu pabrik dengan

kapasitas terpasang 100.000 ton per tahun, dalam periode 1972-2004 telah

menjadi 2.280.000 ton urea dengan rincian pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Kapasitas Pabrik

Tahun Kapasitas Pelaksana


Pabrik Licensor proses
operasi terpasang konstruksi

PUSRI II 1974 Kellog 218.000 ton/tahun Kellog overseas

Unit overseas corporation

ammonia corporation (Amerika

Unit urea Mitsui Toatsu 570.000 ton/tahun Serikat)

Chemicals, Inc.

PUSRI III 1976 Kellog 330.000 ton/tahun Kellog overseas

Unit overseas corporation

ammonia corporation (Amerika

Unit urea Mitsui Toatsu 570.000 ton/tahun Serikat)


10

Chemicals, Inc.

PUSRI IV 1977 Kellog 330.000 ton/tahun Kellog overseas

Unit overseas corporation

ammonia corporation (Amerika

Unit urea Mitsui Toatsu 570.000 ton/tahun Serikat)

Chemicals, Inc.

PUSRI IB 1995 Kellog 446.000 ton/tahun PT. Rekayasa

Unit overseas Industri

ammonia corporation (Indonesia)

Unit urea Toyo 570.000 ton/tahun

Engineering

corporation

Sumber : HUMAS PT. PUSRI, 2010

Sistem Pengolahan Limbah di PT PUSRI Palembang juga mengalami

pengembangan. Sebagai upaya penanganan tehadap limbah gas, maka pada tahun

1981 atas usul Direksi PUSRI Bapak Edi Madnaijaya maka dibangunlah proyek

PGRU (Purge Gas Recovery Unit) di PUSRI IV. Pembangunan proyek ini

ditujukan untuk mengurangi polusi udara, mengambil kembali gas NH3 dan

memanfaatkan kembali gas H2 dari purge gas pada unit sintesa ammonia. Dalam

pengerjaanya dilakukan oleh kontraktor Inggris. Sebagai upaya pengembangan,

pada tahun 2012 dibangun proyek PGRU dengan sistem membran.

Pada tahun 1992 PT PUSRI Palembang melakukan proyek optimalisasi

proses yang diberi nama Ammonia Optimization Project (AOP) dan melakukan
11

kerjasama dengan Imperial Chemical Industry (ICI). Melalui proyek ini kapasitas

produksi dapat ditingkatkan dengan penghematan pemakaian gas alam sebesar

10%. Proses optimalisasi dan modifikasi proses telah membuat PT PUSRI

Palembang mampu memproduksi total 2.280.000 ton urea/tahun dan 1.149.000

ton amoniak/tahun. Data perluasan pabrik PT PUSRI Palembang dapat dilihat

pada Tabel 1.

Pada tahun 1993 PT PUSRI membangun PET (PUSRI Effluent Treatment)

yang berlokasi di PUSRI IV untuk memisahkan limbah gas dan cair yang berasal

dari pabrik Urea IB, II, III, IV.

Sebagai upaya penanganan terhadap limbah cair, maka pada tahun 2005 PT

PUSRI membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di PUSRI IV untuk

mengolah limbah cair hasil proses produksi yang berasal dari PUSRI IB, II,III dan

IV. Karena itu di setiap pabrik Urea dibangun MPAL (Minimalisasi Pengolahan

Air Limbah) untuk meminimalisasi limbah cair sebelum dikirim ke IPAL.

Pemerintah Indonesia pernah mengalihkan seluruh sahamnya yang

ditempatkan di Industri Pupuk Dalam Negeri dan di PT. Mega Eltra kepada PT.

Pupuk Sriwidjaja Palembang, melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 tahun

1997 dan PP nomor 34 tahun 1998, maka PT. Pupuk Sriwidjaja Palembangyang

berkedudukan di Sumatera Selatan, pernah menjadi Induk Perusahaan (Operating

Holding) dengan membawahi 6 (enam) anak perusahaan termasuk 2 (dua) anak

perusahaan penyertaan langsung yaitu PT. Rekayasa Industri dan PT. Mega Eltra,

masing-masing perusahaan bergerak dalam bidang usaha, sebagai berikut:


12

1. PT. Petrokimia Gresik (berdiri 31 Mei 1975), yang berkedudukan di Gresik,

Jawa Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk urea, ZA, SP-36/SP-18,

Phonska, DAP, NPK, ZK, dan industri kimia lainnya serta Pupuk Organik

2. PT. Pupuk Kujang (berdiri 9 Juni 1975), yang berkedudukan di Cikampek,

Jawa Barat. Memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan industri kimia

lainnya

3. PT. Pupuk Kalimantan Timur (berdiri 7 Desember 1977), yang

berkedudukan di Bontang, Kalimantan Timur. Memproduksi dan

memasarkan pupuk urea dan industri kimia lainnya

4. PT. Pupuk Iskandar Muda (berdiri 24 Februari 1982), yang berkedudukan di

Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam. Memproduksi dan memasarkan

pupuk Urea dan industri kimia lainnya

5. PT. Rekayasa Industri (berdiri 11 Maret 1985), yang berkedudukan di

Jakarta, Bergerak dalam penyediaan Jasa Engineering, Procurement and

Construction (EPC) guna membangun industri gas & minyak bumi, pupuk,

kimia dan petrokimia, pertambangan, pembangkit listrik (panas bumi, batu

bara, micro-hydro, diesel)

6. PT. Mega Eltra (berdiri 1970), yang berkedudukan di Jakarta dengan bidang

usaha utamanya adalah Perdagangan Umum dan bergerak dalam bidang

layanan ekspor-impor, pemasok bahan kimia, distributor pupuk, serta

konstruksi.

Namun, pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan

Perseroan (Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja disingkat PT PUSRI (Persero) kepada


13

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan hak dan

kewajiban PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) kepada PT. Pupuk Sriwidjaja

Palembang sebagaimana tertuang didalam RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010

yang berlaku efektif 1 Januari 2011 sebagaimana telah dituangkan dalam

Perubahan Anggaran Dasar pada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui Akte

Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang telah

disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010 nomor

AHU-57993.AH.01 tahun 2010.

Sumber : PT. PUSRI, 2014

Gambar 1. Kedudukan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang


14

2.1.2 Visi dan Misi

Pada tahun 2012, PT PUSRI melakukan review terhadap Visi, Misi, Nilai dan

Budaya perusahaan. Review Visi, Misi, Tata Nilai dan Makna perusahaan

dibangun dengan dasar perubahan posisi perusahaan sebagai anak perusahaan dari

PT Pupuk Indonesia (Persero) dan lingkup lingkungan bisnis perusahaan pasca

spin off. Dasar pengesahan hasil review Visi, Misi, Tata Nilai dan Makna

perusaan adalah Surat Keputusan Direksi No. SK/DIR/207/2012 tanggal 11 Juni

2012.

Visi:

"Menjadi perusahaan yang kuat dan tumbuh dalam industri pupuk di tingkat

Nasional maupun Regional"

Misi:

“Memproduksi, memasarkan pupuk dan produk agrobisnis dengan

memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh”

2.1.3 Lambang Perusahaan

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang mengabadikan nama Sriwidjaja sebagai nama

perusahaan untuk mengenang kembali kejayaan kerajaan Indonesia pertama yang

telah termasyhur pada abad ke tujuh di segala penjuru dunia. Di samping itu,

penggunaan nama Sriwidjaja merupakan penghormatan bangsa Indonesia kepada

leluhurnya yang pernah membawa Nusantara ini ke puncak kegemilangan pada

sekitar abad ke tujuh yang silam. Sebagai lambang perusahaan, PT PUSRI

menggunakan logo seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.


15

Sumber: http://www.pusri.co.id/ina/perusahaan-makna-logo/

Gambar 2. Logo PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang

Tabel 2.Makna Logo PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang

Lambang PUSRI yang berbentuk huruf “U”

melambangkan singkatan ‘Urea’. Lambang ini telah

terdaftar di Ditjen HAKI Departemen Kehakiman &

HAM No. 021391.

Setangkai padi dengan jumlah butiran 24

melambangkan tanggal akte pendirian PT PUSRI.

Butiran-butiran urea berwarna putih sejumlah 12

melambangkan bulan Desember sebagai bulan pendirian

PT PUSRI.
16

Setangkai kapas yang mekar dari kelopaknya. Butir

kapas yang mekar berjumlah 5 buah kelopak yang pecah

berbentuk 9 retakan ini melambangkan angka 59

sebagai tahun pendirian PT PUSRI.

Perahu Kajang merupakan ciri khas kota Palembang

yang terletak di tepian sungai Musi.

Kuncup teratai yang akan mekar merupakan imajinasi

pencipta akan prospek perusahaan di masa yang akan

datang.

Komposisi warna lambang kuning dan biru benhur

dengan dibatasi garis-garis hitam tipis (untuk lebih

menjelaskan gambar) yang melambangkan keagungan,

kebebasan cita-cita, serta kesuburan, ketenangan, dan

ketabahan dalam mengejar dan mewujudkan cita-cita

itu.

Sumber:http://www.pusri.co.id/ina/perusahaan-makna-logo/

2.1.4 Lokasi dan Tata Letak Pabrik

2.1.4.1 Lokasi Pabrik

PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang terletak 7 km dari pusat kota Palembang,

Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan rekomendasi dari Gas Bell & Associates

(Amerika Serikat).
17

Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang ini berdekatan dengan wilayah

kilang gas dan minyak Pertamina Sumbagsel, sehingga penyaluran gas alam

sebagai bahan baku pembuatan pupuk dari Pertamina Sumbagsel ke PT.

Pupuk Sriwidjaja Palembang menjadi lebih mudah dan jumlah gas alam lebih

terjamin

2. Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang yang berdekatan dengan sungai

Musi ini menyebabkan kuantitas suplai air sebagai bahan baku pembuatan

steam dan keperluan utilitas lainnya terjamin sepanjang tahun. Sungai Musi

juga merupakan jalur sarana transportasi untuk pengangkutan bahan baku

maupun hasil pabrik yang baik

3. Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang ini memungkinkan untuk diadakan

perluasan pabrik

4. Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja ini kondusif dan nyaman sebagai kawasan

industri, karena tidak terletak di pusat kota namun jarak menuju pusat kota

masih terjangkau

5. Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja dekat dengan ibukota Provinsi mempermudah

perolehan sumber daya manusia pekerja dan kemudahan pengurusan

administrasi pemerintah.

Untuk mengetahui lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja dapat dilihat pada Gambar 3.
18

Sumber: Manual Operasi Upgrading Operator, PT. Pupuk Sriwidjaja, 2010

Gambar 3. Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

2.1.4.2 Tata Letak Pabrik

Kompleks perindustrian PT PUSRI terletak tepat di tepi sungai Musi.

Bagian depan kompleks menghadap ke Jl. Mayor Zen.PT PUSRI memiliki luas

area dengan total 500 Ha. Bagian depan kompleks industri merupakan gedung

Kantor Pusat.Kantor Pusat merupakan kantor Staf Direksi dan Administrasi

Umum PTPUSRI.Di dalam kompleks tersebut juga terdapat kompleks perumahan

karyawan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti rumah sakit, fasilitas

olah raga, gedung pertemuan, perpustakaan umum, rumah makan, masjid, dan

sebagainya.Selain itu, terdapat juga penginapan yang diperuntukkan bagi tamu PT

PUSRI. Kompleks perumahan dan kompleks pabrik dibatasi oleh pagar dan

terdapat dua buah gerbang masuk kompleks pabrik yang dijaga oleh aparat

keamanan. Empat buah pabrik terletak berkelompok-kelompok mengelilingi

daerah tangki penyimpananamoniak.


19

Dalam setiap pabrikterdapatrumah kompresor, dimana pada tempat tersebut

kompresor dan pompa diletakkan menjadi satu.Alasan pengelompokkan ini adalah

karena kompresor merupakan peralatan yang sangat berisik, sehingga harus

dikelompokkan agar suara bising tidak tersebar kemana-mana.Selain itu,

kompresor yang dioperasikan PT PUSRI menggunakan tenaga steam.Jika

kompresor dikelompokkan menjadi satu, penanganan kondensat menjadi lebih

mudah. Hal yang sama juga dilakukan denganboiler. Boiler dan GTG diletakkan

berdekatan agar kehilangan panas akibat transportasi yang panjang dapat

dihindari.

Daerah yang agak mengarah ke sungai Musi digunakan sebagai daerah

pengantongan dan gudang.Peletakan gudang dan daerah pengantongan ke arah

dermaga adalah supaya pengangkutan untuk bongkar muat di pelabuhan menjadi

lebih mudah dan memerlukan biaya yang lebih murah.Untuk keperluan bongkar

muat, PT PUSRI memiliki pelabuhan sendiri di tepi sungai Musi.Gambar 4

menunjukkan tata letak PT PUSRI.


20

Sumber: Manual Operasi Upgrading Operator PT. Pupuk Sriwidjaja, 2010

Gambar 4. Tata Letak Kompleks PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

Keterangan :

A. Pos satpam M. Dinas Kesehatan K3

B. Kantor utama N. Main Lab

C. Lapangan O. Ammoniastorage

D. Perumahan P. Kantor

E. Gedung serba guna Q. Wisma

F. Diklat R. Lapangan Olahraga

G. Sekolah S. Perluasan Pabrik

H. Kolam T. Gedung

I. Masjid U. Dermaga

J. Rumah makan V. PPU


21

K. Parkir W. Rumah Sakit

L. Teknik Produksi V. Wisma

1.Primary reformer 14. Seksi purifikasi

2. Secondaty reformer 15.Prilling Tower

3. Stripper 16. Seksi sintesis urea

4. Absorber 17. Pembangkit listrik

5. Metanator 18. Package boiler

6. HTSC dan LTSC 19. Waste heat boiler

7. ARU 20.Kantorpusat kontrol

8. HRU, PGRU 21. Cooling tower

9. Molecular sieve 22. GMS

10. Kompresor 23. Ion Exchanger

11. Refrigeration 24. Filter water

12.Reaktoramonia 25. Sandfilter

13.Seksi recovery 26.Tangki klarifikasi

27.Kantorinstrumentasi.

2.1.5 Struktur Organisasi dan Sistem Manajemen Produksi PT PUSRI

2.1.5.1 Struktur Organisasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan

sistem organisasi line and staff organization, dimana proses manajemen di

PTPUSRI dilakukan berdasarkan Total Quality Control Management (TQCM)

dengan melibatkan seluruh pimpinan dan karyawan dalam rangka peningkatan

mutu secara kontinyu. Tugas operasional, sesuai dengan SK/DIR/240/2011


22

tanggal 21 Oktober 2011, Pengoperasian PT PUSRI dipimpin oleh dewan direksi

yang terdiri dari direktur utama yang membawahi 4 orang direktur, yaitu:

1. Direktur Produksi

2. Direktur Keuangan dan Pemasaran

3. Direktur Tekbang

4. Direktur SDM dan Umum.

Struktur organisasi ditentukan oleh dewan direksi, yaitu:

1. Direktur

2. General Manager

3. Manager

4. Superintendent

5. Shift Supervisor

6. Foremen Senior

7. Karyawan/Operator.

Untuk lebih jelasnya mengenai Struktur Organisasi di PT PUSRI dapat dilihat

pada Gambar 5.
23

Direktur Utama

Direktur teknik Direktur SDM &


Direktur Produksi Direktur Komersil
& Pengembangan Umum

General Manager General Manager General manager jasa General Manager


Operasi Keuangan teknik & Perekayasaan SDM

General manager
General Manager General Manager General Manger
perencanaan &
Pemeliharaan Pemasaran Umum
pengembangan usaha

General Manager
Perkapalan

Sumber: Manual Operasi Upgrading Operator, PT. Pusri Sriwidjaja 2010

Gambar 5. Bagan Struktur Organisasi PT. Pupuk Sriwijaya Palembang

2.1.5.2 Sistem Manajemen Produksi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

Direktur produksi sebagai salah satu komponen penting dalam perusahaan

membawahi 3 Devisi, yaitu:

2.1.5.2.1 Devisi Operasi

Devisi Operasi, bertanggungjawab terhadap koordinasi jalannya produksi,

tugas-tugas utamanya, yakni:

- Mengoperasikan sarana produksi secara optimal dengan mengusahakan waktu

operasi dan faktor produksi setinggi-tingginya, tetapi masih memperhatikan

keselamatan peralatan, personalia, dan lingkungan.


24

- Menjaga kualitas produksi, bahan baku, material, dan peralatan serta bahan-

bahan penunjang sehingga sasaran produksi tercapai dengan tolak ukur

kualitas, produktifitas, dan keamanan.

- Mengganti peralatan pabrik yang pemakaiannya sudah tidak ekonomis.

Devisi Operasi dikepalai oleh seorang General Manager (GM) dan

membawahi beberapa Manajer yang ditempatkan di setiap pabrik, yaitu:

1. Departemen Operasi PUSRI-IB

2. Departemen Operasi PUSRI-II

3. Departemen Operasi PUSRI-III

4. Departemen Operasi PUSRI-IV

5. Departemen P & A.

Masing-masing manajer operasi yang bertanggung jawab terhadap

operasional pabrik secara keseluruhan dibantu oleh 3 kepala bagian, yakni:

a. Superintendent operasi amoniak

b. Superintendent operasi urea

c. Superintendent operasi utilitas.

Masing-masing Superintendent membawahi seorang shiftsupervisor yang

bertugas sebagai pengkoordinir kegiatan di lapangan antara unit kerja pabrik dan

shift, mengawasi kerja operator untuk setiap shift, dan sekaligus sebagai

penanggung jawab operasional pabrik pada jam kerja diluar dayshift.

Operator yang mengoperasikan pabrik terdiri dari operator senior, yang

bertugas di control panel room dan operator lapangan. Operator-operator tersebut


25

bekerja sesuai shift yang telah dijadwalkan dan diketuai oleh seorang kepala seksi

shift, dengan pembagian kerja sebagai berikut:

 Day shift : 07.00 – 15.00

 Swing shift : 15.00 – 23.00

 Night shift : 23.00 – 07.00

Dalam satu siklus kerja operator (pegawai shift) terdapat 4 regu yang mana

3 regu bertugas dan 1 regu libur secara bergantian.

Selain operator dan karyawan lapangan, terdapat pula karyawan nonshift

(pegawai administrasi) dan jabatan setingkat kepala bagian ke atas dengan jadwal

kerja:

 Hari Senin - Kamis, 07.30-16.30 diselingi istirahat pukul 12.00-13.00.

 Hari Jumat, 07.30-17.00 diselingi istirahat pukul 11.30-13.00.

 Hari Sabtu dan Minggu libur

2.1.5.2.2 Devisi Pemeliharaan

Devisi Pemeliharaan, bertanggung jawab untuk memelihara dan

merawatalat-alat pabrik serta kendaraan yang berhubungan dengan operasional

pabrik. Departemen ini dikepalai oleh seorang Kepala Departemen yang

membawahi beberapa dinas, yaitu:

- Dinas Pemeliharaan Lapangan I, dibagi menjadi 3 bagian masing-masing,

yaitu Bagian Pemeliharaan lapangan (Pemlap) PPU (Pengantongan Pupuk

Urea), Bagian Pemlap PUSRI IB, dan bagian Pemlap PUSRI II

- Dinas Pemeliharaan Lapangan II, terdiri dari Bagian Pemlap PUSRIIII dan

Pemlap PUSRIIV
26

- Dinas Pemeliharaan Listrik dan Instrumen, terdiri dari Bagian Pemeliharaan

Listrik I dan II, Bagian Pemeliharaan Instrument I dan II, dan Bagian

Pemeliharaan Telekomunikasi dan Elektronik

- Kelompok Teknik Kehandalan, bertugas memelihara alat-alat spesifik yang

memerlukan kehandalan khusus dalam perawatannya.

2.1.5.2.3 Devisi Teknologi

Devisi Teknologi dipimpin oleh seorang General Manager (GM) dan

membawahi empat Departemen, yaitu:

1. Departemen Rendal Produksi

Departemen ini dikepalai oleh seorang kepala Departemen Manajer. Untuk

kelancaran pekerjaan, maka dibawah Departemen Rendal Produksi dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Kelompok Teknik Proses, bertugas untuk mengevaluasi efisiensi dan

performa pabrik serta mengendalikan kualitas produk ini mempunyai dua

bidang, yaitu:

1. Koordinator I mengepalai kelompok teknik proses I (proses ammonia)

2. Koordinator II mengepalai kelompok teknik proses II (proses urea dan

utilitas).

Masing-masing bidang tersebut diatas dipimpin oleh seorang Senior

Engineer danberanggotakan Process Engineer, sesuai dengan bagiannya

masing-masing, yang bertanggung jawab terhadap proses yang

ditanganinya. Lebih rinci lagi, dinas teknik proses mempunyai beberapa

tugas utama, yaitu:


27

- Memonitor dan mengevaluasi kondisi operasi pabrik sehingga dapat

dioperasikan pada kondisi yang optimum.

- Mengendalikan dan mengevaluasi kualitas dan kuantitas hasil-hasil

produksi.

- Memberikan bantuan yang besifat teknis pada unit-unit terkait.

- Merencanakan modifikasi peralatan produksi serta tambahan unit

produksi dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktifitas.

- Memberikan rekomendasi pergantian katalis, resin, dan bahan-bahan

sejenis.

b. Kelompok Perencanaan & Material, bertanggungjawab terhadap

perencanaan produksi, pelaporan produksi, pengendalian bahan pembantu

pabrik, dan lainnya.

 Bidang PPP (Perencanaan dan Pelaporan Produksi)

 Bidang PMP (Pengendalian Material Pabrik)

Masing-masing bidang tersebut diatas dipimpin oleh seorang Senior

Engineerberanggotakan Process Engineer. Rincian tugas pada bidang

PPP, yaitu:

- Bersama dengan pihak-pihat terkait menyusun Rencana Kerja

Anggaran Perusahaan (RKAP) Parameter Produksi.

- Mengkoordinir aktivitas stock opname amoniakk bulk, ureabulk, urea

bag dan pupuk organik.

- Mengkoordinir kegiatan draught survey kapal urea curah, perhitungan

muatan kapal amoniak serta melakukan uji petik kapal.


28

- Mengkoordinir indentifkasi resiko dan tindak lanjut resiko.

- Bertanggung jawab terhadap penerbitan laporan rutin, yaitu Laporan

Harian Produksi (Laharprod), Laporan Singkat Produksi, Laporan

Stock Opname Urea, Laporan Stock Opname Amoniak, Laporan Stock

Opname Urea Kantong, Laporan Stock Opname Pupuk Organik,

Laporan Kinerja Pabrik, Laporan Angka B/L, LKU (Laporan

Manajemen), Laporan Singkat Holding, Laporan Komite Audit, Pokok

Kinerja Produksi, Risalah Kinerja Produksi, Laporan Nominasi Gas,

Laporan Valuta, Slide Kinerja Produksi, dan Laporan IFA

(International Fertilizer Association) setiap 3 (tiga) bulan.

- Bertanggung jawab terhadap penyusunan data ketersediaan pupuk

yang dapat dikeluarkan pada saat Rapat Koordinasi Pengadaan Pupuk

Bulanan.

- Bertanggung jawab terhadap penyusunan data amoniakk yang dapat

dijual kepada Departemen Pemasaran & Distribusi.

Rincian tugas pada bidang PMP, yaitu:

- Melakukan kegiatan perencanaan, monitoring dan evaluasi

persediaan, dan pemakai bahan kimia dan bahan penolong (katalis,

resin, karbon aktif, dan lain-lain) guna kesinambungan dan

kelancaran operasional pabrik.

- Melaksanakan pengujian kualitas (quality control) untuk seluruh

bahan kimia dan bahan penolong (material kelas-07) yang diperlukan

untuk kegiatan proses produksi pabrik.


29

- Menerbitkan rekomendasi hasil quality control bahan kimia dan

bahan penolong yang dibutuhkan di pabrik dengan penanggungjawab

Manajer Rendal Produksi.

- Melaksanakan kajian dan uji coba pemakaian bahan kimia dan bahan

penolong (material kelas-07) di pabrik, sebagai produk baru, guna

peningkatan efisiensi dan kehandalan pabrik.

- Melaksanakan evaluasi dan pengembangan standar mutu bahan

kimia, resin dan katalis (SMBK PTPUSRI) untuk disesuaikan dengan

perkembangan teknologi dan kondisi proses produksi pabrik.

- Memonitor dan mengevaluasi pemakaian bahan kimia anti caking

dan pewarna urea agar sesuai dengan yang telah ditetapkan.

- Mengevaluasi permintaan presentasi pengenalan perusahaan dan

yang terkait dengan penawaranbahan kimia.

2. Departemen Inspeksi Teknik

Departemen Inpeksi Teknik terdiri atas:

a. Bagian pemeriksaan teknik lapangan I

b. Bagian pemeriksaan teknik lapangan II

c. Kelompok jaminan teknik

d. Seksi pemeriksaan teknik bengkel.

3. Departemen K3LH (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup)

Departemen K3LH dibantu oleh beberapa bagian, yaitu:

a. Bagian pengendalian pencemaran


30

b. Bagian pengendalian lingkungan hidup

c. Bagian Kesehatan Kerja

d. Bagian K3.

4. Laboratorium

Laboratorium terdiri atas:

a. Superintendent Laboratorium Kimia Analisis, mencakup QC, Dokumen

ISO, produk dan lain-lain.

b. Superintendent Laboratorium Kontrol yang berada di masing-masing Unit

untuk analisa monitoring proses.

2.1.5.2.4 Devisi Pemeriksaan, Keselamatan, dan Lingkungan Hidup

Departemen ini dibantu oleh beberapa departemen yaitu:

a. Departemen pemeriksaan teknik

Terdiri atas :

1. Bagian pemeriksaan teknik lapangan I

2. Bagian pemeriksaan teknik lapangan II

3. Kelompok jaminan teknik

4. Seksi pemeriksaan teknik bengkel

b. Departemen lingkungan hidup

Terdiri atas:

1. Bagian pengendalian pencemaran

2. Bagian pengendalian lingkungan hidup

c. Departemen kebakaran dan keselamatan kerja


31

Terdiri atas:

1. Bagian penanggulangan kebakaran dan kecelakaan kerja

2. Kelompok teknik keselamatan kerja

3. Bagian hygiene dan pemeriksaan kesehatan

d. Departemen administrasi umum dan keuangan produksi

Terdiri atas :

1. Bagian pengantongan pupuk urea (PPU)

2. Bagian Ekspedisi dan Dermaga Khusus (DerSus)

Selain operator dan karyawan lapangan yang dibutuhkan 24 jam sehingga

jadwal kerjanya dibagi per shift terdapat pula karyawan non shift (pegawai

administrasi) dan jabatan setingkat kepala bagian ke atas dengan jadwal kerja:

 Hari senin-kamis : 07.30-16.30 diselingi istirahat pukul 12.00-13.00.

 Hari jumat : 07.30-17.00 diselingi istirahat pukul 11.30-13.00.

 Hari sabtu dan minggu libur

2.1.6 Pendistribusian dan Pemasaran

Pada tahun 1979, PT PUSRI ditunjuk sebagai penanggung jawab pengadaan

dan penyaluran seluruh jenis pupuk bersubsidi, baik yang berasal dari produksi

dalam negeri maupun luar negeri untuk memenuhi kebutuhan program

intensifikasi pertanian melalui Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi

No.56/KP/II/1979.

Berdasarkan penunjukan tersebut, PT PUSRI bertanggung jawab dalam

memasarkan dan mendistribusikan berbagai jenis pupuk hingga sampai di tangan

petani (Pipe Line Distribution Pattern) dengan menekankan mekanisme distribusi


32

pada faktor biaya (Least Cost Distribution Pattern). Untuk dapat memenuhi

kewajibannya tersebut, PT. PUSRI memiliki sistem distribusi sebagaimana dapat

dilihat pada Gambar 6 dan 7.

Gudang
Produsen Pupuk
Lini II
Gudang Koperasi/KUD
Penyalur
Lini III
PT. PUSRI
UPP (Unit
PT Pupuk Kujang Pengantong Pengecer
an Pupuk)
PT Pupuk Iskandar
Muda (PIM)
Petani
PT Petrokimia Gresik
PupukKantong
PT Pupuk Kalimantan
Pupuk
Timur curah

Sumber: Teknik Proses Departemen Rendal Produksi PT PUSRI , 2014


Gambar 6.Jalur pengadaan dan distribusi pupuk dalam negeri
(Pipe Line Distribution Pattern)

Importir
pupuk yang Gudang Gudang KUD/Koperasi
Pengecer Petani
ditunjuk Lini II Lini III Penyalur
pemerintah

Sumber: Teknik Proses Departemen Rendal Produksi PT PUSRI, 2014

Gambar 7.Pengadaan dan distribusi pupuk impor


33

Pada tanggal 1 Desember 1998, pemerintah menghapus tata niaga pupuk,

baik produksi dalam negeri maupun impor. Keputusan pemerintah tersebut

membuat setiap pabrik pupuk berhak untuk memasarkan sendiri produknya di

Indonesia, meskipun begitu untuk mencegah persaingan yang tidak sehat

pemerintah menentukan daerah-daerah penyaluran untuk setiap pabrik pupuk

yang ada. Adanya keputusan pemerintah ini hanya berlaku pada tata niaga pupuk

nasional dan tidak mempengaruhi status PT PUSRI sebagai sebuah holding

company.

Pada tahun 2001, tata niaga pupuk kembali diatur oleh pemerintah melalui

Keputusan Menteri Perindag RI No.93/MPP/Kep/3/2001, dimana unit niaga

PUSRI dan atau produsen melaksanakan penjualan pupuk di lini III (kabupaten)

sedangkan dari kabupaten sampai ke tangan petani dilaksanakan oleh distributor

(BUMN, swasta, dan koperasi).

Pada tahun 2003, dikeluarkan kebijakan tambahan mengenai tata niaga

pupuk, yaitu keputusan Menteri Perindag RI No.70/MPP/2003 tanggal 11

Februari 2003 yang menyatakan tentang tata niaga pupuk yang bersifat rayonisasi.

PT PUSRI tidak lagi bertanggung jawab untuk pengadaan dan penyediaan pupuk

secara nasional namun dibagi dalam beberapa rayon. Mulai Mei 2003, PT PUSRI

mengatur distribusi untuk delapan propinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi,

Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka-Belitung, Jawa Tengah, dan

Banten.

Kemudian menyusul Surat Keputusan No. 306/MPP/Kep/4/2003 yang

mengatur tentang perubahan atas Keputusan Menteri Perindustrian dan


34

Perdagangan No. 70/MPP/Kep/2/2003 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk

Bersubsidi untuk Sektor Pertanian. SK ini mengatur tentang syarat-syarat bagi

importir, serta tatacara pengadaan pupuk bersubsidi dan nonsubsidi melalui

impor.

Terakhir, dalam rangka lebih meningkatkan kelancaran pengadaan dan

pendistribusian pupuk bersubsidi, maka Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan

nomor:356/MPP/Kep/5/2004 tanggal 27 Mei 2004 yang menegaskan kembali

tanggung jawab masing-masing Produsen, Distributor, Pengecer, serta

pengawasan terhadap pelaksanaannya dilapangan.

Sarana distribusi dan pemasaran yang dimiliki PTPUSRI meliputi:

1. Satu buah kapal ammonia, yaitu MV Sultan Machmud Badaruddin II

2. Tujuh buah kapal pengangkut pupuk curah dan satu unit kapal sewa berdaya

muat masing-masing 66500 ton, yaitu MV PUSRI Indonesia, MV Abusamah,

MV Sumantri Brojonegoro, MV Mochtar Prabumangkunegara, MV Julianto

Mulio Diharjo, MV Ibrahim Zahier, dan MV Otong Kosasih

3. Empat unit pengantongan pupuk di Belawan, Cilacap, Surabaya, dan

Banyuwangi, serta 1 UPP (Unit Pengantongan Pupuk) sewa di Semarang

4. Gerbong kereta api sebanyak 595 buah

5. Gudang persediaan pupuk sebanyak 107 unit dan gudang sewa sebanyak 261

unit

6. Pemasaran PUSRI Daerah (PPD) sebanyak 25 unit di ibukota propinsi

7. Pemasaran PUSRI Kabupaten (PPK) sebanyak 180 kantor di ibukota

kabupaten
35

8. Empat unit Kantor Perwakilan PUSRI di produsen pupuk lain, yaitu:

- PT. Pupuk Kujang

- PT. Pupuk Iskandar Muda

- PT. Petrokimia Gresik

- PT. Pupuk Kalimantan Timur.

2.2 Uraian Proses

2.2.1 Bahan Baku

Pabrik PUSRI III terdiri dari tiga bagian yakni pabrik Amoniak, pabrik

Urea, dan pabrik Utilitas. Masing-masing pabrik membutuhkan bahan baku dan

bahan penunjang untuk mendukung berlangsungnya proses dan mendapatkan

produk. Jenis dan spesifikasi bahan baku dan bahan penunjang dari tiga bagian

pabrik yaitu pabrik Amoniak, pabrik Urea, pabrik Utilitas yang akan dibahas pada

bab ini.

2.2.1.1 Bahan Baku Pabrik Amoniak

a. Gas Alam

Gas alam yang digunakan dalam proses produksi ini berasal dari ladang gas

bumi PT Pertamina di Prabumulih. PT PUSRI memiliki unit Gas Metering Station

(GMS) yang berfungsi untuk mengukur jumlah gas alam yang disuplai dari PT.

Pertamina. Kandungan metana (CH4) yang terdapat dalam gas alam digunakan

dalam proses reforming untuk menghasilkan karbondioksida dan hidrogen.

Karbondioksida digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan urea

sedangkan hidrogen sebagai bahan baku pembuatan amoniak dan juga digunakan

sebagai fuel gas sebagai sumber panas. Gas alam ini secara rutin dianalisis
36

komposisi hidrokarbon serta kandungan panas yang dimiliki laboratorium.

Komposisi gas alam yang digunakan PT PUSRI tercantum pada Tabel 3

sedangkan sifat-sifat fisik gas alam tercantum pada Tabel 4.

Tabel 3. Komposisi Gas Alam

No Parameter Analisis Hasil Analisis (%)

1. N2 0,1

2. CH4 86,48

3. C2H5 5,43

4. C3H8 1,17

5. i-C4H10 0,2

6. n-C4H10 0,24

7. i-C5H12 0,09

8. n-C5H12 0,05

9. C6H14 0,16

10. CO2 6,08

Sumber: Laboratorium Analytical Report Natural Gas PT PUSRI, 2017

Tabel 4. Sifat-Sifat Fisik Gas Alam

Titik Didih Panas Pembakaran


No Komponen Berat Molekul
(˚F) (Btu/ft3)

1. CH4 16,04 -258,7 911

2. C 2 H5 30,07 -127,5 1.631


37

3. C 3 H8 44,09 -43,7 2.353

4. i-C4H10 58,12 10,9 3.094

5. n-C4H10 58,12 31,1 3.101

6. i-C5H12 72,15 82,1 3.698

7. n-C5H12 72,15 96,9 3.709

8. C6H14 86,17 155,7 4.404

9. CO2 44,01 -164,9 -

Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996

Sifat kimia gas alam, yaitu:

1. Tidak berwarna

2. Tidak berbau

3. Mudah terbakar

4. Merupakan campuran hidrokarbon yang terdiri dari 60-90% hidrokarbon

ringan dan hidrokarbon berat serta gas pengotor.

b. Air

Air yang digunakan bersumber dari sungai Musi. Sebelum dikirim ke pabrik

Amoniak, air tersebut diproses terlebih dahulu sebelum digunakan untuk

menghilangkan kation dan anion yang terdapat pada air, sehingga mempunyai

kemurnian H2O yang sangat tinggi atau disebut dengan DeminWater dan

mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan, seperti korosi, endapan lumpur,

pembentukan kerak dan lain-lain. Sifat-sifat air dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sifat-Sifat Fisik Air


38

No Sifat Nilai

1. Titik didih 100˚C

2. Titik Beku 0˚C

3. Temperatur Kritis 374˚C

4. Tekanan Kritis 218,4 atm

5. Densitas Kritis 324 Kg/m3

6. Viskositas pada 20˚C 0,01002 Poise

Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996

Sifat kimia air adalah:

1. Merupakan pelarut yang paling banyak digunakan

2. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

3. Merupakan cairan non-polar dengan konstanta dielektrik tinggi

4. Mempunyai sifat elektrolit yang lemah.

c. Udara

Udara pada Pabrik Amoniak dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di secondary

reformer, udara tersebut berasal dari ambient (sekeliling) yang kemudian masuk

ke dalam kompresor, kompresor digunakan untuk menaikkan tekanan udara agar

udara masuk ke dalam alat proses yang bertekanan tinggi. Kandungan N2 dari

udara sangat dibutuhan dalam pembentukan produk amoniak.

Sifat kimia udara yaitu:

1. Mempunyai sifat yang tidak mudah terbakar, tetapi dapat membantu proses

pembakaran
39

2. Terdiri dari 79% mol N2 dan 21% mol O2 serta larut dalam air.

Sifat-sifat fisik udara dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sifat-Sifat Fisik Udara

No Sifat Nilai

1. Densitas pada 0˚C 1292,8 kg/m3

2. Temperatur kritis -140,7˚C

3. Tekanan kritis 37,2 atm

4. Densitas kritis 350 kg/m3

5. Entalpi pada 120˚C 1278 kJ/Kg

6. Panas jenis pada 1.000˚C ; 281,65K dan 0,89876 Bar 0,28 Kal/gr

7. Faktor kompresibilitas 1.000

8. Berat molekul 28,964

9. Viskositas 1,76 E-5 Poise

10. Koefisien perpindahan panas 9,24 E-W/m.K

Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996

2.2.1.2 Bahan Baku Pabrik Urea

a. Amoniak (NH3)

Sifat kimia amoniak adalah:

a. Pada suhu kamar (25˚C, 1 atm), Amoniakmerupakan gas tidak berwarna yang

mempunyai bau tajam

b. Lebih ringan dari udara

c. Sangat mudah larut dalam air (710 volum NH3 larut dalam 1 volum air)
40

d. Apabila terhirup dapat menimbulkan air mata, dalam jumlah yang besar dapat

menimbulkan sesak napas.

Sifat-sifat fisik amoniak dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sifat-Sifat Fisik Amoniak

No Sifat Nilai

1. Titik didih -33,4˚C

2. Titik beku -77,70˚C

3. Temperatur kritis 133,25˚C

4. Tekanan kritis 1.657 psi

5. Tekanan uap cairan 8,5 atm

6. Spesifik volum pada70˚C 22,7 ft3/lb

7. Spesifik grafity pada 0˚C 0,77

8. Panas pembentukan pada:

1˚C -9,37 Kkal/mol

25˚C 111,04 Kkal/mol

9. Kelarutan dalam air pada1 atm (%

berat) pada:

0˚C 41,80

20˚C 33,10

60˚C 14,10

10. Panas Spesifik pada 1 atm:

0˚C 0,5009

100˚C 0,5317
41

200˚C 0,5029

Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996

b. Karbondioksida (CO2)

Sifat-sifat karbondioksida, yaitu:

1. Pada suhu kamar (250C, 1 atm) berupa gas yang tidak berwarna

2. Rumus molekul CO2 dan mempunyai berat molekul 28gr/mol

3. Mempunyai bau dan rasa yang lemah

4. Tidak beracun

5. Larut dalam air

6. Apabila terhirup menimbulkan efek sesak nafas dan gangguan terhadap

keseimbangan badan.

Sifat-sifat fisik amoniak dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sifat-Sifat Fisik Karbondioksida

No Sifat Nilai

1. Titik didih -57,5˚C

2. Titik beku -78,4˚C

3. Temperatur kritis 38˚C

4. Tekanan kritis 0,6 Kg/cm3

5. Panas laten peleburan 1.900 Kal/mol

6. Panas penguapan 6.030 Kal/mol

Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996


42

2.2.2 Proses Produksi

2.2.2.1 Pabrik Amoniak

Unit amoniak berfungsi untuk menghasilkan amoniak dari bahan baku gas

alam, udara, dan steam. Amoniak ini nantinya akan digunakan sebagai bahan baku

di unit urea, sebagian lagi dijual ke pihak luar. Selain amoniak, juga menghasilkan

CO2 sebagai hasil samping, yang juga digunakan di unit urea.

Tahapan-tahapan proses yang terjadi di unit Amoniak P-III adalah:

1. Pengolahan Gas Alam (Feed Treating)

2. Pembuatan Gas Sintesa (Reforming Syn-Gas)

3. Pemurnian Gas Sintesa (Syn-Gas Purification)

4. Sintesa Amoniak (Amoniak Synthesis)

5. Pendinginan Amoniak (Amoniak Refrigeration).

Tahapan – tahapan diatas dapat dilihat secara ringkas pada Gambar 8 berikut ini:

Sumber: On Job Training Pabrik Amoniak PT PUSRI Palembang


43

Gambar 8. Diagram blok proses pembuatan amoniak

1. Pengolahan Gas Alam (Feed Treating)

Pada proses ini, gas alam yang digunakan dilewatkan ke dalam beberapa

sistem proses untuk menghilangkan kandungan-kandungan yang tidak diinginkan

di dalam gas alam tersebut. Kandungan yang tidak diinginkan itu diantaranya

adalah partikel padat, sulfur organik dan anorganik air, hidrokarbon berat, dan

karbon dioksida.

Mula-mula, aliran gas alam dari gas metering station (GMS) terbagi menjadi

dua aliran sebagai fuel dan sebagai gas proses. Aliran gas ini masih mengandung

pengotor-pengotor yang harus dihilangkan karena dapat mengganggu proses

selanjutnya. Tahapan treatmentgas bumi adalah sebagai berikut:

a. Penyaringan (Filtrasi)

Gas alam dari Gas Metering Station dialirkan menuju Mechanical Filter

(202-L) untuk dipisahkan kotoran-kotorannya yang berupa padatan, debu, dan air.

Mechanical Filter ini dioperasikan pada tekanan 28 kg/cm2g dan temperatur

21°C.

Pada saluran masuk Mechanical Filter(202-L) dipasang flow recorder untuk

mencatat aliran gas bumi yang akan di proses di Pabrik Amoniak, sedangkan pada

Mechanical Filter (202-L) sendiri terpasang pengukur beda tekanan untuk

mengetahui seberapa banyak kotoran yang menempel di filter dan kapan waktu

pembersihannya.

b. Pemisahan belerang anorganik (Desulfurisasi anorganik)


44

Tahapan feed treating berikutnya adalah pemisahan kandungan sulfur

anorganik pada alat desulfurizer. Desulfurizer merupakan peralatan yang

digunakan untuk menghilangkan kandungan sulfur anorganik pada gas alam.

Berikut ini beberapa alasan mengapa sulfur anorganik perlu dihilangkan pada gas

alam:

1.Dapat mereduksi senyawa inhibitor pada sistem benfield,

2.Akan terbawa oleh gas CO2 dan akan merusak kompresor di Urea,

3.Merupakan racun bagi katalis pada peralatan desulfurizer.

Sebelum masuk menuju desulfurizer umpan terlebih dahulu dipanaskan di

line heater hingga suhu 390C menggunakan media lowsteam. Pemanasan ini

bertujuan untuk memaksimalkan kinerja katalis ZnO pada alat desulfurizer, katalis

akan bekerja lebih baik mengikat H2S pada suhu tersebut. Didalam desulfurizer

akan terjadi pengikatan H2S oleh katalis ZnO, reaksi pengikatan yang terjadi

adalah sebagai berikut:

ZnO + H2S → ZnS + H2O.....................................(1)

Temperatur operasi pada alat desulfurizer adalah pada range 30 -100 0C.

c. Pemisahan air

Gas proses keluar Desulfurizer (201-D) menuju absorber. Absorber ini

tersusun atas 10 bubble cap tray, regenerator dengan packing column, Pompa

sirkulasi, dan eksternal reboiler. Absorber ini digunakan untuk menghilangkan air

yang terkandung didalam gas proses. Air dihilangkan karena pada proses

selanjutnya, gas akan didinginkan sampai -18°C, pada keadaan ini air akan
45

membeku dan menyumbat alat. Sebagai larutan penyerap digunakan tri ethylene

glycol (TEG) karena pemisahan antara rich glycol dari air cukup mudah, yaitu

dengan memanfaatkan beda titik didih yang besar antara TEG dan air, sehingga

cukup dengan dipanaskan hingga suhu 204°C. Cairan TEG dikontakkan secara

counter-current dimana cairan masuk dari atas sedangkan gas proses dari bawah.

Akumulasi cairan dikontrol oleh level controller. Gas keluar dari absorber

menuju treatment selanjutnya, sedangkan cairan ETG diregenerasi. Air yang

teruapkan saat regenerasi dibuang ke lingkungan sedangkan TEG dialirkan ke

storage tankdengan sebelumnya mengalami beberapa pendinginan untuk

mencegah terjadinya foaming. Kemudian disirkulasikan kembali ke dalam

absorber.

d. Pemisahan Heavy Hydrocarbon (HHC)

Heavy Hidrocarbon (HHC) dihilangkan untuk menghindari pembentukan

arang pada proses reforming yang dapat mengganggu difusi gas ke dalam katalis.

Fraksi hidrokarbon berat yang dipisahkan adalah senyawa hidrokarbon yang

mempunyai berat molekul tinggi, yaitu C2H6, C3H8, C4H10, C5H12, dan C6++.

Pemisahan hidrokarbon berat ini menggunakan perbedaan sifat fisis, yaitu

pendinginan sampai temperatur -25 oC, sehingga hidrokarbon berat ini akan

terkondensasi dan terpisahkan dari CH4.

Gas alam yang telah diserap kandungan uap airnya kemudian dilewatkan

mist eliminatoruntuk mencegah terbawanya glikol dalam aliran feed gas. Gas

yang telah bebas air dialirkan menuju tube side Chiller (203-C) untuk didinginkan

dengan NH3 cair sehingga suhu gas mencapai -18oC. Selanjutnya, gas dan HHC
46

yang telah mencair tadi dialirkan ke Separator (206-F) untuk dipisahkan. LC-201

mengatur level hidrokarbon dan mengirim kelebihannya ke untuk mendinginkan

salah satu gas stream. Gas keluar dari atas Separator sedangkan cairan keluar dari

bawah untuk dibuang ke atmosfer atau dipergunakan sebagai tambahan fuel gas di

dapur primary reformer.

Proses pemisahan air dan heavy hydrocarbon dari gas umpan hanya berlaku

untuk PUSRI II, III, dan IV. Sedangkan untuk PUSRI IB tidak membutuhkan

kedua unit feed treatingini karena sudah memiliki teknologi untuk mengatasi

kehadiran HHC dalam prosesnya.

e. Pemisahan CO2 (CO2 removal)

Gas alam selanjutnya dimanfaatkan untuk mendinginkan gas alam

terdehidrasi pada feed gas Heat Exchanger (204-C1, C2, dan C3) dan dialirkan ke

shell side dari natural gas exchanger (201-C1 dan C2) untuk mendinginkan

seperempat larutan benfield sehingga suhu gas akan naik lagi menjadi 96°C.

CO2 dihilangkan agar tidak terjadi metanasi di Co-Mo 101-D

hydrotreater(Desulfurizerberikutnya). Dari atas Separator (206-F) gas proses

dialirkan secara berturut-turut melalui tube side penukar panas (204-C) dan 201-C

untuk dipanaskan, selanjutnya masuk ke bagian bawah CO2Absorber (201-E).

Sebagai larutan penyerap digunakan larutan benfield(K2CO3) yang dialirkan dari

atas absorber. Komponen utama larutan benfieldyaitu Pottasium Carbonat

(K2CO3) 30 % berat yang berfungsi sebagai penyerap CO2, Dietanol Amine (DEA)

2 – 3 % berat yang berfungsi sebagai activator, Vanadium Pentoxide (V2O5) 0,8

% berat yang berfungsi sebagai corrosion inhibitor, dan UCON 500 HB sebagai
47

pencegah pembentukan busa. Larutan Benfield ini akan diregenerasi di stripper

untuk dipisahkan dengan gas CO2 yang diserapnya.

Gas keluar dari Absorber dialirkan ke cooler (207-C) untuk didinginkan

dengan air pendingin (cooling water), masuk ke KO drum201-F untuk

memisahkan kandungan air yang terbawa, kemudian menuju compressor 102-

J.Reaksi yang terjadi pada sistem pemisahan CO2 adalah:

Absorber 201-E: CO2 + H2O + K2CO3 2 KHCO3 + Q ........ (2)

Stripper 202-E: 2 KHCO3 + Q CO2 + H2O + K2CO3 ......... (3)

Absorber bekerja pada tekanan tinggi dan temperatur rendah, sedangkan

stripper bekerja pada tekanan rendah dan temperatur tinggi.Hal ini dikarenakan

pada tekanan tinggi, kelarutan gas lebih baik. Suhu keluaran gas sisaCO2 dari

absorber adalah 96 oC dengan tekanan 27,2 kg/cm2g. Kemudian gas alam

keluaran absorber dilewatkanabsorber knock out drum untuk menghindari adanya

larutan benfield yang terikut pada gas.Stripper bekerja untuk meregenerasi larutan

benfield, stripping agent yang digunakan pada sistem ini adalah steam.

f. Pemisahan Sulfur Organik (Co-Mo ZnO Desulfurizer)

Tahap ini merupakan tahap lanjutanfeed treating yang bertujuan untuk

mengubah persenyawaan belerang organik RSR dan RSH menjadi H2S dan

mengikat H2S dari feed gas sebelum masuk ke primary reformer. Reaksi yang

terjadi adalah sebagai berikut:

a. Reaksi pada bed katalisCo-Mo


48

RSR + 2H2 → RH + RSH + H2S..................... (4)

RSH + H2 → RH + H2S................................... (5)

b. Reaksi pada katalis ZnO

H2S + ZnO → ZnS + H2O................................ (6)

Gas alam dari CO2removal dinaikkan tekanannya dengan kompresor 102-J

sampai dengan 40-45 kg/cm2, lalu dipanaskan dengan mempertukarkan panas

aliran gas dari 102-D di 209-C kemudian dipanaskan lagi di 103-B (feed gas

heater) sampai dengan 3150C.Sebelum memasuki 103-B aliran gas diinjeksikan

H2 (syn-gas). Gas kemudian masuk ke bed katalis CoMo dan merubah sulfur

organik RSH/RSR menjadi anorganik H2S. Setelahmasuk bed katalis ZnO H2S

akan di ikat oleh katalis menjadi ZnS.Kemudian gas dialirkan ke saturator untuk

dijenuhkan dengan uap air.

2. Pembentukan Gas Sintesa (Reforming)

Gas alam yang telah diolah di area feed treating dengan komponen

utamanya CH4 selanjutnya akan direaksikan lebih lanjut dengan steam di dalam

reformer. Ada dua unit reformeryang digunakan dalam proses ini. Yang pertama

adalah primary reformeryang berfungsi untuk mereaksikan gas proses dengan

steam supaya dihasilkan hidrogen dan CO2. Unit kedua disebut secondary

reformer dimana pada unit ini berfungsi untuk menyempurnakan reaksi yang

terjadi di primary reformer dan juga diinjeksikan udara untuk mendapatkan

nitrogen sebagai bahan baku pembuatan amoniak. Unit secondary reformer juga

berfungsi untuk menghasilkan panas yang kemudian digunakan untuk

memproduksi steam pada Waste Heat Boiler.


49

Diagram alir proses pembentukan gas sintesa (Reforming) dapat dilihat pada

Gambar 9.

Steam

Feed Saturator Primary


Treating Reformer

Waste Heat Secondary


Purification Boiler Reformer

Udara

Sumber: On Job Training Pabrik Amoniak PT PUSRI Palembang

Gambar 9. Diagram alir proses pembentukan gas sintesa (reforming)

Tujuan dari tahap reforming adalah untuk menghasilkan gas sintesa (N2 dan

H2) sebagai bahan baku pembuatan amoniak dan CO2 sebagai produk samping.

Unit ini terdiri dari:

a. Saturator

Pada awalnya, tidak ada unit saturatordalam proses pembentukan gas

sintesa. Unit ini merupakan hasil proyek optimasi energi yang dilakukan oleh PT
50

PUSRI.Feed gas setelah melewati feed treating area sebelumdimasukkanke

reforming areadikirim terlebih dahulu ke saturator. Disini, feed gas dijenuhkan

dengan uap air, dengan cara dikontakkan dengan hot condensate. Hal ini untuk

mengurangi konsumsi steam karena feed gas telah jenuh dengan uap air. Hot

condensate disemprotkan ke dalam aliran gas. Proses kondensat dipanaskan dalam

Primary dan Secondary Saturator Coilsebagai bentuk pemanfaatan waste heat.

Dalam keadaan darurat digunakan BFW sebagai make up.Gas alam yang telah

jenuh dengan uap air ini kemudian dialirkan ke primary.

b. Primary Reformer 101-B

Pada Primary Reformer terjadi reaksi:

CH4 + H2O  CO + 3H2...................... (7)

CO + H2O  CO2 + H2........................ (8)

Total Reaksi:

CH4 + 2H2O  CO2 + 4H2................... (9)

Di dalam Primary Reformer feed gas yang telah jenuh dengan air dialirkan

melalui enam buah pipa induk, masing-masing dari pipa sub induk ini membagi

aliran ke arah bawah melalui 42 buah tabung berisi katalis yang letaknya paralel

dalam daerah radiasi pemanas reformer pertama. Di bagian bawah setiap bans

terdiri dari 42 buah tabung katalis berakhir pada penampung induk dekat lantai

reformer pertama, kemudian aliran gas ini dialirkan menuju Secondary Reformer.

Reaksi di Primary Reformer merupakan reaksi endotermis dan panas yang

dibutuhkan diperoleh dari pembakaran gas alam dengan udara di luar 252 tabung

tadi. Untuk menjaga agar gas yang keluar dari Primary Reformer pada temperatur
51

800°C maka temperatur section radiant dijaga sekitar 982°C. Pembakaran harus

dijaga sedemikian rupa untuk menghindar terjadinya bagian-bagian tabung yang

dingin atau terlalu panas. Katalis yang dipakai adalah nikel, berupa cincin atau

silinder yang terdapat pada 252 tabung.

Variabel operasi reformer yang perlu diperhatikan adalah temperatur,

tekanan, dan steam to carbon ratio.

- Temperatur

Semakin tinggi temperatur reaksi, maka konversi metana akan semakin

tinggi. Hal ini disebabkan reaksi steam reforming bersifat endotermis.

- Tekanan

Kenaikan tekanan reaksi akan menyebabkan konversi metana menurun.Hal

ini disebabkan selisih koefisien stoikiometri reaktan dengan produkadalah-2.

- Steam to carbon ratio

Steam yang diumpankan ke reforming harus cukup agar pembentukan karbon

pada katalis tidak terjadi. Kenaikan jumlah steamakan menggeser

kesetimbangan ke arah produk reaksi, sehingga konversi metana meningkat,

dan konsumsi steamserta kebutuhan fuel gas akan meningkat pula. Dalam

proses reforming, pada umumnya steam to carbon ratio di dalam gas proses

yang masuk keprimary reformer berkisar antara3,2–3,4 tergantung pada

kondisi di primary reformer, karena pada rasio ini operasi akan memberikan

kinerja yang optimal dan paling ekonomis.

c. Secondary Reformer 103-D


52

Gas yang telah mengalami proses Reforming, sebagian masuk ke Secondary

Reformer pada suhu 797°C. Udara proses dan steam yang telah dipanaskan

bertemu dengan aliran gas purge melewati chamber bagian atas dari secondary

reformer. Keadaan ini memberikan campuran yang baik antara udara dan gas

proses, sehingga terjadi pembakaran secara cepat dan mendistribusikan panas

pembakaran ke seluruh permukaan katalis. Gas panas dari bagian combustion

section reformer mengalir ke bawah melalui katalis nikel, membuat reaksi

Reforming menjadi sempurna.Reaksi yang terjadi di dalam combustion zone

adalah:

2H2 + O2  2H2O ......................................... (10)

dengan temperatur reaksi 1200°C, sedangkan reaksi yang terjadi pada lapisan

katalis sama dengan reaksi yang terjadi di Primary Reformer.

CH4 + H2O  CO + 3H2......................... (11)

CO + H2O  CO2 + H2......................... (12)

Total Reaksi:

CH4 + 2H2O  CO2 + 4H2 ............................. (13)

Katalis yang dipakai pada Secondary Reformer adalah nikel yang disangga

oleh alumina, sedangkan alumina disangga oleh susunan batu yang berbentuk

lengkung di bagian atas outlet secondary reformer. Efisiensi maksimum pada

operasi ini dinyatakan dengan terjadinya pembakaran parsial sebanyak mungkin,

sehingga akan mengurangi pemakaian bahan bakar.


53

Jumlah udara yang dimasukkan ke Secondary Reformer tergantung dari

jumlah N2 yang dibutuhkan. Perbandingan antara H2 dan N2 harus tepat, jika tidak

akan menyebabkan kesulitan pada Ammonia Converter. Jika jumlah udara

dinaikkan maka yang mesti djaga adalah temperatur di Secondary Reformer,

dimana pengaturan suhu di Secondary Reformer ada di Primary Reformer. Suhu

gas yang keluar dari Secondary Reformer sebesar 800°C.

Gas proses dari Secondary Reformer dilewatkan melalui waste heat

exchanger, tujuannya untuk menurunkan suhu dari 800°C menjadi 348°C, lalu

masuk ke mixing tee untuk mendapatkan campuran gas panas dan dingin yang

baik. Lalu gas proses yang telah bercampur ini mengalir ke unit pemurnian gas

sintesis.

3. Pemurnian Gas Sintesa

Komponen gas proses yang keluar dari secondary reformer terdiri dari gas

H2, N2, CO, CO2, Ar, dan CH4. Untuk keperluan sintesis amoniak, gas yang

diperlukan hanya H2 dan N2. Oleh karena itu, gas CO dan CO2 perlu dihilangkan

karena dapat menjadi racun bagi katalis dalam unit sintesis amoniak berikutnya.

Penyisihan gas CO dan CO2 berlangsung dalam shift converter,CO2 Absorber dan

methanator. Kedua gas tersebut dapat diubah menjadi gas metana (CH4) yang

merupakan gas inert yang tidak ikut bereaksi dan tidak merusak katalis. Gas inert

lain selain CH4 adalah gas argon (Ar). Kehadiran gas inert harus dibatasi karena

jika gas inert hadir dalam jumlah yang berlebih maka gas tersebut dapat

menghambat jalannya proses dan mengurangi produk amoniak yang dihasilkan.

Diagram alir tahap pemurnian gas sintesa dapat dilihat pada Gambar 10.
54

High Temp. Shift Low Temp. Shift


Reforming
Converter Converter

Synthesis
Loop Methanator CO2 Absorber

CO2 CO2 Stripper

Sumber: On Job Training Pabrik Amoniak PT PUSRI Palembang

Gambar 10. Diagram alir tahap pemurnian gas sintesa

a. High Temperatur Shift Converter (104-D)

Setelah melewati 101-C dan 102-C aliran gas kemudian memasuki High

Temperatur Shift Converter (104-D), unit ini berfungsi untuk mengubah CO yang

masih tersisa pada proses sebelumnya menjadi CO2 yang dibantu dengan katalis

Fe2O3. Pada saat masuk ke 104-D tersebut temperatur gas inlet harus berada pada

kondisi temperatur reaksi sekitar 3500 C untuk mencapai temperatur tersebut

diatur dengan TRC-10 yang merupakan by pass dari 102-C.


55

Aliran gas ke104-D masuk dari atas melalui diffuser dan

selanjutnyamengalir kebawah melewati bed katalis. Pada HTS ini terjadi reaksi

eksotermis yaitu reaksi yang menghasilkan panas sehingga panas tersebut bisa

dimanfaatkan pada proses selanjutnya.

b. Low Temperatur Shift Converter (108-D)

Pada proses konversi CO menjadi CO2 agar sesempurna mungkin maka

selain converter yang beroperasi pada temperatur tinggi diperlukan juga converter

pada temperatur rendah sehingga konversi proses tersebut menjadi lebih besar.

Setelah keluar dari HTS dan melewati beberapa heat exhanger selanjutnya

umpan gas yang temperaturnya+207 – 2100C kemudian masuk ke 108-

D(LTS)untuk menyempurnakan konversi CO menjadi CO2. Pada LTS ini reaksi

dibantu dengan katalis CuO, alirannya sama dengan HTS yaitu aliran dari atas ke

bawah. Desain metal temperatur dari LTS adalah sekitar 3010C oleh karena itu

operasi temperatur di LTS tidak boleh melebihi itu. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 11.


56

From
Sec Reformer

112-C

104-D
HTSC 108-D
104-C
102-C LTSC

TRC-11
103-C 152-C
TRC-10 153-C
105-C
155-C

To CO2 Removal

Sumber : Departemen Rendal dan Produksi PT PUSRI Palembang, 2015

Gambar 11. Diagram alir di shift converter 104-D

c. CO2 Removal Main Benfield

CO2 harus dihilangkan karena CO2 merupakan racun bagi katalis di unit

sintesis amoniak (amoniak konverter).Penyerapan CO2 menggunakan larutan

benfield(K2CO3). Larutan benfield akan menyerap CO2 secara kimia di absorber

melalui reaksi :

K2CO3 + 2CO2 + H2O 2 KHCO3 + Q (eksotermis)....................(14)

Gas sintesa dari LTS masuk ke absorber di serap oleh larutan semi lean

benfield dari bagian tengah absorber dengan aliran FRC-12 dan larutan lean

Benfield dari bagian atas absorber dengan aliran FRC-5. Gas yang sudah di serap

CO2 nya keluar dari atas absorber masuk ke methanator. Sedangkan larutan yang

mengandung banyak CO2 (mengandung banyak Benfield) dikirim ke stripper

melalui letdown hydraoulic turbine 107-JHT atau melalui let down valve LIC-6.
57

Di stripper larutan benfiled di panaskan pada beberapa reboiler, CO2 akan

terlepas dari atas stripper yang kemudian didinginkan oleh 110-C dan kemudian

diambil sebagai produk CO2 dengan aliran FR-18. Dari bagian tengah stripper

larutan semi lean benfield masuk ke flash tank 119-F untuk pelepasan CO2

dengan bantuan penurunan tekanan bertahap oleh steam ejector. Larutan semi

lean benfield dari flash tank ini kemudian dikirim dengan pompa 107-J ke bagian

tengah absorber. Larutan di bagian bawah stripper masuk ke reboiler untuk

dipanaskan baik dengan gas sintesa maupun dengan steam di reboiler. Dan

Larutan lean benfield dari bagian bawah stripper di kirim ke bagian atas

absorberdengan pompa 110-J untuk menyerap CO2 kembali.

d. Metanator (106-D)

Metanator berfungsi untuk mengubah CO dan CO2 dicampuran gas sintesa

menjadi CH4 sebelum diumpankan ke dalam amoniak konverter.Aliran gas keluar

CO2absorber dipanaskan hingga 300oC di heat exchanger 136-C dan 104-C dan

dialirkan ke metanator dengan katalis Nikel. CO dan CO2 akan direaksikan

dengan H2 menjadi CH4 (Methana) dengan bantuan katalis Nikel.

Reaksi yang terjadi di metanator adalah:

CO+ 3H2 CH4 + H2O+ Q (eksotermis) (1 mol menaikkan temperatur

72oC) .................................................................................. (15)

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O+ Q(eksotermis) (1 mol menaikkan temperatur

60oC) .................................................................................. (16)

Dari reaksi di atas, diharapkan aliran keluar metanator sudah bebas CO dan CO2.
58

4. Sintesa Amoniak

Unit SintesaAmoniak ini bertugas untuk mengkonversi Hidrogen dan

Nitrogen menjadi Amoniak di Amoniak converter.

Tahapan dari proses Sintesa Amoniak adalah berikut ini:

a. Amoniak converter

Sebelum masuk amoniak converter gas ditekan di kompresor agar konversi

bisa optimal. Pembentukan amoniak dari N2 dan H2diproses dengan bantuan

katalis Promoted Iron (Fe). Karena konversi reaksi yang rendah maka dibuat

sistem Loop untuk memanfaatkan gas yang belum bereaksi.

Reaksi yang terjadi di amoniak converter:

N2 + 3H2 2NH3 + Q (eksotermis)........................... (17)

b. PGRU (Purge Gas Recovery Unit)

Pada unit ini digunakan sistem Loop maka untuk mengatasi akumulasi gas

inert perlu adanya pembersihan. Pembersihan ini dilakukan untuk memisahkan

NH3, H2, dan CH4 yang dapat dimanfaatkan kembali.

c. Chiller

Unit ini digunakan chiller yang terdiri dari 3 tingkat pendinginan amoniak

yang terbentuk akan terkondensasi.

d. KO Drum

Pada unit ini, KO Drum digunakan untuk memisahkan amoniak yang

terbentuk. Gas yang terbentuk dikirim ke PGRU dan cairan amoniak dikirim ke

pendingin loop.
59

5. Pendinginan Amoniak

Amoniak dibutuhkan dalam beberapa kondisi, yaitu amoniak panas (300C)

yang langsung dikirimkan ke unit urea, dan amoniak dingin (temperatur -330C)

yang disimpan dalam tangki penyimpanan NH3.Masih adanya gas terlarut di

amoniak dilepaskan dalam tiga tahap pelepasan sehingga amoniak yang

didapatkan lebih murni.Amoniak dingin juga dimanfaatkan sebagai pendingin di

Chillersyn-loop.

Pada pabrik amoniak di P-III ada 3 tingkat flash drumyaitu 110-F, 111-F dan

112-F. Cairan amoniak yang diterima dari 107-F area syn-loop masuk ke flash

drumtingkat 1(112-F), dari sini amoniak sudah bisa diambil sebagai produk yang

dingin. Vapour yang ada beserta gas terlarut ditarik oleh kompresor 105-J, begitu

juga untuk tingkat yang lain. Discharge kompresor didinginkan oleh 127-C

sehingga amoniak menjadi liquid dan ditampung di 109-F.

Dari 109-F diambil produk amoniak panas untuk dikirim ke Pabrik Urea,

sebagian lagi di letdown ke flash drum tingkat 3 sehingga temperaturnya turun

dan gas inert juga terlepas, begitu terus sampai tingkat satu sambil dimanfaatkan

untuk mendinginkan chiller.

2.2.2.2 Pabrik Urea

Secara garis besar proses produksi urea dapat dibagi menjadi beberapa seksi,

yaitu:

1. Seksi Sintesa

2. Seksi Dekomposisi/Purifikasi
60

3. Seksi Kristalisasi dan Pembutiran

4. SeksiRecovery.

1. Seksi Sintesa

Pada seksi sintesis ini akan diproduksi urea dari gas karbondioksida,

amoniak cair, dan larutan karbamat yang didaur ulang di dalam reaktor urea pada

tekanan dan temperatur tinggi. Reaktor yang digunakan di pabrik urea PUSRI-III

dan PUSRI-IV adalah autoclave yang terdiri dari sembilan lapis carbon steel dan

dinding paling dalamnya terbuat dari titanium untuk mencegah korosi. Reaktor ini

dirancang untuk beroperasi pada tekanan 250 kg/cm2g dan temperatur 200°C

dengan waktu tinggal selama 25 menit.

Pada proses ini make-up line amoniak yang dikirim dari Pabrik Amoniak

dialirkan ke dalam amoniak reservoir dimana make-up amoniak akan dicampur

dengan amoniak recovery dari amoniak condenser. Inert gas yang terdapat pada

make-up amoniak cair dipisahkan oleh gas releaser. Amoniak cair (NH3) yang

berasal dari reservoir Amoniak yang bertekanan 16,5 kg/cm2g dikompresi oleh

amoniak boost up hingga bertekanan 25 kg/cm2g. Amoniak boost up akan

langsung menghasilkan tekanan 25 kg/cm2g dalam satu tingkat. Kemudian cairan

amoniaktersebut sebagian dikompresi kembali oleh pompa umpan amoniak

sehingga bertekanan 250 kg/cm2g sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan pada

reaksi sintesis urea dan sebagian lagi dialirkan ke High Pressure Absorber (HPA).

Pompa umpan amoniak juga akan menghasilkan tekanan 250 kg/cm2g dalam satu

tingkat. Cairan amoniak tersebut kemudian dipanaskan oleh amoniak preheater


61

sebanyak dua kali, pertama oleh heat exchangeryang menggunakan air panas

sebagai medium pemanas dan kedua oleh heat exchangeryang menggunakan

steam condensate sebagai medium pemanas. Setelah temperatur amoniak cair

mencapai 81,4°C, cairan amoniakakan dimasukkan kedalam reaktor.

Gas CO2 dari bagian amoniak PUSRI III dan PUSRI IV yang bertekanan 0,6

kg/cm2g dan temperatur 38°C dimasukkan ke suction Separator untuk dipisahkan

airnya. Kemudian udara anti korosi diinjeksikan ke gas CO2 tersebut sebanyak

12.500 ppm udara atau 2.500 ppm O2. Gas CO2 yang telah ditambahkan udara

akan dikompresi oleh CO2booster kompresor dari tekanan 0,6 kg/cm2g hingga

tekanan 25 kg/cm2g. Pada booster kompresor terdapat tiga tingkat kenaikan

tekanan, yaitu kenaikan tekanan dari 0,6 kg/cm2g menjadi 3 kg/cm2g kemudian

menjadi 9 kg/cm2g, lalu menjadi 25 kg/cm2g. Kemudian gas tersebut di Separator

menjadi dua aliran dan dikompresi kembali oleh CO2 Kompresor menjadi 250

kg/cm2g sesuai dengan tekanan operasi yang dibutuhkan oleh reaksi sintesis.

Pada CO2 kompresor, kenaikan tekanan hanya dua kali, yaitu dari 25 kg/cm2g

menjadi 85 kg/cm2g baru menjadi 250 kg/cm2g. Kemudian sebagian gas CO2 yang

telah dikompresi tersebut dimasukkan ke dalam reaktor dan sebagian lagi masuk

ke dalam Low Pressure Decomposer pada seksi dekomposisi.

Selain amoniak cair dan gas CO2, larutan amonium karbamat recycle juga

dimasukkan kedalam reaktor untuk dikonversi kembali menjadi urea. Recycle

carbamatesolution dipompa dari high pressure absorber cooler dengan

menggunakan recycle solution booster up pump tipe sentrifugal sehingga dapat

memberikan suction head level (24 kg/cm2g) pada recycle solution feed pump.
62

Kemudian dari recycle solution feed pump, recycle carbamate solution dipompa

ke bagian bawah reaktor sintesis urea. Amoniak cair dan karbon dioksida

bereaksi menjadi amonium karbamat. Reaksi pembentukan amonium karbamat

dari amoniak dan karbondioksida mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut:

2 NH3 + CO2 NH2COONH4 + 38000 kal..................... (18)

Kemudian amonium karbamat terhidrasi menjadi urea dan air. Reaksi dehidrasi

amonium karbamat menjadi urea dan air:

NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O - 6000 kal................ (19)

Selain kedua reaksi di atas, terjadi juga reaksi samping, yaitu dimerisasi urea

menjadi biuret dan amoniak :

NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3 - Q kal ....... (20)

Reaksi-reaksi di atas berlangsung dalam fasa cair. Tingginya temperatur

optimum reaksi menyebabkan tekanan operasi juga harus tinggi. Hal ini

dibutuhkan untuk menjaga campuran reaksi tetap dalam fasa cair. Oleh karena itu,

tekanan reaktor sintesis urea dijaga pada 250 kg/cm2g dan temperatur pada bagian

atas reaktor sintesis urea dijaga pada 198°C. Pada kondisi tersebut, reaksi 1 dapat

berlangsung dengan kecepatan tinggi tanpa membutuhkan katalis sampai hampir

seluruh reaktan selesai bereaksi asalkan tekanan sistem pada temperatur operasi

tersebut lebih tinggi daripada tekanan dekomposisinya.

Jika sistem tidak mengandung air dan memiliki perbandingan umpan yang

sesuai, maka dari reaksi 1 akan dihasilkan amonium karbamat. Jumlah amoniak
63

yang berlebih akan memperbesar konversi CO2. Namun akan memerlukan

pemisahan sisa amoniak dari aliran produk. Pembentukan amonium karbamat

merupakan reaksi yang sangat eksotermis oleh karena itu, perpindahan panas

secara terus-menerus perlu dilakukan agar temperatur tidak melebihi temperatur

dekomposisinya. Pengontrolan temperatur ini diperlukan karena temperatur

dibawah titik leleh amonium karbamat akan membentuk lapisan yang menempel

pada dinding reaktor. Sedangkan jika temperatur sistem di atas titik leleh

amonium karbamat akan terjadi korosi.

Dehidrasi amonium karbamat tidak berlangsung sampai selesai. Derajat

konversinya bergantung pada perbandingan mol NH3 dan mol CO2 dalam umpan

reaktor, temperatur, tekanan, dan waktu tinggal reaksi. Perbandingan NH3:CO2 di

dalam umpan adalah 4:1. Jumlah amoniak yang berlebih akan memperbesar

konversi CO2 karena Amoniak bertindak sebagai agen dehidrasi, yaitu zat yang

menyerap air. Namun akan memerlukan pemisahan sisa amoniak dari aliran

produk. Kelebihan panas dari reaksi (18) akanmempertinggi konversi reaksi (20),

karena reaksi (20) bersifat endotermis. Sehingga laju pembentukan biuret semakin

besar, biuret tidak dikehendaki karena selain mengurangi produksi urea biuret

juga merupakan racun bagi tanaman.

Pembentukan biuret dapat dikurangi dengan adanya kelebihan amoniak dan

waktu tinggal yang singkat. Penurunan tekanan akan mengurangi konversi CO2

sehingga pembentukan amonium karbamat juga berkurang. Sedangkan kenaikan

tekanan akan membahayakan reaktor. Temperatur bagian atas reaktor dijaga

200°C. Temperatur yang rendah pada reaktor dapat menurunkan konversi


64

amonium karbamat. Sebaliknya, jika temperatur bagian atas reaktor melebihi

200°C, dinding reaktor akan terkorosi dengan cepat dan juga mengakibatkan

naiknya tekanan kesetimbangan campuran didalam reaktor.

Konversi CO2 turun jika temperatur dan tekanan reaktor serta perbandingan

mol NH3:CO2 rendah. Penurunan ini akan memperbesar kandungan amonium

karbamat pada hasil reaksi sehingga akan memperbesar beban di High Pressure

Decomposer. Bertambahnya beban akan memperbesar konsumsi steam pemanas

untuk dekomposisi. Amonium CO2 akan memperbesar kandungan CO2 dalam

karbamat. Selain itu, penurunan konversi larutan di high pressure absorber

cooler, jika kandungan ini terlalu tinggi, menyebabkan kesetimbangan dalam

High Pressure Absorberakan hilang dan proses absorbsi akan terganggu oleh

lolosnya CO2 bersama-sama dengan NH3 dari bagian atas menyebabkan

penyumbatan pipa dan kerusakan peralatan akibat terbentuknya amonium

karbamat. Pengaturan temperatur dan perpindahan panas di dalam reaktor

dilakukan dengan pengombinasian pengaturan jumlah Amoniak berlebih dalam

umpan reaktor, banyaknya larutan karbamat yang dikembalikan ke reaktor, dan

temperatur amoniak cair yang masuk ke reaktor.

Hasil reaksi yang keluar dari reaktor urea terdiri dari urea, air, amonium

karbamat, dan sisa amoniak. Semuanya dalam fasa cair pada kondisi reaktor

beroperasi normal. Komponen-komponen dalam fasa cair tersebut dilepaskan

melalui let down valve, kemudian masuk ke dalam high pressure decomposer

(HPD) yang beroperasi pada tekanan17 kg/cm2g dan temperatur 118 - 120°C.

Namun, keluaran reaktor urea terlebih dahulu menjalani proses pemisahan


65

kelebihan amoniakdan penguraian amonium karbamat didalam CO2stripper

dengan cara pemanasan menggunakan steam. Pada CO2stripper terdapat

kemungkinan pembentukan biuret dan hidrolisis urea, dengan reaksi sebagai

berikut:

NH2CONH2 + H2O CO2 + 2 NH3..................... (21)

2 NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + H2O ......... (22)

Reaksi hidrolisis urea tidak dapat dihindari. Reaksi ini hanya dapat

diminimalisir dengan menggunakan air sesedikit mungkin di dalam proses. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah kondensat yang kembali ke utilitas.

2. Seksi Dekomposisi / Purifikasi

Seksi dekomposisi / purifikasi merupakan bagian yang bertujuan untuk

memisahkan urea dari senyawa-senyawa lain sehingga diperoleh larutan urea

dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Proses pemisahan ini dilakukan dengan cara

pemanasan dan penurunan tekanan. Dengan perlakuan demikian maka ammonium

karbamat akan terurai menjadi gas-gas amoniak dan karbondioksida. Reaksi

penguraian tersebut adalah sebagai berikut:

NH2COONH4 CO2 + 2 NH3................... (23)

Selain itu dalam kolom juga terjadi hidrolisis urea.Karena itu, kondisi

operasi perludiatur sedemikian rupa sehingga kehilangan produk dapat

ditekan.Hidrolisis urea mudah terjadi pada temperatur tinggi, tekanan rendah dan

waktu tinggal yang lama. Hidrolisis urea berlangsung menurut reaksi:

CO(NH2)2 + H2O CO2 + 2 NH3.................... (24)


66

Pembentukan biuret (NH2CONHCONH2) adalah faktor lain yang harus

diperhatikan dalam proses dekomposisi. Selain mengurangi perolehan produk,

biuret juga merupakan racun bagi tanaman. Pembentukan biuret berlangsung pada

tekanan parsial amoniakyang rendah dan temperatur diatas 138oC menurut reaksi

sebagai berikut:

2 CO(NH2)2 NH2CONHCONH2 + NH3.......... (25)

Untuk mengatasi pembentukan biuret dan menekan laju hidrolisis urea,

maka dimasukkan amoniak berlebih dandekomposisi dilakukan bertahap

sebanyak tiga kali. Berikut tahapan dalam proses dekomposisi:

a. High Pressure Decomposser (HPD)

b. Low Pressure Decomposser (LPD)

c. Gas Separation (GS).

3. Seksi Kristalisasi dan Pembutiran

Seksi ini bertujuan untuk mengkristalisasi cairan urea dan membuat butiran

urea untuk dipasarkan. Urea hasil dari oxidizing column memiliki konsentrasi urea

73,9% yang kemudian dipompakan memasukikristalisasi bagian bawah.

Kristalisasi ini terdiri dari dua bagian, yaitu kristalisasi bagian atas yang disebut

vacuum concentratoryang bekerja pada tekanan 102 mmHg absolut dan

temperatur operasi 72°C serta kristalisasi bagian bawah yang bekerja pada

tekanan vakum. Kedua bagian crystallizer tersebut dihubungkan oleh barometric

leg. Pada vacuum concentrator, terjadi proses penguapan air dan larutan urea

yang supersaturated turun ke bawah melalui barometricleg dan masuk ke

kristalisasi.
67

Pada kristalisasi bagian bawah, air akan menguap pada temperatur rendah

karena tekanan yang digunakan ialah tekanan vakum. Larutan urea pada

kristalisasi bagian bawah akan bercampur dengan larutan urea jenuh yang turun

dari barometric leg (seperti pipa) dan berasal dari kristalisasi bagian atas. Slurry

urea yang keluar dari kristalisasi bagian bawah akan dipompa oleh slurry feed

pump sebagian ke pre-thickener dan sisanya masuk ke bagian atas ke kristalisasi

di bagian bawah. Dari bagian tengah kristalisasi, slurry urea dipompa oleh

sirkulasi pompa untuk kristalisasike bagian tube side dari HPAC untuk menjaga

temperatur HPAC. Kemudian dari HPAC, slurry urea akan bergabung dengan

larutan induk slurry urea dari oxidizing column dan masuk kembali ke bagian

atas dari kristalisasi bagian tengah dengan dipompa oleh pompa larutan urea (GA-

205). Pada kristalisasi bagian atas atau pada vacuumconcentrator, air dapat

teruapkan akibat panas yang didapat dari panas sensibel urea yang masuk dari

oxidizing column (DA-203), panas kristalisasi urea, panas air di dalam jaket, dan

panas yang didapat oleh urea yang disirkulasi ke HPAC. Tekanan vakum dan

temperatur untuk kristalisasi urea pada vacuumconcentrator diatur agar urea yang

keluar mengandung kristal urea.

Kristal urea yang jatuh ke melter akan meleleh. Dalam melter, terdapat pipa-

pipa peleleh yang di dalamnya dialirkan steam Semi Medium-Low bertekanan 7

kg/cm2g. Agar pelelehan urea menjadi lebih sempurna, pada bagian bawah pipa

peleleh dipasang spacer rod. Spacer rod ini bertujuan untuk memperkecil lubang

agar kemungkinan urea leleh turun kecil sehingga waktu tinggal urea dalam

melter lebih lama. Temperatur outlet melter harus dijaga pada 138°C. Jika
68

temperatur mencapai 135°C maka urea leleh akan sulit melewati lubang

distributor yang dipasangi spacer rod dan sebaliknya jika temperatur mencapai

140oC, urea akan berdimerisasi menjadi biuret. Urea leleh ini kemudian masuk ke

head tank (FA-301) kemudian masuk ke accoustic granular. Pada bagian bawah

dari accoustic granular terdapat lubang distributor yang akan memancarkan

molten urea dengan temperatur 138oC turun ke bawah. Dari bawah, udara

pendingin yang telah melalui lubang Fluidizing Cooler dihembuskan oleh fan

untuk mendinginkan lelehan Urea. Dari accoustic granular, butiran urea akan

turun akibat gaya gravitasi dan mulai memadat hingga didinginkan lagi menjadi

40°C pada fluidizing cooler oleh hembusan udara dari fan. Butir urea yang turun

dari fluidizing coolerkemudian jatuh ke belt conveyoryang mengantarkan butir

urea masuk ke trommol screen. Trommol screen ini berfungsi untuk memisahkan

produk urea yang terlalu besar. Butiran urea yang terlalu besar akan menuju ke

dissolving tank kedua yang kemudian akan dialirkan dissolving tank pertama lalu

masuk ke mother liquor tank. Produk urea dengan ukuran yang sesuai kemudian

diitimbang dengan belt scale,lalu diantarkan ke bagian pengemasan.

Udara panas yang terpisahkan dari kristal urea pada cyclone akan masuk ke

dust separator. Udara panas ini mengandung sedikit debu urea yang terbawa

karena terhisap oleh fan. Oleh karena itu, pada dust separator, debu urea diserap

terlebih dahulu menggunakan air yang disemburkan oleh spray nozzle dari bagian

atas dust separator. Kemudian debu urea ini akan masuk ke dust chamber yang

memiliki packed bed. Pada dust chamber,air juga disemprotkan untuk menyerap

debu urea yang tersisa. Udara sisa yang keluar dari dust chamber akan dihisap
69

keluar dari dust chamber oleh fan yang terpasang pada bagian atas dust chamber.

Dari dust chamber, larutan urea 25% yang terbentuk akan turun menuju disolving

tank kedua dengan aliran yang besar. Larutan urea ini kemudian akan dimasukkan

ke mother liquortank, line down stream, line mother liquor ke LPA, atau menuju

ke tangki karbamat untuk selanjutnya dikirim ke seksi recovery.

4. Seksi Recovery

Seksi recovery di pabrik urea terbagi menjadi seksi recovery amonium

karbamat dan seksi recovery amoniak. Seksi recovery ini bertujuan untuk

membentuk kembali amonium karbamat dari gas karbondioksida dan amoniak

dari gas separator untuk didaur ulang ke dalam reaktor dan mendaur ulang

amonium yang berlebih ke ammonium reservoir untuk dimasukkan ke dalam

reaktor kembali. Seksi recovery ini terdiri dari seksi recovery amonium karbamat

dan seksi recovery amoniak.

2.2.3 Produk

2.2.3.1 Produk Pabrik Amoniak

Produk yang dihasilkan oleh Pabrik Amoniak adalah karbondioksida (CO 2)

dan amoniak (NH3). Karbondioksida dan amoniak digunakan sebagai bahan baku

dalam pembuatan urea, selain digunakan sebagai bahan baku, amoniak juga

merupakan produk yang langsung dapat dipasarkan. Spesifikasi produk amoniak

PT PUSRI Palembang dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan untuk spesifikasi

produk CO2 Pabrik Amoniak PT PUSRI Palembang dapat dilihat pada Tabel 10.

a. Produk Amoniak Panas (30˚C)


70

Produk ini diambil langsung dari penampungan amoniak yang di pompa

oleh pompa amoniak I-125-/JA dan dicampur dengan aliran dari I-120-CFI

melalui pompa I-125-/JA sebagai bahan baku Pabrik Urea.

b. Produk Amoniak Dingin (-30˚C)

Untuk memproduksi jenis amoniak ini, sebagian aliran amoniak dingin

dari I-120-CFI dialirkan melalui pompa I-125-/JA menuju kepenyimpanan

amoniak dingin.

Tabel 9.Spesifikasi Produk Amoniak PT PUSRI Palembang

Spesifikasi
Detail Keterangan
Komponen

NH3 99,50% (b/b) Minimum

H2O 0,50% (b/b) Maksimum

Kandungan minyak 5 ppm Maksimum

Sumber : Dinas Teknik Proses PT PUSRI Palembang, 2006

Tabel 10. Spesifikasi Produk CO2 Pabrik Amoniak PT PUSRI Palembang

Spesifikasi Detail Keterangan

CO2 (dry basis) 98% berat Minimum

Gas inert 2% (vol.) Maksimum

Sulfur 1 ppm (vol.) Maksimum

H2 O Jenuh

Sumber : Dinas Teknik Proses PT PUSRI Palembang, 2006


71

2.2.3.2 Produk Pabrik Urea

Produk yang dihasilkan oleh pabrik urea adalah butiran urea. Urea

(NH2CONH2)adalah senyawa yang berbentuk kristal putih dan tidak berbau. Bila

bercampur air, dapat terhidrolisa menjadi senyawa ammonium karbamat, dan

terdekomposisi menjadi amoniak dan CO2.Urea larut dalam air, alkohol dan

benzene.Daya racunnya rendah, tidak mudah terbakar, dan tidak meninggalkan

residu garam setelah dipakai untuk tanaman.

Tabel 11. Sifat-Sifat Fisik Urea

No Spesifikasi Nilai

1 Titik didih 132,0C

2 Titik leleh 132,7C

3 Spgr 1,335
4 Indeks bias 1,484
5 Bentuk kristal Tetragonal

6 Panas pembentukan pada 25C -47,12 Kkal/mol

7 Panas pelarutan dalam air 60 Kkal/mol

8 Densitas curah 0,74 gr/cm3

9 Kelarutan dalam air (20C) 51,6 gr/ml

Sumber : Perry’s Chemical Enginering;s Handbook, 1996


72

Tabel 12. Spesifikasi Produk Urea PT PUSRI Palembang

Spesifikasi Detail Keterangan

Komponen

Nitrogen 46% (b/b) Minimum

Biuret 0,55% (b/b) Maksimum

Kandungan air (moisture) 0,50% (b/b) Maksimum

NH3 bebas 150 ppm Maksimum

Abu 15 ppm Maksimum

Fe 1 ppm Maksimum

Ukuran (prill size):

6-8 US mesh 95% Minimum

>25 US mesh 2% Maksimum

Penampilan Putih, butiran (prilled), -

free flowing

Kecepatan muat (loading 1000 Metrik ton/jam Urea dalam kantong

rate) 3500 Metrik ton/jam Urea dalam curah

Ukuran vessel draft untuk 6,5 meter

pemuatan

Sumber: Teknik Proses Departemen Rendal dan Produksi PT PUSRI, 2015

2.2.3.3 Produk Samping

Produk samping yang dihasilkan dari proses reaksi pembuatan urea ini

diantaranya adalah biuret, air dan amonium karbamat. Biuret merupakan senyawa
73

kimia yang dihasilkan akibat dekomposisi urea. Urea akan terdekomposisi

menjadi biuret jika dipanaskan pada waktu yang lama dan tekanan yang rendah.

Pembentukan biuret yang paling potensial adalah pada seksi dekomposisi dari

proses urea sehingga untuk mencegah terjadinya hal tersebut parameter waktu

tinggal didalam unit proses dekomposisi sangat diperhatikan. Reaksi

pembentukan biuret:

2 CO(NH2)2 NH2CONHCONH2 + NH3 ............ (26)

Kadar biuret yang tinggal dalam produk (>2%) sangat mengganggu untuk

pertumbuhan tanaman. Selain produk samping yang dihasilkan dari hasil reaksi

pembentukan urea terdapat juga produk samping yang merupakan bahan baku

pembuatan urea yaitu amoniak dan CO2.

2.2.4 Unit Utilitas

Pabrik utilitas adalah bagian yang bertugas menyediakan bahan-bahan baku

dan bahan penunjang yang diperlukan oleh pabrik-pabrik yang membuat amoniak

dan urea. Bahan-bahan baku dan bahan penunjang tersebut adalah:

- Gas alam

- Filtered water

- Demin water

- Cooling water

- Power (listrik)

- Udara instrument dan udara pabrik

- Steam
74

- Nitrogen (N2) dan oksigen (O2) cair maupun gas

Sedangkan untuk membuat / memproduksi bahan-bahan baku dan bahan

penunjang, di bawah ini adalah fasilitas-fasilitas keseluruhan di utilitas yang

diperlukannya, sebagai berikut:

1. Gas metering station (GMS)

2. Water treatment

3. Demineralizer water plant

4. Waste heat boiler (WHB) dan Package boiler (PB)

5. Cooling water

6. Gas turbine generator (GTG)

7. Air Kompresor untuk udara instrumen dan udara pabrik

8. Air separation plant

9. CO2 plant

10. Condensate System

2.2.4.1 Gas metering station (GMS)

Pertamina mengirim gas bumi ke Pusri melalui pipa tunggal 22 sebanyak

sekitar 210 MMSCFD (juta standar kubik kaki perhari) untuk kebutuhan 4 pabrik.

Gas metering station (GMS) yang berfungsi untuk memisahkan cairannya di KO

drum, debu-debu (saringan) dan diatur tekanannya dengan PCV sesuai kebutuhan

masing-masing pabrik.

Selain sebagai bahan baku, gas alam digunakan juga sebagai bahan bakar.

Gas alam ini bersumber dari sumur gas di Prabumulih. Gas alam dialirkan melalui

pipa dengan tekanan 28,12 kg/cm2g. Gas alam masuk di stasiun pengisian
75

melewati tangki knock outdrum untuk memisahkan hidrokarbon cair seperti

hidrokarbon berat dan air. Hidrokarbon berat yang bercampur dengan kondensat

kemudian akan dibakar sebagai bahan bakar untuk package boiler dan burning

pit. Gas alam dengan kandungan sedikit hidrokarbon berat didistribusikan ke

pabrik amoniak dan unit utilitas.

2.2.4.2 Water treatment

Sumber air untuk pembuatan air bersih diambil dari sungai Musi dengan

pompa air sungai. Peralatan-peralatan yang dipergunakan di water treatment

untuk pembuatan air bersih/jernih adalah:

 Flocculator / premix tank

 Floc treator / Clarifier

 Tangki dan pompa-pompa bahan kimia; alum, caustic, coagulant aid,

chlorine

 Clearwell, pompa transfer clearwell

 Sand filter

 Filtered water storage

Air Sungai Musi yang masih keruh dengan turbidity rata-rata 40-60 ppm,

masuk ke flocculator / premix tank dan bersamaan dengan itu diinjeksikan alum,

caustic, coagulant aid, dan chlorine.

Fungsi dari aluminium sulfat (tawas, Al2(SO4)3.xH2O) berfungsi untuk

membentuk flok melalui proses koagulasi dan flokulasi. Zat-zat pengotor dalam

bentuk senyawa suspensi koloidal tersusun dari ion-ion bermuatan negatif yang

saling tolak-menolak. Dengan adanya penambahan aluminium sulfat dalam air


76

sungai yang digunakan sebagai bahan baku, maka aluminium sulfat akan larut

membentuk ion Al+3 dan OH- serta menghasilkan asam sulfat dengan reaksi

sebagai berikut:

Al2(SO4)3 + 3 H2O 2 Al3+ + 3 OH- + 3 H2SO4 ........ (27)

Ketika ion yang bermuatan positif dalam koagulan (Alum, Al3+) bertemu

dengan ion negatif dalam air pada kondisi pH tertentu, maka akan terbentuk flok

(butiran gelatin). Butiran partikel (flok) ini akan terus bertambah besar dan berat

sehingga cenderung akan mengendap ke bawah. Pada proses ini pH air cenderung

turun karena terbentuk juga H2SO4. Pembentukan flok untuk air Sungai Musi

paling baik terjadi pada pH 5,5 – 6,2. Untuk menjamin proses koagulasi yang

efisien pada dosis bahan kimia yang minimal maka koagulan harus dicampur

secara cepat dengan air. Proses pencampuran bahan kimia ini dilakukan di premix

tank/flocculator. Tahap selanjutnya,menjaga pembentukan flok (flokulasi) dan

mengendapkan partikelflok sambil memperhatikan pembentukan lapisan

lumpurdengan pengadukan pelan, sehingga air yang jernih akan terpisah dari

endapan flok. Proses ini terjadi di clarifier/ floctreator. Level lapisan lumpur

dijaga dengan melakukan blow down.

Kegunaan dari bahan lainnya adalah sebagai berikut. Caustic soda (NaOH)

berfungsi untuk mengatur pH. Coagulant aid (polimer) berfungsi untuk

membantu proses koagulasi. Sedangkan chlorine (Cl2), berfungsi untuk

membunuh mikroorganisme dan lumut.

Air yang sudah dicampur dengan empat bahan kimia ini kemudian dialirkan

ke floctreator / clarifier. Bahan-bahan kimia ini akan mempersatukan lumpur-


77

lumpur yang halus menjadi gumpalan lumpur yang lebih besar (flok) yang karena

densitasnya lebih besar dari air, maka bentukan-bentukan flok tadi akan

mengendap yang selanjutnya dapat dibuang. Dengan demikian air yang keluar

dari flok treator / clarifier ini sudah bersih / jernih, dengan turbidity<5 ppm.

Air selanjutnya dialirkan ke clearwell untuk pengaturan pH yang

diinginkan, kemudian ditransfer dengan pompa clearwell ke filtered water

storage melalui sand filter. Sand filter digunakan untuk menyaring air yang

turbidity-nya 5,0 ppm menjadi lebih kecil (kurang dari 1,5 ppm). Sand

Filterdicuci (back wash) bila sudah dianggap kotor. Tabel 11. Data media Sand

Filter Desain P-2/3/4/IB.

Produksi filtered water yang ada di tangki penyimpanan selanjutnya

didistribusikan ke pemakai:

- Make up cooling water

- Bahan baku demin plant

- Keperluan air minum

Proses filtrasi berfungsi untuk menyaring pengotor tersuspensi yang masih

lolos dari tahap penjernihan. Pengotor yang disaring diantaranya yaitu senyawa

organik, partikel halus, senyawa warna, dan mikroorganisme. Proses filtrasi ini

dilakukan di sand filteryang berisi media pasir. Apabila sand filtersudah jenuh

akibat akumulasi pengotor pada permukaanya sehingga mengakibatkan perubahan

tekanan tinggi, maka dilakukan backwash untuk membersihkan kembali media

pasir dari kotoran tersebut.

Diagram alir water treatment plant dapat dilihat pada Gambar 12.
78

Sumber:On Job TrainingPabrik Utilitas PT Pusri Palembang

Gambar 12. Diagram alir water treatment plant

2.2.4.3 Demineralizer Water Plant

Semua air yang digunakan dalam proses adalah air yang bebas mineral.

Kandungan mineral dalam air proses pabrik tidak diinginkan karena punya

kecenderungan besar menimbulkan kerak, sehingga air bersih yang telah

dihasilkan dari water treatment plant perlu diolah lebih lanjut untuk

menghilangkan kandungan mineralnya yang berupa garam-garam terlarut.

Penghilangan kandungan garam-garam terlarut tersebut dilakukan dengan

menggunakan sistem pertukaran ion antara ion negatif dan ion positif yang

terdapat didalam filtered water dengan menggunakan alat penukar.


79

Demin plant adalah unit pengolahan air bersih / jernih (filtered water)

dengan sistem pertukaran ion agar air tersebut bebas dari zat-zat yang masih

terlarut didalamnya, sehingga didapatkan air yang bermutu tinggi dan memenuhi

persyaratan sebagai air umpan boiler yang bertekanan tinggi (105 kg/cm2) di

Ammonia plant.

Peralatan-peralatan yang digunakan untuk pembuatan demin water ini adalah:

1. Pompa make up demin

2. Carbon filter

3. Cation exchanger

4. Anion exchanger

5. Mixed bed

6. Tangki dan pompa injeksi acid dan caustic

7. Neutralizer tank

8. Demin water tank

9. Carbon filter.

Dengan pompa make up demin, air jernih dari tempat penyimpanan dialirkan

ke carbon filter untuk dihilangkan: Cl2, Oil, warna dan rasa.Carbon filter dicuci

(backwash dan rinse) bila dianggap sudah kotor dan bila dianggap perlu bila

kemungkinan adanya minyak maka saat pencucian carbon filter dilakukan dengan

steaming (100oC). Isi didalam sand filter adalah garvel, sand, dan anthrafield.

a. Cation Exchanger

Dari outlet carbon filter air kemudian mengalir ke unit hydrogen cation

exchanger untuk ditukar ion-ion positifnya ( Ca++, Mg++, Na+, K+, Fe++, Mn++,
80

Al3+) terutama Ca++, dan Mg++ dengan ion-ion H2 oleh resin, karena Ca++ dan

Mg++ penyebab terjadinya kerak-kerak pada boiler yang selanjutnya akan

mengganggu operasi. Reaksi yang terjadi (misal: CaSO4):

CaSO4 + H2Z CaZ + H2SO4....................... (28)

Apabila resin ini sudah jenuh berarti resin sudah tidak bisa lagi melakukan

pertukaran ion, selanjutnya untuk meregenerasi resin dipakai asam sulfat (H2SO4).

b. Anion exchanger

Air yang sudah bebas ion-ion positifnya selanjutnya dialirkan ke unit anion

exchanger untuk diserap / ditukar ion negatifnya (HCO3-, SO4, CL-, NO3, SiO2)

dengan ion hidroksida (OH-) terutama SiO2, karena silika akan menyebabkan

kerak-kerak pada sudu-sudu turbin uap yang apabila semakin tebal akan

mengganggu operasi. Reaksi yang terjadi:

H2SiO3 + R4NOH R4NHSiO3+ H2O ............ (29)

Apabila resin ini sudah jenuh yang berarti resin sudah tidak bisa lagi

melakukan pertukaran ion, selanjutnya untuk meregenerasi resin digunakan soda

kaustik (NaOH), reaksi yang terjadi:

(R4N)2 + 2 NaOH 2 R4NOH + H2O................. (30)

Kloroda, nitrat, dan carbonat dikeluarkan dengan cara yang sama dengan

regenerasi dengan soda kaustik.

c. Mixed bed
81

Unit mixed bed adalah tempat pembersihan air yang terakhir dimana air

tersebut akan dipakai untuk mengisi boiler bertekanan tinggi dimana resin kation

dan resin anion digabungkan dalam satu vessel. Prinsip kerjanya sama seperti

kerja di unit kation dan anion di atas.

Untuk memproduksi air bebas mineral ini agar kelancaran operasi pabrik

tetap aman dan efisien, maka untuk unit kation-anion diperlukan tiga unit, 2 unit

beroperasi satu unit regenerasi. Sedangkan mixed bed karena life cycle-nya cukup

lama (rata-rata 10-14 hari) diperlukan 2 unit beroperasi semua.

Syarat-syarat air demin yang dihasilkan untuk umpan boiler pH sekitar 6,5,

silika (SiO2)< 0,01 ppm, konduktivitas<0,2 micromhos. Air buangan hasil

regenerasi ditampung didalam tangki neutralizer untuk diatur pHnya 7-10 yang

selanjutnya dibuang ke kolam limbah.

Diagram alir demin plant dapat dilihat pada Gambar13.

Sumber: On Job Training Pabrik utilitas PT Pusri Palembang


82

Gambar 13.Diagram alir deminplant

2.2.4.4 Unit pembangkit steam

Di PT PUSRI, steam (uap air bertekanan) umumnya digunakan untuk

menggerakan turbin sebagai penghasil energi, selain sebagai pemanas di heater

atau reboiler serta sebagai media stripping di stripper. Unit pembangkit steam

pada PT PUSRI terdiri dari dua macam boiler, yaitu waste heat boiler (WHB) dan

package boiler. WHB adalah boiler pembangkit uap air yang memanfaatkan

panas gas buang dari gas turbin generator sebagai bahan bakar utama, sebagai

tambahan bahan bakar juga dipakai gas bumi. Sedangkan package boiler adalah

pembangkit uap air yang menggunakan gas bumi sebagai bahan bakarnya. Secara

umum prinsip pembuatan steam dua boiler ini sama.

Air yang digunakan pada pembuatan steam adalah air yang telah dilewatkan

pada proses demineralisasi. Air demin dari tangki penyimpan sebelum dialirkan

ke boiler dialirkan terlebih dahulu ke deaerator untuk menghilangkan udara dan

gas-gas lain yang terlarut untuk mencegah terjadinya korosi sebagai pengikat O2

maka ke dalam deaerator diinjeksikan hydrazine (N2H4), sehingga akan bereaksi

dengan O2 sebagai berikut:

N2H4 + O2 N2 + H2O............................................... (31)

Selain itu untuk menjaga kondisi pH, ke dalam deaerator juga ditambahkan

NH3. Penambahan amoniak ini menaikkan pH 8,9-9,2.

Sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya kerak, maka kandungan garam-

garam kalsium, magnesium, dan silika yang terdapat di dalam air umpan boiler

perlu dihilangkan dengan menginjeksikan natrium fosfat (Na3PO4). Fosfat akan


83

mengikat garam-garam tersebut sehingga membentuk garam fosfat yang berupa

lumpur. Lumpur tersebut selanjutnya akan dibuang melalui blow down. Reaksi

yang terjadi adalah sebagai berikut:

3 CaCO3 + 2 Na3PO4 Ca3(PO4)2 + 3 Na2CO3....................... (32)

3 MgCO3 + 2 Na3PO4 Mg3(PO4)2 + 3 Na2CO3...................... (33)

Air umpan boiler ini dipanaskan pada economizer terlebih dahulu yang

kemudian akan dipompakanke dalam steam drum. Dari steam drum, air umpan

boiler akan dipanaskan kembali pada koil boiler yang kemudian dilanjutkan

dengan pembentukan steam lewat jenuh pada superheater. Steam yang dihasilkan

memiliki tekanan 42 kg/cm2 dan temperatur 400°C (medium steam) dan ada pula

yang bertekanan 3,5 kg/cm2 dan temperatur 150°C yang diperoleh dari letdown

MS ke LS, exhaust turbin (tipe backpressure), dan flashdrum. Sebagian besar

steam ini akan dipakai pada pabrik urea sedangkan sebagian kecil lainnya akan

digunakan pada pabrik utilitas sendiri. Pabrik amoniak menghasilkan steam

sendiri yang diproduksi dengan memanfaatkan panas gas buang dari reformer.

2.2.4.5 Cooling water

Cooling water atau air pendingin adalah suatu media air yang berfungsi

untuk mengambil panas dari suatu proses dengan jalan perpindahan panas.

Cooling water system pada garis besarnya dibagi 2 tipe, yaitu:

- Recirculation type, air setelah digunakan disirkulasikan kembali.

- Once through type, air setelah digunakan langsung keluar dari sistem.
84

Type recirculation dapat dibagi 2 tipe lagi yaitu:

- Open type, sebagian air setelah mengalami pemanasan akan diuapkan untuk

proses pendinginan kembali.

- Closed type, dimana didinginkan kembali airnya tanpa penguapan.

Sistem air pendingin merupakan unit pengolahan air yang bertujuan

menyediakan air dengan kualitas dan kuantitas tertentu untuk proses pendinginan

fluida proses di pabrik. Sistem cooling water di Pusri menggunakan tipe open

recirculating cooling water. Disini cooling water yang telah menyerap panas

fluida proses pabrik akan dialirkan kembali untuk didinginkan. Air dialirkan ke

bagian atas kemudian dijatuhkan ke bawah dan akan kontak dengan aliran udara

yang dihisap oleh Induce Draft (ID) Fan. Akibat kontak dengan aliran udara,

terjadi proses pengambilan panas dari air oleh udara dan juga terjadi proses

penguapan sebagian air dengan melepas panas laten yang akan mendinginkan air

yang jatuh ke bawah. Air yang telah menjadi dingin ditampung di basin dan

dipergunakan kembali sebagai cooling water. Air dingin dari basin dikirim

kembali ke pabrik dengan menggunakan pompa sirkulasi Cooling water. Akibat

adanya proses penguapan air, di basin cooling harus ditambahkan air make up

untuk menggantikan air yang hilang.

Ada dua jenis aliran yang diterapkan di unit cooling tower PT PUSRI, yakni

sistem aliran lawan arah jujut mekanis (counter flow-mechanical draft) di PUSRI-

IB dan sistem aliran silang jujut mekanis (cross flow-mechanical draft) di PUSRI-

II, III, dan IV.


85

Didalam cooling water diinjeksikan beberapa bahan kimia sebagai tindakan

pengolahan air sebelum digunakan sebagai media pendingin. Bahan kimia yang

diinjeksikan bertujuan untuk:

a. Mencegah korosi (corrosion inhibitor)

b. Mencegah kerak (scale inhibitor)

c. Mencegah slim (slim inhibitor).

2.2.4.6 Gas Turbine Generator (GTG)

Tenaga listrik dibangkitkan menggunakan gas turbin generator (GTG)

dengan bahan bakar gas bumi. Gas buang dri unit ini kemudian dimanfaatkan

sebagai bahan bakar untuk pembuatan steam pada WHB. Listrik yang dihasilkan

digunakan untuk menjalankan pabrik, konsumsi listrik perumahan PT PUSRI, dan

sebagian lagi dijual kepada perusahaan listrik negara (PLN).

Selain listrik yang dibangkitkan oleh GTG induk, juga disediakan diesel

emergency generator yang berfungsi sebagai sumber listrik cadangan apabila

terjadi total failure. Kapasitas pembangkit listrik dan produksi listrik nyata dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Kapasitas Pembangkit Listrik dan Produksi Listrik Nyata

No GTG Kapasitas (MW) Produksi (MW)

1 Pusri I 15 9

2 Pusri II 15 9

3 Pusri III 15 9

4 Pusri I-B 22,3 13


86

Total 67,3 40

Sumber: PT PUSRI Palembang,2010

2.2.4.7 Udara Kompresor

Kebutuhan udara PT PUSRI dapat dibagi dalam dua bentuk: kebutuhan

udara proses dan kebutuhan udara instrumen.

a. Udara proses

Udara proses merupakan udara biasa yang dihisap dari lingkungan dengan

menggunakan kompresor. Udara ini digunakan sebagai bahan baku proses

pembuatan Amoniak. Udara luar yang dihisap kemudian disaring untuk

menangkap partikel-partikel debu yang terbawa oleh aliran. Udara yang telah

bebas dari partikel-partikel debu ini kemudian dipanaskan terlebih dahulu

sebelum diumpankan kedalam proses.

b. Udara Instrumen

Udara instrumen adalah udara yang telah bersih dari uap air dan digunakan

pada alat-alat instrumentasi. Penghilangan uap air dari udara dengan cara

melewatkan udara tersebut melalui silika gel. Pengering yang telah jenuh akan

deregenerasi dengan cara menggunakan steam.

2.2.4.8 Air separation plant

Air separation plant (ASP) adalah suatu unit pemisahan udara yang

bertujuan untuk memperoleh nitrogen dan oksigen. Pemisahan yang dilakukan

pada intinya didasarkan pada perbedaan titik didih, komponen dengan titik didih
87

tertinggi akan mencair terlebih dahulu, karena pemisahan ini berlangsung pada

suhu rendah maka proses ini disebut proses kriogenik.

Proses pemisahan udara ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Penyediaan udara tekan sebagai bahan baku

2. Pemurnian udara

3. Pendinginan

4. Pemisahan komponen-komponen berdasarkan fasenya

5. Pengambilan komponen-komponen yang telah terpisahkan tadi untuk

kepentingan produksi.

2.2.4.9 CO2 plant

Prinsip kerja dari unit ini adalah pemurnian CO2 yang masuk dilanjutkan

dengan kompresi dan pendinginan gas hingga berubah fasanya menjadi fasa

cair.Bahan baku pada CO2plant ini berasal dari gas CO2 yang dihasilkan oleh

pabrik PUSRI-II, III, dan IV melalui suatu sistem pipa interkoneksi. Gas yang

dikirim ke CO2plant merupakan gas CO2 yang berlebih, karena sebenarnya gas

CO2 yang dihasilkan dari Pabrik Amoniak terutama ditujukan ke Pabrik Urea

untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan karbamat. Dalam keadaan

normal gas CO2 yang dihasilkan oleh PUSRI-II, III, dan IV akan melebihi

kebutuhan Pabrik Urea sehingga diperlukan adanya CO2plant ini.

Gas CO2 dari Pabrik Amoniak dengan tekanan sekitar 0,5 kg/cm2 dan

temperatur 38oC, mula-mula masuk ke dalam water scrubber untuk

menghilangkan kotoran-kotoran dan kontaminan yang mungkin ada. Setelah


88

melalui water scrubber gas CO2 akan dikompresi (kompresi tingkat 1) hingga

bertekanan antara 3,52-4,2 kg/cm2. Tahapan selanjutnya adalah pembersihan

kotoran-kotoran yang masih juga terbawa, gas CO2, dan senyawa-senyawa

hidrokarbon yang ada dengan melewatkan gas pada KMnO4 (oksidator kuat)

scrubber.

Gas yang telah bersih kemudian dikompresi lagi (kompresi tingkat 2) hingga

tekanannya 21,1 kg/cm2 diikuti dengan proses pendinginan hingga temperatur 7oC

dan proses pengeringan (menghilangkan kandungan uap air) pada sebuah kolom

pengering.

Tahapan terakhir proses pencairan gas CO2 ini yakni proses pendinginan

oleh stripper reboiler dan primary CO2 kondenser hingga terjadi perubahan fasa,

dan dilanjutkan dengan produk chiller untuk menurunkan temperatur CO2 cair

hingga 29oC. CO2 cair sebagai produk kemudian disimpan pada tangki

berkapasitas 155 ton dalam kondisi temperatur -29oC dan tekanan 15,5 kg/cm2

dan memiliki tingkat kemurnian 99,5 %.

Media pendingin dalam CO2plant ini adalah amoniakcair, yang akan

berubah fasanya menjadi gas setelah mendinginkan CO2 hingga temperatur -29oC.

Untuk mengembalikan amoniak ke fasa cair agar dapat digunakan kembali

sebagai refrigeran dilakukan kompresi hingga amoniak tadi bertekanan 41,1

kg/cm2 dilanjutkan dengan pendinginan pada amoniak kondenser. Untuk dapat

memenuhi kapasitas produksinya secara normal, CO2plant ini memerlukan 26,784

m3/jam gas CO2, tenaga listrik 600 kW, dan laju cooling water 70 m3/jam (untuk

mendinginkan amoniak dalam amoniak kondenser).


89

2.2.4.10 Condensate System

Air proses dengan temperatur 125℃, masuk ke condensate stripper melalui

bagian atas dan dilucuti dengan steam LS (3,5 kg/m2) dan bawah, sehingga kadar

ammonia menurun dari 700-1000 ppm menjadi < 50 mmhos. Air proses yang

sudah dilucuti keluar pada bagian bawah dan didinginkan oleh coolerdengan

cooling water sampai temperatur sekitar < 50℃. Kemudian dipompa ke demin

plant dan bergabung dengan air bersih sebagai umpan carbon filter. Condensate

stripperberisi bahan isian yang berupa flexible ring (flexiring) yang berukuran 1

inch yang berfungsi untuk menyempurnakan kontak antara process water dan

steam LS sehingga proses stripping yang terjadi lebih sempurna.

2.2.5 Pengelolaan Lingkungan

Pabrik PT PUSRI menghasilkan limbah yang banyak mengandung zat urea

dan amoniak (dalam bentuk cair maupun gas) yang bersifat racun dan berbahaya

bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Lokasi pabrik PT PUSRI di tepi sungai,

sehingga bila penanganan limbah yang kurang baik maka akan mencemari air

Sungai Musi yang merupakan sumber air bagi masyarakat Palembang dan

sekitarnya.

Limbah yang dihasilkan oleh pabrik yang ada di PT PUSRI dapat

digolongkan menjadi 3 jenis menurut fasanya, yakni limbah cair, gas, dan padat.

Limbah padat, meliputi katalis bekas yang sudah tidak terpakai lagi dan sampah

domestik. Limbah cair, meliputi bocoran zat reaktan dan produk (fluida proses)

dari alat-alat yang ada, dan oli bekas yang sudah tidak terpakai lagi, sedangkan

limbah gas termasuk didalamnya uap amoniak, debu urea, dan kebisingan.
90

Menyadari masalah tersebut, PT PUSRI membangun unit pengolahan

limbah untuk menangani masalah limbah pabrik tersebut. Untuk mengolah limbah

padat digunakan sistem landfill, untuk mengolah limbah cair digunakan unit

pengolahan limbah cair terbuka dan tertutup, sedangkan limbah yang berbentuk

gas diolah di Purge Gas recovery Unit (PGRU). Sistem penanganan limbah di PT

PUSRI berada dibawah tanggung jawab Departemen K3LHdan dibagi tugasnya

menurut fasa limbah yang terlibat, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

2.2.5.1 Sistem Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat meliputi sampah domestik, katalis bekas, dan lumpur hasil

pengerukan di biological pond. Katalis-katalis dengan komponen utama besi dan

nikel termasuk dalam bahan B3 dan oleh karenanya pengolahannya harus

mengikuti peraturan yang berlaku. Hingga saat ini disposal dari katalis-katalis

tersebut dilakukan denga sistem landfill pada daerah green barrieratau

dimanfaatkan sebagai campuran adukan semen untuk pembuatan bangunan di

lingkungan PT. Pupuk Sriwidjaja. Selain itu limbah katalis juga dibeli oleh PT.

Pupuk Iskandar Muda untuk diregenerasi kembali. Limbah padat B3 selain katalis

adalah kemasan kimia keperluan PT PUSRI, saat ini kemasan tersebut sebisa

mungkin dimanfaatkan kembali atau disimpan dalam bangsal limbah B3 sebelum

diolah lebih lanjut. Sedangkan untuk lumpur hasil pengerukan di biological pond

dikeringkan di Sludge Removal Facilities sampai kering dan dibuang dengan cara

ditimbun di daerah green barrier milik PT PUSRI. Untuk sampah domestik PT

PUSRI pengolahannya diserahkan kepada pihak ketiga.


91

2.2.5.2 Sistem Pengelolaan Limbah Cair

Limbah cair meliputi kebocoran zat reaktan dan produk (fluida proses) dari

alat–alat yang ada dan oli bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Sistem

pengolahan limbah cair dibagi menjadi dua yaitu sistem penanganan tertutup dan

sistem penanganan terbuka. Kandungan urea, amoniak, dan minyak pada treated

water masing-masing 0 ppm, < 5 ppm, dan 0 ppm. Gas-gas yang keluar dari

bagian atas stripper kemudian didinginkan dan ditampung dalam sebuah tangki.

Fasa cair hasil pendinginan tersebut dimasukkan kembali ke dalam stripper

sebagai larutan reflux sedangkan fasa gasnya yang kaya akan amoniak dan CO2

dialirkan ke Pabrik Urea. Air hasil olahan dapat dimanfaatkan kembali untuk

keperluan domestik maupun dijual keluar. PT PUSRI memiliki 2 unit sistem

pengolahan limbah cair tertutup yaitu sistem PUSRI Effluent Treatment (PET)

dan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

a. Sistem Penanganan Limbah Terbuka

Sistem penanganan limbah terbuka merupakan sistem penanganan limbah

cair yang berasal dari saluran-saluran terbuka / selokan yang terdapat di areal

pabrik. Limbah cair jenis ini dihasilkan dari air buangan pencucian alat, blow

down, kondensat keluaran steamtrap, dan limbah rumah tangga pabrik tidak

tertutup kemungkinan pula adanya limbah-limbah dengan kandungan urea,

minyak, dan amoniak tinggi yang seharusnya diolah secara tertutup namun karena

terjadi di luar dugaan maka mengalir ke pengolahan sistem terbuka ini.

b. PUSRI Effluent Treatment (PET)


92

Pusri Effluent Treatment (PET) merupakan unit pengolahan limbah cair

yang dimiliki PT PUSRI yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan urea

dan amoniak yang terbawa bersama limbah cair keluaran pabrik. Dari pengolahan

limbah ini dihasilkan offgas yang mengandung NH3 dan CO2 yang selanjutnya

dikirim kembali ke Pabrik Urea. Unit pengolahan limbah ini dibangun pada tahun

1993.

Prinsip pengolahan limbah cair di PET adalah menguraikan urea yang

terkandung dalam limbah dengan cara pemanasan pada temperatur 210°C dan

tekanan 22 kg/cm2g. Setelah urea dihidrolisa, gas NH3 dan CO2 yang dihasilkan

dari proses hidrolisa selanjutnya dikirim ke bagian atasstripper, begitu juga

dengan limbah cair yang sudah dihidrolisa. Di stripper, limbah cair tersebut yang

masih mengandung amoniak dilakukan stripping menggunakan steam pada

tekanan 6 kg/cm2G. Secara design, kandungantreated water setelah diolah di PET

mengandung amoniak dan urea dengan konsentrasi 5 ppm.

c. Instalasi Pengolahan Air Limbah SSS

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dirancang untuk mengatasi air

limbah dari PTPUSRI (P-IB/P-II/P-III dan P-IV) yang telah dipisahkan

sebelumnya dari air hujan pada collecting PIT masing-masing pabrik. IPAL

dirancang untuk menangani air limbah dengan kapasitas sebesar 500 m3/hr. Air

limbah dikatakan darurat apabila kandunganamoniak ebih dari 500 ppm dan

kandungan urea lebih dari 1500 ppm. Air limbah daruratdikirim ke kolam

emergency pond, dimana pada kolam ini uap amoniak yang terbentuk akan hisap

oleh blower dan selanjutnya amoniak akan diserap oleh H2SO4 pada kolom
93

scrubber yang kemudian membentuk garam. Sedangkan limbah cair selanjutnya

dikirim ke kolam equalisasi secara bertahap sedikit demi sedikit agar tidak terjadi

pengejutan konsentrasi limbah di dalam kolam equalisasi.

Wet land merupakan kolam seluas 11.000 m2 yang ditanami enceng gondok,

dimana didalam kolam ini terjadi proses absorbsi biologis urea dan amoniak juga

terjadi nitrifikasi dan denitrifikasi. Akar tanaman enceng gondok juga merupakan

media bagi bakteri nitrifikasi untuk menempel dan tumbuh sementara lumpur di

dasar wet land merupakan media untuk tumbuhnya bakteri denitrikasi. Dipilihnya

tanaman eceng gondok sebagai media untuk membantu mengatasi air limbah

dikarenakan tanaman itu memiliki kekuatan terhadap lingkungan yang keras

(asam maupun basa).

2.2.5.3 Sistem Pengelolaan Limbah Gas

Limbah gas dari PT PUSRI berasal dari popping uap Amoniak dari tangki

Amoniak, sistem perpipaan, dan bejana bertekanan, debu urea yang lepas dari

menara pembutir, dan kebisingan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik.

Amoniak memang merupakan unsur pencemar gas yang paling dominan di PT

PUSRI, selain karena fasanya yang berupa gas pada tekanan atmosfer juga karena

baunya yang sangat menyengat dan mengganggu serta berbahaya (mudah

terbakar). Untuk mengatasi hal ini PT PUSRI telah melakukan pembangunan

PGRU, memasang scrubber pada vent dan membuat green barrier.

2.3 Uraian Tugas Khusus

2.3.1 Judul
94

Menentukan Neraca Massa, Neraca Panas, serta Efisiensi Alat pada Gas

Turbine Generator 3006-J di Unit Utilitas Pusri-III.

2.3.2 Latar Belakang

Di samping melakukan orientasi di unit ammonia, unit urea dan utilitas di

PT.PUSRI, para mahasiswa kerja praktek juga diwajibkan untuk menyelesaikan

tugas khusus. Tugas khusus diberikan untuk melatih mahasiswa kerja praktek agar

mampu menganalisa suatu permasalahan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang

diambil. Materi yang diterima penyusun selama masa kerja praktek meliputi unit

ammonia, unit urea, dan unit utilitas.

Dalam proses industrinya, PT.PUSRI menggunakan unit pembangkit

tenaga listrik (Electrical Generator) pribadi sehingga tidak menyuplai dari PLN.

Pembangkit listrik yang digunakan adalah Gas Turbine Generator (GTG).

Adapun bahan bakar yang digunakan pada GTG ini adalah Gas Alam (Natural

Gas) yang akan dibakar dengan oksigen pada temperatur tertentu sehingga akan

menimbulkan panas yang sangat tinggi dan berakibat kepada meningkatnya

tekanan, tekanan dari proses pembakaran ini melaju menuju baling-baling

generator sehingga akan menggerakkan medan magnet didalamnya, medan

magnet yang terus bergerak secara radial dengan kecepatan tinggi akan

menyebabkan timbulnya tegangan listrik. Tegangan listrik inilah yang nantinya

dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik bertenaga gas alam di PT.PUSRI.

Dalam proses operasinya GTG menggunakan prinsip kekekalan massa dan

kekelan energi. Tidak akan ada massa dan energi yang menghilang atau
95

bertambah selama sistem berlangsung. Akan tetapi selama proses berlangsung

energi dapat berpindah sehingga akan terjadi peristiwa yang disebut dengan

energi loss. Hal ini dapat terjadi karena banyak hal, diantaranya karena ada :

gesekan fluida yang menyebabkan pressure loss di ruang bakar, adanya kerja

berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan terjadinya gesekan antara

bantalan dengan angin, berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya

perubahan suhu dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja, serta karena

adanya mechanical loss, dan sebagainya. Untuk itu perlu dilakukan analisa

terhadap banyaknya energi loss tersebut dan mengetahui efisiensi kerja dari GTG

tersebut.

2.3.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana neraca massa dan neraca panas yang terjadi di alat GTG

(3006-J)?

2. Berapa banyak sisa energi yang diteruskan menuju Waste Heat Boiler

(WHB)?

3. Berapa banyak energi yang hilang selama proses berlangsung?

4. Berapa nilai efisiensi kerja dari GTG (3006-J) di Unit Utilitas PUSRI-

III?

2.3.4 Batasan Masalah

Dalam pembuatan tugas khusus ini, penulis akan membatasi bahasan yang

akan yang dibahas yaitu neraca massa, neraca panas dan efisiensi dari Gas

Turbine Generator (3006-J) di Unit Utilitas Pusri-III.


96

2.3.5 Tujuan

1. Menghitung neraca massa dan neraca panas pada alat.

2. Menghitung banyaknya energi yang diteruskkan menuju Waste Heat

Boiler (WHB)

3. Menghitung banyaknya energi yang hilang selama proses berlangsung.

4. Menghitung efisiensi kerja dari GTG 3006-J di PUSRI-III agar

mengetahui kondisi dari peralatan tersebut.

2.3.6 Manfaat

1. Sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin mengetahui kondisi dari

Gas Turbine Generator (3006-J).

2. Dengan menghitung efisiensi berdasarkan neraca panas alat Gas

Turbine Generator (GTG) sehingga dapat diketahui kinerja dari alat

tersebut dalam memproduksi listrik dari pembakaran gas alam.

3. Peningkatan pengetahuan mahasiswa khususnya dalam hal perhitungan

efisiensi pada Gas Turbine Generator (3006-J).

2.3.7 Tinjauan Pustaka

2.3.7.1 Gas Turbine Generator

Gas Turbine Generator (GTG) merupakan sumber utama pembangkit tenaga

listrik di Pabrik Pusri III dengan merk dagang Hitachi dan Yokogawa. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan, baik dalam pengoperasian maupun bagian-bagian

dari alat pada GTG, diantaranya :

 Prinsip Kerja Gas Turbine Generator (GTG)


97

Persiapan untuk start-up mengikuti interaksi manual untuk operasi

pengecakan dilakukan dengan mereset safety system announciator yang

menunjukkan apakah generator dapat dimulai. Pada saat start-up turbin ini

dibantu oleh starting service dengan motor penggerak (motor starting).

Suatu kopling dihubungkan diantara turbin utama dengan motor starting,

yang bekerja berdasarkan putaran lebih sehingga akan melepaskan

hubungan kedua poros tersebut. Setelah motor starting berputar secara

bersamaan poros pengisian udara oleh compressor terjadi, dan jika telah

mencapai putaran 20% dari rate 5100 rpm, maka bahan berupa gas alam

dimasukkan ke ruang bakar dan terjadilah proses pembakaran. Gas bakar

ini menghasilkan panas yang dialirkan ke turbin utama melalui nozzle agar

tekanan bertambah tinggi. Dalam beberapa saat terjadi percepatan putaran

turbin yang disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari gas alam yang

dibakar. Dan jika telah mencapai 60% dari racting putaran turbin, maka

motor starting dengan kopling otomatisnya akan melepaskan diri dari

poros utama dan bergerak sendiri dengan penggerak gas hasil pembakaran

yang menghasilkan energi panas, hingga mencapai putaran 100%, turbin

siap untuk dibebani.

Dari hasil pembakaran diperoleh juga gas buangan (exhaust) yang

bertemperatur ±5100C, yang dimanfaatkan untuk memproduksi uap yang

merupakan salah satu unit dari bagian utilitas. Uap dihasilkan dengan cara

mengirim gas buang (exhaust) yang membawa energi panas tersebut ke

Waste Heat Boiler (WHB)


98

 Bagian Utama Gas Turbine Generator (GTG)

a. Kompressor (Compressor

Kompressor pada GTG terdiri dari 16 tingkat dan termasuk turbin

aksial yang dipasang seporos dengan turbin utama. Kompressor ini

berfungsi untuk menghisap udara dari atmosfer melalui saringan udara

(air filter) untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang dibawa oleh

udara yang dihisap.

b. Ruang Pembakaran (Combustion Chamber)

Ruang pembakaran merupakan tempat terjadinya proses pembakaran

gas alam sehingga dihasilkan energi panas yang dialirkan ke turbin dan

dari turbin. Diubah menjadi energi listrik. Sebagian dari energi panas

tersebut dialirkan ke Waste Heat Boiler (WHB).

Didalam ruang pembakaran, terjadi reaksi antara gugus-gugus alkana

dari gas alam dengan oksigen dari udara, dalam reaksi ini akan

menghasilkan panas pembakaran yang sangat tinggi yang berfungsi

untuk menggerakkan turbin pada GTG, adapun reaksi yang terjadi

pada GTG adalah sebagai berikut :

CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O


7
C2H6 + 2
O2 → 2 CO2 + 3 H2O

C3H8 + 5 O2 → 3 CO2 + 4 H2O


13
I-C4H10 + 2
O2 → 4 CO2 + 5 H2O

13
N-C4H10 + 2
O2 → 2 CO2 + 5 H2O

I-C5H12 + 8 O2 → 5 CO2 + 6 H2O


99

N-C5H10 + 8 O2 → 5 CO2 + 6 H2O


19
C6H14 + 2
O2 → 6 CO2 + 7 H2O

c. Turbin Gas

Turbin gas adalah tempat dimana terjadinya perubahan energi yaitu

dari energi panas menjadi energi mekanik, dan dikonversikan menjadi

energi listrik.

 Alat Bantu pada Gas Turbine Generator (GTG)

a. Motor Penggerak (Motor Starting)

b. Saringan Udara (Air Filter) dan Peredam

Suplai udara yang masuk compressor tidak membawa kotoran berupa

debu atau benda padat lainnya yang dapat menyebabkan kerak pada

bagian-bagian kompresor sehingga dapat menurunkan efisiensi dan

menyebabkan kerja rotor tidak seimbang. Akibatnya, akan

menimbulkan getaran yang tinggi.

Untuk mencegah hal tersebut dipasang saringan atau filter sebelum

masuk ke daerah hisap (suction) kompresor. Perlu diketahui bahwa

getaran compressor sangat tinggi yaitu mencapai 5100 rpm, yang dapat

menimbulkan suara bising. Oleh karena itu, dibelakang jaringan

dipasang peredam suara (silencer).

c. Roda Gigi dan Kopling


100

Roda gigi dalam rangkaian instalasi gas turbin generator terdiri dari

dua jenis roda gigi, yaitu :

1. Accesory Gear

Accesory Gear berguna untuk menggerakkan pompa untuk

pelumasan (lubricating oil) selama turbin bekerja.

2. Reduction Gear

Reduction Gear berguna untuk menurunkan kecepatan turbin dari

5100 rpm menjadi 3000 rpm, yang dipasang setelah turbin

pertama.

3. Sistem Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan adalah gas alam yang disuplai dari

Pertamina. Aliran gas yang digunakan masuk kedalam ruang

pembakaran dikontrol oleh gas control valve yang bekerja secara

otomatis dengan mendapat sensing dari speed control valve yang

bekerja secara otomatis dengan mendapat sensing dari speed

control dan temperatur control.

2.3.7.2 Neraca Massa

Neraca massa suatu sistem proses dalam industri merupakan perhitungan

kuantitatif dari semua bahan-bahan yang masuk, yang keluar, yang terakumulasi

(tersimpan) dan yang terbuang dalam sistem itu. Perhitungan neraca digunakan

untuk mencari variable proses yang belum diketahui, berdasarkan data variable

proses yang telah ditentukan/diketahui. Oleh karena itu, perlu disusun persaman
101

yang menghubungkan data variable proses yang telah diketahui dengan varaiabel

proses yang ingin dicari.

Rumus neraca massa adalah:

(massa masuk) – (massa keluar) = (massa akumulasi)

Karena tidak ada akumulasi atau diasumsikan steady state sehingga terbentuk

persamaan neraca massa sebagai berikut:

(massa masuk) = (massa keluar)

2.3.7.3 Neraca Energi

Hukum konversi energi berdasarkan hukum termodinamika:

(energi masuk) – (energi keluar) + (energi terbangkit) = (energi terakumulasi)

Reaksi kimia yang bersifat eksotermis (menghasilkan panas), maka energi

yang dihasilkan disebut sebagai energi yang terbangkitkan sistem.

- Reaksi kimia yang bersifat endotermis (membutuhkan panas), maka

energi yang dihasilkan disebut sebagai energi yang terkonsumsi oleh

sistem.

Gambar 22. Skema reaksi kimia yang terjadi di reaktor


102

 Untuk sistem dengan proses steady state, maka energi

yangterakumulasi = 0

Bentuk-bentuk energi:

1. Energi potensial (EP): akibat posisi objek relatif terhadap bidang datum

(bidang referensi)

2. Energi Kinetik (EK): akibat gerakan objek

3. Internal Energi (U): akibat gerakan molekuler di dalam bahan.

4. Work / Kerja (W):

- Shaft work: kerja turbin. Contoh: turbin air, pompa, kompresor.

- Kerja yang hilang karena gesekan / friksi. Contoh: friksi di permukaan

pipa.

5. Heat/ panas (Q)

6. Energi listrik.

Neraca panas / energi:

a. Neraca Panas total pada sistem alir (flow sistem) pada keadaan

steady state:

𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝐸𝑃1 + 𝐸𝐾1 + 𝑈1 + 𝑃1𝑉1 + 𝑄 = 𝐸𝑃2 + 𝐸𝐾2 + 𝑃2𝑉2 + 𝑊

∆𝐸𝑃 + ∆𝐸𝐾 + ∆𝑈 + ∆𝑃𝑉 = 𝑄 − 𝑊

∆𝑉 2
𝑔∆𝑍 + + ∆𝑈 + ∆𝑃𝑉 = 𝑄 − 𝑊
2𝑔

Persamaan di atas sering dipakai untuk kasus transportasi fluida, yaitu persamaan

Bernoulli.
103

b. Neraca Energi untuk proses kimia (non flow system). Sistem non alir

dianggap terjadi didalam alat-alat proses, misal alat penukar panas

(HE=heat exchanger), reaktor, dan alat-alat transfer massa lainnya.

Pada sistem ini, biasanya EP dan EK <<< Q dan W, sehingga EP dan EK dapat

diabaikan dan neraca panas menjadi:

∆𝑈 + ∆𝑃𝑉 = 𝑄 − 𝑊

∆𝐻 = ∆𝑈 + ∆𝑃𝑉 = 𝑄 − 𝑊

∆𝐻 = 𝑄 − 𝑊

𝐻2 − 𝐻1 = 𝑄 − 𝑊

Untuk beberapa proses biasanya nilai W sangat kecil, sehingga:

𝐻2 − 𝐻1 = 𝑄 = ∆𝐻

Dengan, H1 = entalpi arus masuk (titik satu), H2 = entalpi arus keluar (titik dua).

Macam-macam perubahan entalpi (panas):

 Panas sensibel (panasyangbisa dirasakanperubahansuhunya).

Kapasitas panas (cp) = banyaknya panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

suhu setiap satuan massa setiap satuan suhu. Untuk padatan dan gas, Cp

merupakan fungsi suhu.

 Panas laten (panas perubahan fase dengan suhu tetap).

- Panas peleburan (dari fase padatmenjadi cair)

- Panas sublimasi (dari fase padat menjadi gas)

- Panas kondensasi (dari fase gas menjadi cair)

- Panas kristalisasi (dari fase cair menjadi padat)

- Panas penguapan (dari fase cair menjadi gas).


104

 Panas reaksi (panas yang dihasilkan atau dibutuhkan pada proses yang

melibatkan reaksi kimia). ΔHr bernilai positif menunjukkan reaksi

membutuhkan panas, sedangkan ΔHr bernilai negatif menunjukkan reaksi

menghasilkan panas.

Jika reaksi tidak dijalankan pada kondisi standar, maka dapat dilakukan:

- Suhu umpan dibayangkan diturunkan atau dinaikkan sampai suhu

standar, kemudian

- Direaksikan pada kondisi standar

- Suhu produk dinaikkan sampai suhu keluar

- Selanjutnya panas reaksi dihitung.

Perhitungan panas reaksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 23. Skema perhitungan panas reaksi

Panas reaksi kondisi diatas:

∆𝐻𝑅 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3
105

Panas reaksi pada kondisi standar:

- ∆𝐻0R = panas yang dihasilkan atau dibutuhkan jika reaksi berjalan

pada kondisi standar

- ∆𝐻0R = satuan panas setiap satuan mol reaktan yang bereaksi

- ∆𝐻0R bernilai negatif menunjukkan reaksi menghasilkan panas

- ∆𝐻0R bernilai positif menunjukkan reaksi membutuhkan panas.

2.3.8 Pemecahan Masalah

Gas Turbine Generator di unit PUSRI III merupakan alat yang dijadikan

sebagai tempat untuk memproduksi listrik melalui pembakaran gas alama pada

temperatur tinggi. Sehubungan dengan perhitungan Efisiensi Panas GTG Utilitas

PUSRI-III maka diperlukan perhitungan neraca massa dan perhitungan neraca

panas, sehingga diperlukan data yang diambil langsung dari PUSRI III.

2.3.9 Tahapan Pemecahan Masalah

Tahapan penyelesaian permasalahan dalam tugas khusus ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengambil data-data komponen masuk Gas Turbine Generator (GTG):

 Data-data aliran gas umpan masuk

 Data-data aliran udara masuk

 Data-data komposisi masuk gas umpan dan udara

 Data-data nilai kalor masing-masing komponen

 Data-data koefisien kapasitas kalor tiap-tipa komponen

 Data-data komposisi masuk udara


106

2. Perhitungan pemakaian gas alam

3. Perhitungan neraca massa teoritis:

[massa masuk]-[massa keluar] = [massa akumulasi]

4. Perhitungan komposisi flue gas hasil reaksi

5. Menghitung neraca massa di GTG

6. Menghitung panas reaksi

 Dengan menggunakan rumus: Q = m x GHV

1. Menghitung neraaca panas di GTG

 Dengan menggunakan rumus: 𝑄 = 𝑛 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 ∆𝑇

2. Mengetahui nilai beban listrik yang ditanggung

3. Menghitung neraca panas untuk mengetahui nilai Q loss nya:

Q loss = (Q Dari Gas Alam + Q Dari Udara) – (Q Menuju WHB + Q Listrik )

4. Menghitung Efisiensi Gas Turbine Generator :


𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
 % Efisiensi = 100% - 𝑄
𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 + 𝑄𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖

Sumber: Process Heat Transfer. Kern, 1974

2.3.10 Data-Data yang Diperlukan

Adapun data-data yang diperlukan antara lain:

o Komposisi gas alam yang masuk Gas Turbine Generator

o Data flow gas alam

o Data kondisi operasi pada GTG

o Data panas pembakaran dari gas alam

o Data analisa gas alam dari laboratorium

2.3.11 Pembahasan
107

Gas Turbine Generator (GTG) merupakan sumber utama pembangkit

listrik di PT.PUSRI Palembang. Gas Turbine Generator 3 (3006-J) merupakan

pembangkit listrik tenaga gas alam yang terdapat di unit utilitas PUSRI-III. Dalam

pengoperasiannya gas alam yang masuk pada bagian Ruang Pembakaran

(Combustion Chamber) akan mengalami proses pembakran dengan menggunakan

udara berlebihan (excess air) sebesar XXX%. Hal ini diketahui dari perhitungan

udara berlebihan di Material Balance. Namun secara teori udara berlebihan yang

digunakan hanya 20-30%. Besarnya excess air yang digunakan disebabkan karena

tidak adanya alat pengontrol flow udara yang masuk, dan sebagai pendingin serta

pelumas roda gigi,. Selain itu, besarnya excess air yang digunakan untuk

menghasilkan panas yang akan dialirkan ke Waste Heat Boiler (WHB).

Pada prinsipnya, didalam GTG terjadi proses perubahan energi, yaitu dari

energi panas menjadi energi mekanik, dan dari energi mekanik diubah menjadi

energi listrik. Namun, tidak semua panas yang dihasilkan digunakan sebagai

energi listrik, tapi ada sebagian energi panas yang dialirkan ke WHB sebagai

pemanas steam. Oleh sebab itu, diperlukan perhitungan neraca panas, untuk

mengetahui berapa besar energi panas yang diubah menjadi energi listrik dan

berapa besar energi panas yang dialirkan ke WHB sebagai pemanas

steam.Disamping itu, juga dilakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya

efisiensi dari GTG dalam menghasilkan listrik.

Ditinjau dari besarnya energi listrik yang dihasilkan dengan energi panas

yang disuplai didapat efisiensi GTG sebesar XXX% Sedangkan, dari data desain

efisien yang dimiliki GTG kurang lebih 80%. Perbedaan efisiensi dari hasil
108

perhitungan dan data desain mungkin disebabkam oleh beberapa factor antara

lain, yaitu adanya kesalahan paralaks dalam pembacaan alat, analisa laboratorium

yang mungkin kurang akurat, terutama analisakomposisi gas flue gas ke WHB

dan belum adanya alat pengontrol atau pengukur flow udara yang masuk,

sehingga dalam prakteknya excess air yang digunakan pada GTG jauh lebih besar

dengan excess air dari data desain.

Dan dari perhitungan dapat dilihat bahwa jumlah energi panas yang diubah

menjadi energi mekanik sehingga menghasilkan energi listrik lebih besar

dibandingkan dengan energi panas ke WHB. Ini berarti pemanfaatan energi panas

oleh GTG untuk menghasilkan energi listrik sudah cukup baik. Dari perhitungan,

energi yang hilang (losses) ternyata cukup besar. Hal ini mungkin disebabkan

karena kurang tepatnya analisa komposisi flue gas ke WHB, kurang tepatnya

pengecekan beban yang dihasilkan GTG dan bisa juga disebabkan ada bagian-

bagian dari GTG dan bisa juga disebabkan ada bagian-bagian dari GTG yang

fungsinya sudah mulai menurun. Walaupun demikian dari perhitungan yang

dilakukan terlihat bahwa efisiensi dari Gas Turbine Generator (GTG) cukup baik.

Hal ini berarti, GTG masih berfungsi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai