Anda di halaman 1dari 14

TK5206 PEMODELAN PROSES TEKNIK KIMIA

SEMESTER II 2016/2017

Judul
SIMULASI MENINGKATKAN PEROLEHAN PROPANA DAN BUTANA DENGAN
MENGGUNAKAN PROSES ORTLOFF (C3 & C4 RECOVERY)

Disusun oleh:
Zakiah Darajat N. 23016046
Muhammad Luthfi 23016043

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Februari 2017
1. Pendahuluan
LPG (Liquefied Petroleum Gasses) merupakan produk minyak bumi yang dipeoleh dari proses
pendinginan dan pemisahan dengan menggunakan distilasi bertekanan tinggi. LPG merupakan
campuran gas hidrokarbon yang mudah terbakar sehingga aplikasinya digunakan sebagai bahan
bakar untuk memanaskan suatu benda dan juga biasanya diaplikasikan ke dalam mesin kendaraan.
Komponen utama LPG terdiri dari Propana (C3H8) dan Butana (C4H10), serta sejumlah kecil Etana
(C2H6) dan Pentana (C5H12).

Pemurnian gas alam didapatkan dari hidrokarbon berat, di dalam industri pemrosesan gas,
dibutuhkan beberapa tahap pemisahan dan fraksionasi. Produk cairan yang yang didapatkan
dinamakan gas alam cair (natural gas liquids/NGL). Produk gas yang tidak terolah dikirim ke
dalam LPG recovery plant untuk memisahkan LPG dari kondensatnya (>C4H10). Nilai dan harga
dari kedua produk tersebut sangat tinggi di pasaran karena sangat dibutuhkan di berbagai industri,
seperti dalam industri petrokimia.

Gambar 1. Proses SCORE

Ada banyak licensor yang mengembangkan proses pemurnian gas alam, salah satunya yang
terkenal adalah Ortloff. Licensor tersebut telah mengembangkan beberapa proses C3 recovery.
Berdasarkan hasil kajian Richard dan John (1998), untuk mendapatkan C3 dengan perolehan yang
tinggi poses SCORE (Single Column Overhead Recycle Process) mampu menghasilkan perolehan

Halaman 1 dari 13
lebih dari 99% dengan kebutuhan energi yang lebih rendah dan produk LPG yang lebih banyak.
Oleh karena itu, dalam laporan ini penulis akan menggunakan proses SCORE sebagai salah satu
basis perancangan.

2. Rumusan Permasalahan
Di dalam membangun suatu kilang LPG, khususnya untuk memproduksi LPG sebagai produk
utama dan kondensat sebagai produk samping, perolehan produk LPG menjadi salah satu aspek
penting yang harus diperhitungkan dalam membangun proses kilang tersebut. Apabila perolehan
LPG khususnya C3 dan C4 rendah maka banyak dari senyawa tersebut yang ikut terbuang di dalam
produk gas jual (sale gas) akibat proses fraksionasi yang kurang baik pada kolom De-etanizer.
Selain itu, jumlah produk LPG yang dihasilkan juga merupakan aspek penting karena dengan
produk yang tinggi maka dapat meningkatkan keuntungan untuk kilang tersebut dan mempercepat
pengembalian modal investasi. Aspek terakhir yang tidak kalah penting adalah kebutuhan energi
untuk proses kilang LPG, kebutuhan energi yang tinggi akan menyebabkan biaya operasi yang
tinggi sehingga dapat mengurangi keuntungan kilang tersebut.

Oleh karena itu, dalam memilih dan membangun proses suatu kilang minimal ada tiga aspek yang
diperhitungkan, antara lain:

1. Perolehan C3 dan C4 (recovery C3 dan C4)


2. Jumlah produk LPG
3. Kebutuhan energi

Proses pengolahan gas yang dikembangkan oleh kilang LPG ABC tersebut masih memiliki
perolehan propan (LPG) yang rendah (<87%) dan membutuhkan energi yang relatif besar. Selain
itu juga, proses tersebut menggunakan propan sebagai media pendingin yang diambil dari produk
LPG yang telah didapatkan sehingga dapat mengurangi produk LPG yang dapat dijual. Oleh
karena itu, dibutuhkan proses yang lebih efisien baik dari perolehan propan, jumlah produk LPG,
dan kebutuhan energi.

Halaman 2 dari 13
3. Tujuan dan Lingkup Kajian
Dalam laporan ini penulis akan mengkaji proses pemanfaatan aliran gas bumi untuk memproduksi
LPG dan kondensat pada kilang LPG ABC. Tedapat dua proses yang akan dibandingkan, yaitu
proses konvensional yang hanya menggunakan proses fraksionasi (De-ethanizer dan De-butanizer)
dan proses SCORE yang menggunakan teknologi pemrosesan gas secara kriogenik.

Lingkup kajian pemilihan proses didasarkan oleh tiga aspek, yaitu Perolehan C3 dan C4 (recovery
C3 dan C4) semakin besar, Optimasi jumlah LPG, Kebutuhan energi yang di pakai menjadi kecil.
Pada perolehan C3 dan C4 dan jumlah produk LPG dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satu nya adalah kandungan CO2 di dalam nya. Semakin tinggi CO2 yang terkandung maka semakin
sedikit perolehan C3 dan C4 yang di dapat. Selain itu, penambahan beberapa alat dapat digunakan
untuk meningkatkan perolehan C3 dan C4. Salah satu proses yang termodifikasi dari model
konvensional ialah SCORE (Single Column Overhead Recycle Process). Maka dari itu, penulis
mensimulasikan proses perolehan LPG menggunakan model SCORE agar dapat mencapai tiga
aspek tersebut secara maximal.

4. Metodologi Simulasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak simulasi Aspen Hysys. Ada dua model
yang dibangun, yaitu model simulasi basis (konvensional) dan model proses SCORE. Model
proses SCORE mengadopsi dari jurnal Raheem dkk (2015). Terdapat tujuh (7) seksi untuk
memodelkan proes SCORE, antara lain pengondisian umpan, LNG exchanger, separator dan
ekpander, seksi absorber, seksi stripper, seksi akumulator dan kompresor, dan kolom distilasi.

1) Pengondisian Umpan

Umpan gas alam pertama-tama akan dikompresi dengan menggunakan kompresor.


Kenaikan rasio tekanan berdasarkan Rule of thumb dari satu kompresor sebesar 3,5. Dalam
kasus ini, rasio tekanan diambil sebesar 1,5.

Halaman 3 dari 13
2) LNG exchanger

Umpan gas dari kompresor akan memasuki LNG exchanger sebagai aliran panas
sedangkan cairan dari separator dan absorber akan menjadi aliran dingin. Akan tetapi,
karena aliran dari separator dan absorber belum tersedia sehingga diperlukan aliran dami.
Umpan gas akan didinginkan dengan keluaran sebesar 10C dan penurunan tekanan 0,5
bar. Setelah semua aliran terpasang LNG exchanger akan dispesifikasikan sehingga
memiliki temperature minimum 20C.

3) Separator dan Ekspander

Gas pertama-tama harus diekspansi menggunakan valve dari tekanan keluaran LNG
exchanger ke 17 bar sehingga pemisahan akan lebih baik dan juga mengurangi kinerja
ekspander. Fasa uap akan masuk ke dalam ekspander dan fasa liquid akan dialirkan
kembali menuju LNG exchanger sebagai aliran pendingin. Pada seksi ekspander, gas akan
diekspansi dari 17 bar ke 0.1 bar. Keluaran ekspander akan diumpankan menuju seksi
absorber pada bagian bawah kolom.

4) Seksi Absorber

Pertama-tama, umpan cair untuk seksi absorber tidak tersedia sehingga diperlukan aliran
dami terlebih dahulu. Aliran dami tersebut akan dipecah menjadi dua aliran dengan rasio
0.6 yang menuju bagian atas absorber sedangkan 0.4 yang menuju bagian atas stripper.
Aliran dami tersebut dibuat dengan temperature -130C, tekanan 4 bar, laju alir 30
MMSCFD, dan komposisi gas dengan aliran metan dan entan ekuimolar dan sisanya gas
CO2 dan N2 yang terbawa. Tekanan kolom dipilih sebesar 2.5 bar pada bagian bawah dan
2 bar pada bagian atas.

5) Seksi Stripper

Umpan dari seksi stripper ada tiga aliran, yaitu sisa dari aliran dami, aliran cair separator,
dan aliran cair absorber. Kondisi kolom ditentukan dengan pertama-tama membuat kolom
splitter dan short cut distillation dengan tekanan atas kolom sebesar 10 bar dan bawah 11
bar. aliran cair akan menuju kolom De-butanizer sedangkan aliran gas akan menuju
penukar panas (HE) dengan aliran gas keluaran absorber. Aliran gas keluaran HE tersebut

Halaman 4 dari 13
akan menuju seksi akumulator dan pompa. Kolom ini memerlukan dua spesifikasi untuk
dapat konvergen, temperature rebolier dan reflux rasio menjadi pilihan karena akan
menghasilkan konvergensi yang lebih mudah.

6) Seksi Akumulator dan Pompa

Seksi akumulator untuk memisahkan antara produk cair dan uap keluaran HE dengan
produk cair akan dipompa kembali menuju umpan absorber dan stripper. Tahap ini akan
menjadi tahap yang paling sulit karena harus mengonvergenkan antara aliran dami dengan
aliran keluaran pompa. Banyak variabel yang harus dimodifikasi agar bias konvergen,
seperti rasio split aliran, tekanan kolom, dll.

7) Seksi Kolom Distilasi

Seksi ini merupakan seksi De-butanizer untuk memisahkan antara produk LPG dan
kondensat. Kondisi kolom ditentukan menggunakan kolom splitter dan short cut dengan
kondisi tekanan pada bawah kolom sebesar 11 bar dan atas 10.5 bar. Kolom ini
memerlukan dua spesifikasi untuk dapat konvergen, temperature rebolier dan reflux rasio
menjadi pilihan karena akan menghasilkan konvergensi yang lebih mudah.

4.1. Spesifikasi Bahan Baku


Tabel 1. Spesifikasi bahan baku

Parameter Unit Nilai


o
Design temperature C 37.0
Design pressure Kg/cm2-a 25.0
Design Flowrate ton/h 72.39
Molar flow MMSCFD 61.5
Molecular Weight 23.31
Composition
N2 %-mole 0.17
CO2 %-mole 1.59
CH4 %-mole 72.11
C2H6 %-mole 11.04
C3H8 %-mole 7.58
n-C4H10 %-mole 5.03
n-C5H12 %-mole 1.71
C6+ %-mole 0.48
H2O %-mole 0.29

Halaman 5 dari 13
4.2. Spesifikasi Produk
Dengan spesifikasi produk yang dinginkan sebagai berikut:
Tabel 2. Spesifikasi Produk LPG
No. Properties Units Method Limit Typical Result
Min Max
1. Specific Gravity @ ASTM D 0.580
60/60 1657
2. Reid Vapor Pressure at Psig ASTM D 145
100 oF 1267
3. Weathering Test at 36 oF %vol ASTM D 95
1837
4. Copper Strip Corrosion Merit ASTM D Class 1 Class 1
at 1 hour /100 oF 1838
5. Sulphur Content Grain/100 cuft ASTM D 15
2748
6. Water Content Visual No Free Water No Free Water
Compotition : ASTM D
2163
C2 %-vol 0.8 Nil
C3 & C4 %-vol 97
8. C5+ %-vol 2 < 0.1
Ethyl or Buthyl Ml/1000AG ASTM D 50
Mercaptan 5504

Tabel 2. Spesifikasi Produk Light naphta (Kondensat)


No. Properties Units Method Limit Typical
Min Max Result
1. Specific Gravity @ ASTM D 4052 0.65 0.74 0.65
60/60
2. Color Saybolt ASTM D 6045 +25 - + 30
3. Distillation ASTM D 86
o
IBP C 25 - 32
o
FBP C - 204 99
4. Aresenic wt ppb UOP 924 - 20 1
5. Lead wt ppb UOP 952 - 150 <10
6. Mercury wt ppb UOP 938 - 3 1
7. Sulfur wt ppm ASTM 5453 - 650 5
8. Total Chlorine wt ppm ASTM D 4929B - 1 <1
9. RVP @ 37.8 oC Psi ASTM D 5191 - 13 13
10. Total Paraffins %vol UOP 880 85 - 92
11. n-paraffins %vol UOP 880 32 - 36
12. Olefins %vol UOP 880 - 3 2
13. Oxygenate Products %vol ASTM D 4815 - 50 N/A
(MTBE, ETBE,
Ethanol, Methanol

Halaman 6 dari 13
4.3 Model Simulasi
Simulasi Kilang LPG menggunakan Fluid Pacakge dengan basis Peng Robinson. Berikut ini
adalah hasil pemodelan Kilang LPG dengan proses konvensional dan proses Ortloff.

Gambar 2. Metode Simulasi Konvensional (Basis)

Gambar 3. Metode Simulasi Proses Ortloff

Halaman 7 dari 13
5. Hasil Simulasi dan Pembahasan
Simulasi pengolahan gas alam menggunakan proses konvensional dan ortloff memberikan hasil
yang berbeda. Ada tiga aspek yang akan ditinjau untuk melihat unjuk kerja suatu proses
pengolahan gas alam, antara lain, tingkat perolehan propana dan butana, jumlah produk yang
dihasilkan, dan kebutuhan energi. Semakin tinggi tingkat perolehan propana dan butana, semakin
tinggi jumlah produk LPG dan kondensat yang dihasilkan, dan semakin kecil kebutuhan energi
maka proses tersebut memiliki tingkat efisiensi yang tinggi sehingga baik untuk digunakan dalam
pengolahan gas alam.

5.1 Perolehan Propan dan Butana


Hasil simulasi pengolahan gas alam dengan proses konvensional dan Ortloff ditunjukkan pada
Gambar 4. Dari gambat tersebut terlihat bahwa proses Ortloff menghasilkan perolehan propana
98,85% dan butana 99,31% sedangkan proses konvensional menghasilkan perolehan propana
86,18% dan butana 100%. Selain itu, untuk perolehan pentana dan heksana kedua proses
menghasilkan perolehan yang tinggi, yaitu 100%. Dari angkat tersebut terlihat bahwa proses
Ortloff memiliki unjuk kerja yang baik terhadap perolahan propana dan butana sehingga dapat
menghasilkan produk LPG yang lebih banyak.

Konvensional Orloff
105
98.95 99.31100 99.95 100 100 100
100
PEROLEHAN (%)

95
90 86.18
85
80
75
C3 C4 C5 C6
HIDROKARBON

Gambar 4. Hasil perolehan kembali (revovery) hidrokarbon (C3, C4, C5, C6)

Perolehan propana yang tinggi pada proses Ortloff disebabkan oleh penambahan kolom absorber
yang dapat meminimumkan senyawa tersebut terbawa pada aliran sales gas. Aliran dua fasa (9)
keluaran ekspander (K-101) akan dikontakan dengan aliran cair recycle (10) dari produk gas kolom
Halaman 8 dari 13
De-etanizer pada kolom absorber sehingga terjadi proses pengontakan yang dapat mencegah
senyawa propana terbawa ke aliran sales gas. Prinsip dari kolom tersebut sama dengan kolom
absorber pada umumnya yang menggunakan prinsip perbedaan konsentrasi dan kelarutan suatu
senyawa di dalam fasa cairnya. Berbeda halnya dengan proses konvensional, aliran dua fasa (7)
keluaran ekspander (K-101) akan dipisahkan terlebih dahulu di separator (V-100) dan aliran gas
akan langsung dijadikan sales gas dan produk gas keluaran kolom De-etanizer juga akan dijadikan
sales gas. Oleh karena itu, recovery propana pada proses konvensional lebih rendah.

5.2 Produksi LPG dan Kondensat


Hasil simulasi perolehan produk, yaitu sales gas, LPG, dan kondensat ditunjukkan pada Gambar
5. Proses Ortloff menghasilkan produk LPG (7,781 MMSCFD) dan kondensat (1,367 MMSDFD)
yang lebih besar dibandingkan dengan produk LPG (7,217 MMSCFD) dan kondensat (1,254
MMSCFD) proses konvensional. Akan tetapi, perolehan sales gas proses Ortloff lebih kecil
dibandingkan dengan sales gas proses konvensional..

Konvensional Ortloff
60 53.03 52.35
PRODUK (MMSFCF)

50
40
30
20
10 7.217 7.781
1.2541.367
0
LPG Sales Gas Kondensat
PRODUK

Gambar 5. Hasil perolehan produk LPG, sales gas, dan kondensat

Dalam pengolahan gas alam, produk yang paling diinginkan adalah LPG karena memiliki nilai
jual yang tinggi, diikuti oleh produk kondensat, dan terakhir sales gas. Oleh karena itu, perolehan
LPG dan kondensat yang tinggi menyebabkan proses Ortloff dapat memberikan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan proses konvensional

Halaman 9 dari 13
Pada produk LPG, salah satu aspek yang paling penting agar produk tersebut dapat dijual dipasaran
adalah komposisinya. Kandungan etana maksimal 0,8%-v, propana dan butana minimal 97%-v,
serta hirdrokarbon yang lebih berat lainnya maksimal 2%-v. Kedua proses sama-sama
menghasilkan produk LPG yang memenuhi spesifikasi. Akan tetapi, proses Ortloff dapat
menghasilkan komposisi propana dan butana (98,8%) yang lebih tinggi sedikit dibandingkan
dengan proses konvensional (98,51%).

Konvensional Ortloff
60 55.8355.9
50
KOMPOSISI (%-V)

42.68 42.9
40
30
20
10 1.35 0.39
0.140.78
0
Etana Propana n-Butana n-Pentana
HIDROKARBON

Gambar 6. Komposisi perolehan prouk LPG

Pada produk kondensat, salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan adalah Reid Vapor
Pressur. RVP menunjukkan kemudahan menguap suatu senyawa. Semakin besar nilai RVP suatu
kondensat maka kondensat tersebut akan semakin mudah menguap. Nilai RVP suatu kondensat
perlu ditetapkan untuk faktor keamaan saat transportasi, penyimpanan, dan dalam aplikasinya di
mesin kendaran bermotor khususnya pada karburator. Dilihat dari nilai RVP, proses Ortloff
menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses konvensional dan juga lebih
tinggi sedikit dibandingkan target RVP yang diinginkan, yaitu maksimal 13.

Tabel 3. Spesifikasi produk kondensat (RVP)


Konvensional Proses Ortloff
RVP @37,8C (Psi) 12,97 13,12

Dilihat dari komposisi kondensat, proses konvensional dan Ortloff tidak menghasilkan perbedaan
yang signifikan, terlihat dari Gambar 5.

Halaman 10 dari 13
Konvensional Ortloff
100

KOMPOSISI (%-MOL)
77.55
76.29
80
60
40 23.622.28
20
0.110.16
0
n-Butana n-Pentana n-Heksana
HIDROKARBON

Gambar 5. Komposisi perolehan produk kondensat

5.3 Kebutuhan Energi


Aspek energi merupakan salah satu parameter penentu unjuk kerja proses yang cukup penting.
Kebutuhan energi akan terkait dengan biaya produksi proses pengolahan gas alam. Semakin besar
kebutuhan energi maka semakin besar pula biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh suatu
kilang LPG. Apabila biaya produksi besar maka dapat menurunkan keuntungan bersih dari kilang
tersebut. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu proses dengan kebutuhan energi yang rendah.

Gambar 6 menunjukkan bahwa kebutuhan energi total yang diperlukan oleh proses Ortloff (33,78
MW) lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan energi proses konvensional (35,73 MW).
Salah satu perbedaan kebutuhan energi terletak pada kebutuhan kompresor. Semakin besar rasio
penaikan tekanan yang dibutuhkan maka energi kompresor akan semakin besar. Proses Ortloff
hanya membutuhkan 1,1 MW (3,26%) dengan rasio tekanan 1,5 sedangkan proses konvensional
membutuhkan 1,926 MW (5,39%) dengan rasio tekanan 2. Selain itu, proses Ortloff tidak
membutuhkan pendingin tambahan berupa Air Cooler dan pendingin refrigeran karena proses
Ortloff menggunakan prinsip kreogenik sehingga semua pendingin dapat dipasok sendiri oleh
proses tersebut. Kebutuhan Air Cooler sebesar 7,50% sedangkan pendingin refrigen sebesar
11,31%.

Unit ekspander dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik yang bisa digunakan sebagai
menyokong kebutuhan energi proses. Energi yang dihasilkan ekspander pada proses Ortloff (4,415

Halaman 11 dari 13
MW) lebih besar dibandingkan energi yang dihasilkan pada proses konvensional (0,3896 MW).
Apabila energi tersebut digunakan untuk mengurangi kebutuhan energi total proses maka
kebutuhan energi untuk proses Ortloff akan berkurang sebesar 13% menjadi 29,37 MW.

3.26 4.25
0.00 0.00
0.02
11.41 0.01

25.24
25.31 Total =
33,78 MW

13.07 17.43

Kompresor 1 Kompresor 2 Pompa 1 Pompa 2


Reb De-Et Reb De-Et Ekspander Cond De-Et
Cond De-But Air cooler Cooler

(a)
5.39 0.00 0.00
0.00
11.31
7.50
24.34
Total =
18.93 35,73 MW

17.20
14.25

1.09
Kompresor 1 Kompresor 2 Pompa 1 Pompa 2
Reb De-Et Reb De-Et Ekspander Cond De-Et
Cond De-But Air cooler Cooler

(b)
Gambar 6. Kebutuhan energi (a) Ortloff (b) Konvensional

Halaman 12 dari 13
6. Kesimpulan

Dari hasil simulasi dan pengamatan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Proses Ortloff menghasilkan perolehan propana (98,95%) yang lebih besar daripada proses
konvensional (86,18%).
2) Proses Ortloff menghasilkan produk LPG (7,781 MMSCFD) dan kondensat (1,367
MMSCFD) yang lebih banyak daripada produk LPG (7,217 MMSCFD) dan kondensat
(1,254 MMSCFD) proses konvensional.
3) Proses Ortloff membutuhkan energi total proses (33,786 MW) yang lebih rendah daripada
proses konvensional (35,728 MW).
4) Proses Ortloff lebih efisien daripada proses konvensional.

7. Daftar Pustaka
1) Raheem, A. B., Hassan, A., Samsudin, S. A., Noor, Z. Z., Adebobajo, A. (2015).
Comparative Economic Investigation Options for Liquefied Petroleum Gas Production
from Natural Gas Liquids. American Journal of Chemical Engineering, Vol.3 No. 2-1, pp
55-69.

2) Lynch, P. E., Pierce, M. C., Hummell, S. (2016). Design and Operating Experience for
Anadarkoss Lancaster Facility. Ortloff Engineers.

3) Pitman, R. N., Hudson, H. M. Wilkinson, J. D. (1998). Next Generation Processes For


NGL/LPG Recovery. Ortloff Engineers.

Halaman 13 dari 13

Anda mungkin juga menyukai