Materi :
Disusun oleh :
21030112130068
Irma Saputri
21030112130048
21030112110136
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
Disusun oleh :
21030112130068
Irma Saputri
21030112130048
21030112110136
LEMBAR PENGESAHAN
Materi Praktikum
Tanggal Praktikum
: 7 April 2014
Kelompok
: I / Senin Siang
Anggota
NIM : 21030112130068
NIM : 21030112130048
: Kamis
tanggal
: 12 Juni 2014
Yang mengesahkan,
Mengetahui,
Asisten
Dosen Pembimbing
NIM. 21030111130075
NIP. 197405231998021001
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji mari kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Proses
dengan materi Absorbsi Gas Karbondioksida dengan Larutan NaOH dengan lancar dan
sesuai harapan kami. Penyusunan Laporan Resmi ini ditujukan untuk melaksanakan tugas
Paraktikum Proses.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Andri Cahyo Kumoro, S.T,
M.T, PhD sebagai dosen pembimbing, Donny Ridwan sebagai asisten laboratorium, dan
Inggit Prillasari sebagai asisten pretest, dan asisten laboratorium lainnya yang telah
membimbing kami. Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-teman 2012 yang telah
memberikan kami motivasi dalam menyelesaikan laporan resmi ini.
Tidak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan laporan resmi kami. Oleh
karena itu, kami masih membutuhkan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan resmi kami.
Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 15
5.2 Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 16
LEMBAR PERHITUNGAN ........................................................................................ 18
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Absorbsi dan Desorbsi CO2 dengan Pelarut MEA di Pabrik Amonia ... 3
Gambar 2.2 Mekanisme Absorbsi gas CO2 dalam Larutan NaOH ....................................... 4
Gambar 2.3 Skema Diagram Model Lapisan Film pada Kolom Absorbsi ............................ 4
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Utama ....................................................................................... 8
Gambar 4.1 Grafik Hubungan N CO2 terhadap Waktu ......................................................... 11
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Laju Alir NaOH vs kGa ......................................................... 12
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Laju Alir NaOH vs kLa ......................................................... 13
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Laju Alir NaOH vs Konstanta k2 .......................................... 13
vi
INTISARI
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran
gas saling kontak dengan suhu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut
larut dalam cairannya. Percobaan absorbsi CO2 dengan NaOH bertujuan untuk mempelajari pengaruh
laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 terserap, menentukan besar koefisien perpindahan massa pada
proses absorbsi, dan menentukan waktu terhadap proses absorbsi.
Pada percobaan ini, variable tetapnya adalah konsentrasi NaOH sebesar 0,1 N, beda waktu
pengambilan sampel, yaitu 1 menit dan tekanan operasi 1 atm, variable berubahnya laju alir NaOH 2
ml/menit; 4 ml/menit; 6 ml/menit. Percobaan ini diawali dengan membuat larutan NaOH 0,1 N 10 liter.
Kemudian adalah proses absorbsI yaitu NaOH dipompa dan diumpankan pada bagian atas menara
pada laju alir sesuai variabel, dan gas CO2 dipompa melalui bagian bawah absorber. Larutan NaOH
dan CO2 dibiarkan saling kontak. Sebanyak 10 ml sampel diambil dari bagian dasar menara dengan
interval 1 menit dan dianalisis kadar CO32-dengan cara titrasi acidi alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapat bahwa semakin besar laju alir NaOH maka semakin banyak CO2
yang terserap, dikarenakan semakin besarnya nilai koefisien transfer massa, sehingga daya serap
terhadap CO2 pun akan semakin besar. Semakin besar laju alir NaOH maka nilai Kga dan kLa juga
semakin besar akibat meningkatnya transfer massa antar fase gas-cair antara CO2 dan NaOH.
Peningkatan laju alir juga akan meningkatkan nilai k2, karena laju alir yang tinggi menyebabkan
terjadinya tumbukan yang tinggi, sehingga konstanta laju reaksi meningkat
Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin besar laju alir NaOH maka nilai Kga, kLa k2,
dan CO2 yang terserap makin besar. Saran yang dapat diberikan antara lain larutan NaOH dialirkan
sampai overflow sebelum dikontakkan dengan CO2, dan laju alir CO2 sebaiknya dijaga agar tidak
terlalu besar sehingga pengeluaran CO2 dapat diminimalisir.
vii
SUMMARY
Absorption is a separation processes in the chemical industry where a gas mixture of mutual
contacts with specific absorbent liquid temperature so that one or more components of the gas dissolved
in the liquid. CO2 Absorption experiments aimed to study the effect of NaOH flow rate on the amount of
CO2 absorbed, determine the coefficient of mass transfer on the absorption process, and determine the
time of the absorption process.
In this experiment, the variable is a fixed normality of NaOH 0,1 N, different sampling time,
which is 3 minute and the operation pressure is 1 atm, the studied variables is the flow rate of NaOH (2
ml/minute; 4 ml/menit; 6 ml/menit). This experiment began with a solution of NaOH 0,1 N 10liters. Then
is the process of absorption, the NaOH solution pumped and fed to the top of the tower with a flow
rate according to the variable, and CO2 gas was delivered using a compressor through the bottom of
the absorber. NaOH solution and CO2 allowed contact with each other. A total of 10 ml sample is taken
from the base of the tower with a 3-minute intervals and analyzed levels of CO32- titration by acidialkalimetry.
From the experimental results obtained that the greater the flow rate of NaOH, the more CO2
is absorbed, because the more high mass transfer coeficient, CO2 will be more and more absorbed. The
greater the flowrate of NaOH, the value kGa and kLa will be higher because mass transfer gas-liquid
phase will be higher and the greater flowrate of NaOH, the value of k2 will be higher because molecules
collide go faster.
The conclusion of our experiments is the greater flowrate of NaOH, the value kGa, kLa, k2, and
the greater the CO2 absorbed. Advice given acquired include NaOH solution flows to overflow before
It is contacted with CO2, and CO2 flow rate should be maintained so as not too big so that expenditures
can be minimized CO2.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan bahan baku
yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena itu, reaksi kimia
dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau heterogen, misalnya biner atau bahkan
tersier (Coulson, 1996). Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang
direaksikan, namun terdapat satu fenomena yang selaluterjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung.
Maka salahsatu atau lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke
lapisan antarfase/batas atau menuju aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang
berbeda.
Absorpsi gas-cairmerupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas
yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap
(Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase,
lapisan cairan atau bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahanbahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut,
biasanya proses absorpsi dijalankan dalam reactor tangki berpengaduk bersparger, kolom
gelembung (bubble column) atau kolom yang berisi tumpukan partikel inert (packed bed column).
Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang
masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada industri yang melibatkan pelarutan gas dalam
cairan, seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid dll(Coulson, 1996).Absorpsi gas CO2 dengan
larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2
antara CO2 dan ion OH-membentuk ionCO32-dan H2O.Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32membentuk ion HCO3-biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekardan Sharma, 1972). Namun,
menurut Rehmet al. (1963) proses ini juga biasa dianggap mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi
larutan NaOH cukup rendah (encer).
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan hidrodinamika reaktor
dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model matematika merupakan bentuk
PRAKTIKUM PROSES KIMIA 2014
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsidapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu
absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam
larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini adalah absorbsi gas
H2S dengan air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik.
Mekanisme proses absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan
(two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan teori permukaan
terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam
larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah absorbsi gas CO 2
dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai
stripper
absorber
pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom
gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed column)
2.2
Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh Cairan.
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai reaksi kimia
berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas menuju lapisan
antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam faselarutan, perpindahan
massa CO2 dari lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan
gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gas bulk flow
Gas film
pg
Liq. film
pai
A*
(1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
A* H . pai (2)
Ra [ A*]a DA .k 2 .[OH ]
(3)
Kedaan batas:
D A .k 2 .[OH ]
(b)
kL
D A .k 2 .[OH ]
kL
[OH ] D A
dengan z adalahkoefisienreaksi
z. A * DB
(a)
CO2 (g)
CO2 (l)
(b)
HCO3- (l)
(c)
(d)
Na2CO3(l)
(e)
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses absorpsi
biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan NaOH terutama jika CO2
diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain atau dikendalikan bersama-sama dengan
reaksi kimia pada langkah c (Juvekar dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :
Ra
(4)
a.H . D A .k 2 .[OH ]
k Ga
D A .k 2 .[OH ]
menjadi:
Ra
kL
a.H . D A .k 2 .[OH ] k L
(5)
k Ga
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam larutan.Hal ini
berakibat:
D A .k 2 .[OH ]
kL
[OH ] D A
z. A * DB
(6)
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan mengikuti persamaan:
PRAKTIKUM PROSES KIMIA 2014
Ra
a.H . pg. .k L
a.H . .k L
1
k Ga
(7)
Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer massa CO2
pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi kimia seperti dirumuskan
oleh Juvekar dan Sharma (1973):
[OH ] DB
1
.
D A .k 2 .[OH ]
z. A * D A
.
[OH ] DB
kL
z. A * D A
1/ 2
(8)
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah 2,1 10-5 cm2/det
(Juvekardan Sharma, 1973).
NilaikGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau perpindahan
massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu tertentu di dalam alat
absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro
dan Hadiyanto, 2000):
.Q
k Ga .dp 2
4,0777 CO2 CO2
DA
CO2 .a
Dengan a
1, 4003
CO2
CO2 .D A
1/ 3
(9)
6(1 )
Vvoid
dan
dp
VT
k GA
A.Z . . plm .
A.Z . . plm .
(10)
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plmdapat didekati dengan p = pin-pout.
Sedangkan nilai kladapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and Xu, 1992):
k la .dp
.Q
0,3
.D A
0, 5
(11)
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju difusi CO2
ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan dengan badan cairan adalah
D A .( pin pout )
2
mol(CO3 ).R.T
(12)
Gambar 2.3 Skema Diagram Model Lapisan Film pada Kolom Absorbsi
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Tabung CO2
e. Manometer
b.
Kolom packing
f. Kompresor
c.
Tangki NaOH
g. Tabung penyampur
d.
Pompa
h. Ember
Bakpenam
pung 1
Kolomabsorps
i
Kranpengenda
lialiran
Bakpenam
pung 2
manometer
kompresor
manometer
Pompacelup
manometer
Tangkimanometer
pencampur
Tangki CO2
: 0,1 N
2. Suhu
: 25 oC
b. Variabel berubah
1. Laju alir NaOH
D 2 .H
Vvoid
VT
Prosedur selanjutnya yaitu pengoperasian absorbsi, dengan cara NaOH 0,1 N dipompa dan
diumpankan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir tertentu hingga keadaan
mantap tercapai, alirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom. Ukur beda ketinggian cairan
dalam manometer 1, manometer 2 dan manometer 3, manometer 4 jika aliran gas sudah steady,
ambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hubungan antara laju alir NaOH dengan jumlah CO2 yang terserap
Dalam percobaan ini respon uji hasilnya adalah berupa jumlah CO2 yang terserap,
jumlah CO2 yang terserap ini berhubungan dengan laju alir NaOH sebagai variabel berubah.
Hubungannya adalah sebagai berikut :
0,12
0,1
N CO2
0,08
2 ml/s
0,06
4 ml/s
0,04
6 ml/s
0,02
0
0
6
8
Waktu (menit)
10
12
11
0,0002
0,00018
0,00016
0,00014
0,00012
0,0001
0,00008
0,00006
0,00004
0,00002
0
2
12
8
7
kLa (x 10-9)
6
5
4
3
2
1
0
2
k2 (ml/mol menit)
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
2
13
Pada Gambar diatas dapat dilihat hubungan antara laju alir NaOH dengan nilai k 2.
Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa Gambar cenderung naik. Hal ini dikarenakan pada
operasi absorbsi dengan variabel laju alir, semakin tinggi laju alir maka tumbukan yang
tercipta juga semakin banyak/tinggi, dimana tumbukan ini merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya reaksi. Berdasarkan pada persamaan Arhenius :
= .
Nilai k dipengaruhi oleh adanya A, A merupakan faktor tumbukan dari larutan
NaOH. Semakin besar nilai A maka nilai k juga semakin besar dan sebaliknya.
(Tim Penyusun Buku Petunjuk Praktikum Proses Kimia Esterifikasi Teknik Kimia
Universitas Diponegoro, 2014).
14
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
Semakin besar laju alir NaOH maka jumlah CO2 yang terserap semakin banyak, hal itu
dikarenakan koefisien perpindahan massa yang semakin besar akan meningkatkan daya
serap cairan terhadap komponen yang terdapat pada aliran gas CO2
2.
Semakin besar laju alir NaOH, nilai Kga akan semakin besar akibat meningkatnya
transfer massa antar fase gas antara CO2 dan NaOH.
3.
Semakin besar laju alir NaOH, nilai Kla akan semakin besar karena laju alir NaOH
yang tinggi menyebabkan konsentrasi NaOH cepat meningkat, sehingga transfer massa
fase cair antara CO2 dan NaOH menjadi lebih banyak.
4.
Semakin besar laju alir NaOH, nilai k2 akan semakin besar karena laju alir yang tinggi
menyebabkan tumbukan yang lebih banyak, sehingga laju reaksinya makin meningkat.
5.2
Saran
1.
Penggunaan valve yang baik adar mudah dalam pengaturan laju alir NaOH.
2.
Jaga valve untuk laju alir NaOH diatur sesuai dengan variable yang ditentukan agar
tetap konstan.
3.
Jaga tekanan pada tangki CO2 agar CO2 yang keluar tidak berlebihan.
4.
Jaga tekanan pada kompresor agar raksa yang ada pada inverted manometer tidak
keluar ke pipa pembuangan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F. 1996. Chemical Engineering: Volume 1: Fluid flow, heat
th
Levenspiel, O., 1972. Chemical reaction engineering, 2 ed. John Wiley and Sons, Inc., New York,
NY, USA, pp. 210-213, 320-326.
PRAKTIKUM PROSES KIMIA 2014
16
17
LEMBAR PERHITUNGAN
A. Perhitungan Reagen
1000
0,1 =
1
40 10000
=
= 40
25
1000
=
=
0,1 =
D = 2,3 cm ; H = 33 cm
2
4
3,14 2,32 33
4
= 137,037 3
PRAKTIKUM PROSES KIMIA 2014
18
=
=
101,5 3
137,037 3
= 0,0741
C. Operasi Absorbsi
Variabel tetap
3. Tekanan CO2
: 6 bar
4. Konsentrasi NaOH
: 0,1 N
Variabel berubah
Laju alir NaOH
3 =
( )
2 3 =
3 =
( )
n Na2CO3
n NHCO3
n CO2
0,6
0,7
0,006
0,001
0,007
7,6
0,076
0,076
19
5,6
0,056
0,056
0,4
7,8
0,004
0,074
0,078
7,5
0,075
0,075
7,9
0,079
0,079
7,3
0,073
0,073
9,4
0,094
0,094
8,1
0,01
0,071
0,081
0,8
8,1
0,008
0,073
0,081
10
0,7
8,6
0,007
0,079
0,086
n Na2CO3
n NHCO3
n CO2
0,5
9,3
0,005
0,088
0,093
0,7
8,5
0,007
0,078
0,085
0,8
8,5
0,008
0,077
0,085
0,01
0,07
0,08
0,8
8,2
0,008
0,074
0,082
0,5
8,4
0,005
0,079
0,084
8,2
0,01
0,072
0,082
0,5
7,2
0,005
0,067
0,072
0,9
0,009
0,071
0,08
0,7
0,007
0,073
0,08
10
0,5
0,005
0,085
0,09
N Na2CO3
N NHCO3
N CO2
1,2
10,3
0,012
0,091
0,103
0,7
10,4
0,007
0,097
0,104
1,1
8,3
0,011
0,072
0,083
0,7
8,4
0,007
0,077
0,084
20
0,6
8,3
0,006
0,077
0,083
0,8
9,2
0,008
0,084
0,092
0,5
9,3
0,005
0,088
0,093
0,7
8,1
0,007
0,074
0,081
0,4
8,2
0,004
0,078
0,082
1,2
10,3
0,012
0,091
0,103
10
1,4
9,4
0,014
0,08
0,094
= 137,037
= 0,741
= (6-1)bar = 5 bar
32
0,035
= 6,893 105 /3
137,037 0,741 5
0,079
= 1,556 104 /3
137,037 0,741 5
0,093
= 1,832 104 /3
137,037 0,741 5
F. Perhitungan K2
x.y
X2
0,007
0,076
0,076
0,056
0,112
21
0,078
0,234
0,075
0,3
16
0,079
0,395
25
0,073
0,438
36
0,094
0,658
49
0,081
0,648
64
0,081
0,729
81
10
0,086
0,86
100
55
0,786
4,45
385
= 0,004
2 ()2
x 2
=
= 0,047
2 ()2
= + = 0,004(2) + 0,047 = 0,055
x.y
x^2
0,093
0,085
0,085
0,085
0,17
0,08
0,24
0,082
0,328
16
0,084
0,42
25
0,082
0,492
36
0,072
0,504
49
0,08
0,64
64
0,08
0,72
81
10
0,09
0,9
100
55
0,913
4,499
385
22
= 0,0006
2 ()2
x 2
=
= 0,086
2 ()2
= + = 0,0006(4) + 0,086 = 0,0836
x.y
x^2
0,103
0,104
0,104
0,083
0,166
0,084
0,252
0,083
0,332
16
0,092
0,46
25
0,093
0,558
36
0,081
0,567
49
0,082
0,656
64
0,103
0,927
81
10
0,094
0,94
100
55
1,002
4,962
385
=
=
= 0,0004
2 ()2
x 2
= 0,0933
2 ()2
= 13,354 kg/m3
= 1,977 kg/m3
D1 = 0,4 cm = 0,04 m
23
-P = Z . ( raksa- CO2) .
-P = 0,05 . (13,534 1,977) . 9,8/1
-P = 5,663 Pa
2 (
(1 ) 1
2
=
QCO2
5,663
0)
1,977
0,001256
0,000707
2.1.1.(
= 1,796 m/s
= VCO2 . S2
= 1,796 m/s . 0,000707 m2
= 1,27 . 10-3 m3/s = 0,021 L/menit
= 0,2258 (
) (
)
.
.
6(1)
6 ( 10,741)
1,554
2 .
2 .
PRAKTIKUM PROSES KIMIA 2014
24
1,4003
6,983 105 . 2
1,977.0,021
15. 106
=
4,0777
(
)
(
)
2,1 . 109
15. 106 . 1,554
1,977.2,1. 109
33252,3 dp2
dp0,5997
dp
=
= 2229989 dp1,4003
= 67,0627
= 1110,856
1,554
1,554
=
= 1,4 103
1110,856
0,5
.
. 0,3
= 0,2258 (
) (
)
.
.
0,5
0,3
. 1110,856
969,9 . 0,02
3,95. 103
=
0,2258
(
)
(
)
2,1 . 109
3,95. 103 . 1,4 103
969,9 . 2,1 . 109
= 914,237
= 1,72 . 10-9
2 .
2 .
1/3
1,4003
1,556 104 . 2
1,977.0,021
15. 106
=
4,0777
(
)
(
)
2,1 . 109
15. 106 . 1,554
1,977.2,1. 109
74095,2 dp2
dp0,5997
dp
= 2229989 dp1,4003
= 30,096
= 292,025
1,554
1,554
=
= 5,3 103
292,025
0,5
.
. 0,3
= 0,2258 (
) (
)
.
.
0,5
0,3
. 292,025
969,9 . 0,04
3,95. 103
=
0,2258
(
)
(
)
2,1 . 109
3,95. 103 . 5,3 103
969,9 . 2,1 . 109
25
= 5,43 . 10-9
2 .
2 .
1/3
1,4003
1,832 104 . 2
1,977.0,021
15. 106
= 4,0777 (
)
(
)
2,1 . 109
15. 106 . 1,554
1,977.2,1. 109
87238 dp2
= 2229989 dp1,4003
dp0,5997
= 25,56
dp
= 222,42
1,554
1,554
=
=
= 7 103
222,42
0,5
.
. 0,3
= 0,2258 (
) (
)
.
.
0,5
0,3
. 222,42
969,9 . 0,06
3,95. 103
=
0,2258
(
)
(
)
2,1 . 109
3,95. 103 . 7 103
969,9 . 2,1 . 109
= 7,4 . 10-9
26
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
Absorbsi Gas Karbon Dioksida dengan Larutan NaOH
Disusun oleh :
21030112130068
Irma Saputri
21030112130048
21030112110136
I.
TUJUAN PERCOBAAN:
1. Pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu
reaksi.
2. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas
(kGa).
3. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair
(kLa).
4. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).
II.
PERCOBAAN
II.1.Bahan yang digunakan
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
2. Gas Karbondioksida (CO2)
3. Udara
4. Aquadest (H2O)
5. HCl dengan kemurnian 25%
6. Indikator Titrasi (PP dan MO)
II.2. Alat yang digunakan
1. Tabung CO2
5.
Manometer
2. Kolom Packing
6.
Kompresor
3. Tangki NaOH
7.
Tabung Penyampur
4. Pompa
8.
Ember
Timbang 40 gr NaOH
Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing.
Catat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom absorpsi =
Vvoid.
D 2 .H
4
Vvoid
VT
3) Operasi Absorpsi
NaOH 0,1 N dipompa dan diumpankan ke dalam kolom melalui bagian atas
kolom pada laju alir tertentu hingga keadaan mantap tercapai.
Alirkan gas CO2melalui bagian bawah kolom. Ukur beda ketinggian cairan
dalam manometer 1, manometer 2 dan manometer 3, manometer 4 jika aliran
gas sudah steady.
Ambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama
10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.
4) Analisis sampel
Tambahkan indikator fenol fthalein (PP) sampai merah jambu, dan titrasi
sample dengan larutan HCl 0,1 N sampaiwarna merah hampir hilang
(kebutuhan titran = a mL), maka mol HCl = a 0,1 mmol.
Tambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga (MO), dan titrasi dilanjutkan lagi
sampai warna jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran = b mL), atau
kebutuhan HCl = b 0,1 mmol.
5,5
5,3
Variabel 1
a(ml)
Variabel 2
b(ml)
a(ml)
b(ml)
Variabel 3
a(ml)
b(ml)
0,6
0,7
0,5
9,3
1,2
10,3
7,6
0,7
8,5
0,7
10,4
5,6
0,8
8,5
1,1
8,3
0,4
7,8
0,7
8,4
7,5
0,8
8,2
0,6
8,3
7,9
0,5
8,4
0,8
9,2
7,3
8,2
0,5
9,3
9,4
0,5
7,2
0,7
8,1
8,1
0,9
0,4
8,2
0,8
8,1
0,7
1,2
10,3
10
0,7
8,6
0,5
1,4
9,4
MENGETAHUI
PRAKTIKAN
ASISTEN
Pelarut
kimia
(Chemical
Solvents)
dari
ethanolamine memiliki sifat yang berbeda terhadap
temperatur kolom penyerap dibandingkan dengan
pelarut fisik (physical solvents) (khol, 1997).
Perbedaan yang utamanya adalah hubungan kecepatan
reaksi dengan CO2 terhadap komponen lain seperti
H2S. Perbedaan ini dapat diartikan bahwa menurunkan
penyerapan CO2 dan menaikan penyerapan H2S
adalah pada temperatur kolom penyerap yang lebih
dingin atau rendah (Lunsford, 1999). Proses
pemurnian yang dilakukan oleh Anderson et al (1992)
menjelaskan bagaimana temperatur yang rendah pada
saat musim dingin banyak CO2 yang tidak terserap.
Law (1994) memperlihatkan hasil simulasi bagaimana
menurunkan penyerapan CO2 dengan menurunkan
jumlah tray, menaikkan konsentrasi amine, dan
menurunkan temperatur absorber. Dupart (1993)
menyarankan untuk temperatur gas umpan (feed gas)
apabila spesifikasi gas tidak sesuai yang diharapkan.
Jika bermasalah dengan H2S, temperatur gas harus
kurang dari 120oF (48,9oC). Street (1994)
menyarankan menaikkan temperatur larutan amine
apabila
untuk
menaikkan
penyerapan
CO2
menggunakan larutan MDEA dengan minimum
temperatur tidak melebihi 90oF (32,3oF).
2. Dasar Teori
dan
.(4)
..(5)
.(6)
.(7)
dimana
asumsi komposisi dari komponen yang ditransfer
dalam cairan curah (liquid bulk) dengan menggunakan
persamaan berikut, jumlah cairan yang meninggalkan
setiap piringan (tray) dan komposisi amine sebagai
konsentrasi HS- adalah berikut ini,
...(8)
...................... (9)
................................... (10)
.(11)
..(12)
....(1)
dengan konsentrasi profil (Consentration Profile)
untuk CO2 dalam film cairan harus ditentukan.
Sehingga rumusan berikut ini yang digunakan untuk
penentuannya,
(13)
..(14)
(15)
.......(2)
kondisi boundary untuk CO2 sebagai berikut,
pada z = 0
......(3)
.................... (16)
ppm
H2S
Flow
Gas
Suhu
Gas
Flow
Amine
Suhu
Amine
10.87
11.26
10.66
10.27
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.07
82.5
84.54
84.49
82.5
82
88.03
83.05
83.11
83.5
83.51
83.04
83.91
33.24
33.52
33.68
33.59
33.12
32.75
32.2
31.38
30.93
30.72
30.59
30.44
28.97
28.99
28.97
29
28.91
29.04
28.97
28.98
29
29.02
28.96
29.03
45.58
45.13
44.79
44.57
43.96
43.65
43.28
42.75
43.32
43.17
43.15
43.35
4.
Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap penyerapan H2S saat
suhu ambien dingin bulan Agustus 2010
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
ppm
H2S
Flow
Gas
Suhu
Gas
Flow
Amine
Suhu
Amine
6.07
9.48
11.96
11.06
10.21
9.48
6.6
5.33
4.45
4.45
3.98
3.51
46
47.25
47
47.75
45.25
47
47
46.25
44.5
44.75
44.75
46.75
40.7
41.13
41.75
41.85
41.51
40.16
38.95
37.88
37.31
37.08
37.02
36.89
26.92
27.06
26.9
26.91
26.93
27.08
27.12
27.1
27.08
27.14
26.9
26.91
47.69
54.52
56.34
52.29
49.48
47.88
46.68
46.09
45.82
45.76
45.64
45.5
Temperatur
DAFTAR REFERENSI
Waktu (x104)
Gambar 6. Identifikasi temperatur gas keluar Amine \
Contactor
data yang digunakan pada identifikasi ini adalah
temperatur larutan amine masuk (135-TIC-212),
temperatur gas masuk (135-TI-210) dan temperatur
gas keluar (135-TI-211) yang diukur pada bulan
September 2007 dengan jumlah data sebanyak 1998
dan waktu sampling 20 menit. Gambar 6 memiliki 2
grafik yaitu grafik simulasi dan grafik pengukuran, z
adalah data output yang terukur dalam hal ini
diharapkan mewakili temperature pada 135-TI-211.
Sedangkan mw1 adalah output yang dismulasi dengan
model perdiksi, prediksi temperature yang harapkan
pada gas keluar.
Hasil simulasi mendekati hasil data sheet pada
Lampiran C6 yaitu 46,5 oC, dengan best fit mw1
6,52%. Best fit pada simulasi ini memiliki keunikan
dari simulasi yang lain, yaitu semakin rendah best fit
menunjukan temperatur keluar kolom akan semakin
[8]
[9]
[10]
[11]
ABSTRACT
Increasing of CO2 in air caused air pollution known as green house effect. To solve the
problem is doing gas absorption using packing column or tray column. This research needs
how much cost and caused flooding at flow rate operation. Later, technology based of
membrane appear as an alternative process to substitute conventional process. Several
variable such as flow rate at sorbent, concentration are variable. This research indicate for
studying the effect of sorbents flow rate, sorbents concentrate and gass flow rate to fluks
of CO2 at polipropilen membrane that hidrofob. The result of this research indicate that
fluks of CO2 increased by increases of sorbents flow rate, sorbents concentrate and gass
flow rate. The best result CO2 fluks is 5137,12 - 16888,39mmol/m2. hr.
Key words: absorption, CO2, fluks, hallow fiber
PENDAHULUAN
Efek rumah kaca (Green house effect) merupakan salah satu masalah yang muncul akibat
pencemaran udara. Efek rumah kaca disebabkan
oleh peningkatan gas rumah kaca (green house
gases) di udara. Salah satu contoh gas rumah kaca
adalah CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu
bara. Efek rumah kaca menyebabkan bumi menjadi
panas sehingga mencairnya es di kutub dan permukaan air laut menjadi naik.
Pengaruh Laju Alir Gas dan Konsentrasi Sorben terhadap Fluks CO2 (Irianty)
X
L
bran digunakan untuk memisahkan salah satu komponen campuran gas kedalam cairan (kontraktor gas/
cair).
Modul hollow fiber merupakan konfigurasi
yang memiliki permukaan volume yang paling besar
dibanding modul jenis lain sehigga paling efektif
untuk proses pemisahan (bisa mencapai 30.000m2/
m3). Keunggulan lain dari modul hollow fiber
adalah biaya perancangan yang murah dan konsumsi
energi yang rendah.
(1)
Pengaruh Laju Alir Gas dan Konsentrasi Sorben terhadap Fluks CO2 (Irianty)
KESIMPULAN
Penelitian ini telah dilakukan untuk melakukan
study penyerapan gas CO2 menggunakan sorben
NaOH melalui kontraktor hallow fibre. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan fluks
perpindahan CO2 kedalam sorben dapat mencapai
sekitar 51337,12 16,888,39 mmol/mm2. hr. Fluks
gas CO2 didalam kontraktor membran hallow fiber
bertambah besar dengan semakin meningkatnya
kecepatan aliran sorben dari 0.2-0.5ml/det dan
konsentrasi sorben dari 0.2-0.3N, sementara itu pada
Puja & Irvan. 1996. Kontraktor Membran untuk Pengendalian Industri Gas Buang. Jurusan Teknik Kimia.
Institut Teknologi Bandung.
Rangwala, H. A. 1995. Absorption of Carbon Dioxide into
Aqueous Solution Using Hollow Fiber Membran
Contractor. Journal of Membran Science. 112, 229240.
DAFTAR PUSTAKA
Dortmundt, David, & Doshi Kishore. 2007. Recent
Developments in CO2 Removal Membran Technology.
87
Abstract
EFFECT OF VISCOSITY AND FLOW RATE ON THE HYDRODYNAMICS AND MASS
TRANSFER ON CITRIC ACID PRODUCTION USING Aspergilus Niger YEAST IN AN AIRLIFT BIOREACTOR. Citric acid is an important organic acid that has many advantages used in
foods, drinks, pharmaceuticals industries. Waste of pine apple (covers and core of the fruit) still have
high contents of glucose and sucrose components, that these are potentially used as basic material for
making citric acid by means of fermentation using Aspergillus niger. The reactor to do so is a reactor
air-lift external loop with 88 cm in height, 45.41 cm2 in riser area, and 2.01 cm2 in downcomer area.
This research is intended to study the influence of volumetric flow and viscosity upon mass transfer in
the fermentation process of citric. The variable factors are concentration of total sugar (5 to 25%)
and of volumetric flow of gas 9.4 to 23.3 cc/second. A dynamic method used to measure of the
constants transfer of gas-fluid mass where oxygen concentration soluted is measured every 30 second
using DO meter device. Result of this research shows that the increase of viscosity causes the
decrease of hold up gas and fluid circulation speed of the fluid, and the decrease of the constants of
mass transfer. The increase of air speed flow will cause the increase of hold up gas and fluid
circulation speed, and constants of mass transfer. Relation of the constraints of mass transfer to
-1,844
0.853
volumetric flow and viscosity is formulated as follow k La = 26,17 x 10 -4 (J G ) 0.647 (1 + Ad
app
Ar )
Keywords: airlift reactor; citric acid; fermentation; hydrodynamic and mass transfer
Abstrak
Asam sitrat adalah asam organik penting yang sangat banyak kegunaannya seperti untuk industri
makanan, minuman, farmasi, dan sebagainya. Limbah nanas (kulit dan bonggol) masih mengandung
kadar glukosa dan sukrosa yang cukup tinggi, sehingga sangat potensial sebagai bahan baku
pembuatan asam sitrat dengan cara fermentasi bantuan kapang Aspergillus niger. Reaktor yang
digunakan adalah reactor air-lift external loop. Reaktor yang digunakan berdimensi tinggi 88 cm,
luas daerah riser 46,41 cm2, dan luas daerah downcomer 2,01 cm2. Penelitian ini mempelajari
pengaruh laju alir dan viskositas terhadap proses perpindahan massa dalam proses fermentasi asam
sitrat. Variabel berubah adalah konsentrasi gula total (5-25%) dan laju alir gas 9,4-23,3 cc/detik.
Metode untuk pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dengan metode dinamik, dimana
konsentrasi oksigen terlarut diukur tiap 30 detik menggunakan alat DO meter. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kenaikan viskositas mengakibatkan penurunan hold up gas dan laju sirkulasi
cairan, juga penurunan konstanta perpindahan massa. Kenaikan laju alir udara akan mengakibatkan
kenaikan hold up gas, laju sirkulasi cairan, konstanta perpindahan massa. Hubungan konstanta
perpindahan
massa
terhadap
laju
alir
dan
viskositas
diperoleh
persamaan
-1,844
0.853
k La = 26,17 x 10 -4 (J G ) 0.647 (1 + Ad
)
app
Ar
Kata kunci: reaktor airlift; asam sitrat; fermentasi; hidrodinamika dan perpindahan massa
194
Vg
Vg + Vl
(1)
l
h
x
l g Z
(2)
hD hl
hD
(3)
Lc
tc
(4)
Adapun
koefisien
perpindahan
massa
volumetrik (kLa) adalah kecepatan spesifik dari
perpindahan massa yang dinyatakan dalam banyaknya
gas terabsorbsi per unit waktu, per unit luas kontak,
per unit beda konsentrasi. Koefisien perpindahan
massa volumetrik (kLa) bergantung pada sifat fisik dari
sistem dan dinamika fluida. Koefisien perpindahan
massa pada kenyataannya merupakan faktor yang
proposional antara fluks massa dari substrat (Ns) dan
gradien konsentrasi yang dinyatakan dengan
persamaan 5,
Ns = kLa (C1 C2)
(5)
Di dalam persamaan 5, notasi 1 dan 2
mengindikasikan dua titik massa yang berpindah.
Dalam reaktor yang riil perbedaan yang besar dari
harga gradien mungkin coexist secara simultan,
195
0.525
(1+Ad/Ar)
0.853
app-0.89
(7)
dC
= k La (C C )
dt
Integrasi dari persamaan (8) adalah:
C* = 1 exp ( k La (t t 0 ))
(9)
(C C 0 )
(C C 0 )
196
(8)
0.02
0.025
0.02
0.01
hold up gas
hold up gas
0.015
5%
10%
15%
20%
25%
0.015
0.01
0.005
0.5
1.5
2.5
viskosits (cp)
0
0
10
15
20
25
30
25
25
20
20
15
konsentrasi
konsentrasi
konsentrasi
konsentrasi
konsentrasi
5%
10%
15%
20%
25%
15
10
10
laju alir 9.4 cc/detik
5
0.5
10
15
20
25
0
0
1.5
2.5
viskositas (cp)
50
kLa ( x 10 -4/dt)
40
30
20
konsentrasi 5%
konsentrasi 10%
konsentrasi 15%
konsentrasi 20%
konsentrasi 25%
50
40
30
20
10
0
5
10
15
0.5
1.5
2.5
viskositas (cp)
25
20
k La = 1,911x10 4 (J G )
10
198
60
kLa (x 10 -4/dt)
Ad
1 +
A r
0 ,853
0 ,89
app
(10)
(J G )
0 , 206
A
1 + d
Ar
0 , 853
0 , 425
app
(11)
(J G )
0 , 647
A
1 + d
Ar
0 ,853
1,844
app
(12)
(J G )
0 , 647
A
1 + d
Ar
0 ,853
1,844
app
DAFTAR NOTASI
= perbedaan tinggi pada pembacaan
h
inverted manometer U, [cm]
= densitas cairan, [gr/cc]
L
= densitas gas, [gr/cc]
G
= hold up gas, [ ]
hD
JG
kLa
=
=
LC
tC
=
=
VG
VL
=
=
VLr
VLd
=
=
ULr
ULd
Z
=
=
=
DAFTAR PUSTAKA
Berovic,
M.
and
Popovic,
M.,
(2001),
Characterization of Gas Mixed Bioreactors in
Submerged Citric Acid Fermentation, Chem.
Biochem. Eng., pp. 65-69.
Brauer, H., (1985), Stirred Vessel reactors, in
Biotechnology, editor Rehm H. J. and Reed, G., VCH,
Weinheim, 2, pp. 397-444
Darwis, A.Z. dan Said, E.G., (1992), Teknologi
Fermentasi, PAU Bioteknologi IPB, Rajawali Press,
Jakarta
Kawase, Y., Halard, B., and Moo-Young, M., (1987),
Theoretical Prediction of Volumetric Mass Transfer
Coefficients in Bubble Column for Newtonian and
Non Newtonian Fluids, Chem. Eng. Sci., pp. 16091617
Kumar, D., Jain, V.K., Shanker, G., and Srivastava,
A., (2003), Utilization of Fruits Waste for Citric Acid
Production by Solid State Fermentation, Process
Biochemistry, pp. 1725-1729
Merchuk, J.C. and Asenjo, J.A., (1995), Fundamental
of Bioreactor Design, New York, Marcell Dekker Inc.
Milsom, P.E. and Meers, J.L., Citric Acid;
Comphrehensive Biotechnology : The Principles,
Application and Regulation of Biotechnology in
Industry, Agriculture and Medicine, edited by M
Moo-Young, Pergamon Pres. Ltd., 3, pp. 665-680
Popovic, M.K. and Robinson, C.W., (1989), Mass
Transfer Stuy of External Loop airlift and a Buble
Column, AICheJ., 35(3), pp. 393-405.
Stang, D., Macdonald, G., and Hill A., (2001), Mass
Transfer and Bioethanol Production in an External
Loop Liquid Lift Bioreactor, Ind. Eng. Chem. Res.
199
200
Katolik
Parahyangan
Bioreactor
DIPERIKSA
NO
TANGGAL
KETERANGAN
TANDA TANGAN