Materi :
ABSORBSI CO2 DENGAN NaOH
Disusun Oleh :
RAIHAN FIKRI TAUFIQUR RAHMAN
Group : 1/KAMIS
Semarang,
Dosen Pengampu Asisten Pengampu
ii
RINGKASAN
Reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia dapat melibatkan bahan
baku yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas, maupun cairan. Reaksi kimia
dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase tunggal (homogen) maupun fase ganda
(heterogen), misalnya biner atau bahkan tersier. Absorpsi merupakan salah satu
proses separasi dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan
penyerap sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairan. Absorpsi
dibagi menjadi dua yaitu absopsi fisik dan absorpsi kimia. Absorpsi fisik merupakan
suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan penyerap, namun
tidak disertai dengan reaksi kimia. Sedangakan absorpsi kimia merupakan suatu
proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai
dengan reaksi kimia. Proses absorpsi gas – cair terjadi dalam sebuah kolom absorpsi.
Kolom absoprsi teridiri dari menara sembur, menara gelembung, menara plate, dan
menara packing.
Dalam percobaan ini bahan yang digunakan adalah kristal NaOH, Gas CO2
dalam tabung bertekanan, udara, akuades, dan reagen berupa HCl, indikator PP dan
MO. Alat yang digunakan adalah rangkaian alat absorpsi gas – cair. Prosedur
percobaan yaitu pertama membuat larutan induk NaOH, menentukan fraksi ruang
kosong pada kolom absorpsi, melakukan proses absorpsi dengan mempompa larutan
NaOH melalui bagian atas kolom absorpsi dan gas CO2 dari bagian bawah kolom
absorpsi, dan terakhir menganalisis sampel yang didapat.
Pada percobaan ini diperoleh data dari empat jenis fenomena. Pada fenomena
pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah mol CO2 yang terserap pada Berbagai
Waktu Reaksi didpatkan hasil dengan variabel konsentrasi NaOH 0,45 N memiliki
jumlah mol CO2 tertinggi sedangkan variabel konsentrasi NaOH 0,35 memiliki jumlah
mol CO2 terendah. Pada fenomena pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan
perpindahan massa CO2 fase gas (kGa) didapatkan hasil secara berturut turut yaitu
konsentrasi NaOH 0,35 N mempunyai nilai kGa sebesar 2,08335 x 10-6 mol/m3 .Pa.s,
konsentrasi NaOH 0,4 N mempunyai nilai kGa sebesar 2,61576 x 10-6 mol/m3 .Pa.s,
dan konsentrasi NaOH 0,45 N mempunyai nilai kGa sebesar 2,25696 x 10-6 mol/m3
.Pa.s. Pada fenomena pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan
perpindahan Massa CO2 fase cair (KLa) didapatkan hasil secara berturut turut yaitu
konsentrasi NaOH 0,35 N diperoleh nilai ketetapan perpindahan massa CO2 sebesar
1,60899 × 10-7, konsentrasi NaOH 0,4 N diperoleh nilai ketetapan perpindahan massa
CO2 1,94712× 10-7 dengan besar, konsentrasi NaOH 0,45 N, didapatkan nilai
ketetapan perpindahan massa CO2 adalah 1,26392 × 10-7. Pada fenomena pengaruh
konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2) didapat
hasil berturut turut yaitu pada NaOH 0,35 N sebesar 1,11476 x 10-11 m3 /mol.s, NaOH
0,4 N sebesar 1,19264 x 10-11 m3 /mol.s, dan NaOH 0,45 N sebesar 1,07716 x 10-11
m3 /mol.s. Kesimpulan yang didapat adalah Semakin besar konsentrasi larutan NaOH,
maka semakin banyak jumlah CO2 yang terabsorpsi oleh absorben, semakin besar
konsentrasi NaOH, maka koefisien perpindahan massa (kGa) juga akan semakin
besar, semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan akan semakin besar nilai
KLa, semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2) juga akan semakin besar. Saran yagn ada adalah gunakan absorben yang
tidak asam, gunakan variabel yang lebih variasi dan isi enara packing jangan gunakan
yang bereaksi dengan fluida.
iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Absoprsi CO2 dengan NaOH Praktikum Proses dengan lancar dan sesuai
harapan.
Penulisan laporan ini ditujukan untuk melengkapi mata kuliah Laboratorium
Proses. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum , S. T., M. Si. selaku penanggung jawab
Laboratorium Proses Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
2. Bapak Prof. Dr. Andri Cahyo Kumoro, S.T., M.T. selaku dosen pengampu materi
Absorpsi CO2 dengan NaOH Praktikum Proses.
3. Ibu Nurfiningsih selaku Laboran Laboratorium Proses Kimia.
4. Saudari Ammara Aqilla selaku Koordinator Asisten Laboratorium Proses Teknik
Kimia Universitas Diponegoro.
5. Saudara Andreas Kevin Santoso dan Saudari Tiara Nadya selaku asisten
pengampu materi Absorpsi CO2 dengan NaOH Laboratorium Proses.
6. Seluruh asisten Laboratorium Proses Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
7. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2020 Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
Berikut laporan materi Absoprsi CO2 dengan NaOH yang dapat kami ajukan.
Kami menyadari laporan Absoprsi CO2 dengan NaOH ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu
dan membangun kami untuk dapat lebih baik menyusun laporan ini.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
5.2 Saran..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data kebutuhan titran pada konsentrasi NaOH 0,35 N ......................... 10
Tabel 3.2 Data kebutuhan titran pada konsentrasi NaOH 0,4 N ........................... 11
Tabel 3.3 Data kebutuhan titran pada konsentrasi NaOH 0,45 N ......................... 11
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
amonia ..................................................................................................... 3
Gambar 2.2 Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH ............................... 5
Gambar 3.1 Skema rancangan praktikum ................................................................... 8
Gambar 3.2 Rangkaian alat utama .............................................................................. 9
Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah mol CO2 yang terserap tiap
satuan waktu ......................................................................................... 12
Gambar 4.2 Hubungan konsentrasi NaOH terhadap nilai kGa .................................. 13
Gambar 4.3 Hubungan konsentrasi NaOH terhadap kLa........................................... 14
Gambar 4.3 Hubungan konsentrasi NaOH terhadap nilai k2 .................................... 16
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh peubah operasi terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi?
2. Bagaimana pengaruh peubah operasi terhadap nilai tetapan perpindahan massa
CO2 fase gas (kGa)?
3. Bagaimana pengaruh peubah operasi terhadap nilai tetapan perpindahan massa
CO2 fase cair (kLa)?
4. Bagaimana pengaruh peubah operasi terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2
dan NaOH (k2)?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia
dimanasuatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap sehingga
satu ataulebih komponen gas tersebut larut dalam cairan. Absorpsi dapat terjadi
melalui dua mekanisme, yaitu absorpsi fisik dan absorpsi kimia.
Absorpsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutangas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia.
Contoh proses ini adalah absorpsi gas H2S dengan air, metanol, dan propilen
karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses
absorpsi fisikdapat dijelaskan dengan beberapa model yaitu: teori dua lapisan (two
films theory)oleh Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts, dan teori
permukaan terbaharui.
Absorpsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh
peristiwa ini adalah absorpsi gas CO2 dengan larutan MEA (Mono Etanol Amin),
NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorpsi kimia dapat dijumpai pada
proses penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada
Gambar 2.1.
Lean Absorbent
Gas Tersetrip
Stripper
Absorber
Lean Absorbent
Rich Absorbent
Gas CO2 Aliran Panas
Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di
pabrik amonia
3
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang
dilengkapi dengan sparger, kolom gelembung (bubble column), dengan kolom
yang berisi packing yang inert (packed column), atau piringan (tray column).
Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktivitas reaktan
(gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi.
4
2.2.4 Menara Packing (packed bad column)
Menara packing adalah menara yang diisi dengan bahan pengisi.
Adapun fungsi bahan pengisi ialah untuk memperluas bidang kontak
antara kedua fase. Di dalam menara ini, cairan akan mengalir ke bawah
melalui permukaan bawah pengisi, sedangkan gas akan mengalir ke atas
secara arus berlawanan, melalui ruang kosong yang ada diantara bahan
pengisi.
2.3 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH yang
disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa
CO2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan
antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari
lapisan gas ke badan utama larutan NaOH, dan reaksi antara CO2 terlarut dengan
gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
5
Keadaan batas:
√DA .k2 .[OH− ]
(a) >>> 1
kL
dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO2 dan [OH-], yaitu = 2. Di fase
cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa tahapan
proses:
NaOH(s) Na+(l) + OH-(l) (a)
CO2(g) CO2(l) (b)
CO2(l) + OH-(l) HCO3- (l) (c)
HCO3- (l) + OH-(l) H2O(l) + CO32-(l) (d)
CO32-(l) + Na+(l) Na2CO3(l) (e)
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses
absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan
NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain
atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar &
Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2, dan 3 menghasilkan:
a. H. pg. √DA . k 2 . [OH − ]
Ra = (2.4)
√DA . k 2 . [OH − ]
1+
k Ga
√DA .k2 .[OH− ]
Jika nilai kL sangat besar, maka: ≈ 1 sehingga persamaan di atas
kL
menjadi:
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan
mengikuti persamaan:
a. H. pg. ϕk L
Ra = (2.7)
a. H. ϕk L
1+
k Ga
6
Dengan ϕ adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien
transfer massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak
disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharm (1973):
[OH − ]DB 1/2
√DA . k 2 . [OH − ] 1 + z. A∗ DA ϕ
ϕ= .[ ] (2.8)
kL [OH − ] DB
z. A∗ DA
Nilai difusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah
2,1 x 10-5 cm2/det (Juvekar & Sharma, 1973).
Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorpsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang
waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa
dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro & Hadiyanto, 2000):
1,4003 1/3
k Ga dp2 ρCO . Q CO μCO2
= 4,0777 × ( 2 a 2 ) × ( ) (2.9)
DA μCO2 ρCO2 DA
6(1−ϵ) Vvoid
Dengan a = dan ϵ =
dp VT
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan
laju difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film
cairan dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2
yang sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan demikian tebal film (x)
dapat ditentukan persamaan:
DA (ρin . ρout )
x = (2.12)
mol (CO3 2− ). R. T
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Analisis data
8
2. Alat yang digunakan
Rangkaian alat praktikum absorpsi terlihat pada Gambar 3.2
Bak
Penampung2
Bak
Penampung1
9
𝑛𝐷 2 𝐻
𝑉𝑇 = tinggi tumpukan packing (H). Kemudian menghitung fraksi ruang
4
𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑
kosong kolom absorpsi 𝜖 = .
𝑉𝑇
3. Operasi Absorpsi
Operasi absorpsi dilakukan dengan memompa larutan NaOH sesuai variabel
ke dalam kolom melalui bagian atas kolom dengan laju alir tertentu hingga
keadaan mantap tercapai. Selanjutnya mengalirkan gas CO2 melalui bagian
bawah kolom dan ukur beda ketinggian cairan dalam manometer. Kemudian
mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama
10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.
4. Menganalisis Sampel
Mula-mula mengambil 10 mL sampel cairan yang ditempatkan dalam
erlenmeyer. Selanjutnya menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel
dititrasi dengan larutan HCl sesuai variabel sampai warna merah hampir hilang
(kebutuhan titran = a mL). Kemudian menambahkan 2-3 tetes indikator metil
jingga (MO) dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna jingga berubah menjadi
merah (kebutuhan titran=b mL).
10
5 5,5 1,5
6 5,5 1,6
7 5,6 1,7
8 5,7 1,9
9 5,9 2
10 6 2,1
Tabel 3.2 Data kebutuhan titran pada konsentrasi NaOH 0,4 N
T (menit) Va (mL) Vb (mL)
0 4,2 0,7
1 4,4 0,9
2 4,5 1
3 4,7 1
4 4,9 1,2
5 4,9 1,3
6 5 1,4
7 5,2 1,5
8 5,3 1,5
9 5,4 1,6
10 5,5 1,7
Tabel 3.3 Data kebutuhan titran pada konsentrasi NaOH 0,45 N
T (menit) Va (mL) Vb (mL)
0 3,2 0,7
1 3,3 0,8
2 3,5 0,8
3 3,8 0,9
4 4 1
5 4,1 1
6 4,2 1,1
7 4,2 1,2
8 4,4 1,3
9 4,5 1,5
10 4,7 1,6
Mencari laju reaksi
𝐶𝑛𝑥 𝑧 −𝑘 𝐶
𝑑𝐶𝑁 2 𝐶𝑂2 𝜀𝜋𝐷²
∫ = ∫
𝐶𝑁𝑂 𝐶𝑁 0 4𝑄
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Jumlah Mol CO2 yang Terserap
pada Berbagai Waktu Reaksi
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan jumlah mol CO2 yang
terserap pada berbagai waktu reaksi pada gambar 4.1.
0.0004
0.00035
n CO2 yang terserap (mol/s)
0.0003
0.00025
0.0002 NaOH 0,45 N
0.00015 NaOH 0,4 N
0.0001 NaOH 0,35 N
0.00005
0
0 5 10 15
t (menit)
12
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
berjalan sesuai teori dimana semakin besar konsentrasi NaOH makan akansemakin
besar pula mol CO2 yang terserap.
2.7
2.5
kGa (x10-6 mol/m3.Pa.s)
2.3
2.1
1.9
1.7
1.5
0.34 0.36 0.38 0.4 0.42 0.44 0.46
13
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data
yang diperoleh pada variabel konsentrasi NaOH 0,35 N dan NaOH 0,4 N telah
sesuai dengan teori bahwa hubungan antara konsentrasi NaOH dengan nilai
tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa) berbanding lurus yaitu semakin
besar konsentrasi NaOH maka nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa)
juga semakin besar. Namun pada variabel konsentrasi NaOH 0,45 N mengalami
penyimpangan dimana koefisien perpindahan massa (kGa) yang didapatkan lebih
rendah dari variabel konsentrasi NaOH 0,4 N. Menurut Ningrum dkk. (2017)
konsentrasi NaOH yang baik untuk menyerap CO2 adalah 0,40 N. Oleh karena itu,
variabel konsentrasi 0,4 N memiliki nilai koefisien transfer massa (kGa) yang
tertinggi.
2.5
2
KLa x10-7 (m3/s)
1.5
0.5
0
0.34 0.36 0.38 0.4 0.42 0.44 0.46
Konsentrasi NaOH (N)
14
Gambar 4.3 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi NaOH terhadap
nilai KLa. Berdasarkan Gambar 4.3 dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai
tetapan perpindahan massa CO2 dari konsentrasi NaOH 0,35 N menuju ke
konsentrasi NaOH 0,4 N, sedangkan dari konsentrasi NaOH 0,4 N menuju ke
konsentrasi NaOH 0,45 N mengalami penurunan. Pada variabel 1 dengan
konsentrasi NaOH 0,35 N diperoleh nilai ketetapan perpindahan massa CO2
sebesar 1,60899 × 10-7 . Selanjutnya, pada variabel 2 diperoleh nilai ketetapan
perpindahan massa CO2 sebesar 1,94712× 10-7 dengan besar konsentrasi NaOH
adalah 0,4 N. Kemudian, pada variabel 3 dengan besar konsentrasi NaOH terkecil
yaitu 0,45 N, didapatkan nilai ketetapan perpindahan massa CO2 adalah 1,26392 ×
10-7.
Konsentrasi NaOH berbanding lurus dengan nilai KLa seperti yang terlihat
pada persamaan berikut.
𝑑𝑅 = 𝑑𝐴. 𝐾𝐿𝐴 . (𝐶𝑖 − 𝐶𝐿 )
(Voyer dan Miller, 1998)
Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan akan semakin besar nilai KLa.
Hal ini dikarenakan jumlah molekul NaOH sebagai absorben semakin banyak bila
konsentrasinya tinggi, sehingga semakin banyak CO2 yang terabsorpsi karena
terjadi reaksi diantara keduanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Azizi dkk. (2020), dilakukan pengujian pada 50 gram biji asam jawa diekstrak
menggunakan 300ml larutan NaOH dengan variasi konsentrasi 0,1N; 0,2N; 0,3N;
0,4N; 0,5N dan didapatkan hasil nilai koefisien perpindahan massa (kLa) tertinggi
pada konsentrasi NaOH 0,5N.
Berdasarkan teori diatas dapat dilihat bahwa hasil praktikum pada variabel
konsentrasi NaOH 0,35 N dan 0,4 N sudah sesuai teori, namun pada variabel
konsentrasi NaOH 0,45 N terjadi penyimpangan dimana nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase cair (KLa) paling rendah. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
adanya aliran turbulen yang dapat dihasilkan pada aliran larutan NaOH. Adanya
aliran turbulen, dapat mengakibatkan penurunan resistensi pada fase cair sehingga
liquid boundary layer menjadi besar dan kontak gas dengan absorben menjadi
lebih kurang yang mengakibatkan perpindahan massa menjadi kecil (Salmón dkk.,
2018).
4.4 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Nilai Tetapan Reaksi Antara CO2
dan NaOH (k2)
Dari hasil percobaan didapatkan grafik hubungan konsentrasi NaOH
terhadap k2 sebagai berikut.
15
0.12
0.118
k2 x10-11 (m3/ml.s)
0.116
0.114
0.112
0.11
0.108
0.106
0.34 0.36 0.38 0.4 0.42 0.44 0.46
Konsentrasi NaOH (N)
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi larutan NaOH, maka semakin banyak jumlah CO2
yang terabsorpsi oleh absorben.
2. Semakin besar konsentrasi NaOH, maka koefisien perpindahan massa (kGa)
juga akan semakin besar.
3. Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan akan semakin besar nilai
KLa.
4. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2) juga akan semakin besar.
5.2 Saran
1. Untuk praktikum selanjutnya disarankan agar menggunakan absorben yang
tidak bersifat asam.
2. Untuk praktikum selanjutnya disarankan agar mengunakan variabel dengan
variasi ain agar dapat memperluas hasil penelitian.
3. Dalam penggunaan menara packing disarankan untuk menggunakan bahan
isisan menara yang tidak mudah bereaksi dengan fluida yang dimasukkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiany, S. (2018). Proses Absorbsi Gas CO2 Dalam Biogas Menggunakan Alat
Absorber Tipe Packing Dengan Analisa Pengaruh Laju Alir Absorben NaOH.
Jurnal Teknik Patra Akademika, 9(02), 55-64.
Azizi, M. H., Ramaniya, D. W., & Pujiastuti, C. (2020). Kajian Perpindahan Massa
Ekstraksi Polisakarida pada Biji Asam Jawa dengan Pelarut
NaOH. ChemPro, 1(02), 8-13.
Coulson, J. M.. & Richardson. J. F. (1996). Chemical Engineering: Volume 1: Fluid
Flow. Heat Transfer and Mass Transfer.(5th ed.). London: Butterworth
Heinemann, 32.
Danckwerts, P. V. (1970). Gas Liquid Reactions (5th ed.). New York: McGraw- Hill
Book Company. Inc, 45.
Danckwerts, P. V.. & Kennedy. B. E. (1954). Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers, 32, S49–S52.
Franks, R. G. E. (1967). Mathematical Modeling In Chemical Engineering. New York:
John Wiley and Sons. Inc, 55.
Goto, S., Levec, J., & Smith, J. M. (1975). Mass transfer in packed beds with two-
phase flow. Industrial & Engineering Chemistry Process Design and
Development, 14(4), 473-478.
Hulett, J. R. (1964). Deviations from the Arrhenius equation. Quarterly Reviews,
Chemical Society, 18(3), 227-242.
Juvekar, V. A. dan Sharma, M. (1972). Absorption of CO. in suspension of lime.
Chemical Engineering Science, 28, 825–837.
Kumoro, A. C. dan Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan
Soda Api dalam Ungun Tetap, Forum Teknik, 24(2). 186–195.
Levenspiel, O. (1972). Chemical Reaction Engineering. Chemical Engineering Science
(2nd ed.. Vol. 19). New York: John Wiley and Sons. Inc, 44.
Ningrum, S. S., Mindaryani, A., & Hidayat, M. (2017). Absorpsi Co2 Pada Biogas
Dengan Larutan Methyldiethanolamine (Mdea) Menggunakan Kolom Bahan
Isian. Prosiding SENIATI, D15-1.
Rahmadyo, A., Cahayandari, D., & Rahardjo, S. (2017). Perbandingan Analisa
Kinetika Reaksi Pembentukan Kerak CaCO3-CaSO4 Menggunakan Persamaan
Arrhenius dan Analisa Differensial Scanning Calorimetry (DSC). Seminar
Nasional.
Rehm, T. R., Moll, A. J. dan Babb, A. L. (1963). Unsteady State Absorption of Carbon
18
Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions. American Institute of
Chemical Engineers Journal. 9(5). 760–765.
Robiah, R., Renaldi, U., & Melani, A. (2021). Kajian Pengaruh Laju Alir Naoh Dan
Waktu Kontak Terhadap Absorpsi Gas Co2 Menggunakan Alat Absorber Tipe
Sieve Tray. Jurnal Distilasi, 6(2), 27-35.
Salmón, I. R., Cambier, N., & Luis, P. (2018). CO2 Capture by Alkaline Solution for
Carbonate Production: A Comparison between a Packed Column and a
Membrane Contactor. Appl. Sci., 8, 996.
Voyer, R. D., & Miller, A. I. (1968). Improved gas' liquid contacting in co‐current
flow. The Canadian Journal of Chemical Engineering, 46(5), 335-341.
Yincheng, G., Zhenqi, N., & Wenyi, L. (2011). Comparison of removal efficiencies of
carbon dioxide between aqueous ammonia and NaOH solution in a fine spray
column. Energy Procedia, 4, 512-518.
Zheng, Y. and Xu, X. (1992). Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass
transfer characteristics in catalyst bed within the column. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers. (Part A) 70. 459–46
19
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
ABSORBSI CO2 DENGAN NaOH
A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Pengaruh peubah operasi terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai
waktu reaksi.
2. Pengaruh peubah operasi terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase
gas (kGa).
3. Pengaruh peubah operasi terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase
cair (kLa).
4. Pengaruh peubah operasi terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH
(k2) dan membandingkannya dengan data tetapan reaksi di literatur.
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan yang Digunakan
1. Kristal natrium hidroksida (NaOH)
2. Gas karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabung bertekanan
3. Udara
4. Akuades (H2O)
5. Reagent untuk analisis yaitu larutan HCl, indikator PP, dan MO
2.2. Alat yang Digunakan
A-2
2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi
Pertama, kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup. Setelah itu,
mengalirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom
absorpsi. Selanjutnya, menghentikan aliran jika timggi cairan di dalam
kolom tepat setinggi tumpukan packing. Mengeluarkan aliran di dalam
kolom dengan membuka kran di bawah kolom, cairan tersebut ditampung
di dalam erlenmeyer atau gelas ukur, kemudian kran ditutup jika cairan
dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling bawah. Mencatat
volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom absorpsi =
Vvoid. Menentukan volume total kolom absorpsi, yaitu dengan mengukur
𝑛𝐷 2 𝐻
diameter kolom (D) dan 𝑉𝑇 = tinggi tumpukan packing (H).
4
𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑
Kemudian menghitung fraksi ruang kosong kolom absorpsi 𝜖 = .
𝑉𝑇
3. Operasi Absorpsi
Operasi absorpsi dilakukan dengan memompa larutan NaOH sesuai
variabel ke dalam kolom melalui bagian atas kolom dengan laju alir
tertentu hingga keadaan mantap tercapai. Selanjutnya mengalirkan gas CO2
melalui bagian bawah kolom dan ukur beda ketinggian cairan dalam
manometer. Kemudian mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom
absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat
atau kandungan NaOH bebasnya.
4. Menganalisis Sampel
Mula-mula mengambil 10 mL sampel cairan yang ditempatkan dalam
erlenmeyer. Selanjutnya menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel
dititrasi dengan larutan HCl sesuai variabel sampai warna merah hampir
hilang (kebutuhan titran = a mL). Kemudian menambahkan 2-3 tetes
indikator metil jingga (MO) dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna
jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL).
2.4 Hasil Percobaan
N HCl (25%) : 0.6 N
Laju alir NaOH 98% : 3 mL/s
Vvoid : 115 mL
Dtabung : 3.3 cm
Ttabung : 30.3 cm
mpikno : 25.15 g
mpikno+air : 49.99 g
mpikno+HCl : 54.5202 g
A-3
Data kebutuhan titran pada konsentrasi NaOH 0,45 N
t Va Vb
0 4,7 1
1 5 1,1
2 5,1 1,1
3 5,2 1,3
4 5,4 1,4
5 5,5 1,5
6 5,5 1,6
7 5,6 1,7
8 5,7 1,9
9 5,9 2
10 6 2,1
N NaOH 98 % 0.45 N
ΔZ 2.2 cm
A-4
2 3,5 0,8
3 3,8 0,9
4 4 1
5 4,1 1
6 4,2 1,1
7 4,2 1,2
8 4,4 1,3
9 4,5 1,5
10 4,7 1,6
N NaOH 98 % 0.35 N
ΔZ 2 cm
A-5
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
B-1
3. Menghitung Kebutuhan HCl 0,6 N 25% dalam 500 mL
𝑉 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝑀 𝐻𝐶𝑙
𝑉 𝐻𝐶𝑙 =
𝜌 𝐻𝐶𝑙 × 25% × 1000
500 𝑚𝐿 × 0,6 𝑁 × 36,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑉 𝐻𝐶𝑙 =
1,18 gr/mL × 25% × 1000
𝑉 𝐻𝐶𝑙 = 37,118 𝑚𝐿
B-2
LEMBAR PERHITUNGAN
C-1
6 5 1,4 0,084 0.000252
7 5,2 1,5 0,09 0.00027
8 5,3 1,5 0,09 0.00027
9 5,4 1,6 0,096 0.000288
10 5,5 1,7 0,102 0.000306
Rata- 4.909091 1.254545 0.075273 0.000226
rata
3. Menghitung kGa
a. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,45 N)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
𝑘𝐺𝑎 =
𝑉 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 × 𝜀 × 𝑃 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
C-2
0,00018 𝑚𝑜𝑙/𝑠 106 𝑚𝐿
𝑘𝐺𝑎 = ×
259,0241 × 0,4439 × 7,513𝑥105 𝑁/𝑚2 1 𝑚3
𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐺𝑎 = 2,0833 × 10-6 𝑚3 .𝑃𝑎.𝑆
4. Menghitung -∆P
𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝜌 𝐻𝑔 = 13554 , 𝜌 𝐶𝑂2 = 1,98 , 𝑔𝑐 = 1
𝑚3 𝑚3
a. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,45 N)
𝑔
−∆𝑃 = ∆𝑧 × (𝜌 𝐻𝑔 − 𝜌 𝐶𝑂2 )
𝑔𝑐
𝑘𝑔 𝑘𝑔 9,8 𝑚
−∆𝑃 = 0,022 𝑚 × (13554 3
, −1,98 3 )
𝑚 𝑚 1𝑠 2
𝑘𝑔
−∆𝑃 = 2921,8155
𝑚2
b. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,4 N)
𝑔
−∆𝑃 = ∆𝑧 × (𝜌 𝐻𝑔 − 𝜌 𝐶𝑂2 )
𝑔𝑐
𝑘𝑔 𝑘𝑔 9,8 𝑚
−∆𝑃 = 0,021 𝑚 × (13554 3
, −1,98 3 )
𝑚 𝑚 1𝑠 2
C-3
𝑘𝑔
−∆𝑃 = 2789,0057
𝑚2
c. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
𝑔
−∆𝑃 = ∆𝑧 × (𝜌 𝐻𝑔 − 𝜌 𝐶𝑂2 )
𝑔𝑐
𝑘𝑔 𝑘𝑔 9,8 𝑚
−∆𝑃 = 0,02 𝑚 × (13554 3
, −1,98 3 )
𝑚 𝑚 1𝑠 2
𝑘𝑔
−∆𝑃 = 2656,1959
𝑚2
5. Menghitung v CO2
1 1
𝑆1 = 𝜋𝐷2 = (3,14)(0,021 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2 = 3,46185 × 10−4 𝑚2
4 4
1 1
𝑆2 = 𝜋𝐷2 = (3,14)(0,015 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2 = 1,76625 × 10−4 𝑚2
4 4
∝ = 1 dan Σ𝐹 = 1
−Δ𝑃
2 ∝ 𝑔𝑐 (𝜌𝐶𝑂 ) × Σ𝐹
2
𝑣𝐶𝑂2 = √
𝑆1
𝑆2 − 1
C-4
6. Menghitung Debit CO2 (Q CO2)
1. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,45 N)
𝑄 𝐶𝑂2 = 𝑣 𝐶𝑂2 × 𝑆2
𝑚
𝑄 𝐶𝑂2 = 55,4463 × 1,76625 × 10−4 𝑚2
𝑠
𝑚3
𝑄 𝐶𝑂2 = 0,009793
𝑠
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,4 N)
𝑄 𝐶𝑂2 = 𝑣 𝐶𝑂2 × 𝑆2
𝑚
𝑄 𝐶𝑂2 = 54,1715 × 1,76625 × 10−4 𝑚2
𝑠
𝑚3
𝑄 𝐶𝑂2 = 0,009568
𝑠
3. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
𝑄 𝐶𝑂2 = 𝑣 𝐶𝑂2 × 𝑆2
𝑚
𝑄 𝐶𝑂2 = 52,8660 × 1,76625 × 10−4 𝑚2
𝑠
𝑚3
𝑄 𝐶𝑂2 = 0,009337
𝑠
C-5
Sehingga di dapat nilai DP rata-rata :
̅̅̅̅
𝐷𝑃 = (𝐷𝑃 1 + 𝐷𝑃 2 + 𝐷𝑃 3) : 3
̅̅̅̅
𝐷𝑃 = (2,350 × 10−2 + 1,523 × 10−2 + 1,839 × 10−2 )𝑚: 3
̅̅̅̅
𝐷𝑃 = 1,904 × 10−2 𝑚
% 200C 400C
1 1,0095 1,0033
2 1,0207 1,0139 Perry Hand Book, (1997)
C-6
30 − 20 𝑦 − 1,0185
=
40 − 20 1,0118 − 1,0185
𝑦 = 1,01516
Jadi densitas NaOH 1,803 % pada suhu 300C adalah 1,01516 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
= 1015,16 𝑘𝑔/𝑚3
b. Viskositas NaOH 0,45 N
0,45 𝑚𝑜𝑙 40 𝑔𝑟 1 𝑚𝐿
%w NaOH = 1000 𝑚𝐿 × × (0,998 𝑔𝑟) × 100% = 1,8036%
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞
0
C 0% 5%
30 0,80 1,03 (Liquiflo, 2001)
Interpolasi untuk mendapatkan konsentrasi 1,8036 %
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
1,8036 − 0 𝑦 − 0,80
=
5−0 1,03 − 0,80
𝑦 = 0,8829
Jadi viskositas NaOH 1,803% pada suhu 300C adalah 𝜇 = 0,8829,
𝑐𝑃 = 0,8829 × 10−3 kg/m.s
• NaOH 0,4 N
a. Densitas NaOH
0,4 𝑚𝑜𝑙 40 𝑔𝑟 1 𝑚𝐿
%w NaOH = 1000 𝑚𝐿 × × (0,998 𝑔𝑟) × 100% = 1,6032%
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞
% 200C 400C
1 1,0095 1,0033
2 1,0207 1,0139 Perry Hand Book, (1997)
C-7
% 200C 400C
1,6032 1,0162 1,0096
c. Interpolasi suhu pada NaOH 2,9 %
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
30 − 20 𝑦 − 1,0162
=
40 − 20 1,0096 − 1,0162
𝑦 = 1,01297
Jadi densitas NaOH 1,6032 % pada suhu 300C adalah 1,01297 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
= 1012,97 𝑘𝑔/𝑚3
b. Viskositas NaOH 0,4 N
0,4 𝑚𝑜𝑙 40 𝑔𝑟 1 𝑚𝐿
%w NaOH = 1000 𝑚𝐿 × × (0,998 𝑔𝑟) × 100% = 1,6032%
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞
0
C 0% 5%
30 0,80 1,03 Liquiflo, 2001
Interpolasi untuk mendapatkan konsentrasi 2,04 %
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
1,6032 − 0 𝑦 − 0,80
=
5−0 1,03 − 0,80
𝑦 = 0,8737
Jadi viskositas NaOH 1,603% pada suhu 300C adalah 𝜇 = 0,8737,
𝑐𝑃 = 0,8737 × 10−3 kg/m.s
• NaOH 0,35 N
a. Densitas NaOH
0,41 𝑚𝑜𝑙 40 𝑔𝑟 1 𝑚𝐿
%w NaOH = 1000 𝑚𝐿 × × (0,998 𝑔𝑟) × 100% = 1,4028%
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞
% 200C 400C
1 1,0095 1,0033
2 1,0207 1,0139 Perry Hand Book, (1997)
C-8
b. Interpolasi % NaOH pada suhu 400C
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
1,403 − 1 𝑦 − 1,0033
=
2−1 1,0139 − 1,0033
𝑦 = 1,0075
Maka di dapat data :
% 200C 400C
1,403 1,0140 1,0075
c. Interpolasi suhu pada NaOH 2,9 %
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
30 − 20 𝑦 − 1,0140
=
40 − 20 1,0075 − 1,0140
𝑦 = 1,01079
Jadi densitas NaOH 1,403 % pada suhu 300C adalah 1,01079 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
= 1010,79 𝑘𝑔/𝑚3
b. Viskositas NaOH 0,35 N
0,35 𝑚𝑜𝑙 40 𝑔𝑟 1 𝑚𝐿
%w NaOH = 1000 𝑚𝐿 × × (0,998 𝑔𝑟) × 100% = 1,4028%
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞
0
C 0% 5%
30 0,80 1,03 Liquiflo, 2001
Interpolasi untuk mendapatkan konsentrasi 1,403 %
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
1,4028 − 0 𝑦 − 0,80
=
5−0 1,03 − 0,80
𝑦 = 0,8645
Jadi viskositas NaOH 2,04% pada suhu 300C adalah 𝜇 = 0,8645,
𝑐𝑃 = 0,8645 × 10−3 kg/m.s
9. Menghitung KLa
𝐾𝐿𝑎 . 𝑑𝑝 𝜌 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑄 𝑁𝑎𝑂𝐻 0,3 𝜇 𝑁𝑎𝑂𝐻 0,5
= 0,2258 × ( ) ×( )
𝐷𝐴 𝜇 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑎 𝜌 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐷𝐴
C-9
KLa = 1,9471 × 10-7
3. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
0,5
0,3
𝐾𝐿𝑎 . 1,839 × 10−2 𝑚 1010,79 𝑘𝑔/𝑚3 × 3 × 10−6 𝑚3 /𝑠 0,8645 × 10−3 kg/m. s
= 0,2258 × ( ) ×( )
−9 𝑚2 0,8645 × 10−3 kg/m. s × 1,751 × 103 𝑚 −1 𝑚2
2,1 × 10 1010,79 𝑘𝑔/𝑚3 × 2,1 × 10−9 𝑠
𝑠
10. Menghitung k2
a. Mencari Ra
Ra = Q NaOH x N CO2terserap rata-rata
1. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,45 N)
Ra = 3 × 10−3 𝐿/𝑠 × 0,091091 𝑚𝑜𝑙/𝐿
𝑅𝑎 = 2,7327 × 10 −4 𝑚𝑜𝑙/𝑠
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,4 N)
Ra = 3 × 10−3 𝐿/𝑠 × 0,075273 𝑚𝑜𝑙/𝐿
𝑅𝑎 = 2,2581 × 10 −4 𝑚𝑜𝑙/𝑠
3. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
Ra = 3 × 10−3 𝐿/𝑠 × 0,064909 𝑚𝑜𝑙/𝐿
𝑅𝑎 = 1,9472 × 10 −4 𝑚𝑜𝑙/𝑠
b. Mencari [OH-]
(𝑉𝑎 − 𝑉𝑏) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙
[𝑂𝐻 − ] =
𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
1. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,45 N)
(5,4182 𝑚𝐿 − 1,5182 𝑚𝐿) × 0,6 𝑁
[𝑂𝐻 − ] =
1 × 10 𝑚𝑙
[𝑂𝐻 − ] = 0,234 𝑁 = 234 𝑚𝑜𝑙/m3
2. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,4 N)
(4,9091 𝑚𝐿 − 1,2545 𝑚𝐿) × 0,6 𝑁
[𝑂𝐻 − ] =
1 × 10 𝑚𝑙
[𝑂𝐻 − ] = 0,2192727 𝑁 = 219,2727 𝑚𝑜𝑙/m3
3. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
C-10
(3,9909 𝑚𝐿 − 1,0818 𝑚𝐿) × 0,6 𝑁
[𝑂𝐻 − ] =
1 × 10 𝑚𝑙
[𝑂𝐻 − ] = 0,1745455 𝑁 = 174,5455 𝑚𝑜𝑙/m3
Menghitung nilai k2
𝑘2 = 1,0771 × 10−12
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,4 N)
𝑚𝑜𝑙 𝑚 𝑚𝑜𝑙
1,751 × 103 𝑚 × 2,88 × 10−4 × 6,5 × 105 𝑃𝑎 × √2,1 × 10−9 2 × 𝑘2 × 219,2727 3
𝑚3 𝑃𝑎 𝑠 𝑚
8,870 × 10−4 𝑚𝑜𝑙/𝑠 =
𝑚𝑜𝑙 𝑚 𝑚𝑜𝑙
1,751 × 103 𝑚 × 2,88 × 10−4 3 × √2,1 × 10−9 2 × 𝑘2 × 219,2727 3
𝑚 𝑃𝑎 𝑠 𝑚
1+
2,6157 × 10−5
𝑘2 = 1,1926 × 10−12
3. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
𝑚𝑜𝑙 𝑚 𝑚𝑜𝑙
1,751 × 103 𝑚 × 2,88 × 10−4 × 6,5 × 105 𝑃𝑎 × √2,1 × 10−9 2 × 𝑘2 𝑥 174,5454 3
𝑚3 𝑃𝑎 𝑠 𝑚
8,870 × 10−4 𝑚𝑜𝑙/𝑠 =
3 −4 𝑚𝑜𝑙 √ −9 𝑚 𝑚𝑜𝑙
1,751 × 10 𝑚 × 2,88 × 10 × 2,1 × 10 × 𝑘2 × 174,5454 3
𝑚3 𝑃𝑎 𝑠2 𝑚
1+
2,2569 × 10−5
𝑘2 = 1,1147 × 10−12
C-11
REFERENSI
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
1 14/9/2022 P0 Laporan
2 19/9/2022 P1 Laporan
E-1