Anda di halaman 1dari 56

HALAMAN JUDUL

LAPORAN
PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :

REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

Disusun Oleh :

MYRA IVANA YULIANI JAYA

Kelompok/Hari : 5 / SENIN
Rekan Kerja : 1. ALESSANDRO PIERO PRATAMA PUTRA
2. HALIMAH HANIN YUSHINTA WIBOWO
3. TSABITA NUR ALIFA

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
LABORATORIUM PROSES KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Laporan praktikum yang berjudul Reaktor Ideal Aliran Kontinyu yang disusun oleh :
Kelompok/Hari : 5 / Senin
Anggota : 1. Alessandro Piero P. P. NIM. 21030120130094
2. Halimah Hanin Y. W. NIM. 21030120140107
3. Myra Ivana Yuliani J. NIM. 21030120140150
4. Tsabita Nur Alifa NIM. 21030120140186
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Semarang, 2022
Dosen Pengampu Asisten Pengampu

Prof. Dr. Moh. Djaeni, S.T., M. Eng. Kenshi Budhi Saputra


NIP. 197102071995121001 NIM. 21030118140192

ii
RINGKASAN

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai


dalam industri kimia. Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah
analisa permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk. Adapun tujuan dari praktikum ini, antara lain menentukan harga
orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH, menghitung harga konstanta
reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh variabel
terhadap konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH, dan
membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis metode
runge kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu. Tahapan yang
terjadi pada reaktor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses, yaitu tahap pertama
(dimulai saat t=0 sampai terjadi overflow), tahap kedua (proses kontinyu, tetapi
belum tercapai steady state), dan tahap ketiga (keadaan steady state dan akumulasi
= 0 dari neraca komponen). Panas pembentukan standart (ΔHf) digunakan untuk
menentukan sifat reaksi (eksotermis/endotermis), yang mana nilai negatif
menandakan eksotermis dan positif menandakan endotermis.
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan adalah NaOH, etil asetat, HCl,
indikator MO 3 tetes, dan aquadest. Lalu, alat yang dipakai adalah pipet,
thermometer, reaktor batch, gelas ukur, buret, statif, klem, erlenmeyer, dan
rangkaian alat reaktor aliran kontinyu. Percobaan diawali dengan merangkai alat
untuk proses batch dan proses kontinyu. Percobaan batch dimulai dengan
menyiapkan reagen, memasukkan reagen ke dalam reaktor, kemudian mengambil
sampel untuk dititrasi. Lalu, dilakukan percobaan kontinyu dengan menyiapkan
reagen, memasukkan reagen ke dalam tangki umpan, memompa reaktan ke dalam
CSTR dan menjaga konstan laju alir, lalu mengambil sampel untuk dititrasi.
Pada percobaan reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH, dipilih orde 2
sebagai orde reaksi karena orde 2 memiliki nilai rata-rata R2 yang lebih tinggi dan
lebih mendekati angka 1, dibandingkan dengan orde 1. Lalu, diperoleh harga
konstanta laju reaksi (k) pada orde 2 untuk variable suhu 50oC, 60oC, dan 70oC
secara berturut-turut sebesar 0,203; 0,293; dan 0,668 L.mol-1.menit-1. Kemudian,
dapat diketahui bahwa nilai konstanta laju reaksi semakin meningkat, seiring
dengan meningkatnya suhu. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa nilai CA praktis
pada setiap variabel lebih kecil dibandingkan nilai CA matematis yang diperoleh
dari perhitungan dengan metode Runge-Kutta, yang mana telah sesuai dengan
teori yang ada. Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya,
antara lain menggunakan reaktor jenis lain untuk dibandingkan dengan reaktor
batch dan kontinyu, memvariasikan jenis reaktan karena aplikasi reaktor ideal
aliran kontinyu tidak hanya pada proses saponifikasi, dan pada percobaan
kontinyu menggunakan pompa digital agar laju alir output dan inputnya dapat
diatur lebih mudah dan akurat.

iii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga laporan Praktikum Proses Kimia ini dapat
diselesaikan dengan lancar dan sesuai harapan. Laporan ini dibuat guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Praktikum Proses Kimia.
Adapun isi laporan ini adalah pembahasan mengenai hasil percobaan dari
praktikum Reaktor Ideal Aliran Kontinyu. Berbagai dukungan dan doa kami
peroleh, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Untuk itu, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ing. Suherman S.T., M.T., selaku Ketua Departmen Teknik Kimia
Undip,
2. Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si. selaku Penanggung Jawab
Laboratorium Proses Kimia Universitas Diponegoro,
3. Prof. Dr. Moh. Djaeni, S.T., M. Eng. selaku Dosen Pengampu laporan
materi Reaktor Ideal Aliran Kontinyu,
4. Bapak Sungkowo dan Ibu Nurfiningsih selaku Laboran Laboratorium
Proses Kimia,
5. Michelle Angelina Archan selaku koordinator asisten Laboratorium Proses
Kimia,
6. Kenshi Budhi Saputra dan Vincent Wijaya Sentosa sebagai asisten
pengampu materi Reaktor Ideal Aliran Kontinyu,
7. Asisten-asisten Laboratorium Proses Kimia,
8. Teman-teman yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penulisan laporan ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan
yang masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan masukan dari pembaca
sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan
ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.

Semarang, Maret 2022

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3. Tujuan Praktikum ................................................................................. 1
1.4. Manfaat Praktikum ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1. Reaktor Batch ....................................................................................... 3
2.2. Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
(CSTR) ................................................................................................. 3
2.3. Tinjauan Thermodinamika ................................................................... 6
2.4. Tinjauan Kinetika ................................................................................. 8
2.5. Sifat Fisis dan Kimia Reagen ............................................................... 8
2.6. Menentukan Orde Reaksi ..................................................................... 9
2.7. Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat
dengan NaOH ..................................................................................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 12
3.1. Rancangan Percobaan ........................................................................ 12
3.1.1. Rancangan Praktikum .............................................................. 12
3.1.2. Penetapan Variabel ................................................................... 13
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan ........................................................ 14
3.2.1. Bahan yang Digunakan ............................................................ 14
3.2.2. Alat yang Digunakan ................................................................ 14
3.3. Gambar Rangkaian Percobaan ........................................................... 14
3.4. Respon Uji Hasil ................................................................................ 15
3.5. Prosedur Percobaan ............................................................................ 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 17
4.1. Penentuan Orde Reaksi pada Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH 17

v
4.2. Perhitungan Harga k pada Laju Reaksi Penyabunan Etil Asetat
dengan NaOH ..................................................................................... 18
4.3. Pengaruh Variabel Suhu terhadap Harga k pada Laju Reaksi
Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH .............................................. 20
4.4. Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis Metode
Runge-Kutta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH ............. 21
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 25
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 25
5.2. Saran ................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel ........... 17

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian neraca massa suatu sistem ....................................................... 3


Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1 ................................................................... 10
Gambar 2.3 Grafik trial orde 2 (Cao = Cbo) ......................................................... 10
Gambar 2.4 Grafik trial reaksi orde 2 (Cao ≠ Cbo) .............................................. 10
Gambar 2.5 Grafik trial orde n .............................................................................. 10
Gambar 3.1 Skema rancangan percobaan proses batch ........................................ 12
Gambar 3.2 Skema rancangan percobaan proses kontinyu ................................... 13
Gambar 3.3 Gambar alat utama proses batch........................................................ 14
Gambar 3.4 Gambar alat utama proses kontinyu .................................................. 15
Gambar 4.1 Pengaruh suhu terhadap harga k pada laju reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH ........................................................................... 21
Gambar 4.2 Grafik perbandingan CA praktis dan CA matematis pada variabel
suhu 50oC ........................................................................................... 22
Gambar 4.3 Grafik perbandingan CA praktis dan CA matematis pada variabel
suhu 60oC ........................................................................................... 22
Gambar 4.4 Grafik perbandingan CA praktis dan CA matematis pada variabel
suhu 70oC ........................................................................................... 23

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA ................................................................................ A-1


LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN ............................................................. B-1
LEMBAR PERHITUNGAN ............................................................................... C-1
REFERENSI ....................................................................................................... D-1
LEMBAR ASISTENSI

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir
tangki berpengaduk lebih sering diaplikasikan karena kemampuan
operasinya yang dapat diatur kapasitasnya. Unjuk kerja reaktor alir
berpengaduk perlu dipelajari untuk mengetahui karakteristik aliran fluida,
reaksi yang terjadi secara optimasi pengoperasian reaktor.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga tahap
yaitu pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu
steady state. Evaluasi variabel- variabel operasi sangat mudah dilakukan
pada kondisi steady state.
Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa
permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk. Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya
dengan membandingkan dengan data-data percobaan. Model matematika
yang diusulkan diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu mudah
diselesaikan. Namun untuk reaksi yang kompleks akan diperoleh model
matematika yang kompleks juga. Penyelesaian numerik sangat dianjurkan
untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer massa, dan orde reaksi yang
merupakan adjustable parameter.

1.2. Rumusan Masalah


Reaktor Ideal Alir Kontinyu/Reaktor Alir Tangki Berpengaduk adalah
tempat terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian, dimana aliran
massa masuk atau keluar berulang secara terus menerus (kontinyu) (Rosadi,
2000). Pada praktikum kali ini, reaktor ideal aliran kontinyu akan dipelajari
untuk mengetahui harga orde reaksi, konstanta reaksi serta pengaruh
konsentrasi NaOH dan membandingkan perhitungan model matematis
penyabunan etil asetat dengan NaOH pada reaktor ideal aliran kontinyu.

1.3. Tujuan Praktikum


1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH.

1
3. Mengetahui pengaruh suhu operasi (50°C, 60°C, 70°C) terhadap
konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis
metode Runge-Kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran
kontinyu.

1.4. Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa dapat menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH.
2. Mahasiswa dapat menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan
etil asetat dengan NaOH.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh suhu operasi (50°C, 60°C,
70°C) terhadap konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
4. Mahasiswa mampu membandingkan hasil percobaan dengan
perhitungan model matematis metode runge kutta reaksi penyabunan
pada reaktor ideal aliran kontinyu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Reaktor Batch


Neraca bahan pada reaktor secara simultan

Gambar 2.1 Bagian neraca massa suatu sistem


Input = 0
Output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-rA)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
𝑑𝑁𝐴
0 = 0 + v (-rA) + … (1)
𝑑𝑡
𝑑[𝑁𝐴𝑜 (1−𝑋𝐴 )]
0 = Vi (-rA) + … (2)
𝑑𝑡
𝑁𝐴𝑜 𝑑𝑋𝐴
0 = Vi (-rA) - … (3)
𝑑𝑡
𝑁
𝐴𝑜
dt = 𝑉𝑖 (−𝑟 𝑑𝑋𝐴 … (4)
) 𝐴

𝑋 𝑑𝑋
t = 𝑁𝐴𝑜 ∫0 𝐴 𝑉𝑖 (−𝑟𝐴 … (5)
𝐴)

Pada volume konstan


CA = 𝐶𝐴0 (1 − 𝑋𝐴 )
dCA = − 𝐶𝐴0 . 𝑑𝑋𝐴 … (6)
Pers. (6) masuk ke pers. (5) diperoleh:
𝑋 𝑑𝑁 𝐶 𝑑𝐶𝐴
t = 𝐶𝐴0 ∫0 𝐴 −𝑟 𝐴 = − ∫𝐶 𝐴 … (7)
𝐴 𝐴𝑂 −𝑟𝐴

2.2. Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/Reaktor Alir Tangki Berpengaduk


(CSTR)
Tahapan yang terjadi pada reaktor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu:
a. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t=0 sampai terjadi overflow
Dari hukum kekekalan massa
Akumulasi = input – output
𝑑𝑉
ρ = ρ . Fo – 0 … (8)
𝑑𝑡

dV = Fo . dt, pada t = 0 → V = 0

3
Karena densitas laju alir dianggap konstan, maka volumenya hanya
merupakan fungsi dari waktu.
V = Fo.t … (9)
Sedangkan dari neraca komponen:
Akumulasi = input – output – laju konsumsi karena reaksi
𝑑
(𝑉. 𝐶) = 𝐹𝑜 . 𝐶𝑜 − 0 − 𝑉(−𝑟𝐴 ) … (10)
𝑑𝑡

Dalam hal ini:


V = Volume bahan dalam reaktor (l)
C = Konsentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l)
Fo = Laju alir reaktan masuk (l/mol)
Co = Konsentrasi molar reaktan dalam feed (mol/l)
t = Waktu reaksi (menit)
-rA = Kecepatan reaksi (mol/menit)
Reaksi yang terjadi adalah:
A+B→C+D
-rA = k.CACB, karena CA = CB, maka
-rA = k.CA2 = kC2 … (11)
Pers. (11) → Pers. (10)
𝑑 (𝑉.𝐶)
= 𝐹0 . 𝐶0 − 𝑉. 𝑘. 𝐶 2
𝑑𝑡
𝑑𝐶 𝑑𝑉
𝑉 𝑑𝑡 + 𝐶 𝑑𝑡 = 𝐹0 . 𝐶0 − 𝑉. 𝑘. 𝐶 2 … (12)

Pers. (9) → Pers. (12)


𝑑𝐶
𝐹𝑜 . 𝑡. 𝑑𝑡 + 𝐶. 𝐹𝑜 = 𝐹𝑜 . 𝐶𝑜 − 𝐹𝑜 . 𝑡. 𝑘. 𝐶 2 … (13)
𝑑𝐶 𝐶𝑜 𝐶
= − 𝑡 − 𝑘. 𝐶 2 … (14)
𝑑𝑡 𝑡

Dengan menggunakan boundary condition pada t=0, C=Co dan


substitusi 𝑈 = 𝑒 𝑘∫ 𝐶.𝑑𝑡 maka pers. (14) menjadi:
𝑑2 𝑈 𝑑𝑈
𝑡2 + 𝑡 𝑑𝑡 − 𝑘. 𝑈. 𝐶𝑜 . 𝑡 = 0 … (15)
𝑑𝑡 2

Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z = t0,5,


menjadi:
𝑑2 𝑈 𝑑𝑈
𝑧 2 𝑑𝑡 2 + 𝑧 𝑑𝑡 − 4. 𝑘. 𝑈. 𝐶𝑜 . 𝑧 2 = 0 … (16)

Pers. (16) merupakan modifikasi pers. Bessel yang memiliki bentuk


umum sebagai berikut:
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
𝑥 2 𝑑𝑡 2 + 𝑥(𝑎 + 2𝑏𝑥 𝑟 ) 𝑑𝑥 + [𝑐 + 𝑑𝑥 2𝑠 − 𝑏(1 − 𝑎 − 𝑟)𝑥. 𝑟 +

𝑏 2 . 𝑋 2 . 𝑟]. 𝑦 = 0
Dari pers. (5) didapatkan:

4
a=1
r=0

1 (1 − 𝑎2 )
𝑝= √ −𝑐 =0
𝑠 2

b=0 s=0 p=0


𝑑
c=0 d = -4.k.Co √ = imajiner
𝑠

Sehingga penyelesaian pers. (16) adalah:


𝑈 = 𝐶1 𝑍𝑝 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧) + 𝐶𝑧 𝑍𝑝 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧) … (18)
Pada t = 0, z = 0 → Zp = ~
Sehingga Cz = 0
𝑈 = 𝐶1 𝑍𝑝 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧)

Karena p = 0 dan √𝑑/𝑠 = imajiner

Maka = U = 𝐶1 𝐼0 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧)
𝑑𝑈 𝑑
= 𝑑𝑧 𝐶1 𝐼0 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧) … (19)
𝑑𝑡

Dari Sherwood halaman 178 pers. (5.83) didapatkan


𝑑𝑈
= 𝐶1 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧)𝐼0 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧) … (20)
𝑑𝑡

Dari substitusi semula, diperoleh:


𝑑𝑈
= 2. 𝑘. 𝐶𝑧 . 𝐶_1. 𝐼0 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧) … (21)
𝑑𝑡

Maka pers. (14) dan (15) diperoleh:


𝐶1 . (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧)𝐼0 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧) = 𝑘. 𝐶. 𝐶1 . 𝐼0 (√4. 𝑘. 𝐶𝑜 . 𝑧)
(√4.𝑘.𝐶𝑜 .𝑧)𝐼0 (√4.𝑘.𝐶𝑜 .𝑧)
𝐶= 𝑘.𝐶.𝐶2 .𝐼0 (√4.𝑘.𝐶𝑜 .𝑧)

𝐶0 𝑇1 (2√𝑘.𝐶𝑜 .𝑇)
𝐶= … (22)
𝑘.𝑡.𝑇0 (2√𝑘.𝐶𝑜 .𝑇)

b. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi
steady state. Dapat dinyatakan dengan:
C = f(t) dan V = konstan → dV/dt = 0
Dari neraca massa komponen diperoleh:
𝑑
(𝑉. 𝐶) = 𝐹. 𝐶𝑜 − 𝐹. 𝐶 − 𝑘. 𝑉. 𝐶 2 … (23)
𝑑𝑡
𝑑𝐶 𝑑𝑉
𝑉. 𝑑𝑡 − 𝐶. 𝑑𝑡 = 𝐹. 𝐶𝑜 − 𝐹. 𝐶 − 𝑘. 𝑉. 𝐶 2 … (24)

Apabila T = t - Ť waktu, menit


Ť = V/F konstanta waktu

5
Pers. (24) menjadi
𝑑𝐶 𝐶𝑜 𝐶
= − − 𝑘. 𝐶 2 … (25)
𝑑𝑡 Ť Ť

Pada keadaan steady state C = Co


Penyelesaian particular pers. (25) adalah C – Cs, dimana Cs adalah
konsentrasi pada keadaan steady.
Substitusikan C = Cs + 1/s
Pers. (25) berubah menjadi persamaan differensial orde 1 yang mana
dapat diselesaikan dengan metode faktor integrasi.
1
𝐶 = 𝐶𝑜 = 𝐾 … (26)
𝐵.exp(𝐴𝑇)−
𝐴

C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = Ť yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.

c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi
= 0 dari neraca komponen, diperoleh:
F – C0 = F.C +Vr … (27)
F – C0 = F.C + V. k. Cs2 … (28)
C0 = Cs + (V/F).k.Cs2 … (29)
k. Ť.Cs2 + Cs – C0 = 0 … (30)
Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan
aljabar biasa dan dapat diselesaikan dengan mudah.

2.3. Tinjauan Thermodinamika


Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis / endotermis
maka perlu membuktikan dengan menggunakan panas pembentukan
standar (ΔHf) pada 1 atm dan 298 K dari reaktan dan produk.
ΔH298 = ΔH reaktan – ΔH produk
Diketahui data sebagai berikut (Smith et al., 2011)
ΔH CH3COOC2H5 = -445.500 J/mol
ΔH NaOH = -425.609 J/mol
ΔH CH3COONa = -726.100 J/mol
ΔH C2H5OH = -235.100 J/mol
Sehingga :

6
ΔH reaksi = ΔH CH3COONa + ΔH C2H5OH) - (ΔH CH3COOC2H5 + ΔH
NaOH)
= ((-726.100 – 235.100) – (-445.500 - 425.609)) J/mol
= -91.091 J/mol
Karena ΔH reaksi bernilai negatif maka reaksi yang berlangsung adalah
reaksi eksotermis yang menghasilkan panas.
Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak-balik
dapat diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu kamar
diperoleh data (Smith et al., 2011):
ΔG CH3COOC2H5 = - 328.000 J/mol
ΔG NaOH = - 379.494 J/mol
ΔG CH3COONa = - 631.200 J/mol
ΔG C2H5OH = - 168.490 J/mol
Sehingga :
ΔG reaksi = (ΔG CH3COONa + ΔG C2H5OH) - (ΔG CH3COOC2H5 + ΔG
NaOH)
= (-631.200 – 168.490) – (-328.000 – 379.494) J/mol
= -92.196 J/mol
𝑑 ∆𝐺 ∆𝐻
( )=
𝑑𝑡 𝑅𝑇 𝑅𝑇 2
ΔG = RT ln K
K pada standar 298 K = 𝑒 (∆𝐺/𝑅𝑇)
−92,196
K = 𝑒 8,314 .298 = 1,45 𝑥 1016
Dari data diatas dapat diperoleh nilai konstanta keseimbangan reaksi pada
temperatur 298 K adalah 1,45 x 1016. Pada temperatur operasi, harga K
dihitung dengan persamaan :
𝐾 − ∆𝐻 ° 1 1
𝑙𝑛 ( ′
) = ( − )
𝐾 𝑅 𝑇 𝑇1
T = 27 ºC (suhu ruang) = 300 K
1,45 𝑥 1016 −(−91.091) 1 1
𝑙𝑛 ( ′
)= ( − )
𝐾 8,314 300 298
K' = 1,13 x 1016
Karena harga konstanta keseimbangan jauh lebih besar dari 1, maka reaksi
berlangsung searah (irreversibel).

7
2.4. Tinjauan Kinetika
Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi saponifikasi etil asetat
dengan NaOH akan makin besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan
dan perbedaan konsentrasi. Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan
Arrhenius yaitu:
𝐸𝐴
𝑘 = 𝑘0 . 𝑒 −(𝑅.𝑇)
Dengan:
k = Konstanta laju reaksi
k0 = Faktor pre eksponensial atau frekuensi
T = Suhu
EA = Energi aktivasi
R = Tetapan gas ideal
=1,98 cal/gm-mol.K
=1,98 Btu/lb-mol.oR
=82,06 cm3.atm/gm-mol. K
Berdasarkan persamaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta
laju reaksi dipengaruhi oleh nilai faktor frekuensi atau faktor eksponensial,
suhu, dan energi aktivasi (Levenspiel, 1999).

2.5. Sifat Fisis dan Kimia Reagen


1. NaOH
Sifat Fisis:
• Berat molekul = 40 gr /mol
• Titik didih = 134 0C
• Titik lebur = 318,4 0C
• Berat jenis = 2,130 gr/mol
• Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 100C = 42
• Kelarutan dalam 100 bagian air panas 1000C = 32
Sifat Kimia:
• Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut dalam
reagen excess, merupakan basa kuat, dan mudah larut dalam air.
2. Etil Asetat
Sifat Fisis:
a. Berat jenis = 1,356 gr/mol
b. Titik didih = 850C
c. Berat molekul = 88 gr/mol

8
d. Titik lebur = -1110C
Sifat Kimia:
Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak larut
dalam air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia encer dan
KCN tiosulfat, beraksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2 putih, mudah
menguap apabila dipanaskan.
3. HCl
Sifat Fisis:
1. Massa atom : 36,45 gr/mol
2. Massa jenis : 3,21 gr/ml
3. Titik leleh : -1010C
4. Energi ionisasi : 1250 kJ/mol
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
6. Pada suhu kamar HCl berbentuk gas yang tak berwarna dan
berbau tajam
Sifat Kimia:
1. HCl akan berasap tebal di udara lembab
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau
merangsang
3. Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter
4. Merupakan oksidator kuat
5. Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya
sehingga dapat beracun bagi pernapasan

2.6. Menentukan Orde Reaksi


Trial orde reaksi pada reaktor batch:
1. Diberikan data waktu (t) dan Ca, Cao adalah Ca pada t=0
2. Membuat data –ln(Ca/Cao) dan 1/Ca
3. Pertama menebak ‘orde reaksi pertama’ dengan membuat grafik –ln
(Ca/Cao) vs t, hasil grafik harus lurus.
a. Jika hasil grafik tidak lurus maka menebak ‘orde reaksi kedua’ dari
grafik antara 1/Ca vs t, hasil graik harus lurus (Apabila Cao=Cbo)
b. Jika hasil grafik tidak lurus maka menebak ‘orde reaksi kedua’ dari
grafik antara ln Cb/Ca vs t, hasil grafik harus lurus.
4. Membentuk persamaan y = a+ bx, dimana a = intercept dan b = slope
dari grafik log t vs ln Cao.

9
Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1 Gambar 2.3 Grafik trial orde 2
(Cao = Cbo)

Gambar 2.4 Grafik trial reaksi orde 2 Gambar 2.5 Grafik trial orde n
(Cao ≠ Cbo)

2.7. Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat


dengan NaOH
Reaksi: NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H5OH
A + B → C + D
Orde reaksi 2
Persamaan kecepatan reaksi:
𝑑𝐶𝑎
−𝑟𝑎 = − = 𝑘. 𝐶𝑎 . 𝐶𝑏 di mana Ca = Cb
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝑎
− = 𝑘. 𝐶𝑎2
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝑎
− = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎2
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑎2
= ∫0 𝑘. 𝑑𝑡

1 𝐶𝑎
[𝐶 ] = 𝑘. 𝑡
𝑎 𝐶𝑎𝑜
1 1
−𝐶 = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎 𝑎𝑜

1 1
= 𝑘. 𝑡 + 𝐶
𝐶𝑎 𝑎𝑜

𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐

10
Harga k didapat dari metode least square. Dimana harga k merupakan nilai
dari m.
(Levenspiel. O., 1970)
Orde reaksi 1
𝑑𝐶𝑎
−𝑟𝑎 = − = 𝑘. 𝐶𝑎
𝑑𝑡
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑎
= ∫0 𝑘. 𝑑𝑡

𝐶𝑎
− ln[𝐶𝑎 ] = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝑜
−(ln 𝐶𝑎 − ln 𝐶𝑎0 ) = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎
− ln = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎0

𝑦 = 𝑚𝑥

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Rancangan Percobaan


3.1.1. Rancangan Praktikum
Praktikum Reaktor Ideal Aliran Kontinyu dilakukan dalam
dua tahap, yaitu dengan proses batch dan proses kontinyu. Skema
rancangan kedua tahap tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
1. Proses Batch

Menyiapkan reagen etil asetat, HCl, dan NaOH

Memasukkan etil asetat dan NaOH masing-masing 1 liter

Mengambil 5 mL sampel setiap 3 menit, kemudian


diberikan indikator MO 3 tetes, dan dititrasi menggunakan
HCl

Dengan perhitungan, dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi


NaOH sisa)

Mengulang langkah prosedur untuk setiap variabel suhu


operasi (50⁰C, 60⁰C, 70⁰C)

Gambar 3.1 Skema rancangan percobaan proses batch

12
2. Proses Kontinyu

Menyiapkan reagen etil asetat, HCl, dan NaOH

Memasukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan


masing-masing

Memompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang


kosong dan menjaga konstan laju alirnya serta
mereaksikannya

Mengambil 5 ml sampel setiap 1,5 menit, kemudian


diberikan indikator MO 3 tetes, dan dititrasi menggunakan
HCl

Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi


NaOH sisa)

Mengulang langkah prosedur sesuai dengan variabel


praktikum

Gambar 3.2 Skema rancangan percobaan proses kontinyu


3.1.2. Penetapan Variabel
1. Variabel Tetap
a. Normalitas NaOH = 0,2 N
b. Volume NaOH = 200 mL
c. Normalitas Etil Asetat = 0,3 N
d. Volume Etil Asetat = 2000 mL
e. Normalitas HCl = 0,1 N
f. Volume HCl = 500 mL
g. Volume NaOH (analit) = 5 mL
h. Agitasi = 70 rpm
i. Waktu pengambilan produk = Setiap 3 menit
2. Variabel Berubah
Suhu Operasi = 50oC, 60oC, 70oC

13
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan
3.2.1. Bahan yang Digunakan
1. NaOH 0,2 N 98%
2. Etil Asetat 0,3 N 98%
3. HCl 0,1 N 25%
4. Indikator MO 3 tetes
5. Aquadest
3.2.2. Alat yang Digunakan
1. Pipet
2. Thermometer
3. Reaktor batch
4. Gelas ukur
5. Buret
6. Statif dan Klem
7. Erlenmeyer
8. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu

3.3. Gambar Rangkaian Percobaan


a. Proses Batch

Gambar 3.3 Gambar alat utama proses batch


Keterangan:
1. Reaktor batch
2. Stirrer
3. Statif

14
b. Proses Kontinyu

Gambar 3.4 Gambar alat utama proses kontinyu


Keterangan:
1. Reaktor kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki NaOH
5. Tangki Etil Asetat
6. Pompa

3.4. Respon Uji Hasil


Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi titran HCl
sampai TAT (Titik Akhir Titrasi)

3.5. Prosedur Percobaan


a. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,3 N, HCl 0,1 N, dan
NaOH 0,2 N.
2. Memasukkan etil asetat 0,3 N dan NaOH 0,2 N dengan volume
masing masing 2 liter.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 3 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variabel suhu operasi yang
berbeda (50oC, 60oC, dan 70oC).

15
b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,3 N, HCl 0,1 N, dan
NaOH 0,2 N.
2. Memasukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masing-
masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan
menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya
4. Mengambil sampel 5 ml tiap 3 menit, kemudian tambahkan
indikator MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,1 N
sampai warna merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran
yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
6. Melakukan langkah 1 sampai 5 dengan dengan pengadukan 70 rpm.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Orde Reaksi pada Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH dapat
ditentukan dengan membuat grafik persamaan dan mencari nilai R2 pada
grafik. Tabel di bawah ini menunjukkan nilai R2 pada masing-masing
variabel suhu operasi pada reaksi orde 1 dan orde 2.
Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap variabel

Variabel R2 Orde 1 R2 Orde 2

1 0,5980 0,8222

2 0,7311 0,9304

3 0,9317 0,9604

R2 AVG 0,7536 0,9043

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat nilai R2 reaksi orde 1 dan orde 2
pada variabel suhu 50oC, 60oC, dan 70oC. Pada reaksi orde 1, nilai R2 pada
variabel suhu 50oC, 60oC, dan 70oC berturut-turut adalah 0,5980; 0,7311;
dan 0,9317; dengan rata-rata 0,7536. Sedangkan, pada reaksi orde 2, nilai
R2 pada variabel suhu 50oC, 60oC, dan 70oC berturut-turut adalah 0,8222;
0,9304; dan 0,9604; dengan rata-rata 0,9043.
Hidrolisis dasar dari ester (etil asetat) dengan soda kaustik, juga
disebut saponifikasi, adalah reaksi orde kedua yang irreversible (Tsujikawa
& Inoue, 1966; Kuheli et al., 2011; Ikhazuangbe et al., 2015, dalam Citak
& Kivrak, 2019). Mekanisme reaksi untuk reaksi saponifikasi adalah
sebagai berikut.
NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H2OH
Laju reaksi persamaan di atas dapat dituliskan menggunakan persamaan laju
diferensial, yang ketika diintegralkan dan disusun ulang menghasilkan
persamaan sebagai berikut.
𝐶𝐴 𝐶𝐴0 (4.1)
ln ( ) = ln ( ) + (𝐶𝐴0 + 𝐶𝐵0 )𝑘. 𝑡
𝐶𝐵 𝐶𝐵0
Di mana A merajuk pada alkali (natrium hidroksida) dan ester (etil asetat),
serta k merupakan konstanta laju reaksi (Citak & Kivrak, 2019). Sesuai
dengan reaksi kinetika, grafik ln(CA/CB) diplot terhadap waktu (t) dari data
eksperimen. Dengan menggunakan persamaan linear yang diperoleh,

17
konstanta tingkat reaksi ditemukan untuk suhu kerja. Dalam plot ini, nilai
slip ln(CA0/CB0) dan kemiringan k(CA0-CB0) diberikan (Levenspiel, 1999,
dalam Citak & Kivrak, 2019).
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah nilai R2 pada reaksi orde 2.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH merupakan reaksi dengan orde 2. Hasil ini telah sesuai dengan teori
yang ada, dimana reaksi saponifikasi (penyabunan), adalah reaksi orde
kedua yang irreversible.

4.2. Perhitungan Harga k pada Laju Reaksi Penyabunan Etil Asetat


dengan NaOH
Harga konstanta laju reaksi (k) pada reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH dapat dihitung dari grafik orde 2 variabel 1 (suhu 50oC),
variabel 2 (suhu 60oC), dan variabel 3 (suhu 60oC) yang telah dibuat
sebelumnya. Untuk mengetahui nilai k dari grafik, maka perlu dibahas
terlebih dahulu mengenai mekanisme reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH serta penurunan persamaan differensial yang digunakan dalam
menemukan persamaan garis pada grafik. Berikut ialah reaksi penyabunan
etil asetat dengan NaOH :
NaOH + CH₃COOC₂H₅ → CH₃COONa + C₂H₅OH
A + B → C + D
Konstanta laju reaksi pada orde 2 didapatkan melalui penurunan
rumus diferensial sebagai berikut.
Persamaan orde 2 (CA = CB)
𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = − = 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘. 𝐶𝐴2
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
− 2 = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐴 𝑡
𝑑𝐶𝐴
∫ − 2 = ∫ 𝑘 𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐴0 0

1 𝐶𝐴
[ ] = 𝑘. 𝑡
𝐶𝐴 𝐶𝐴0
1 1
− = 𝑘. 𝑡
𝐶𝐴 𝐶𝐴0

18
1 1
= 𝑘. 𝑡 +
𝐶𝐴 𝐶𝐴0
1
𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑦 = ; 𝑥 = 𝑡; 𝑚 = 𝑘
𝐶𝐴
Persamaan orde 2 (CA ≠ CB)
𝑑𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐵
−𝑟𝐴 = − =− = 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑋𝐴
−𝑟𝐴 = −𝐶𝐴0 . = 𝑘. (𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴 )(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴 )
𝑑𝑡
𝑋𝐴 𝑡
𝑑𝑋𝐴 𝐶𝐵0
∫ − = 𝐶𝐴0 . 𝑘 ∫ 𝑑𝑡 , 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑀 =
(1 − 𝑋𝐴 )(𝑀 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐴0
0 0
𝑋𝐴 𝑋𝐴
1 𝑑𝑋𝐴 𝑑𝑋𝐴
∫ −∫ = 𝑘. 𝑡
𝐶𝐴0 (𝑀 − 1) (1 − 𝑋𝐴 ) (𝑀 − 𝑋𝐴 )
0 0
𝑀 − 𝑋𝐴 𝑀 − 𝑋𝐴
ln = 𝐶𝐴0 (𝑀 − 1)𝑘. 𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ln = (𝐶𝐴0 − 𝐶𝐵0 )𝑘. 𝑡
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝑀(1 − 𝑋𝐴 )
𝑀 − 𝑋𝐴 𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
ln = ln
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐵0 (1 − 𝑋𝐴 )
𝑀 − 𝑋𝐴 𝐶𝐵 𝐶𝐴0
ln = ln
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐵0 (1 − 𝑋𝐴 )𝐶𝐴0
𝑀 − 𝑋𝐴 𝐶𝐵 𝐶𝐴0 𝐶𝐵
ln = ln = ln
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐵0 𝐶𝐴 𝑀. 𝐶𝐴
𝐶𝐵
ln = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘. 𝑡
𝑀. 𝐶𝐴
𝐶𝐵
ln − ln 𝑀 = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘. 𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐵
ln = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘. 𝑡 + ln 𝑀
𝐶𝐴
𝐶𝐵
𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑦 = ln ; 𝑥 = 𝑡; 𝑚 = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘
𝐶𝐴
Untuk variabel 1 (50oC), didapatkan nilai konstanta laju reaksi melalui
perhitungan sebagai berikut.
𝑦 = 0,0203𝑥 + 0,4811
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝐶𝐵
ln = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘. 𝑡 + ln 𝑀
𝐶𝐴
(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘 = 0,0203
0,0203
𝑘= = 0,203 𝐿/𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,3 − 0,2

19
Untuk variabel 2 (60oC), didapatkan nilai konstanta laju reaksi melalui
perhitungan sebagai berikut.
𝑦 = 0,0293𝑥 + 0,4828
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝐶𝐵
ln = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘. 𝑡 + ln 𝑀
𝐶𝐴
(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘 = 0,0293
0,0293
𝑘= = 0,293 𝐿/𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,3 − 0,2
Untuk variabel 3 (70oC), didapatkan nilai konstanta laju reaksi melalui
perhitungan sebagai berikut.
𝑦 = 0,0668𝑥 + 0,4223
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝐶𝐵
ln = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘. 𝑡 + ln 𝑀
𝐶𝐴
(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘 = 0,0668
0,0668
𝑘= = 0,668 𝐿/𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,3 − 0,2
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa pada variabel
1 (50oC) diperoleh harga k sebesar 0,203 L/mol.menit, pada variabel 2
(60oC) diperoleh harga k sebesar 0,293 L/mol.menit, dan pada variabel 3
(70oC) diperoleh harga k sebesar 0,668 L/mol.menit.

4.3. Pengaruh Variabel Suhu terhadap Harga k pada Laju Reaksi


Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Berikut ini adalah grafik hubungan antara suhu terhadap nilai
konstanta kecepatan reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH pada
masing-masing variabel suhu operasi.

20
0.8

Konstanta Laju Reaksi Konstanta Laju


0.7

Reaksi (L.mol-1.menit-1)
0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0.0
50 50
60 70
Suhu (oC)

Gambar 4.1 Pengaruh suhu terhadap harga k pada laju reaksi penyabunan
etil asetat dengan NaOH
Diagram batang yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 menunjukan
pengaruh suhu terhadap nilai konstanta laju reaksi penyabuan etil asetat
dengan NaOH. Berdasarkan diagram batang di atas, terlihat pada variabel 1
(suhu 50°C) nilai konstanta laju reaksinya adalah 0,203 L/mol.menit,
variabel 2 (suhu 60°C) nilai konstanta laju reaksinya adalah 0,293
L/mol.menit, dan variabel 3 (suhu 70°C) adalah 0,668 L/mol.menit.
Penyabunan etil asetat terjadi antara etil asetat dan NaOH dalam
waktu tertentu dan dalam keadaan yang termostat. Keadaan termostat ini
harus dilakukan karena temperatur merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi laju reaksi. Jika suhu dinaikkan, maka laju reaksi akan
semakin cepat karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik
partikel pereaksi, akibatnya tumbukan antar partikel akan bertambah besar,
dan begitu pula sebaliknya (Borovinskaya et al., 2019).
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan telah sesuai
dengan teori yang ada. Harga k yang diperoleh semakin meningkat, seiring
meningkatnya suhu. Hal ini disebabkan karena konsentrasi reaktan yang
berhubungan erat dengan jumlah partikel zat yang terlibat dalam tumbukan,
sehingga besar kemungkinan terjadinya tumbukan yang efektif.

4.4. Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis Metode


Runge-Kutta Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Berikut merupakan grafik hubungan antara CA dengan waktu yang
menggambarkan perbandingan CA praktis dan CA matematis dari masing-
masing variabel suhu operasinya.

21
0.250

0.200

0.150
CA Sisa
Ca
0.100
Ca model

0.050

0.000
0 5 10 15 20
waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik perbandingan CA praktis dan CA matematis pada


variabel suhu 50oC
0.250

0.200

0.150
CA Sisa

Ca
0.100
Ca model

0.050

0.000
0 5 10 15 20
waktu (menit)

Gambar 4.3 Grafik perbandingan CA praktis dan CA matematis pada


variabel suhu 60oC

22
0.250

0.200

0.150
CA Sisa
Ca
0.100
Ca model

0.050

0.000
0 5 10 15 20
waktu (menit)

Gambar 4.4 Grafik perbandingan CA praktis dan CA matematis pada


variabel suhu 70oC
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2, Gambar 4.3, dan Gambar 4.4 di
atas, dapat diketahui jika konsentrasi, baik dari hasil percobaan maupun
dengan perhitungan metode Runge-Kutta, menurun seiring dengan
bertambahnya waktu. Selain itu, pada ketiga variabel menunjukkan bahwa
ditemukan nilai CA matematis dengan perhitungan metode Runge-Kutta
yang lebih tinggi dibandingan dengan nilai CA percobaan (praktis).
CA matematis pada percobaan ini didapatkan dari perhitungan
matematis menggunakan metode Runge-Kutta. Sesuai dengan teori dari
metode Runge-Kutta, teknik untuk menurunkan order kondisi berupa
menemukan ekspansi hasil dari metode Runge-Kutta dengan ekspansi
Taylor. Prosedur ini menuntun kita pada kondisi order dan pada tiap
ordernya akan didapatkan sekumpulan metode (Tocino & Aguiar, 2002).
Metode Runge-Kutta cukup sederhana dan kuat dengan mempertimbangkan
akurasi orde lebih tinggi dalam multi-tahap, sehingga memiliki keakuratan
tingkat tinggi dengan melibatkan perhitungan kemiringan pada beberapa
langkah antara nilai waktu diskrit saat ini dan berikutnya (Malarvizhi &
Karunanithi, 2021). Oleh karena itu, dengan dipengaruhi oleh orde yang
semakin besar, maka semakin teliti hasil yang diperoleh. Inilah yang
membuat CA matematis lebih ideal besarnya dibandingkan dengan CA
percobaan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perhitungan
model matematis dengan perhitungan Runge-Kutta dan hasil percobaan
sudah sesuai dengan teori yang ada. Nilai CA praktis yang diperoleh dari

23
percobaan secara langsung akan memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan CA matematis.

24
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH merupakan reaksi orde 2.
2. Nilai konstanta laju reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH pada
orde 2 untuk variabel suhu 50℃, 60℃, dan 70℃ secara berturut-turut,
yaitu 0,203; 0,293; dan 0,668 L.mol-1.menit -1.
3. Hubungan antara suhu dengan konstanta laju reaksi diperoleh nilai
konstanta laju reaksi yang semakin meningkat, seiring dengan
meningkatnya suhu.
4. Nilai CA praktis pada setiap variabel suhu operasi lebih kecil
dibandingkan dengan nilai CA matematis yang diperoleh dari
perhitungan dengan metode Runge-Kutta. Hal ini telah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa nilai CA matematis lebih besar
dibandingan dengan nilai CA praktis.

5.2. Saran
1. Pada praktikum selanjutnya, disarankan untuk menggunakan reaktor
jenis lain, seperti reaktor alir pipa untuk dibandingkan dengan reaktor
batch dan reaktor kontinyu.
2. Pada praktikum selanjutnya, disarankan untuk memvariasikan jenis
reaktan karena aplikasi reaktor ideal aliran kontinyu tidak hanya pada
proses saponifikasi.
3. Pada praktikum selanjutnya, disarankan pada percobaan kontinyu
menggunakan pompa digital agar laju alir output dan inputnya dapat
diatur lebih mudah dan akurat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Borovinskaya, E., Khaydarov, V., Strehle, N., Musaev, A., & Reschetilowski, W.
(2019). Experimental studies of ethyl acetate saponification using different
reactor systems: The effect of volume flow rate on reactor performance and
pressure drop. Applied Sciences, 9(3), 532. DOI:10.3390/app9030532.
Citak, A., & Kivrak, A. (2019). Determination of the expression rate of ethyl acetate
hydrolysis reaction depending on the temperature. Journal of the Institute of
Science and Technology, 9(1): 382-388. DOI: 10.21597/jist.410336.
Levenspiel, O. (1999). Chemical Reaction Engineering. (3rd ed.). Mc. Graw Hill
Book Kogakusha Ltd, Tokyo.
Malarvizhi, M., & Karunanithi, S. (2021). Study of electrical circuits using Runge
Kutta method of order 4. Journal of Computational Mathematica, 5(2), 109-
120. DOI: 10.26524/cm114.
Smith, J. M., VanNess, H. C., & Abbott, M. M. (2011). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. (6th ed.). McGraw-HillCo., Singapore.
Tocino, A., & Aguiar, J. V. (2002). Weak Second Order Conditions for Stochastic
Runge-Kutta Methods. SIAM Journal Science Computation, 24(2), 507-523.
DOI: 10.1137/S1064827501387814.

26
LAPORAN SEMENTARA

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :

REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

Kelompok :

5/Senin

Nama Anggota : Alessandro Piero Pratama Putra


Halimah Hanin Yushinta Wibowo
Myra Ivana Yuliani Jaya
Tsabita Nur Alifa

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HASIL PERCOBAAN

Reaktor Batch
Volume titran Volume titran Volume titran
Waktu (menit)
variabel 1 (mL) variabel 2 (mL) variabel 3 (mL)
0 10,0 10,0 10,0
3 6,0 5,6 4,7
6 5,9 5,2 4,2
9 4,8 4,3 3,4
12 4,8 3,7 2
15 4,5 3,6 1,5
18 4,5 3,6 1,5
21 4,5 3,6 1,5

Reaktor Kontinyu
Volume titran Volume titran Volume titran
Waktu (menit)
variabel 1 (mL) variabel 2 (mL) variabel 3 (mL)
0 10,0 10,0 10,0
3 6,4 5,8 5,0
6 6,0 5,0 4,4
9 4,7 4,3 3,7
12 4,5 3,9 2,3
15 4,4 3,8 1,8
15 4,4 3,8 1,8
15 4,4 3,8 1,8

Semarang, 14 Maret 2022


Mengetahui,
Praktikan Asisten

A. Piero P.P. H. Hanin Y.W. Myra Ivana Y.J. Tsabita Nur A. Kenshi Budhi Saputra
21030120130094 21030120140107 21030120140150 21030120140186 21030118140192
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

1. Kalibrasi Piknometer
Massa piknometer kosong = 20,123 gr
Massa piknometer berisi air = 45,140 gr
ρ air (27,5oC) = 996,374 kg/m3 = 0,996374 gr/cm3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 =
𝜌 𝑎𝑖𝑟
45,140 𝑔𝑟 − 20,123 𝑔𝑟
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 =
0,996374 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 = 25,108 𝑐𝑚3

2. Perhitungan Kebutuhan NaOH


Normalitas NaOH = 0,2 N
Volume NaOH = 2000 mL
Kadar NaOH = 98%
BM NaOH = 40 gr/mol
𝑔𝑟 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = × × 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 × 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑚𝐿 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑔𝑟 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000
0,2 𝑁 = × × 1 × 98%
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 2000 𝑚𝐿
𝑔𝑟 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 16,326 𝑔𝑟𝑎𝑚

3. Perhitungan Kebutuhan Etil Asetat


Massa piknometer berisi etil asetat = 43,506 gr
Normalitas Etil Asetat = 0,3 N
Volume Etil Asetat = 2000 mL
Kadar Etil Asetat = 98%
BM Etil Asetat = 88 gr/mol
• Mencari ρ Etil Asetat
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
43,506 𝑔𝑟 − 20,123 𝑔𝑟
𝜌𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
25,108 𝑐𝑚3
𝜌𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 0,931 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
• Mencari Volume Etil Asetat
𝑔𝑟 1000
𝑁= × × 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 × %
𝐵𝑀 𝑚𝐿
𝑔𝑟 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 1000
0,3 𝑁 = × × 1 × 98%
88 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 2000 𝑚𝐿
𝑔𝑟 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 53,878 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑉 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝜌 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
53,878 𝑔𝑟
𝑉 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
0,931 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑉 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 57,871 𝑐𝑚3

4. Perhitungan Kebutuhan HCl


Massa piknometer berisi HCl = 59,094 gr
Normalitas HCl = 0,1 N
Volume HCl = 500 mL
Kadar HCl = 25%
BM HCl = 36,46 gr/mol
• Mencari ρ HCl
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌 𝐻𝐶𝑙 =
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
59,094 𝑔𝑟 − 20,123 𝑔𝑟
𝜌 𝐻𝐶𝑙 =
25,108 𝑐𝑚3
𝜌 𝐻𝐶𝑙 = 1,552 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
• Mencari Volume HCl
𝑔𝑟 1000
𝑁= × × 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 × %
𝐵𝑀 𝑚𝐿
𝑔𝑟 𝐻𝐶𝑙 1000
0,1 𝑁 = × × 1 × 25%
36,46 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 500 𝑚𝐿
𝑔𝑟 𝐻𝐶𝑙 = 7,292 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻𝐶𝑙
𝑉 𝐻𝐶𝑙 =
𝜌 𝐻𝐶𝑙
7,292 𝑔𝑟
𝑉 𝐻𝐶𝑙 =
1,552 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑉 𝐻𝐶𝑙 = 4,698 𝑐𝑚3
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Perhitungan Reaktor Batch


Harga k dan Orde Reaksi
Diketahui : N HCl = 0,1 N
N CH3COOC2H5 = 0,3 N
N NaOH = 0,2 N
Reaksi yang terjadi untuk proses penyabunan etil asetat adalah:

NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H5OH

A + B → C + D

Persamaan Orde Reaksi 1


𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = − = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝑡
𝐶𝐴 𝑡
𝑑𝐶𝐴
∫− = ∫ 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐴𝑂 0

𝐶𝐴
− ln[𝐶𝐴 ] = 𝑘. 𝑡
𝐶𝐴𝑂
−(ln 𝐶𝐴 − ln 𝐶𝐴𝑂 ) = 𝑘. 𝑡
𝐶𝐴
− ln = 𝑘. 𝑡
𝐶𝐴𝑂
[𝑦 = 𝑚𝑥]
𝐶
𝑦 = − ln 𝐶 𝐴 ; x = t; m = k
𝐴𝑂

a. Variabel 1 (Suhu operasi 50oC)

t (X) V titran CA -ln (CA/CA0) (Y) XY X2

0 10,0 0,200 0,000 0,000 0

3 6,0 0,120 0,511 1,532 9

6 5,9 0,118 0,528 3,166 36

9 4,8 0,096 0,734 6,606 81

12 4,8 0,096 0,734 8,808 144

15 4,5 0,090 0,799 11,978 225

Σ 45 36 0,72 3,305 32,089 495

Untuk persamaan y = mx, maka


𝛴𝑋𝑌
m = k = 𝛴𝑋 2 = 0,065 menit-1

1.200
y = 0.065x
1.000 R² = 0.923

-ln (CA/CA0)(Y)
0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
waktu (menit)

b. Variabel 2 (Suhu operasi 60oC)

t (X) V titran CA -ln (CA/CA0) (Y) XY X2

0 10,0 0,200 0,000 0,000 0

3 5,6 0,112 0,580 1,739 9

6 5,2 0,104 0,654 3,924 36

9 4,3 0,086 0,844 7,596 81

12 3,7 0,074 0,994 11,931 144

15 3,6 0,072 1,022 15,325 225

Σ 45 32,4 0,648 4,094 40,515 495

Untuk persamaan y = mx, maka


𝛴𝑋𝑌
m = k = 𝛴𝑋 2 = 0,0818

1.400 y = 0.0818x
R² = 0.9452
1.200

1.000
-ln (CA/CA0)(Y)

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
waktu (menit)
c. Variabel 3 (Suhu operasi 70oC)

t (X) V titran CA -ln (CA/CA0) (Y) XY X2

0 10,0 0,200 0,000 0,000 0

3 4,7 0,094 0,755 2,265 9

6 4,2 0,084 0,868 5,205 36

9 3,4 0,068 1,079 9,709 81

12 2 0,040 1,609 19,313 144

15 1,5 0,030 1,897 28,457 225

Σ 45 25,8 0,516 6,208 64,949 495

Untuk persamaan y = mx, maka


𝛴𝑋𝑌
m = k = 𝛴𝑋 2 = 0,1312

2.500

y = 0.1312x
2.000 R² = 0.9823
-ln (CA/CA0)(Y)

1.500

1.000

0.500

0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
waktu (menit)

Persamaan Orde Reaksi 2 (CA ≠ CB)


𝑑𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐵
−𝑟𝐴 = − =− = 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑋𝐴
−𝑟𝐴 = −𝐶𝐴0 . = 𝑘. (𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴 )(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴 )
𝑑𝑡
𝑋𝐴 𝑡
𝑑𝑋𝐴 𝐶𝐵0
∫ − = 𝐶𝐴0 . 𝑘 ∫ 𝑑𝑡 , 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑀 =
(1 − 𝑋𝐴 )(𝑀 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐴0
0 0
𝑋𝐴 𝑋𝐴
1 𝑑𝑋𝐴 𝑑𝑋𝐴
∫ −∫ = 𝑘. 𝑡
𝐶𝐴0 (𝑀 − 1) (1 − 𝑋𝐴 ) (𝑀 − 𝑋𝐴 )
0 0
𝑀 − 𝑋𝐴 𝑀 − 𝑋𝐴
ln = 𝐶𝐴0 (𝑀 − 1)𝑘. 𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ln = (𝐶𝐴0 − 𝐶𝐵0 )𝑘. 𝑡
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝑀(1 − 𝑋𝐴 )
𝑀 − 𝑋𝐴 𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
ln = ln
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐵0 (1 − 𝑋𝐴 )
𝑀 − 𝑋𝐴 𝐶𝐵 𝐶𝐴0
ln = ln
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐵0 (1 − 𝑋𝐴 )𝐶𝐴0
𝑀 − 𝑋𝐴 𝐶𝐵 𝐶𝐴0 𝐶𝐵
ln = ln = ln
𝑀(1 − 𝑋𝐴 ) 𝐶𝐵0 𝐶𝐴 𝑀. 𝐶𝐴
𝐶𝐵
ln = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘. 𝑡 + ln 𝑀
𝐶𝐴
[y = mx + c]
𝐶𝐵
𝑦 = ln ( ) ; 𝑚 = (𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )𝑘; 𝑥 = 𝑡; 𝑐 = ln 𝑀
𝐶𝐴
a. Variabel 1 (Suhu operasi 50oC)
t V ln (CB/CA)
CA XA CB XY X2
(X) titran (Y)

0 10,0 0,200 0,000 0,300 0,405 0,000 0

3 6,0 0,120 0,400 0,220 0,606 1,818 9

6 5,9 0,118 0,410 0,218 0,614 3,683 36

9 4,8 0,096 0,520 0,196 0,714 6,424 81

12 4,8 0,096 0,520 0,196 0,714 8,565 144

15 4,5 0,090 0,550 0,190 0,747 11,208 225

Σ 45 36 0,72 2,4 1,32 3,80016 31,6986 495

Untuk persamaan y = mx + c, maka


𝑛 𝛴𝑥𝑦 − 𝛴𝑥 𝛴𝑦
𝑚= = 0,0203
𝑛 𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2
𝑚
𝑘= = 0,203 𝐿/𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )
0.900
y = 0.0203x + 0.4811
0.800 R² = 0.8221
0.700
ln (CB/CA) (Y)

0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
waktu (menit)
b. Variabel 2 (Suhu operasi 60oC)
t V ln (CB/CA)
CA XA CB XY X2
(X) titran (Y)

0 10,0 0,200 0,000 0,300 0,405 0,000 0

3 5,6 0,112 0,440 0,212 0,638 1,914 9

6 5,2 0,104 0,480 0,204 0,674 4,042 36

9 4,3 0,086 0,570 0,186 0,771 6,943 81

12 3,7 0,074 0,630 0,174 0,855 10,260 144

15 3,6 0,072 0,640 0,172 0,871 13,062 225

Σ 45 32,4 0,648 2,76 1,248 4,2145 36,2215 495

Untuk persamaan y = mx + c, maka


𝑛 𝛴𝑥𝑦 − 𝛴𝑥 𝛴𝑦
𝑚= = 0,0293
𝑛 𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2
𝑚
𝑘= = 0,293 𝐿/𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )
1.000
y = 0.0293x + 0.4828
0.900 R² = 0.9034
0.800
0.700
ln (CB/CA) (Y)

0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
waktu (menit)

c. Variabel 3 (Suhu operasi 70oC)


t V ln (CB/CA)
CA XA CB XY X2
(X) titran (Y)

0 10,0 0,200 0,000 0,300 0,405 0,000 0

3 4,7 0,094 0,530 0,194 0,725 2,174 9

6 4,2 0,084 0,580 0,184 0,784 4,705 36

9 3,4 0,068 0,660 0,168 0,904 8,140 81

12 2 0,040 0,800 0,140 1,253 15,033 144


15 1,5 0,030 0,850 0,130 1,466 21,995 225

Σ 45 25,8 0,516 3,42 1,116 5,5377 52,0467 495

Untuk persamaan y = mx + c, maka


𝑛 𝛴𝑥𝑦 − 𝛴𝑥 𝛴𝑦
𝑚= = 0,0668
𝑛 𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2
𝑚
𝑘= = 0,668 𝐿/𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 )
1.600
y = 0.0668x + 0.4223
1.400 R² = 0.9604
1.200
ln (CB/CA) (Y)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
waktu (menit)

Hasil perbandingan nilai R2 terhadap variabel suhu 50oC, 60oC, dan 70oC

Variabel R2 Orde 1 R2 Orde 2

1 0,598 0,8222

2 0,7311 0,9304

3 0,9317 0,9604

R2 AVG 0,7536 0,9043

Kesimpulan:
Berdasarkan data pada tabel di atas, didapatkan nilai rata-rata R2 untuk
orde 1 sebesar 0,7536; sedangkan untuk orde 2 sebesar 0,9043. Maka dari itu,
dapat disimpulkan bahwa reaksi saponifikasi dapat diidentifikasi sebagai reaksi
dengan orde 2.

2. Perhitungan Reaktor Kontinyu


• Neraca Massa Total
Input – Output = Akumulasi
𝑑𝑉
𝜌. 𝐹0 − 0 = 𝜌.
𝑑𝑡
𝑑𝑉 = 𝐹0 . 𝑑𝑡
𝑉 = 𝐹0 . 𝑡 … (1)
• Neraca Massa Komponen (Non-Equimolar – Orde 2)
Akumulasi = Input – Output – Laju Konsumsi Konversi
𝑑(𝑉. 𝐶𝐴 )
= 𝐹0 . 𝐶𝐴0 − 0 − 𝑉. 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
𝐶𝐴 . 𝐹0 + 𝐹0 . 𝑡. = 𝐹0 . 𝐶𝐴0 − 𝐹0 . 𝑡. 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
𝐶𝐴 + 𝑡. = 𝐶𝐴0 − 𝑡. 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵 … (2)
𝑑𝑡

Persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan dengan metode Runge-Kutta


Orde 4
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 )
𝑘1 = [ − 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵 ] ∆𝑡
𝑡

𝐾
(𝐶𝐴0 − (𝐶𝐴 + 21 ))
𝑘1
𝑘2 = − 𝑘. (𝐶𝐴 + ) . 𝐶𝐵 ∆𝑡
∆𝑡 2
𝑡+ 2
[ ]
𝑘
(𝐶𝐴0 − (𝐶𝐴 + 22 ))
𝑘2
𝑘3 = − 𝑘. (𝐶𝐴 + ) . 𝐶𝐵 ∆𝑡
∆𝑡 2
𝑡+ 2
[ ]

(𝐶𝐴0 − (𝐶𝐴 + 𝑘3 ))
𝑘4 = [ − 𝑘. (𝐶𝐴 + 𝑘3 ). 𝐶𝐵 ] ∆𝑡
∆𝑡
𝑡+ 2
𝑘1 + 2𝑘2 + 2𝑘3 + 𝑘4
∆𝐶𝐴 =
6
𝐶𝐴 𝑀𝑜𝑑𝑒𝑙 = 𝐶𝐴 + ∆𝐶𝐴
a. Variabel 1 (Suhu operasi 50oC; k = 0,203 L/mol.menit)

V CA
t Δt CA CB K1 K2 K3 K4 ΔCA
titran Model

0 0 10 0,200 0,300 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,200

3 3 6,4 0,128 0,228 0,054 0,008 0,027 0,009 0,022 0,150

6 3 6 0,120 0,220 0,024 0,010 0,013 0,009 0,013 0,133

9 3 4,7 0,094 0,194 0,024 0,014 0,016 0,013 0,016 0,110

12 3 4,5 0,090 0,190 0,017 0,011 0,012 0,010 0,012 0,102

15 3 4,4 0,088 0,188 0,012 0,008 0,009 0,008 0,009 0,097


0.250

0.200

0.150
CA Sisa

Ca
0.100
Ca model

0.050

0.000
0 5 10 15 20
waktu (menit)

b. Variabel 2 (Suhu operasi 60oC, k = 0,293 L/mol.menit)

V CA
t Δt CA CB K1 K2 K3 K4 ΔCA
titran Model

0 0 10 0,200 0,300 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,200

3 3 5,8 0,116 0,216 0,062 0,007 0,031 0,008 0,024 0,140

6 3 5 0,100 0,200 0,032 0,013 0,019 0,012 0,018 0,118

9 3 4,3 0,086 0,186 0,024 0,013 0,016 0,012 0,015 0,101

12 3 3,9 0,078 0,178 0,018 0,011 0,013 0,010 0,013 0,091

15 3 3,8 0,076 0,176 0,013 0,009 0,009 0,008 0,009 0,085

0.250

0.200

0.150
CA Sisa

Ca
0.100
Ca model

0.050

0.000
0 5 10 15 20
waktu (menit)
c. Variabel 3 (Suhu operasi 70oC, k = 0,668 L/mol.menit)

V CA
t Δt CA CB K1 K2 K3 K4 ΔCA
titran Model

0 0 10 0,200 0,300 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,200

3 3 5 0,100 0,200 0,060 -0,005 0,029 -0,005 0,017 0,117

6 3 4,4 0,088 0,188 0,023 0,003 0,011 0,003 0,009 0,097

9 3 3,7 0,074 0,174 0,016 0,005 0,009 0,005 0,008 0,082

12 3 2,3 0,046 0,146 0,025 0,014 0,017 0,012 0,017 0,063

15 3 1,8 0,036 0,136 0,023 0,015 0,017 0,012 0,016 0,052

0.250

0.200

0.150
CA Sisa

Ca
0.100
Ca model

0.050

0.000
0 5 10 15 20
waktu (menit)
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1 27/03/2022 Perbaiki format (asisten)
2 28/03/2022 Lihat catatan (asisten)
3 30/03/2022 Lihat catatan (asisten)

Anda mungkin juga menyukai