Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :

REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

Disusun Oleh :

Syavirly Azrana

Group : 3 / Kamis
Rekan Kerja : 1. Hanif Zulivan Winindanto
2. Sylvia Arnetha Pebriyanti

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
LABORATORIUM PROSES KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Laporan praktikum yang berjudul Reaktor Ideal Aliran Kontinyu yang disusun
oleh:
Kelompok / Hari : 3 / Kamis
Anggota : 1. Hanif Zulivan Winindanto NIM. 21030119190183
2. Syavirly Azrana NIM. 21030119190177
3. Sylvia Arnetha Pebriyanti NIM. 21030119130156
Telah disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Semarang, 2021
Dosen Pengampu Asisten Pengampu

Prof. Dr. Moh. Djaeni, S.T., M.Eng. Kenshi Budhi Saputra


NIP. 197105011997021001 NIM. 21030118140192

ii
iii
RINGAKASAN

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai


dalam industri kimia. Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga
tahap yaitu pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu steady
state. Permodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa permasalahan
yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk. Ditinjau dari
kinetika reaksi, kecepatan reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH akan makin
besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan perbedaan konsentrasi.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan harga orde reaksi penyabunan
etil asetat dengan NaOH, menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil
asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh suhu terhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH, dan membandingkan hasil percobaan dengan
perhitungan model matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
Dilihat dari tinjauan termodinamikanya, reaksi yang berlangsung merupakan reaksi
eksotermis (menghasilkan panas) karena ∆H reaksi benilai negatif, dan merupakan
reaksi yang berlangsung searah (irreversible). Jika ditinjau dari kinetika reaksi,
kecepatan reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH akan semakin besar dengan
kenaikan suhu, adanya pengadukan, dan perbedaan konsentrasi. Dalam menentukan
orde reaksi pada reaktor batch, trial yang harus dilakukan adalah membuat data -ln
(Ca/Cao) dan 1/Ca, lalu menebak orde reaksi pertama dengan membuat grafik -ln
(Ca/Ca0) vs. t dan hasil grafik tersebut harus lurus. Jika hasil grafik tidak lurus,
maka harus menebak orde reaksi kedua, atau orde n hingga didapatkan hasil grafik
yang lurus.
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan adalah NaOH 0,05 N, etil asetat
0,1 N, HCl 0,02 N, indikator MO, dan aquadest. Sedangkan alat yang dipakai antara
lain pipet, thermometer, reaktor batch, dan rangkaian alat reaktor aliran kontinyu.
Mula-mula percobaan dilakukan secara batch, dimulai dengan menyiapkan bahan,
merangkai alat, lalu mencampurkan bahan ke dalam tangki, dan mengambil sampel
5ml tiap 2 menit, dan dititrasi hingga 3 kali konstan. Setelah percobaan batch
dilakukan pada semua variasi suhu (45°C, 55°C, dan 65°C), percobaan dilanjutkan
dengan sistem kontinyu.
Hasil percobaan memberikan informasi bahwa harga orde reaksi penyabunan
etil asetat dengan NaOH adalah orde 2 (R2 average sebesar 0,833) dengan harga
konstanta laju reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH pada variabel 1, 2,
dan 3 sebesar 0,724 L/mol.menit, 0,884 L/mol.menit, dan 1,414 L/mol.menit. Nilai
konstanta laju reaksi berbanding lurus dengan perubahan suhu, dimana semakin
tinggi suhu reaksi maka nilai k semakin besar. Selain itu, nilai CA model yang
didapat lebih besar daripada nilai CA percobaan. Saran untuk praktikum ini adalah
mengkaji lebih lanjut dengan variabel operasi yang berbeda, seperti kecepatan
pengadukan, jenis reaktan, dan konsentrasi reaktan, memastikan laju alir NaOH dan
etil asetat sama pada proses kontinyu, dan memberi tanda ketinggian cairan pada
reaktor kontinyu agar volumenya konstan.

iv
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum Reaktor Ideal Aliran Kontinyu ini
dapat diselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Laporan ini
diperuntukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Proses
Kimia.
Adapun isi laporan ini adalah pembahasan mengenai hasil percobaan dari
praktikum Reaktor Ideal Aliran Kontinyu. Laporan ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu
penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. -Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik
Kimia UNDIP,
2. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si. selaku Penanggungjawab
Laboratorium Proses Kimia,
3. Prof. Dr. Moh. Djaeni, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu materi Reaktor
Ideal Aliran Kontinyu,
4. Bapak Sungkowo dan Ibu Nurfiningsih selaku Laboran Laboratorium Proses
Kimia,
5. Kenshi Budhi Saputra selaku koordinator asisten Laboratorium Proses Kimia,
6. Kenshi Budhi Saputra dan Niswatun Chasanah sebagai asisten pembimbing
materi Reaktor Ideal Aliran Kontinyu,
7. Asisten Laboratorium Proses Kimia, dan
8. Teman-teman serta pihak-pihak yang telah banyak membantu atas
terselesaikannya laporan praktikum ini.
Kami menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan laporan praktikum
ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun masih perlu diberikan kepada
penyusun agar lebih baik dalam praktikum dan penyusunan laporan. Diharapkan
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 10 Maret 2020

v
Penyusun

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
RINGKASAN....................................................................................................... iii
PRAKATA............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................1
1.3 Tujuan Percobaan..................................................................................1
1.4 Manfaat Percobaan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Reaktor Batch........................................................................................3
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
(CSTR)..................................................................................................3
2.3 Tinjauan Termodinamika......................................................................6
2.4 Tinjauan Kinetika..................................................................................8
2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen................................................................8
2.6 Menentukan Orde Reaksi......................................................................9
2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asestat
dengan NaOH......................................................................................10
BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................12
3.1 Rancangan Percobaan.........................................................................12
3.1.1 Rancangan Praktikum................................................................12
3.1.2 Penetapan Variabel....................................................................13
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan.........................................................13
3.2.1 Bahan yang Digunakan..............................................................13
3.2.2 Alat yang Digunakan.................................................................13
3.3 Gambar Rangkaian Alat......................................................................13
3.4 Respon Uji Hasil.................................................................................14
3.5 Prosedur Praktikum.............................................................................14

vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................16
4.1 Penetuan Orde Reaksi pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH..................................................................................................16
4.2 Perhitungan Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH..................................................................................................17
4.3 Pengaruh Suhu terhadap Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat
dengan NaOH......................................................................................18
4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis...............19
BAB V PENUTUP...................................................................................................22
5.1 Kesimpulan..........................................................................................22
5.2 Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai R2 terhadap Variabel Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
..................................................................................................................16

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan neraca massa suatu sistem............................................................3


Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1........................................................................10
Gambar 2.3 Grafik trial reaksi orde 2 (Cao = Cbo)...................................................10
Gambar 2.4 Grafik trial reaksi orde 2 (Cao ≠ Cbo)...................................................10
Gambar 2.5 Grafik trial orde n..................................................................................10
Gambar 3.1 Skema rancangan proses batch..............................................................12
Gambar 3.2 Skema rancangan proses kontinyu.........................................................12
Gambar 3.3 Gambar alat utama proses batch............................................................13
Gambar 3.4 Gambar alat utama proses kontinyu......................................................14
Gambar 4.1 Grafik hubungan suhu dengan harga k..................................................18
Gambar 4.2 Grafik perbandingan CA sisa model dengan CA sisa percobaan pada
variabel 1...............................................................................................19
Gambar 4.3 Grafik perbandingan CA sisa model dengan CA sisa percobaan pada
variabel 2...............................................................................................20
Gambar 4.4 Grafik perbandingan CA sisa model dengan CA sisa percobaan pada
variabel 3...............................................................................................20

x
DAFTAR LAMPIRAN

Laporan Sementara..................................................................................................A-1
Lembar Perhitungan Reagen....................................................................................B-1
Lembar Perhitungan.................................................................................................C-1
Referensi..................................................................................................................D-1
Lembar Asistensi

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki
berpengaduk lebih sering diaplikasikan karena kemampuan operasinya yang
dapat diatur kapasitasnya. Untuk kerja reaktor alir berpengaduk perlu dipelajari
untuk mengetahui karakteristik aliran fluida, reaksi yang terjadi secara optimasi
pengoperasian reaktor.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga tahap yaitu
pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu steady state.
Evaluasi variabel-variabel operasi sangat mudah dilakukan pada kondisi steady
state.
Permodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa
permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk. Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya dengan
membandingkan dengan data-data percobaan. Model matematika yang
diusulkan diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu mudah
diselesaikan. Namun untuk reaksi yang kompleks akan diperoleh model
matematika yang kompleks juga. Penyelesaian numerik sangat dianjurkan
untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer massa, dan orde reaksi yang
merupakan adjustable parameter.

1.2 Perumusan Masalah


Reaktor merupakan alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi
berlangsung. Dalam industri kimia, sering digunakan reaktor tangki
berpengaduk karena kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya.
Terdapat 3 proses dalam pengoperasian reaktor, diantaranya proses batch, semi-
batch, dan kontinyu. Pada praktikum ini dilakukan proses batch dan kontinyu,
guna untuk mengetahui harga orde reaksi, konstanta reaksi, pengaruh variasi
suhu terhadap konstanta reaksi, serta membandingkan perhitungan model
matematis penyabunan etil asetat dengan NaOH.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.

1
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
3. Mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis
metode Runge Kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran
kontinyu.

1.4 Manfaaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH.
2. Mahasiswa dapat menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil
asetat dengan NaOH.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap konstanta
reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Mahasiswa mampu membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan
model matematis metode Runge Kutta reaksi penyabunan pada reaktor
ideal aliran kontinyu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaktor Batch


Neraca bahan pada reaktor secara simultan

Gambar 2.1 Bagan neraca massa suatu sistem


Input = 0
Output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-rA)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
d(NA)
0=0+V (−r A ) + … (1)
dt
d [ N Ao ( 1− X A ) ]
0=Vi (−r A ) + …(2)
dt
N Ao d X A
0=Vi (−r A )− …( 3)
dt
N Ao
dt = d X A … ( 4)
Vi (−r A )
XA
d XA
t=N Ao ∫ …(5)
0 Vi (−r A )
Pada volume konstan
CA = CAo (1 – XA)
dCA = –CAo . dXA …(6)
Pers. (6) masuk ke pers. (5) diperoleh
XA CA
dNA dCA
t=C Ao∫ =−∫ …(7)
0
−r A C
−r A Ao

2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/ Reaktor Alir Tangki Berpengaduk


(CSTR)
Tahapan yang terjadi pada reaktor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu:
a. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
Dari hukum kekekalan massa

3
Akumulasi = input – output
dV
ρ =ρ Fo−0 …( 8)
dt
dV = Fo . dt , pada t = 0 → V = 0
karena densitas laju alir dianggap konstan maka volumenya hanya
merupakan fungsi dari waktu.
V = Fo . t …(9)
Sedangkan dari neraca komponen:
Akumulasi = input – output – laju konsumsi karena reaksi
d
( V . C )=Fo .Co−0−V (−r A ) …(10)
dt
Dalam hal ini:
V = volume bahan dalam reaktor (l)
C = konsentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l)
Fo = laju alir reaktan masuk (l/menit)
Co = konsentrasi milar reaktan dalam feed (mol/l)
t = waktu reaksi (menit)
–rA = kecepatan reaksi (mol/menit)
Reaksi yang terjadi:
A+BC+D
–rA = k CA CB , karena CA = CB maka
–rA = k CA2 = k C2 …(11)
Pers. (11) → pers. (10)
d
( V . C )=Fo .Co−0−V . k . C2
dt
dC dV
V +C =Fo. Co−Fo . t . k .C 2 …(12)
dt dt
Pers. (9) → pers. (12)
dC
Fo .t . +C . Fo=Fo . Co−Fo .t . k .C 2 … (13)
dt
dC Co C
= − −k . C 2 …(14 )
dt t t
Dengan menggunakan boundary condition pada t = 0 , C = Co dan
substitusi U = exp [k ∫Cdt] maka pers. (14) menjadi:
2 d 2 U dU
t +t =k .U . Co. t … (15)
dt 2 dt
0,5
Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z = t ,
menjadi:

4
d2U
2 dU 2
z 2
+z −4 . k . Co. z . U=0 …(16)
dt dt
Pers. (16) merupakan modifikasi pers. Bessel yang mempunyai bentuk
umum sebagai berikut:
2d2 y r dy 2s 2 2
x 2
+ x ( a+2 b x ) + [ c +dx −b (1−a−r ) x . r +b . x .r ] y=0 …(17)
dt dx

Dari pers. (5) didapatkan:


a = 1
r = 0

)2
= 1 1−a −c=0
p
s
(
2 √
b = 0 s = 0 p = 0
d
c = 0 d = – 4.k.Co
√ s
= imajiner

Sehingga penyelesaian pers. (16) adalah:


U =C1 Z p ( √ 4. k .Co . z ) +C z Z p ( √ 4.k . Co . z ) …(18)
Pada t = 0, z = 0 → zp = ~
Sehingga Cz = 0
U =C1 Z p ( √ 4. k .Co . z )
Karena p = 0 dan √ d / s = imajiner
Maka : U =C1 I 0 ( √ 4. k . Co. z )
dU d
= C I ( √ 4. k . Co . z ) …(19)
dt dz 1 0
Dari Sherwood halaman 178 pers. (5.83) didapatkan
dU
=C 1 ( √ 4. k . Co. z ) I 0 ( √ 4. k .Co . z ) …( 20)
dt
Dari substitusi semula, diperoleh:
dU
=2. k . C z . C 1 . I ( √ 4. k . Co. z ) …(21)
dt 0

Maka pers. (14) dan (15) diperoleh:


C 1 ( √ 4. k . Co. z ) I 0 ( √ 4. k .Co . z ) =k . C .C 1 . I 0 ( √ 4. k . Co . z )
( √ 4. k .Co . z ) I 0 ( √4. k . Co . z )
C=
k . C . C2 . I 0 ( √ 4. k .Co . z )

C 0 T 1 ( 2 √ k .Co . z )
C= … (22)
k .t .T 0 ( 2 √k . Co. z )
b. Tahap Kedua

5
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi
steady state. Dapat dinyatakan dengan:
dV
C = f(t) dan V = konstan  =0
dt
Dari neraca massa komponen diperoleh:
d
( V . C )=F . Co−F . C−k . V .C 2 … (23)
dt
dC dV
V −C =F . Co−F .C−k . V .C 2 …(24)
dt dt
Apabila T = t – Ť waktu, menit
V
Ť= konstanta waktu
F
Pers. (24) menjadi
dC Co C
= − −k . C 2 …(25)
dt Ť Ť
Pada keadaan steady state C = Co
Penyelesaian partikular pers. (25) adalah C – Cs , dimana Cs adalah
konsentrasi pada keadaan steady.
Substitusikan C=C s +1/ s
Pers. (25) berubah menjadi pers. differential orde 1 yang mana dapat
diselesaikan dengan metode factor integrasi
1
C−Co= … (26)
K
B . sxp ( AT ) −
A
C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = Ť yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi
= 0. Dari neraca komponen, diperoleh:
F−Co=F .C +Vr …( 27)
F−Co=F .C +V .k . Cs2 … ( 28 )
V
Co=Cs+ . k . Cs2 …(29)
F
k . Ť . Cs2 +Cs−Co=0 …(30)
Apabila k diketahhui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan
aljabar biasa dan dapat diselesaikan dengan mudah.

2.3 Tinjauan Termodinamika

6
Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH  CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis / endotermis maka
perlu membuktikan dengan menggunakan panas pembentukan standar (ΔHf)
pada 1 atm dan 298 K dari reaktan dan produk.
ΔH298 = ΔH produk – ΔH reaktan
Diketahui data sebagai berikut (Smith et al., 2011)
ΔH CH3COOC2H5 = – 444.500 J/mol
ΔH NaOH = – 425.609 J/mol
ΔH CH3COONa = – 726.100 J/mol
ΔH C2H5OH = – 235.100 J/mol
Sehingga,
ΔH reaksi = (ΔH CH3COONa + ΔH C2H5OH) – (ΔH CH3COOC2H + ΔH
NaOH)
= (–726.100 –235.100) J/mol – (–444.500 –425.609) J/mol
= –91.091 J/mol
Karena ΔH reaksi bernilai negatif maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH  CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak-balik dapat
diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu kamar diperoleh
data (Smith et al., 2011):
ΔG CH3COOC2H5 = – 328.000 J/mol
ΔG NaOH = – 379.494 J/mol
ΔG CH3COONa = – 631.200 J/mol
ΔG C2H5OH = – 168.490 J/mol
Sehingga,
ΔG reaksi = ΔG produk – ΔG reaktan
= (ΔG CH3COONa + ΔG C2H5OH) - (ΔG CH3COOC2H5 + ΔG
NaOH)
= (–631.200 –168.490) J/mol – (–328.000 –379.494) J/mol
= –92.196 J/mol
d ∆G ∆H
( )
dT RT
=
RT2
ΔG = RT ln K
K pada standar 298 K = e(ΔG/RT)

7
Dari data diatas dapat diperoleh nilai konstanta keseimbangan reaksi pada
temperatur 298K adalah 1,4459 x 1016. Pada temperatur operasi, harga K
dihitung dengan persamaan:
K −∆ H o 1 1
ln ( ) K'
=
R

T T1 ( )
T = 27°C (suhu ruang) = 300 K
1,4459 ×1016 91091 J /mol 1 1
ln ( K '
= ) ( −
1,987 J /K . mol 298 K 300 K )
K’ = 1,1316 x 1016
Karena harga konstanta keseimbangan besar, maka reaksi berlangsung searah
(irreversibel).

2.4 Tinjauan Kinetika


Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi saponifikasi etil asetat
dengan NaOH akan makin besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan
dan perbedaan konsentrasi. Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius
yaitu:
k =k 0 . e−EA / RT
Dengan:
k = konstanta laju reaksi
k0 = faktor pre eksponensial atau frekuensi
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = tetapan gas ideal
= 1,98 cal/gm-mol.K
= 1,98 Btu/lb-mol.°R
= 82,06 cm3.atm/gm-mol.K
= 8,314 J/mol.K
Berdasarkan persamaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju
reaksi dipengaruhi oleh nilai faktor frekuensi atau faktor eksponensial, suhu,
dan energi aktivasi (Levenspiel, 1999).

2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen


1) NaOH
Sifat fisis:
 Berat molekul = 40 gr /mol

8
 Titik didih = 134 °C
 Titik lebur = 318,4 °C
 Berat jenis = 2,130 gr/mol
 Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10°C = 42
 Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100°C = 32
Sifat kimia:
 Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan PB(OH)2 yang larut dalam
reagen excess, merupakan basa kuat, dan mudah larut dalam air.
2) Etil Asetat
Sifat fisis:
 Berat jenis = 1,356 gr/mol
 Titik didih = 85°C
 Berat molekul = 88 gr/mol
 Titik lebur = –111°C
Sifat kimia:
 Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia
encer dan KCN tiosulfat, beraksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2
putih, mudah menguap apabila dipanaskan.
3) HCl
Sifat fisis:
 Massa atom = 36,45 gr/mol
 Massa jenis = 3,21 gr/ml
 Titik leleh = –101°C
 Energi ionisasi = 1250 kJ/mol
 Kalor jenis = 0,115 kal/gr°C
 Pada suhu kamar HCl berbentuk gas yang tak berwarna
 Berbau tajam
Sifat kimia:
 HCl akan berasap tebal di udara lembab.
 Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.
 Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.
 Merupakan oksidator kuat.
 Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya sehingga
dapat beracun bagi pernapasan

9
2.6 Menentukan orde reaksi
Trial orde reaksi pada reaktor batch
1. Diberikan data waktu (t) dan CA, CA0 adalah CA pada t = 0
2. Membuat data –ln(CA/CA0) dan 1/CA
3. Pertama menebak ‘orde reaksi pertama’ dengan membuat grafik –ln
(CA/CA0) vs t, hasil grafik harus lurus.
a. Jika hasil grafik tidak lurus maka menebak ‘orde reaksi kedua’ dari
grafik antara 1/CA vs t, hasil graik harus lurus (Apabila CA0 = CB0)
b. Jika hasil grafik tidak lurus maka menebak ‘orde reaksi kedua’ dari
grafik antara ln CB/CA vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila C A0 ≠
CB0)
4. Membentuk persamaan y = a + bx, dimana a = intercept dan b = slope
dari grafik log t vs ln CA0.

Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1 Gambar 2.3 Grafik trial reaksi orde 2
(CA0 = CB0)

Gambar 2.4 Grafik trial reaksi orde 2 Gambar 2.5 Grafik trial orde n
(CA0 ≠ CB0)
(Levenspiel, 1999)

2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat dengan
NaOH
Reaksi: NaOH + CH3COOC2H5  CH3COONa + C2H5OH
A + B  C + D
Orde reaksi 1

10
−d C A
−r A = =k .C A
dt
CA
−d C A t
∫ C =∫ k . dt
C A0
A 0

CA
−ln [ C A ]C =k .tA0

−¿
CA
−ln =k .t
CA 0
y = mx
Orde reaksi 2
Persamaan kecepatan reaksi:
−d C A
−r a = =k . C A .C B dimana CA = CB
dt
−d C A 2
=k .C A
dt
−d C A
=k .dt
CA2
CA t
−d C A
∫ =∫ k . dt
C A0 CA2 0

CA
1
[ ]
CA C A0
=k . t

1 1
− =k . t
CA C A0
1 1
=k .t +
CA CA 0
y = mx + c
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m.
(Levenspiel, 1999)

11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1 Rancangan Praktikum
a. Percobaan batch

Memasukkan etil asetat


Menyiapkan reagen etil
dan NaOH ke dalam
asetat 0,1 N, HCl 0,02 N,
reaktor batch dan nyalakan
dan NaOH 0,05 N
pengaduk

Titrasi sampel dengan HCl Ambil sampel 5ml tiap 2


0,02 N sampai warna menit, tambahkan
merah orange indikator MO 3 tetes

Proses diulang hingga Menghitung nilai Ca


titrasi 3 kali konstan (konsentrasi NaOH sisa)

Gambar 3.1 Skema rancangan proses batch


b. Percobaan kontinyu

Menyiapkan reagen etil Memasukkan etil asetat dan


asetat 0,1 N, HCl 0,02 N, NaOH ke tangki umpan
dan NaOH 0,05 N masing-masing

Ambil sampel 5 ml tiap 2 Pompa reaktan ke dalam


menit, tambahkan indikator CSTR yang kosong dan laju
MO 3 tetes alirnya dijaga agar konstan

Titrasi sampel dengan HCl


0,02 N sampai warna merah Menghitung nilai Ca
orange dan proses diulang (konsentrasi NaOH sisa)
hingga titrasi 3 kali konstan

Gambar 3.2 Skema rancangan proses kontinyu

3.1.2 Penetapan Variabel

12
a. Variabel tetap
Konsentrasi etil asetat : 0,1 N
Konsentrasi NaOH : 0,05 N
Konsentrasi HCl : 0,02 N
Pengadukan/agitasi : 80 rpm
b. Variabel berubah
Suhu : 45°C, 55°C, dan 65°C

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan yang Digunakan
 NaOH
 Etil asetat
 HCl
 Indikator MO 3 tetes
 Aquadest
3.2.2 Alat yang Digunakan
 Pipet  Buret
 Thermometer  Statif dan Klem
 Reaktor batch  Erlenmeyer
 Gelas ukur  Rangkaian alat reaktor aliran
kontinyu

3.3 Gambar Rangkaian Alat


a. Proses batch

Gambar 3.3 Gambar alat utama proses batch


Keterangan:
1. Reaktor batch
2. Stirrer
3. Statif

13
b. Proses kontinyu

Gambar 3.4 Gambar alat utama proses kontinyu


Keterangan:
1. Reaktor kontinyu 4. Tangki reaktor NaOH
2. Stirrer 5. Tangki reaktor etil asetat
3. Statif 6. Pompa

3.4 Respon Uji Hasil


Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi titran HCl
sampai TAT.

3.5 Prosedur Praktikum


a. Percobaan batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,1 N, HCl 0,02 N, dan
NaOH 0,05 N.
2. Masukkan etil asetat 0,1 N dan NaOH 0,05 N dengan volume masing
masing 3 liter dan 4 liter.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 2 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0.02 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai CA (konsentrasi NaOH
sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variasi suhu 45°C, 55°C, dan
65°C.
b. Percobaan kontinyu
2. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,1 N, HCl 0,02 N, dan
NaOH 0,05 N.
3. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masing-
masing.

14
4. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan
menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
5. Ambil sampel 5 ml tiap 2 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,02 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
6. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai CA (konsentrasi NaOH
sisa).
7. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variasi suhu 45°C, 55°C, dan
65°C.
8.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Orde Reaksi pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data orde reaksi sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Nilai R2 terhadap variabel reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH
Variabel R2 Orde 1 R2 Orde 2
1 (Suhu 45°C) 0,5747 0,8207
2 (Suhu 55°C) 0,4347 0,7705
3 (Suhu 65°C) 0,7161 0,9081
R2 Avg 0,5752 0,8331

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai orde 1 dan orde 2
pada setiap variabel berbeda. Untuk nilai orde 1 variabel 1 (suhu 45°C),
variabel 2 (suhu 55°C), dan variabel 3 (suhu 65°C) secara berturut-turut adalah
0,5746; 0,4347; dan 0,7161. Dan untuk nilai orde 2 variabel 1 (suhu 45°C),
variabel 2 (suhu 55°C), dan variabel 3 (suhu 65°C) secara berturut-turut adalah
0,8207; 0,7705; dan 0,9081.
Reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH adalah sebagai berikut:
NaOH + CH3COOC2H5  CH3COONa + C2H5OH
Reaksi penyabunan etil asetat ini dianggap reaksi elementer dimana persamaan
kecepatan reaksi berkaitan langsung dengan koefisien stoikiometri. Laju reaksi
dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi zat per satuan waktu (Dogra,
1984, dalam Purba & Khairunisa, 2012). Penetapan konstanta laju dan orde
reaksi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan
melakukan fitting atau pencocokan antara grafik data eksperimen dengan grafik
suatu hukum laju misalnya orde satu atau orde dua. Bila grafik yang digunakan
adalah grafik linier, maka disebut dengan analisa linier. Jika nilai R2 semakin
besar atau mendekati 1 maka prediksi yang dibuat semakin akurat (Rahmawati
et al. 2020). Sebaliknya, jika nilai R2 kecil atau tidak mendekati angka 1 maka
prediksi yang dibuat pun tidak dapat dikatakan akurat. Menurut teori yang ada,
reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH merupakan reaksi irreversible atau
searah dan memiliki reaksi orde ke-dua (Mukhtar et al., 2015).
Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa hasil yang
menunjukkan nilai R2 yang paling mendekati 1 pada variabel 1(suhu 45°C),
variabel 2 (suhu 55°C), dan variabel 3 (suhu 65°C) adalah pada reaksi orde ke-

16
dua. Dapat disimpulkan, percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan teori
yang ada, yaitu reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH memiliki reaksi
orde ke-dua.

4.2 Perhitungan Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Reaksi yang terjadi pada percobaan penyabunan etil asetat dengan NaOH
adalah sebagai berikut:
NaOH + CH3COOC2H5  CH3COONa + C2H5OH
A + B  C + D
Konstanta laju reaksi orde 2 pada variabel 1, 2, dan 3 didapatkan dari
persamaan berikut:
−d C A d C B
−r A = = =k . C A C B
dt dt
d XA
−r A =−C A 0 . =k . ( C A 0 −C A 0 X A ) ( C B 0−C A 0 X A )
dt
XA t
dX A C
∫ ( 1−X ) ( M − X ) =C A 0 . k .∫ dt , dimana M = C B 0
0 A A 0 A0

XA XA
1 dX A dX A
∫ −∫ =k . t
C A 0 ( M −1) 0 (1−X A ) 0 ( M −X A )
M−XA M−XA
ln =C A 0 ( M −1 ) k .t atau ln =( C A 0 −C B 0 ) k .t
M (1−X A ) M (1−X A )
M− XA C −C A 0 X A
ln =ln B 0
M (1−X A ) C B 0 (1− X A )
M −X A CBC A0
ln =ln
M ( 1−X A ) C B 0 ( 1− X A ) C A 0

M−XA C C CB
ln =ln B A 0 =ln
M (1−X A ) CB0 CA M .C A
CB
ln =( C B 0−C A 0 ) k . t
M . CA
CB
ln =( C B 0−C A 0 ) k . t+ ln ⁡( M )
CA

[y = mx + c]
CB
Y = ln ; X = t ; m = (CB0 – CA0) k
CA
Persamaan garis orde 2 pada variabel 1 (suhu 45°C)
y=0,362+ 0,8109
( C B 0 −C A 0 ) . k =0,0362

17
( 0,1−0,05 ) . k =0,0362
L
k =0,724
mol . menit
Persamaan garis orde 2 pada variabel 2 (suhu 55°C)
y=0,0442+ 0,8739
( C B 0 −C A 0 ) . k =0,0442
( 0,1−0,05 ) . k =0,0442
L
k =0,884
mol . menit
Persamaan garis orde 2 pada variabel 3 (suhu 65°C)
y=0,0707+0,861
( C B 0 −C A 0 ) . k =0,0707
( 0,1−0,05 ) . k =0,0707
L
k =1,414
mol . menit
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui nilai konstanta
kecepatan reaksi pada setiap variabel. Untuk variabel 1 (suhu 45°C) harga
konstanta kecepatan reaksinya adalah 0,724 L/mol.menit, variabel 2 (suhu
55°C) harga konstanta kecepatan reaksinya adalah 0,884 L/mol.menit, dan
untuk variabel 3 (suhu 65°C) harga konstanta kecepatan reaksinya adalah 1,414
L/mol.menit.

4.3 Pengaruh Suhu terhadap Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat
dengan NaOH
Berikut merupakan grafik pengaruh variabel suhu terhadap harga
konstanta laju reaksi pada reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
1.6
1.41
1.4

1.2

1
k (L/mol.menit)

0.88

0.8 0.72

0.6

0.4

0.2

0
45°C 55°C 65°C

Suhu

Gambar 4.1 Grafik hubungan suhu dengan harga k

18
Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui nilai konstanta kecepatan reaksi
pada setiap variabel. Untuk variabel 1 (suhu 45°C) harga konstanta kecepatan
reaksinya adalah 0,724 L/mol.menit, variabel 2 (suhu 55°C) harga konstanta
kecepatan reaksinya adalah 0,884 L/mol.menit, dan untuk variabel 3 (suhu
65°C) harga konstanta kecepatan reaksinya adalah 1,414 L/mol.menit.
Konstanta laju reaksi (k) adalah tetapan yang harganya bergantung pada
jenis pereaksi, suhu, dan katalis. Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi
karena dengan naiknya suhu energi kinetik Pada temperatur tinggi, lebih
banyak jumlah partikel yang bertumbukan dibandingkan pada temperatur
rendah. Penyebab dari hal ini karena pada temperatur tinggi energi kinetik
partikel akan lebih besar dan sebagai akibatnya jumlah tumbukan semakin
banyak sehingga laju reaksi akan meningkat (Suarsa,2015).
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa hasil yang
diperoleh sesuai dengan teori. Dimana nilai konstanta laju reaksi berbanding
lurus dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu reaksi, maka nilai k semakin
besar.

4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis


Berikut ini adalah grafik hubungan antara CA dengan waktu yang
mengindikasikan perbandingan CA percobaan dan CA model pada berbagai
variabel.
0.0600

0.0500

0.0400
CA (mol/L)

0.0300
CA Percobaan
CA Model
0.0200

0.0100

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

Gambar 4.2 Grafik perbandingan CA sisa model dengan CA sisa percobaan pada
variabel 1

19
0.0600

0.0500

0.0400

CA (mol/L)
0.0300
CA Percobaan
CA Model
0.0200

0.0100

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

Gambar 4.3 Grafik perbandingan CA sisa model dengan CA sisa percobaan pada
variabel 2
0.0600

0.0500

0.0400
CA (mol/L)

0.0300
CA Percobaan
CA Model
0.0200

0.0100

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

Gambar 4.4 Grafik perbandingan CA sisa model dengan CA sisa percobaan pada
variabel 3
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel
praktikum didapatkan nilai CA model lebih tinggi dibandingkan dengan CA
percobaan.
CA matematis atau CA model diperoleh dari perhitungan matematis
menggunakan metode Runge Kutta. Metode Runge Kutta merupakan metode
numerik yang sering digunakan untuk menyelesaikan persamaan
diferensial.Berdasarkan ekspansi fungsi dari deret Taylor,metode Runge-Kutta
memiliki galat pemotongan yang minimum sehingga menghasilkan solusi yang
baik.Ketelitian solusi suatu metode numerik pada umumnya juga bergantung
pada ukuran langkah yang digunakan (Huzaimah,2016).Perhitungan model
matematis ini tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel percobaan lain seperti
suhu, pengadukan, dan konsentrasi pereaktan. Sehingga diperoleh CA model

20
yang merupakan CA ideal. Sedangkan CA percobaan diperoleh dari percobaan
dengan variabel NaOH yang berbeda sehingga keakuratannya lebih rendah dari
CA model (Mayasari,2016).
Karena persamaan Runge Kutta menunjukkan hasil yang memiliki
keakuratan tinggi, maka nilai CA sesungguhnya adalah nilai CA model. Oleh
karena itu, nilai CA model memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai
CA percobaan. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa percobaan yang
dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaO adalah orde 2
dengan nilai R2 average sebesar 0,8331.
2. Harga konstanta laju reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH pada
variabel 1 dengan suhu 45°C sebesar 0,724 L/mol.menit, variabel 2
dengan suhu 55°C sebesar 0,884 L/mol.menit, dan variabel 3 dengan suhu
65°C sebesar 1,414 L/mol.menit.
3. Nilai konstanta laju reaksi berbanding lurus dengan perubahan suhu.
Semakin tinggi suhu reaksi, maka nilai k semakin besar.
4. CA model merupakan CA ideal yang memiliki keakuratan lebih tinggi
daripada CA percobaan. Nilai CA model yang didapat lebih besar daripada
nilai CA percobaan.

5.2 Saran
1. Mengkaji lebih lanjut dengan variabel operasi yang berbeda, seperti
kecepatan pengadukan, jenis reaktan, dan konsentrasi reaktan.
2. Pada proses kontinyu, pastikan laju alir NaOH dan etil asetat sama.
3. Memberi tanda ketinggian cairan pada reaktor kontinyu agar volumenya
konstan sehingga tidak terjadi penambahan atau pengurangan volume
selama proses berlangsung.
5.3

22
DAFTAR PUTAKA

Huzaimah. (2016). Metode Analitik dan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam


Penyelesaian Persamaan Getaran Pegas Teredam. Skripsi. Jurusan Matematika,
UIN Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/4054/1/09610075.pdf.
Levenspiel, O. (1997). Chemical Reaction Engineering. (3rd ed.). Wiley.
Mayasari, Z.M,Fauzi, Y.,Jelita, C.R.P. (2016). Kajian Solusi Numerik Metode
Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan
Diferensial Linier Homogen Orde Dua.Jurnal Gradien. Jurusan
Matematika,Universitas Bengkulu.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/gradien/article/view/2764/1294
Mukhtar, A., Shafiq, U., Khan, A., Qadir, H., & Qizilbash, M. (2015). Estimation of
Parameters of Arrhenius Equation for Ethyl Acetate Saponification Reaction.
Research Journal of Chemical Sciences, 5(11), 46-50.
http://www.isca.in/rjcs/Archives/v5/i11/8.ISCA-RJCS-2015-150.pdf.
Purba, E., & Khairuunisa, A. C. (2012). Kajian Awal Laju Reaksi Fotosintesis untuk
Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Mikroalfa Tetraselmis Chuii. Jurnal
Rekayasa, 6(1), 7-13. https://jurnal.ugm.ac.id/jrekpros/article/view/2451/2198.
Rahmawati, S., Suherman, A., & Abram, P. (2020). Kinetika Reaksi Hidrolisis Pati
Biji Alpukat (Persea americana Mill) dengan Katalis HCl. JIPI (Jurnal Ipa dan
Pembelajaran IPA), 4(1), 120-131.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JIPI/article/view/16480.
Smith, J. M., Van Ness, H. C., & Abbott, M. M. (2011). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics (6th ed). McGraw-HillCo., Singapore.
Suarsa, W. (2017). Teori Tumbukan pada Laju Reaksi Kimia. Pengembangan Bahan
Ajar. Jurusan Teknik Kimia, Universitas Udayana.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/a72e4f059e1a3c36b83
6ec85a13558d0.pdf.
Sylvia, N., Meriatna, & Haslina. (2015). Kinetika Hidrolisa Kulit Pisang Kepok
Menjadi Glukosa menggunakan Katalis Asam Klorida. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal, 4(2), 51-65. https://ojs.unimal.ac.id/jtk/article/view/73/59.

23
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :

REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

Disusun Oleh :

Group : 3 / Kamis
Rekan Kerja : 1. Hanif Zulivan Winindanto NIM. 21030119190183
2. Syavirly Azrana NIM. 21030119190177
3. Sylvia Arnetha Pebriyanti NIM. 21030119130156

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
3. Mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis
metode Runge Kutta reaksi.

II. PERCOBAAN
II.1 Bahan yang Digunakan
 NaOH
 Etil asetat
 HCl
 Indikator MO 3 tetes
 Aquadest
II.2 Alat yang Digunakan
 Pipet
 Thermometer
 Reaktor batch
 Gelas ukur
 Buret
 Statif dan Klem
 Erlenmeyer
 Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu
Proses batch

Keterangan:
1. Reaktor batch
2. Stirrer
3. Statif

Gambar 1. Gambar alat utama proses batch

A-2
Proses kontinyu

Keterangan:
1. Reaktor kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki reaktor NaOH
5. Tangki reaktor etil asetat
6. Pompa

Gambar 2. Gambar alat utama proses kontinyu


II.3 Cara Kerja
a. Percobaan batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,1 N, HCl 0,02 N,
dan NaOH 0,05 N.
2. Masukkan etil asetat 0,1 N dan NaOH 0,05 N dengan volume
masing masing 3 liter dan 4 liter.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 2 menit, kemudian tambahkan
indikator MO warna merah orange. Titrasi dihentikan sampai
volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai CA (konsentrasi
NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variasi suhu 45°C, 55°C,
dan 65°C.
b. Percobaan kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,1 N, HCl 0,02 N,
dan NaOH 0,05 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan
masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong
dan menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 2 menit, kemudian tambahkan
indikator MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl
0,02 N sampai warna merah orange. Titrasi dihentikan sampai
volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai CA (konsentrasi
NaOH sisa).

A-3
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variasi suhu 45°C, 55°C,
dan 65°C.
II.4 Hasil Percobaan
a. Percobaan batch
Waktu Volume Titran Volume Titran Volume Titran
(menit) Variabel 1 (ml) Variabel 2 (ml) Variabel 3 (ml)
0 12,5 12,5 12,5
2 7,6 6,8 6,3
4 6,9 5,7 5,1
6 6,9 5,4 4,5
8 6,7 4,9 3,9
10 5,4 4,7 3,2
12 5,3 4,6 3,1
14 5,3 4,6 3,1
16 5,3 4,6 3,1

b. Percobaan kontinyu
Waktu Volume Titran Volume Titran Volume Titran
(menit) Variabel 1 (ml) Variabel 2 (ml) Variabel 3 (ml)
0 12,5 12,5 12,5
2 7,5 6,7 6,1
4 6,8 5,9 5,3
6 6,7 5,6 4,7
8 6,6 4,7 4,2
10 5,5 4,7 2,9
12 5,3 4,6 2,8
14 5,3 4,6 2,8
16 5,3 4,6 2,8

Semarang, 15 Maret 2021


Praktikan Asisten

Hanif Zulivan W. Syavirly Azrana Sylvia Arnetha P. Kenshi Budhi Saputra


(21030119190183)(21030119190177)(21030119130156) NIM.
21030118140192

A-4
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

1. Kalibrasi Piknometer
Massa piknometer kosong = 23,456 gr
Massa piknometer + aquadest = 48,288 gr
ρ aquadest = 0,995945 gr/ml
w pikno+aq −w piknokosong
Volume aquadest =
ρ
48,288 gr−23,456 gr
=
0,995945 gr /ml
= 24,933 ml
2. NaOH (0,05 N, 4000 ml)
gr 1000
N = × × valensi × %NaOH
BM V
gr 1000
0,05 N = × × 1 × 0,98
40 gr /mol 4000 ml
gr = 8,163 gr
3. Etil Asetat (0,1 N, 3000 ml)
Massa piknometer kosong = 23,456 gr
Massa piknometer + etil asetat = 45,168 gr
w pikno+etil asetat −w piknokosong
ρ HCl =
V
45,168 gr−23,456 gr
=
24,933 ml
= 0,871 gr/ml
N etil asetat × BM etil asetat × Vbasis
Volume HCl =
ρ etil asetat ×%etil asetat ×1000
0,1 N × 88 gr /mol × 3000 ml
=
0,871 gr /ml ×0,98 ×1000
= 30,929 ml
4. HCl (0,02 N, 800 ml)
Massa piknometer kosong = 23,456 gr
Massa piknometer + HCl = 59,893 gr
w pikno+ HCl−w pikno kosong
ρ HCl =
V
59,893 gr−23,456 gr
=
24,933 ml
= 1,461 gr/ml
N HCl × BM HCl ×Vbasis
Volume HCl =
ρHCl × %HCl× 1000

B-1
0,02 N ×36,5 gr /mol × 800 ml
=
1,461 gr /ml ×0,25 ×1000
= 1,599 ml

B-2
LEMBAR PERHITUNGAN

Perhitungan Reaktor Batch


 Harga k dan Orde Reaksi
Reaksi yang terjadi untuk proses penyabunan etil asetat adalah:
NaOH + CH3COOC2H5  CH3COONa + C2H5OH
A + B  C + D
Persamaan reaksi orde 1
−d C A
−r A = =k .C A
dt
CA
−d C A t
∫ C =∫ k . dt
C A0
A 0

CA
−ln [ C A ]C =k .t
A0

−¿
CA
−ln =k .t
CA 0
[y = mx]
CA
Y = −ln ; X=t ; m=k
CA 0
a. Variabel 1 (Suhu 45°C)
t V -ln (CA/CA0)
CA XY X2
(X) titran (Y)
0 12,5 0,0500 0 0 0
2 7,6 0,0304 0,4976 0,9952 4
4 6,9 0,0276 0,5942 2,3768 16
6 6,9 0,0276 0,5942 3,5652 36
8 6,7 0,0268 0,6236 4,9890 64
10 5,4 0,0216 0,8393 8,3933 100
12 5,3 0,0212 0,8580 10,2963 144
SUM 42 51,3 0,2052 4,0070 30,6158 364
AVG 6 7,3286 0,0293 0,5724 4,3737 52

Untuk persamaan y = mx,

m=
∑ xy =k
∑ x2
30,6158
k=
364
k =0,0841 menit −1

C-1
1.0000
f(x) = 0.08 x
0.9000 R² = 0.93

0.8000

0.7000

0.6000

- ln CA/CA0
0.5000

0.4000

0.3000

0.2000

0.1000

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

b. Variabel 2 (Suhu 55°C)


t V -ln (CA/CA0)
CA XY X2
(X) titran (Y)
0 12,5 0,0500 0 0 0
2 6,8 0,0272 0,6088 1,2176 4
4 5,7 0,0228 0,7853 3,1410 16
6 5,4 0,0216 0,8393 5,0360 36
8 4,9 0,0196 0,9365 7,4919 64
10 4,7 0,0188 0,9782 9,7817 100
12 4,6 0,0184 0,9997 11,9961 144
SUM 42 44,6 0,1784 5,1477 38,6643 364
AVG 6 6,3714 0,0255 0,7354 5,5235 52

Untuk persamaan y = mx,

m=
∑ xy =k
∑ x2
38,6643
k=
364
k =0,1062 menit −1
1.2000
f(x) = 0.11 x
R² = 0.91

0.8000
- ln CA/CA0

0.4000

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

c. Variabel 3 (Suhu 65°C)


t V -ln (CA/CA0)
CA XY X2
(X) titran (Y)
0 12,5 0,0500 0 0 0

C-2
2 6,3 0,0252 0,6852 1,3704 4
4 5,1 0,0204 0,8965 3,5860 16
6 4,5 0,0180 1,0217 6,1299 36
8 3,9 0,0156 1,1648 9,3180 64
10 3,2 0,0128 1,3626 13,6258 100
12 3,1 0,0124 1,3943 16,7319 144
SUM 42 38,6 0,1544 6,5250 50,7619 364
AVG 6 5,5143 0,0221 0,9321 7,2517 52

Untuk persamaan y = mx,

m=
∑ xy =k
∑ x2
50,7619
k=
364
k =0,1395 menit −1
1.6000
f(x) = 0.14 x
R² = 0.95

1.2000
- ln CA/CA0

0.8000

0.4000

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

Persamaan reaksi orde 2 dengan CA ≠ CB


−d C A d C B
−r A = = =k . C A C B
dt dt
d XA
−r A =−C A 0 . =k . ( C A 0 −C A 0 X A ) ( C B 0−C A 0 X A )
dt
XA t
dX A C
∫ ( 1−X ) ( M − X ) A 0 ∫ dt , dimana M = C B 0
=C . k .
0 A A 0 A0

XA XA
1 dX A dX A
∫ −∫ =k . t
C A 0 ( M −1) 0 (1−X A ) 0 ( M −X A )
M−XA M−XA
ln =C A 0 ( M −1 ) k .t atau ln =( C A 0 −C B 0 ) k .t
M (1−X A ) M (1−X A )
M− XA C −C A 0 X A
ln =ln B 0
M (1−X A ) C B 0 (1− X A )
M −X A CBC A0
ln =ln
M ( 1−X A ) C B 0 ( 1− X A ) C A 0

C-3
M−XA C C CB
ln =ln B A 0 =ln
M (1−X A ) CB0 CA M .C A
CB
ln =( C B 0−C A 0 ) k . t
M . CA
CB
ln =( C B 0−C A 0 ) k . t+ ln ⁡( M )
CA

[y = mx + c]
CB
Y = ln ; X = t ; m = (CB0 – CA0) k
CA
a. Variabel 1 (Suhu 45°C)
ln (
t
V CB
(X CA XA CB ) XY X2
titran CA
)
(Y)
0 12,5 0,050 0 0,100 0,693 0 0
0 0 1
2 7,6 0,030 0,392 0,080 0,972 1,9451 4
4 0 4 6
4 6,9 0,027 0,448 0,077 1,033 4,1350 16
6 0 6 8
6 6,9 0,027 0,448 0,077 1,033 6,2025 36
6 0 6 8
8 6,7 0,026 0,464 0,076 1,052 8,4224 64
8 0 8 8
10 5,4 0,021 0,568 0,071 1,198 11,984 10
6 0 6 4 0 0
12 5,3 0,021 0,576 0,071 1,211 14,537 14
2 0 2 5 9 4
SU 42 51,3 0,205 2,896 0,555 7,195 47,227 36
M 2 0 2 9 0 4
AV 6 7,328 0,029 0,413 0,079 1,028 6,7467 52
G 6 3 7 3 0

Untuk persamaan y = mx + c
n ∑ xy−∑ x ∑ y
m=
n ∑ x 2−¿ ¿ ¿
( 7 × 47,2270 )−(42 ×7,1959)
m=
(7 × 364 ) −( 42)2
m=0,0362 menit −1
m
k=
C B 0−C A 0

C-4
0,0362 menit −1
k=
( 0,1−0,05 ) mol /L
k =0,724 L mol−1 menit −1
1.4000

1.2000 f(x) = 0.04 x + 0.81


R² = 0.82
1.0000

0.8000
ln CB/CA

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

b. Variabel 2 (Suhu 55°C)


ln (
t
V CB
(X CA XA CB ) XY X2
titran CA
)
(Y)
0 12,5 0,050 0 0,100 0,693 0 0
0 0 1
2 6,8 0,027 0,456 0,077 1,043 2,0864 4
2 0 2 2
4 5,7 0,022 0,544 0,072 1,161 4,6438 16
8 0 8 0
6 5,4 0,021 0,568 0,071 1,198 7,1904 36
6 0 6 4
8 4,9 0,019 0,608 0,069 1,267 10,137 64
6 0 6 2 9
10 4,7 0,018 0,624 0,068 1,297 12,973 10
8 0 8 3 5 0
12 4,6 0,018 0,632 0,068 1,313 15,756 14
4 0 4 0 3 4
SU 42 44,6 0,178 3,432 0,528 7,973 52,788 36
M 4 0 4 3 2 4
AV 6 6,371 0,025 0,490 0,075 1,139 7,5412 52
G 4 5 3 5 0

Untuk persamaan y = mx + c
n ∑ xy−∑ x ∑ y
m=
n ∑ x 2−¿ ¿ ¿

C-5
( 7 ×52,7882 )−(42 ×7,9733)
m=
( 7 ×364 )−(42)2
m=0,0442 menit −1
m
k=
C B 0−C A 0

0,0442 menit −1
k=
( 0,1−0,05 ) mol /L
k =0,884 L mol−1 menit −1
1.4000
f(x) = 0.04 x + 0.87
R² = 0.77
1.2000

1.0000

0.8000
ln CB/CA

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

c. Variabel 3 (Suhu 65°C)


ln (
t
V CB
(X CA XA CB ) XY X2
titran CA
)
(Y)
0 12,5 0,050 0 0,100 0,693 0 0
0 0 1
2 6,3 0,025 0,496 0,075 1,093 2,1866 4
2 0 2 3
4 5,1 0,020 0,592 0,070 1,238 4,9546 16
4 0 4 7
6 4,5 0,018 0,640 0,068 1,329 7,9748 36
0 0 0 1
8 3,9 0,015 0,688 0,065 1,436 11,490 64
6 0 6 3 4
10 3,2 0,012 0,744 0,062 1,590 15,905 10
8 0 8 5 1 0
12 3,1 0,012 0,752 0,062 1,615 19,390 14
4 0 4 9 4 4
SU 42 38,6 0,154 3,912 0,504 8,996 61,902 36
M 4 0 4 9 0 4
AV 6 5,514 0,022 0,558 0,072 1,285 8,8431 52
G 3 1 9 1 3

C-6
Untuk persamaan y = mx + c
n ∑ xy−∑ x ∑ y
m=
n ∑ x 2−¿ ¿ ¿
( 7 ×61,9020 ) −( 42× 8,9969)
m=
(7 × 364 ) −(42)2
m=0,0707 menit −1
m
k=
C B 0−C A 0

0,0707 menit −1
k=
( 0,1−0,05 ) mol /L
k =1,414 L mol−1 menit −1
1.8000

1.6000 f(x) = 0.07 x + 0.86


R² = 0.91
1.4000

1.2000
ln CB/CA

1.0000

0.8000

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

 Hasil Perbandingan Nilai R2 terhadap Variabel Suhu


Variabel R2 Orde 1 R2 Orde 2
1 0,5747 0,8207
2 0,4347 0,7705
3 0,7161 0,9081
2
R avg 0,5752 0,8331

Orde reaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah orde reaksi 2 karena
mempunyai nilai R2 average lebih besar dibandingkan R2 average pada orde 1,
sehingga nilai yang didapat lebih akurat.

Perhitungan Reaktor Kontinyu


 Neraca Massa Total
Input – output = akumulasi
dV
ρ Fo−0=ρ
dt
dV = Fo . dt
V = Fo . t … (1)

C-7
 Neraca Massa Komponen Orde 2 CA ≠ CB (Non-Equimolar)
Akumulasi = input - output – laju konsumsi konversi
d
dt
( V .C A ) =Fo. C A 0−0−V . k .C A . CB
d CA
C A . Fo+ Fo . t . =Fo. C A 0−Fo . t . k .C A . C B
dt
dCA
C A +t . =C A 0−t . k .C A .C B … (2)
dt
Persamaan (1) dan (2) diselesaikan dengan Runge-Kutta orde 4
( C A 0 −C A )
k 1= [ t ]
−k C A CB ∆ t

k1

k 2=
[ ( (
C A 0− C A +

t+
∆t
2
2 )) −k C + k 1 C
( 2)A B
] ∆t

k2

k 3=
[ ( (
C A 0− C A +

t+
∆t
2
2 ))−k C + k 2 C
( 2) A B
] ∆t

( C A 0−( C A +k 3 ) )
k 4=
[ t+
∆t
2 ]
−k ( C A +k 3 ) C B ∆ t

k 1+2 k 2+2 k 3+k 4


∆ C A=
6
CA model = CA + ΔCA
a. Variabel 1 (Suhu 45°C ; k = 0,724 Lmol-1menit-1)
V
Δ CA
t titra CA CB k1 k2 k3 k4 ΔCA
t model
n
0 0 12,5 0,050 0,100 0 0 0 0 0 0.050
0 0 0
2 2 7,5 0,030 0,080 0,016 0,003 0,008 0,003 0,007 0,037
0 0 5 4 5 2 3 3
4 2 6,8 0,027 0,077 0,008 0,003 0,005 0,003 0,005 0,032
2 2 4 9 1 5 0 2
6 2 6,7 0,026 0,076 0,004 0,002 0,003 0,002 0,003 0,029
8 8 8 7 1 4 1 9
8 2 6,6 0,026 0,076 0,003 0,001 0,002 0,001 0,002 0,028
4 4 0 8 0 7 1 5
1 2 5,5 0,022 0,072 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 0,024

C-8
0 0 0 3 3 5 1 5 5
1 2 5,3 0,021 0,071 0,002 0,001 0,002 0,001 0,002 0,023
2 2 2 6 9 0 7 0 2

0.0600

0.0500

0.0400
CA (mol/L)

0.0300
CA Percobaan
0.0200 CA Model

0.0100

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

b. Variabel 2 (Suhu 55°C ; k = 0,884 Lmol-1menit-1)


V CA
t Δt CA CB k1 k2 k3 k4 ΔCA
titran model
0 0 12,5 0,0500 0,1000 0 0 0 0 0 0.0500
2 2 6,7 0,0268 0,0768 0,0196 0,0040 0,0102 0,0036 0,0086 0,0354
4 2 5,9 0,0236 0,0736 0,0101 0,0048 0,0062 0,0042 0,0061 0,0297
6 2 5,6 0,0224 0,0724 0,0063 0,0037 0,0043 0,0033 0,0043 0,0267
8 2 4,7 0,0188 0,0688 0,0055 0,0037 0,0040 0,0033 0,0040 0,0228
1 2 4,7 0,0188 0,0688 0,0040 0,0028 0,0030 0,0025 0,0030 0,0218
0
1 2 4,6 0,0184 0,0684 0,0030 0,0022 0,0023 0,0020 0,0024 0,0208
2

0.0600

0.0500

0.0400
CA (mol/L)

0.0300
CA Percobaan
0.0200 CA Model

0.0100

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

c. Variabel 3 (Suhu 65°C ; k = 1,414 Lmol-1menit-1)


t Δt V CA CB k1 k2 k3 k4 ΔCA CA

C-9
titran model
0 0 12,5 0,0500 0,100 0 0 0 0 0 0.0500
0
2 2 6,1 0,0244 0,074 0,0205 0,0030 0,0106 0,0026 0,008 0,0328
4 4
4 2 5,3 0,0212 0,071 0,0101 0,0042 0,0060 0,0037 0,005 0,0269
2 7
6 2 4,7 0,0188 0,068 0,0067 0,0036 0,0044 0,0032 0,004 0,0231
8 3
8 2 4,2 0,0168 0,066 0,0051 0,0032 0,0036 0,0027 0,003 0,0203
8 5
1 2 2,9 0,0116 0,062 0,0057 0,0040 0,0043 0,0034 0,004 0,0159
0 6 3
1 2 2,8 0,0112 0,061 0,0045 0,0033 0,0035 0,0029 0,003 0,0147
2 2 5

0.0600

0.0500

0.0400
CA (mol/L)

0.0300
CA Percobaan
0.0200 CA Model

0.0100

0.0000
0 2 4 6 8 10 12

t (menit)

C-10
REFERENSI

D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
1. 25 Maret 2021 Perbaiki format (asisten)
2. 17 April 2021 Lihat catatan (asisten)

Anda mungkin juga menyukai