DRYING
UPN ”VETERAN” JAWA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
“ DRYING “
GRUP L :
1. NADIA ASTHI HAPSARI (17031010204)
2. NI LUH PUTU A.P.D. (17031010213)
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “Drying “.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 5
April 2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C.Pujiastuti,MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia.
2. Ibu Ir. Suprihatin, MT selaku dosen pembimbing.
3. Seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu yang sempurna, kecuali
yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat menyadari dalam
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Maka dengan rendah hati,
penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran, guna kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah disusun
ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknik
khususnya jurusan Teknik Kimia.
Surabaya, 8 April 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.......................................................................................... 1
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar isi........................................................................................................... 3
Intisari............................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang............................................................................................ 5
I.2 Tujuan Praktikum........................................................................................ 6
I.3 Manfaat Praktikum...................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum............................................................................................. 7
II.2 Sifat Bahan ................................................................................................ 13
II.3 Hipotesa .................................................................................................... 14
BAB III PERCOBAAN
III.1 Bahan yang digunakan……...................................................................... 15
III.2 Alat yang digunakan................................................................................. 15
III.3 Gambar Alat yang digunakan................................................................... 15
III.4 Rangkaian Alat ........................................................................................ 16
III.5 Prosedur Praktikum.................................................................................. 16
III.6 Diagram alir……………………………………………………………. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan.................................................................................... 18
IV.2 Tabel Perhitungan.................................................................................... 19
IV.3 Grafik........................................................................................................ 20
IV.4 Pembahasan.............................................................................................. 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan................................................................................................ 23
V.2 Saran.......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................24
APPENDIX ..................................................................................................... 25
INTISARI
Drying adalah proses pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan
sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair didalam zat padat itu sampai suatu
nilai rendah yang didapat diterima menggunakan panas. Atau dengan pengertian
lain, drying merupakan salah satu proses pengambilan sejumlah cairan yang
terkandung dalam suatu bahan (padatan) dengan menggunakan medium berupa
gas atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga kandungan cairan
menjadi berkurang karena menguap. Drying banyak digunakan dalam berbagai
macam industri. Baik indusrti besar maupun kecil, sehingga percobaaan drying
penting utnuk dilakukan.
Pada percobaan pengeringan ini ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan antara lain. Menyiapkan ubi jalar yang dibentuk dengan bentuk tertentu.
Dalam praktikum ini, digunakan oven sebagai alat yang digunakan sebagai alat
pengering. Kemudian ubi jalar tersebut dimasukkan ke dalam oven, sampai
interval waktu tertentu. Setelah itu tempatkan dalam desikator selama 5 menit lalu
timbang kemudian masukkan lagi ke dalam oven. Hal tersebut dilakukan
berulang-ulang hingga berat konstan.
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu percobaan drying dengan
menggunakan bahan ubi jalar yang memiliki bentuk berbeda - beda. Dimana
dilakukan percobaan dengan interval waktu 10 menit hingga menit ke 100 untuk
menentukan berat konstan dengan suhu 100º celcius. Didapat pada bentuk jajar
genjang luas permukaannya 31,25 cm2, dengan berat 30 gram Pada bentuk balok
luas permukaannya 47,98 cm2, dengan berat 25 gram. Pada bentuk tabung luas
permukaannya 62,8 cm2, dengan berat 28 gram. Pada bentuk kubus luas
permukaannya 54 cm2, dengan berat 29 gram. Dimana semakin lama interval
waktu yang digunakan maka kecepatan pengeringan dan kadar air akan semakain
rendah. Serta semakin besar luas permukaan bahan maka semakin cepat proses
pengeringan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Drying adalah proses pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan
sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair didalam zat padat itu sampai suatu
nilai rendah yang didapat diterima menggunakan panas. Atau dengan pengertian
lain, drying merupakan salah satu proses pengambilan sejumlah cairan yang
terkandung dalam suatu bahan (padatan) dengan menggunakan medium berupa
gas atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga kandungan cairan
menjadi berkurang karena menguap. Drying banyak digunakan dalam berbagai
macam industri. Baik indusrti besar maupun kecil, sehingga percobaaan drying
penting utnuk dilakukan.
Pada percobaan pengeringan ini ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan antara lain. Menyiapkan ubi jalar yang dibentuk dengan bentuk tertentu.
Dalam praktikum ini, digunakan oven sebagai alat yang digunakan sebagai alat
pengering. Kemudian ubi jalar tersebut dimasukkan ke dalam oven, sampai
interval waktu tertentu. Setelah itu tempatkan dalam desikator selama 5 menit lalu
timbang kemudian masukkan lagi ke dalam oven. Hal tersebut dilakukan
berulang-ulang hingga berat konstan.
Dalam percobaan drying atau pengeringan bertujuan untuk Untuk
menghitung presentase kadar air yang hilang. Selain itu, Untuk menentukan grafik
hubungan antara kecepatan pengeringan dengan kadar air dalam padatan, untuk
menghitung kadar presentase kadar air yang hilang, Untuk menentukan grafik
hubungan antara kadar air dalam padatan versus waktu dan kecepatan
pengeringan. Adapun manfaatnya ialah, agar praktikan dapat mengetahui proses
perpindahan massa dan perpindahan panas pada percobaan pengeringan, agar
praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan. Dan
agar praktikan dapat mengaplikasikan pengeringan dalam dunia industri.
I.2 Tujuan
1. Untuk menghitung presentase kadar air yang hilang.
2. Untuk menentukan hubungan antara kecepatan pengeringan dengan kadar
kadar air dalam padatan.
3. Untuk menentukan hubungan antara koefisien perpindahan massa H 2O
dari padatan ke udara pada periode kecepatan atau pengeringan tetap.
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui proses perpindahan massa dan
perpindahan panas pada percobaan pengeringan.
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan.
3. Agar praktikan dapat mengaplikasikan pengeringan dalam dunia industri.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki lebih dari satu metode perpindahan panas, seperti gas panas plus
permukaan panas atau gas panas plus radiasi.
Pengering yang menggunakan gas panas biasanya disebut adiabatic dryer. Dan
pengering yang menggunakan suatu medium disebut non-adiabatic dryer.
Beberapa alat memiliki lebih dari satu metode pengeringan.
II.1.2 Penanganan dalam Dryer
Kebanyakan industry, pengeringnya berlangsung terus menerus dan dalam
skala yang besar. Pada adiabatic dryer padatan dipindahkan kegas dalam beberapa
jalan yaitu :
1. Udara ditiupkan pada permukaan bed. Proses ini disebut cross circulation
2. Udara ditiupkan sepanjang bed dari granular padat. Proses ini disebut
through – circulation drying. Pada pengeringan cross – circulation,
kecepatan udara konstan pelan untuk menghindari entertainment dari
partikel padat.
3. Padatan terarah kebawah secara perlahan lahan.
4. Udara melewati padatan menuju ke atas untuk melakukan proses
pengeringan.
5. Padatan yang terbawa udara dengan kecepatan tinggi menuju pneumatic
conveyor.
6. Larutan akan tereksporasi dengan men-spray dengan steam panas.
Pada non adiabatic dryer, gas (udara) hanya berpindah dari tempat menggunakan
air menguap. Terkadang tersapu oleh udara sendiri (nitrogen atau oksigen).
1. Padatan bergerak pelan secara horizontal permukaan dan dimasak hingga
kering. Permukaan biasa dipanaskan melalui medium atau dielektrik.
2. Padatan pindah dari permukaan panas baik dengan pengadukan maupun
tidak pengadukan.
3. Padatan bergeser dari permukaan panas oleh gravitasi menuju lokasi
selanjutnya.
(McCabe,
2005)
bentuk yang ditampilkan adalah tipikal, hamper semua bentuk mungkin terjadi
dan AB dapat terjadi pada tingkat teknan juga periode air yang hilang.
Semakin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehingga dapat mencegah terjadinya udara jenuh dipermukaan
bahan.
4. Tekanan udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tertampung dan disingkirkan dari bahan.
5. Kelembapan udara
Semakin lembap udara maka semakin lama kering sedangkan semakin
kering udara maka semakin cepat pengeringan.
(Tindaon, 2013)
II.1.5 Alat Dryer
Rotary dryer secara umum merupakan alat pengering yang berbentuk
sebuah drum yang berputar secara kontinyu yang dapat dipanaskan dengan tungku
atau gasifer. Pengeringan pada rotary dryer dilakukan pemutaran berkali – kali
sehingga digunakan tidak hanya permukaan atas yang mengalami pengeringan,
namun juga pada seluruh bagian, yaitu atas dan bawah secara bergantian.
Sehingga pengeringan yang dilakukan lebih merata dan lebih efisien serta
menghemat waktu.
(Zikri, 2015)
II.1.6 Proses dan Mekanisme Pengeringan
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus
ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan
air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida dimana cairan harus
ditransfer melalui strukur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi
panas harus disedikan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar lepas dari bahan.
Berikut merupakan mekanisme keluarnya air dan dalam bahan selama
pengeringan adalah sebagai berikut :
II.3 Hipotesa
Pada percobaan drying atau pengeringan semakin besar luas permukaan
bahan, maka akan cepat proses pengeringan. Semakin tinggi kecepatan
pengeringan maka kadar air makin sedikit. Semakin besar perbedaan suhu
medium pemanas semakin cepat pula pengeringan.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3 Keterangan :
1. Oven
2. Loyang
1
3. Pengatur Suhu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan
Percobaan di lakukan pada suhu 100°C dan interval waktu 10 menit.
Tabel 1. Berat Awal dan Luas Permukaan Bahan
Berat awal Luas Permukaan
Bahan Bentuk
(gr) (cm2)
Jajar genjang 30 31.25
Ubi jalar Balok 25 47.98
Tabung 28 62.8
Kubus 29 54
Jajar
30 26.987 25.376 23.778 22.576 21.315
genjang
Ubi Balok 25 20.091 18.919 17.647 16.657 15.530
jalar
Tabung 28 26.511 24.943 23.647 22.590 21.236
Kubus 29 27.701 26.213 24.733 23.534 22.357
Jajar
30 20.019 19.174 18.078 17.260 17.259
genjang
Ubi Balok 25 14.575 13.853 12.915 12.269 12.258
jalar
Tabung 28 19.975 19.061 17.943 17.129 17.118
Kubus 29 21.102 20.142 18.890 18.1414 18.1319
Jajar
30 56.364 47.030 37.771 30.807 23.500
genjang
Ubi balok 25 63.901 54.340 43.963 35.886 26.692
jalar
Tabung 28 54.872 45.712 38.141 31.966 24.056
kubus 29 52.774 44.568 36.406 29.793 23.302
Jajar
30 15.991 11.095 4.745 0.005 0
genjang
Ubi Balok 25 18.901 13.011 5.359 0.089 0
jalar
Tabung 28 16.690 11.350 4.819 0.064 0
Kubus 29 16.380 11.085 4.181 0.052 0
IV.3 Grafik
IV.3.1 Kadar air yang hilang versus waktu
50 Jajar Genjang
40 Balok
Tabung
30
Kubus
20
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)
14
(gr,cm2.menit) x10-3
12
Jajar Genjang
10
Balok
8 Tabung
6 Kubus
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)
16
(gr,cm2.menit) x10-3
14
Jajar genjang
12
10 Balok
8 Tabung
6 Kubus
4
2
0
0 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
IV.4 Pembahasan
Pada percobaan drying ini dilakukan dengan menggunakan bahan ubi jalar.
Bahan tersebut dipotong yang dengan bentuk bentuk jajar genjang, balok, tabung
dan kubus. Dengan berat berturut – turut 30 gram, 25 gram, 28 gram, dan 29
gram. Setelah dilakukan percobaan terlebih dahulu dihitung luas permukaannnya.
Pada ubi jalar berbentuk jajar genjang luas permukaannya 31,25 cm2. Pada ubi
jalar berbentuk balok luas permukaannya 47,98 cm2. Pada ubi jalar berbentuk
tabung luas permukaannya 62,8 cm2. Pada ubi jalar berbentuk kubus luas
permukaannya 54 cm2.
Setelah dilakukan percobaan pengeringan dan digunakan waktu yang
konstan yaitu setiap interval 10 menit, didapatkan hasil bahwa masing-masing
bentuk memiliki tingkat pengurangan kadar air yang berbeda-beda. Semakin lama
proses pengeringannya, maka kadar air yang terdapat pada bahan semakin sedikit,
hal ini dapat dilihat pada grafik kadar air vs waktu dimana pada grafik dibuktikan
dengan garis yang selalu turun, karena adanya perpindahan massa air dari bahan
ke permukaan bahan dan dari permukaan bahan ke udara sehingga kadar airnya
berkurang.
Dari keempat macam bentuk ubi jalar yang lebih cepat pengeringannya
yaitu tabung karena luas permukaannya yang lebih besar. Dari ketiga grafik yang
yang telah dibuat bahwa pada gambar 4 telah mendapatkan hasil bahwa semakin
lama waktu pengovenan maka kadar air yang didapatkan akan berkurang. Pada
gambar 5 hasil yang diperoleh hubungan antara kecepatan pengeringan dengan
waktu semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pengovenan maka semakin
sedikit kecepatan pengeringannya. Dan hasil pada gambar 6 menunjukkan bahwa
hubungan antara kecepatan pengeringan dengan kadar air bahwa semakin tinggi
kecepatan pengeringan maka kadar air yang ada pada bahan tersebut akan
berkurang. Maka dapat disimpulkan semakin lama waktu pengeringan maka
semakin banyak kadar air yang berkurang. Sehingga praktikum yang dilakukan
sesuai dengan teori.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Kadar air dalam proses pengeringan mengalami penurunan tiap satuan
waktu hingga kadar air mencapai nilai nol yang ditunjukkan oleh berat
konstan pada penimbangan.
2. Semakin lama waktu pengeringan, maka kadar air yang berkurang dari
bahan juga akan semakin banyak, begitupula dengan nilai kecepatan
pengeringannya yang semakin tinggi sehingga proses pengeringan akan
semakin lebih cepat.
3. Semakin besar permukaan suatu bahan, maka nilai H 2O yang dapat
teruapkan ke udara juga semakin banyak. Hal ini dikarenakan semakin luas
permukaan suatu bahan, maka kontak antara udara panas dengan bahan juga
semakin mudah, sehingga udara panas dapat berdifusi masuk dengan
jangkauan yang lebih luas dan membawa air yang berada didalam ubi jalar
berpindah ke udara panas dengan fase liquid.
4. Semakin besar permukaan suatu bahan, maka kecepatan pengeringan juga
akan semakin cepat. Pada permukaan yang luas, udara yang banyak dapat
mengalir melalui permukaan dengan luas, sehingga udara tersebut dapat
leluasa membawa kadar air dalam bahan, sehingga kadar air dalam bahan
akan semakin cepat keluar ke udara.
V.2 Saran
1. Sebaiknya suhu didalam oven dijaga agar tetap konstan sehingga proses
pengeringan dapat terjadi dengan sempurna.
2. Sebaiknya bahan yang sudah dikeringkan dapat sesegera mungkin
dimasukkan ke dalam desikator sehingga bobot konstan akan lebih mudah
tercapai.
3. Sebaiknya penimbangan dilakukan dengan cepat agar kadar air tidak
bertambah akibat uap udara.
DAFTAR PUSTAKA
Foust, Alan S. 1960. “Principles of Unit Operation”. Pennyslvania: John Willey &
Sains,inc.
McCabe, Warren L., dkk. 2005. “Unit Operations of Chemical Engineering”. New
York: Mc Graw Hill.
Rizal. 2013. “Drying”. (https://tentangteknikkimia.com/2016/12/07.drying).
Diakses pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 19.30 WIB.
Tim Dosen. 2019. “Praktikum Operasi Teknik Kimia I Modul Drying”. Surabaya:
UPN “Veteran” Jawa Timur.
Tindaon, Westryan. 2013. “Pengeringan”. (westryanTindaon1716.com). Diakses
pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 19.45 WIB.
Yuwono. 2015. “Ubi Jalar”. (http://darsatop.lacture.ub.ac.id/2015/13-ubi-jalar-
ipomoed-batatas/). Diakses pada tangga; 22 Maret 2019 pukul 20.01 WIB.
Zikri, Ahmad. 2015. “Uji Kinetika Rotary Dryer Berdasarkan Efisiensi Termal
Pengeringan Serbuk Kayu untuk Pembuatan Biopelet”. Jurnal Teknik Kimia
vol 21.51.
APPENDIX
(15.530−12.258)
= x 100 %
12.258
= 0.26692 %
f. Pada saat 60 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(14.575−12.258)
= x 100 %
12.258
= 0.18901 %
g. Pada saat 70 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(13.853−12.258)
x 100 %
12.258
= 0.13011%
h. Pada saat 80 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(12.915−12.258)
= x 100 %
12.258
= 0.05359%
i. Pada saat 90 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(12.269−12.258)
= x 100 %
12.258
= 0.00089%
j. Pada saat 100 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(12.258−12.258)
= x 100 %
12.258
=0%
3. Kadar air dalam ubi jalar bentuk tabung setelah pengovenan pada :
(19.975−17.118)
= x 100 %
17.118
= 0.16690 %
g. Pada saat 70 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(19.061−17.118)
= x 100 %
17.118
= 0.11350%
h. Pada saat 80 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(17.943−17.118)
= x 100 %
17.118
= 0.04819 %
= 0.52774%
b. Pada saat 20 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(26.213−18.1319)
= x 100 %
18.1319
= 0.44568%
c. Pada saat 30 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(24.733−18.1319)
x 100 %
18.1319
= 0.36406%
d. Pada saat 40 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(23.534−18.1319)
= x 100 %
18.1319
= 0.29793 %
e. Pada saat 50 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(22.357−18.1319)
= x 100 %
18.1319
= 0.23302 %
f. Pada saat 60 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(21.102−18.1319)
= x 100 %
18.1319
= 0.16380 %
g. Pada saat 70 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(20.142−18.1319)
= x 100 %
18.1319
= 0.11085%
h. Pada saat 80 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(18.890−18.1319)
= x 100 %
18.1319
= 0.04181%
i. Pada saat 90 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(18.1414−18.1319)
= x 100 %
18.1319
= 0.00052 %
j. Pada saat 100 menit
( Berat basah−Berat konstan)
x 100 %
Berat Konstan
(18.1319−18.1319)
= x 100 %
18.1319
=0%
30 gr −26.987 gr
¿
10 x 31.25
gram
=14.7968 × 10-3 2
cm menit
b. Pada saat 20 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
26.987 gr −25.376 gr
¿
10 x 31.25
gram
= 5.1552× 10-3 2
cm menit
c. Pada saat 30 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
25.376 gr −23.778 gr
¿
10 x 31.25
gram
= 5.1136 × 10-3 2
cm menit
d. Pada saat 40 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
23.778 gr−22.576 gr
¿
10 x 31.25
gram
= 3.8464 × 10-3
cm 2 menit
e. Pada saat 50 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
22.576 gr −21.315 gr
¿
10 x 31.25
gram
= 4.0352 × 10-3 2
cm menit
25 gr −20.091 gr
¿
10 x 47.98
gram
= 10.2313× 10-3 2
cm menit
b. Pada saat 20 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
20.091 gr−18.919 gr
¿
10 x 47.98
gram
= 2.4426 × 10-3 2
cm menit
c. Pada saat 30 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
18.919 gr−17.647 gr
¿
10 x 47.98
gram
= 2.6511 × 10-3
cm 2 menit
d. Pada saat 40 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
17.647 gr −16.657 gr
¿
10 x 47.98
gram
= 2.0633 × 10-3 2
cm menit
e. Pada saat 50 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
16.657 gr −15.530 gr
¿
10 x 47.98
gram
= 2.3488 × 10-3 2
cm menit
22.590 gr−21.236 gr
¿
10 x 62.8
gram
= 2.1560 × 10-3 2
cm menit
gram
= 2.3185 × 10-3
cm 2 menit
i. Pada saat 90 menit
( Berat awal−Berat kering)
∆t× A
18.890 gr−18.1414 gr
¿
10 x 54
gram
= 1.3862 × 10-3 2
cm menit