Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

“ KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)“

GROUP M
1. Monica Dwi Yanti Putri 17031010100
2. Titan Obby Pangestu 17031010116

Tanggal Percobaan : 5 September 2019

OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2019
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA II

“KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)”

GRUP M :

1. MONICA DWI YANTI PUTRI ( 17031010100 )


2. TITAN OBBY PANGESTU ( 17031010116 )

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia II Dosen Pembimbing

Ir. Ketut Sumada, MS Lilik Suprianti, ST., MSc


NIP. 19620118 198803 1 001 NIP. 19840411 201903 2 012

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II i


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat – Nya, sehingga kami dapat mentuntaskan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I berjudul “Kesetimbangan Uap Cair (VLE)”.
Laporan Resmi berikut merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia II pada Semester V. Laporan ini disusun berdasarkan hasil
percobaan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan berbagai teori dari literatur
serta bimbingan asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 5 September
2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Terbentuknya laporan berikut dengan baik, tidak terlewat dari jasa baik
sarana, prasarana, pemikiran maupun kritik dan saran. Sehingga, tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS. selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Ibu Lilik Suprianti, ST., MSc. Selaku dosen pembimbing modul
“Kesetimbangan Uap Cair (VLE)”.
3. Seluruh asisten laboratorium yang turut membantu dalam pelaksanaan
praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam proses praktikum sampai
pada pembuatan laporan ini
Namun demikian kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Kami hanyalah manusia yang mempunyai banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami berterima kasih apabila ada saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi penyempuraan makalah ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kami sebagai
penyusunan laporan dan para pembaca pada umumnya,. Tim penyusun berharap
semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya.

Surabaya, 07 September 2019

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II ii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…......................................................................................i

KATA
PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI…...........................................................................................................iii

INTISARI ....................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


…..........................................................................................1
I.2 Tujuan Percobaan ….....................................................................................2
I.3 Manfaat Percobaan .......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum................................................................................................3


II.2 Sifat Bahan....................................................................................................9
II.3 Hipotesa.......................................................................................................10

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang


digunakan.................................................................................11
III.2 Alat yang
digunakan....................................................................................11
III.3 Gambar Alat................................................................................................11
III.4 Rangkaian Alat............................................................................................12
III.5 Prosedur.......................................................................................................12
III.6 Diagram
Alir................................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan.......................................................................................14

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II iii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

IV.2 Tabel
Perhitungan........................................................................................15
IV.3 Grafik..........................................................................................................16
IV.4 Pembahasan.................................................................................................17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan..................................................................................................1
9
V.2 Saran ...........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA…............................................................................................20

APPENDIX….............................................................................................................21

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II iv


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

INTISARI

Pada percobaan ini dilakukan dengan variabel fraksi etanol 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ;
0,5 ; 0,6 ; 0,7; ;0,8 ; 0,9. Hasil dari percobaan kesetimbangan uap-cair / VLE adalah
sebagai berikut. Berdasarkan percobaan didapatkan suhu kesetimbangan etanol-air
pada masing-masing fraksi etanol 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7; ;0,8 ; 0,9
berturut-turut yaitu 97 oC, 95,3oC, 92,4 oC, 90,2 oC, 87 oC, 85,2 oC, 83,5 oC, 81,8 oC,
dan 80,35 oC. Menggunakan grafik antara ln γ1, ln γ2, dan GE/RT.x1.x2 didapatkan
nilai parameter A12 = 3,1705x10-5 dan A21 = 0.673383. Pada Persamaan Margules
didapatkan koefisien aktivitas pada pada masing-masing fraksi etanol 0,1; 0,2 ; 0,3 ;
0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ;0,8 ; 0,9 berturut-turut pada γ1 yaitu 1,0626; 1,1142; 1,1539;
1,20338; 1,21028; 1,21589; 1,2189; 1,1586; dan 1.06165. Dan pada γ2 yaitu 0,998 ;
0,9947 ; 0,9899 ; 0,9805 ; 0,9786 ; 0,97704 ;0,97605 ; 1,0241 ; dan 1,2208. Suhu
kesetimbangan etanol-air berbanding terbalik dengan fraksi etanol. Semakin besar
fraksi etanol maka suhu kesetimbangannya semakin rendah karena semakin dekat
dengan titik didih dari etanol. Semakin besar fraksi etanol maka semakin rendah
densitasnya karena etanol memiliki densitas lebih rendah daripada air.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II v


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Larutan adalah fase homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Larutan biner yaitu larutan yang mengandung dua atau lebih zat yang
dapat melarut dengan baik. Suatu zat cair ketika dipanaskan dalam wadah yang
tertutup akan lebih cepat mendidih dibandung dengan zat cair yang dipanaskan dalam
wadah terbuka. Hal itu terjadi karena pengaruh tekanan uap luar saat itulah dikatakan
mendidih karena wadah tertutup. Maka dapat diketahui batas antara fase uap dan fase
cair yang tidak setimbang. Tahap dimana rapatan uap sama dengan rapatan sisa cairan
dan batas antar fase hilang disebut kesetimbangan antara uap dan cair. Temperatur
pada keadaan tersebut adalah temperatur kritis. Oleh karena itu untuk dapat
mengetahui indeks dan mendapatkan data kesetimbangan uap cair system biner maka
dilakukan percobaan “kesetimbangan uap cair” ini.

I.2. Tujuan Praktikum


1. Untuk mendapatkan data kesetimbangan uap cair system biner pada kondisi
isobaric
2. Untuk menggambar kurva T-xy dan membandingkannya dengan literatur.
3. Untuk mendapatkan parameter persamaan koefisien aktifitas pada fasa cair
yaitu parameter Margules, Van Laar, dan Wilson berdasarkan korelasi data
kesetimbangan uap cair system biner

I.3. Manfaat Praktikum


1. Agar praktikan dapat memahami konsep kesetimbangan uap cair
2. Agar praktikan dapat mengaplikasikan kesetimbangan uap cair pada
kehidupan sehari-hari
3. Agar praktikan dapat mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan uap cair

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II vi


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Secara Umum


II.1.1 Kesetimbangan
Kesetimbangan adalah suatu keadaan dimana tidak ada perubahan yang
terlihat seiring berjalannya waktu, kesetimbangan termodinamika adalah bagaimana
terdistribusinya komponen-komponen dalam semua fase pada suhu, tekanan, dan
fugasitas tertentu, sehingga aka ada kesamaan tekanan, suhu,dan fugasitas masing-
masing komponen dalam semua fase yang berada dalam kesetimbangan.

II.1.2 Kesetimbangan Uap Cair / VLE


Kesetimbangan uap cair adalah kondisi dimana liquid dan garisnya berada
pada kesetimbangan satu sama lain, kondisi dimana kecepatan evaporasi sama dengan
kecepatan evaporasi sama dengan kecepatan kondensasi pada level molekuler. Suatu
substansi yang berada pada kesetimbangan uap-cair umumnya disebut fluida jenuh,
untuk spesies kimia murni, hal ini sama dengan kondisi spesies pada titik didihnya.

II.1.3 Thermodinamika Larutan


Larutan merupakan campuran homogeny dari dua zat atau lebih. Suatu larutan
terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Kelarutan didefinisikan sebagai
banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu
pelarut pada temperature konstan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu,
molekul pelarut, temperature, dan tekanan.
A. Hukum Raoult

Bunyi dari hokum Raoult adalah “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh
tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan
tersebut”. Hukum Raoult sangat penting mempelajari sifat dan karakteristik fisik dari
larutan seperti menghitung jumlah molekul dan memprediksi massa molar suatu zat
(Mr). terdapat dua buah asumsi yang diperlukan untuk mengurangi perhitungan VLE
menjadi hokum Roult adalah fasa uap yang ideal. Fase cair merupakan solusi yang
ideal. Asumsi yang pertama menyatakan bahwa hokum Raoult hanya dapat
diaplikasikan untuk tekanan rendah hinga sedang. Untuk yang kedua menyatakan
bahwa ia dapat memiliki validitas hanya ketika spesies yang menggunakan system
serupa secara kimiawi. Hanya gas ideal yang berfungsi sebagai standar yang dapat

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II vii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

dijadikan perilaku solusi dibandingkan. Jadi campuran isomer seperti ortho, metha,
dan para-xylene.
Ekspresi matematika yang mencerminkan dua asumsi yang tercampur dan yang di
dalamnya memberikan ekspresi kuantitatif pada hokum Raoult adalah
y i P=x i Pisat (i=1,2,………N) ………………………………(1)
Keterangan :
x i=mol fase cair
y i=mol fase uap
P=tekanan sebagian spesies
sat
p =tekanan uap spesies murni i pada temperatur dari system
B. Hukum Henry

Bunyi hukum Henry “Air membutuhkan, gas terkondensasi, dengan satu, dua,
atau lebih tambahan atmosfer, suatu kuantitas dimana, biasanya dikompresi, akan
sebanding dengan dua kali, tiga kali lipat, volume yang diserap di bawah tekanan
umum atmosfer”. Dengan kata lain, jumlah gas yang terlarut sebanding dengan
tekanan parsial dalam fase gas. Faktor kesebandingannya disebut sebagai konstanta
hukum Henry.
Hukum Henry, diterapkan disini untuk tekanan yang cukup rendah dimana
fase uap dapat diasumsikan sebagai gas ideal. Untuk spesies hadir sebagai zat terlarut
yang sangat encer dalam fase cair, Hukum Henry kemudian menyatakan bahwa
tekanan parsial spesies dalam fase vapor adalah berbanding lurus dengan fraksi mol
fase cairnya. Demikian
y i P=x i H i ……………………………………….. (2)
Keterangan
Hi = konstanta henry

II.1.4 Bubble Point dan Dew Point


Bubble point adalah temperature dimana gelembung uap pertama kali
terbentuk didalam cairan pada saat dipanaskan sesuai dengan tekanan yang diberikan.
Atau dapat dinyatakan sebagai temperatur dimana cairan mulai membentuk
gelembung uap sesuai dengan tekanan yang diberikan. Atau dapat dinyatakan sebagai
suhu dimana uap atau gas mulai mengembun sesuai dengan tekanan yang diberikan.
Pada VLE dengan kombinasi variable lainnya dimungkinkan, pada perhitungan titik
embun dan bubble point perhitungannya terdapat empat kelas dalam hal ini yakni,
BUBLP, DEW P, BUBL T, dan DEW T.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II viii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Dalam setiap kasusnya nama menunjukkan jumlah yang akan dihitung baik
BUBL point dan DEW point pada P atau T. Dengan demikian kita harus menentukan
fase cair atau komposisi fase uap dan P atau T, dengan demikian menetapkan
1+( N −1) atau aturan fasa N variable, tepatnya jumlah derajat kebebasan F yang
dibutuhkan oleh aturan fasa. Prosedur umum untuk solusi masalah VLE menjadi jelas
melalui perhitungan kesederhanaan relative. Karena difokuskan pada penerapan
hukum Roult dikarenakan yakni ∑ i yi =1 yang selanjutnya dapat dirumuskan
P=∑ xi Psat
i ……………………………………… (3)
i

II.1.5 Fugasitas
Fugasitas adalah kecenderungan untuk berubah yang dapat diukur dengan
kuantitas. Pada keadaan setimbang property-properti yang teramati tidak boleh
berubah terhadap waktu. Sehingga property-properti intensif atau potensial
termodinamikanya (suhu, tekanan, potensial kimia) sama dalam suatu system. Untuk
fluida nyata, persaman analog yang mendefinisikan f i
Gi=⎾ i (T ) + RT ln f i…………………………… (4)
Dengan f i adalah fugasitas zat murni i. jika persamaan fugasitas untuk zat murni i
dalam keadaan garis ideal dikurangi persamaan analog untuk fluida nyata
menghasilkan persamaan
fi
Gi−Gigi =RT ln
P
Persamaan Gi−Gigi adalah energy Gibbs residual, GiR maka
R
G i =RT ln ∅ i
fi
Dimana rasio merupakan property baru yang disebut koefisien fugasitas dengan
P
symbol ∅
fi
∅ i= ……………………………………… (5)
P
Untuk persamaan dibawah ini dapat langsung digunakan untuk menghitung koefisien
fugasitas zat murni I dengan menggunakan persamaan dalam bentuk volume explicit
p
dp
ln ∅i=∫ ( z i −1 ) (T konstan)
o p
Contoh persamaan keadaan dalam bentuk volume explicit adalah persamaan viral dua
suku

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II ix


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Bi P
z i−1=
RT
Karena Bi hanya tergantung dari temperature, maka
Bi p
ln ∅i= ∫ dp(T konstan)
RT o
Bi p
ln ∅i= ∫ dp
RT o
Untuk persamaan keadaan kubik yang merupakan persamaan yang berbentuk P
eksplisit menggunakan rumus
ln ∅i=Z i−1−ln ( Z i−Bi ) −qi Li

Berikut ini koefisien fugasitas senyawa murni dari beberapa persamaan keadaan :
1. Van de Waals
RT a
P= − 2 …………………………………… (6)
V −b V

ln ∅i=Z−1−
a
RTV ( ( ))
−ln Z 1−
b
v
…………………………. (7)

2. Virial
B C
Z=1+ + ………………………………….(8)
V V2

( ) ( )
2
P (C−B ) P
2
( D−3 BC + 2 B2 ) P 3
ln ∅i=B + + ………………… (9)
RT 2 RT 3 RT
3. Redlich-Kwong
RT a
P= − 0.5 ……………………………..(10)
V −b T V (V + b)

ln ∅i=Z−1− Z 1−( ( ))
b
V

a
bR T
4.5
b
( )
ln 1+ ……………….(11)
V

4. Soave-Redlich-Kwong
RT a∝
P= − …………………………….(12)
V −b V (V +b)

ln ∅=Z−1−ln Z 1−
( ( )) b
V

a∝
bRT ( )
b
ln 1+ …………….(13)
V

5. Peng-Robinson
RT a∝
P= − 2 …………………………….(14)
V −b V + 2bV −b2

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II x


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

( ( ))
ln ∅=Z−1−ln Z 1−
b
V

a∝
2 √ 2 bRT
ln ( )
V +2.414 b
V −0.414 b
……..(15)

II.1.6 Aktifitas dan Koefisien Aktifitas


Aktifitas adalah perbandingan antara fugasitas komponen i pada keadaan
system terhadap fugasitas komponen i pada keadaan standard

( ) ai =
f 0i
fi
…………………………………(16)

Sedangkan koefisien aktifitas adalah bilangan tak berdimensi yang bias mewakili
aktifitas pada P dan T tertentu
ai fi
Y i= = 0 …………………………………(17)
xi xi f i
(Smith, 2005)

II.1.7 Hubungan Fugasitas dan Aktifitas


Fugasitas di fase uap dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas difase uap dan tekanan parsial
komponen. Sedangkan fugasitas difasa cair umumnya dinyatakan dalam bentuk
koefisien aktivitas yang didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas difasa
cair dan fugasitas komponen pada keadaan standar dalam perhitungan-perhitungan
koefisien aktivitas adalah kondisi cairan murni.
Jika fasa uap dan cairan berada dalam kesetimbangan maka :
v l
T =T
v l
P =P
v l
f i =f i
Fugasitas komponen i dalam keadaan uap
f vi = y i ∅ i P ……………………………….. (18)
Fugasitas komponen i dalam keadaan cair
l
f i=x i y i f l ………………………….…….(19)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xi


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Kesetimbangan system biner menggambarkan distribusi suatu komponen


diantara fase uap dan fase cair sehingga diperlukan persamaan yang menghubungkan
fraksi mol fasa cair “x” dan fraksi mol fasa uap “y”. Dan hal tersebut koefisien-
koefisien aktifitas dapat ditulis
yi P
Y i= sat …………………………………(20)
x i Pi
(Rasmito, 2016)

II.1.8 Energi Gibbs


Kelebihan energy Gibbs adalah energy Gibbs teramati pada suatu campuran
yang diatas atau lebih besar untuk larutan ideal pada temperatur, tekanan, dan
komposisi yang sama.
E
Gi =RT ln y i………………………………(21)
Ada sebuah hubungan thermodinamika yang biasa digunakan untuk
memprediksi harga koefisien aktifitas yaitu persamaan Gibbs-Duhem. Pada
hakekatnya persamaan ini menyatakan bahwa dalam suatu campuran, koefisien
aktifitas tiap komponennya tidak bebas satu terhadap yang lain melainkan berkorelasi
melalui sebuah persamaan differensial. Untuk campuran biner pada suhu dan tekanan
konstan Gibbs-Duhem menyatakan persamaannya :
dln y 1 dln y 2
x1 + x2 =0
d x1 d x2
(Smith, 2005)

II.1.9 Azeotrop

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Gambar 1. Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih cairan sedemikian rupa
sehingga komponen yang tidak dapat diubah dengan distilasi sederhana. Pada
industry petrokimia, banyak sekali dijumpai campuran-campuran azeotrope, dimana
distilasi konvensial tidak dapat dipakai untuk memisahkan campuran tersebut menjadi
senyawa-senyawa murni penyusunnya (Sutijan,2004).

II.1.10 Parameter Model


Perhitungan nilai koefisien aktivitas dapat dilakukan dengan beberapa persamaan :
1. Persamaan Marguless untuk Campuran Biner
ln γ 1=x 22 ( A12 +2 ( A 21− A12 ) x 1 ) ...………………(21)

ln γ 2=x 21 ( A21 +2 ( A 12 − A21 ) x2 )…………………(22)


2. Persamaan Van Laas untuk Campuran Biner

' A '12 x 1 −2
ln γ 1= A [1+
12 ] ……………………...(23)
A '12 x 2
' −2
' A 21 x 1
ln γ 2= A [1+
21 '
] ……………………...(24)
A 21 x 2

Ketika x 1=0 dan lnγ 1= A112


Ketika x 2=0 dan lnγ 2= A121
3. Persamaan Wilson untuk Campuran Biner dengan Efek Temperatur

ln γ 1=−ln ( x1 + A12 x2 ) + x 2
( A 12
+
A 21
)
x 1+ A 12 x 2 x 1 + A21 x 2
……(25)

ln γ 2=−ln ( x2 + A 21 x1 ) + x 1
( A 12
+
A 21
)
x 1+ A 12 x 2 x1 + A21 x2
…....(26)

A12 dan A21harus selalu angka yang positif


Keterangan :
γ 1 γ 2 = koefisien aktivitas x 1 x 2 = fraksi mol

A'12 = relative volatility komponen 1 terhadap 2


Persamaan NRTL yang mengandung tiga parameter untuk system biner
adalah

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xiii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

( ( ) ) ( ( ) )
2 2 2 2
2 G21 G12 τ 12 G21 G12 τ 12
ln γ 1=x τ 21
2 + ln γ 2=x 21 τ 21 +
x 1+ x 2 G21 x 2+ x 1 G12 x 1+ x2 G21 x 2+ x 1 G12

G12=exp ⁡(−∝ τ 12); G21=exp ⁡(−∝ τ 21)


Untuk pengenceran tak terbatas, persamaan ini menjadi :
b12 b
τ 12= ; τ 21= 21
RT RT
Dimana a1, b2, dan b21 parameter spesifik untuk pasangan spesies tertentu, tidak
tergantung pada komposisi dan suhu. Nilai pengenceran tak terbatas dari koefisien
aktifitas diberikan oleh percobaan (Smith, 1996).

II.1.11 Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air

Gambar 2. Diagram Kesetimbangan Uap-Cair Etanol-Air


Dengan diagram kesetimbangan ini menggambarkan hubungan kesetimbangan
antara fraksi mol komponen volatile yang terdapat di dalam fasa cair (x) dengan
fraksi mol komponen yang terdapat pada fasa gas (y).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xiv


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

II.2.Sifat Bahan
II.2.1. Aquadest
A. Sifat Fisika
1) Fase cair
2) Densitas 1 gr/ml
3) Titik didih 100oC
4) Warna bening
B. Sifat Kimia
1) Rumus molekul H2O
2) Berat molekul 18,02 gr/mol
3) Tidk korosif
4) Tidak mudah terbakar
(Perry, 1997 “Water”)
C. Fungsi: Sebagai pelarut

II.2.2. Etanol
A. Sifat Fisika
1) Fase cair
2) Tidak bewarna
3) Titik didih 76oC
4) Tidak bewarna
B. Sifat Kimia
1) Rumus molekul C2H5OH
2) Berat molekul 46,07 gr/mol
3) Mudah terbakar
4) Larut dalam air
(Perry, 1997 “Ethyl Alcohol”)
C. Fungsi: Sebagai bahan yang diamati dalam percobaan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xv


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

II.3. Hipotesa
Larutan etanol-air berada pada suhu kesetimbangan 78-100oC dan azeotrope
terjadi pada komposisi 95,63% etanol dan 4,37% air (berat).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xvi


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1. Bahan yang digunakan


1. Etanol
2. Air

III.2. Alat yang digunakan


1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Corong kaca
4. Gelas ukur
5. Pipet
6. Piknometer
7. Neraca analitik
8. Labu ukur
9. Kaca arloji

III.3. Gambar Alat

Labu ukur Gelas ukur Beaker glass Neraca analitik

Corong Pipet Kaca arloji


Piknometer
Erlenmeyer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xvii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Rangkaian Alat

Keterangan:
A = Boiling still
B = Condenser
C = Chock
D = Kondensat
H = Heater
T = Termocouple

III.4. Prosedur Percobaan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xviii


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xix


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II xx


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Data Hasil Percobaan


Suhu ruangan : 25oC
Tekanan Ruangan : 1 atm = 101,325 kPa
Data etanol A : 16,8958 (Appendix B.2) Data air A :16,3872 (Appendix B.2)
B : 3795,17 B : 3885,7
C : 230,918 C : 230,17
Tabel 1. Perhitungan Koefisien Aktivitas Berdasarkan Percobaan

Komposisi sat sat


γ1 γ2
T (0C) T (0K) X1 X2 Y1 Y2 P1 P2 ln γ 1 ln γ 1
Etanol
0,1 97 370,15 0,05 0,95 0,188831 0,811169 204,84762 90,96727 1,86805 0,95108 0,624895532 -0,050152046
0,2 95,3 368,45 0,098 0,9011 0,285215 0,714785 192,85795 85,49563 1,51515 0,94010 0,415513294 -0,061766516
9
92,4 365,55 0,145 0,8544 0,437189 0,562811 173,74769 76,79446 1,75108 0,86914 0,560231648 -0,140255047
0,3
6
90,2 363,35 0,234 0,7653 0,618208 0,381792 160,32212 70,69758 1,66473 0,71500 0,509665467 -0,335470945
0,4
7
0,5 87 360,15 0,256 0,744 0,624555 0,375445 142,34090 62,55470 1,73667 0,81739 0,551969484 -0,20163596
85,2 358,35 0,279 0,7201 0,640658 0,359342 132,98701 58,33002 1,74394 0,86684 0,556144805 -0,142898622
0,6
9
0,7 83,5 356,65 0,3 0,7 0,663108 0,336892 124,62879 54,56214 1,79706 0,89375 0,586149577 -0,112326212

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)
0,8 81,8 354,95 0,557 0,443 0,711364 0,288636 116,71349 51,00051 1,10875 1,29446 0,103229632 0,25809513
80,35 353,5 0,757 0,2421 0,808480 0,191520 110,29823 48,11886 0,97995 1,66579 - 0,510300249
0,9
9 0,020250183

Tabel 2. Perhitungan Koefisien Aktivitas Berdasarkan Persamaan Margules


Persamaan Margules :
ln γ 1=x 22 ( A12 +2 ( A 21− A12 ) x 1 )

ln γ 2=x 21 ( A21 +2 ( A 12− A21 ) x2 )


E
Parameter G Persamaan Margules
A12 A21 R .T . x 1 . x 2 ln γ1 ln γ2 γ1 γ2
0,03369929 0,060798604 -0,001514962 1,062684872 0,998486185
0,066626187 0,10817268 -0,005283135 1,114240135 0,994730796
0,098071711 0,143161427 -0,010117182 1,15391606 0,989933825
0,0000317055 0,6733833883 0,158067345 0,185136489 -0,019678719 1,203382678 0,980513643
158162652 87665 0,172409736 0,190852441 -0,021532765 1,210280852 0,97869741
0,188502842 0,195477598 -0,023219418 1,215891555 0,977048078
0,20203721 0,19798093 -0,024237807 1,218939149 0,97605357
0,375088593 0,1472153 0,023825199 1,158603384 1,024111286

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Tabel 3. Perhitungan Koefisien Aktivitas Berdasarkan Persamaan Van Laar


Persamaan Van Laar :

[ ]
−2
A 12 x 1
ln γ 1= A 12 1+
A 21 x 2

[ ]
−2
A 21 x 2
ln γ 2= A 21 1+
A 12 x 1

Parameter GE Persamaan Van Laar


A12 A21 R .T . x 1 . x 2 ln γ1 ln γ2 γ1 γ2
0,03369929 3,17054E-05 4,13521E-12 1,000031706 1
0,066626187 3,17052E-05 1,79825E-11 1,000031706 1
0,098071711 3,1705E-05 4,33511E-11 1,000031706 1
0,0000317055 0,6733833883 0,158067345 3,17046E-05 1,40397E-10 1,000031705 1
158162652 87665
0,172409736 3,17045E-05 1,76737E-10 1,000031705 1
0,188502842 3,17044E-05 2,25534E-10 1,000031705 1
0,20203721 3,17042E-05 2,7418E-10 1,000031705 1
0,375088593 3,17018E-05 2,35971E-09 1,000031702 1,000000002

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

IV.2 Pembahasan
Kesetimbangan dapat diartikan suatu keadaan dimana tidak terjadi
perubahan sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Kesetimbangan uap-cair
dapat ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu
tertentu. Saat kesetimbangan model ini, kecepatan antara molekul-molekul
campuran yang membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul-molekulnya
membentuk cairan kembali.
Larutan biner adalah larutan yang mengandung dua komponen yaitu
komponen zat terlarut dan komponen pelarut. Larutan biner memiliki beberapa
sifat yakni homogen, tidak mempunyai entalpi pencampuran dan tidak ada
volume pencampuran. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik
molekul-molekul komponennya sama dengan gaya tarik menarik antara molekul
dari masing-masing komponennya. Larutan zat A dan B jika bersifat ideal, maka
gaya tarik antara molekul A dan B, sama dengan gaya tarik antara molekul A dan
A atau antara B dan B. Semua komponen dalam larutan ideal (pelarut dan zat
terlarut) mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi.
Azeotrop adalah campuran dengan komposisi yang konstan pada tekanan
tertentu. Jika tekanan total diubah, baik titik didih maupun komposisi azeotrop
juga akan berubah. Azeotrop bukan merupakan suatu senyawa pasti yang
komposisinya konstan pada seluruh range temperatur dan tekanan, tetapi
merupakan suatu campuran yang dihasilkan dari interaksi gaya intermolekuler
dalam larutan. Kondisi ini terjadi karena ketika azeotrop di didihkan, uap yang
dihasilkan juga memiliki perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya
semula akibat ikatan antar molekul pada kedua larutannya.
Percobaan yang telah dilakukan tentang kesetimbangan uap cair pada
sistem biner bertujuan untuk mendapatkan data kesetimbangan uap cair system
biner pada kondisi isobaric, untuk menggambar kurva T-xy, dan untuk
mendapatkan parameter persamaan koefisien aktifitas pada fasa cair yaitu
parameter Margules, Van Laar, dan Wilson berdasarkan korelasi data
kesetimbangan uap cair system biner. Percobaan ini akan dilakukan dengan proses
destilasi. Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

didih dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Proses destilasi
terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap
pengubahan kembali uap menjadi cair. Proses destilasi diawali dengan
pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap.
Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu pendingin, proses pendinginan
terjadi karena kedalam dinding (bagian luar kondensor) dialiri air sehingga uap
yang dihasilkan akan kembali cair. Saat destilasi ini akan diperoleh titik didih
alkohol. Suhu kesetimbangan diperoleh pada masing-masing fraksi etanol air 0,2 ;
0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7; ;0,8 ; 0,9 berturut-turut yaitu 91 oC, 91 oC, 90 oC, 84 oC, 85
o
C, 92 oC, 75 oC, dan 90 oC.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengencerkan etanol 96%
menggunakan air menjadi menjadi fraksi etanol 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ;
0,7; ;0,8 ; 0,9 dengan volume 100 ml. Larutan yang sudah diencerkan kemudian
dimasukkan ke dalam labu destilasi untuk didestilasi. Destilasi dihentikan pada
saat sudah mencapai suhu kesetimbangannya yaitu dimana suhu nya sudah
konstan. Sebelum itu membuat kurva kalibrasi antara fraksi etanol versus densitas
untuk menghitung kadar residu dan kadar kondensat. Selanjutnya dicatat suhunya
dan dihitung densitasnya pada masing –masing kondensat dan residu.

Kurva Kalibrasi
1
Densitas (gr/cm3)

0.8 f(x) = − 0.5464646465 x³ + 1.1061771562 x² − 0.7706216006 x


+ 0.9947265734
0.6 R² = 0.989497597481115 Densitas
0.4
Polynomial (Densitas)
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Fraksi Etanol

gr
Grafik 1. Hubungan Antara Densitas ( ¿ VS Fraksi Etanol (x)
ml

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

gr
Dari grafik 1. Menandakan bahwa hubungan antara densitas ( ¿ vs
ml
fraksi etanol (x) berbanding lurus yaitu semakin besar nilai densitas suatu etanol
maka semakin besar pula nilai fraksi etanol nya. Fraksi etanol yang diketahui
secara berturut-turut yaitu 0; 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; 0.5; 0.6; 0.7; 0.8; 09; dan 1.
gr
Kemudian didapatkan nilai densitas secara berturut-turut sebesar 0.998 ; 0.926
ml
gr gr gr gr gr gr gr
; 0.881 ; 0.836 ; 0.832 ; 0.828 ; 0.8179 ; 0.8078 ; 0.8001
ml ml ml ml ml ml ml
gr gr gr
; 0.7925 ; 0.79 . Hal ini sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin
ml ml ml
tinggi konsentrasi larutan, densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel
dalam larutan tersebut semakin banyak.

Kurva Kesetimbangan Ethanol Air


1
0.8
0.6
Y

0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Grafik 2. Hubungan Antara Kadar Ethanol dalam Liquid (x) VS Kadar Etanol
dalam Vapor (y)
Dari grafik 2. Menandakan bahwa hubungan antara kadar ethanol dalam liquid
(x) vs kadar etanol dalam vapor (y) berbanding lurus. Kadar etanol dalam liquid
(x) yang berasal dari rumus persamaan kurva kalibrasi y = -312.16x 3 + 869.71x2 -
807.9x + 250.34 dengan memasukkan nilai x sebagai densitas residu yang di
peroleh pada masing-masing fraksi etanol maka didapatkan nilai berturut-urut

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

sebesar 0.8329 ; 0.8414 ; 0.85665 ; 0.87665 ; 0.88681 ; 0.90273 ; 0.92243 ;


0.9277 ; dan 0.94. Sedangkan kadar etanol dalam vapor (y) yang berasal dari
rumus persamaan kurva kalibrasi y = -312.16x 3 + 869.71x2 - 807.9x + 250.34
dengan memasukkan nilai x sebagai densitas distilat yang di peroleh pada masing-
masing fraksi etanol maka didapatkan nilai berturut-urut sebesar 0.871 ; 0.85 ;
0.83 ; 0.81345 ; 0.81295 ; 0.8117 ; 0.81 ; 0.8065 ; dan 0.8. Hal ini sesuai dengan
teori yang ada yaitu kadar etanol dalam liquid berbanding lurus dengan kadar
etanol dalam vapor. Karena semakin besar nilai fraksi etanol maka nilai kadar
etanol dalam liquid maupun vapor juga semakin besar.

Kurva T - XY
105
100
95
90 T-X
T (Celcius)

85 Polynomial (T - X)
80
T-Y
75
70 Polynomial (T - Y)
65
60
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
X-Y

Grafik 3. Hubungan Antara Kadar Ethanol dalam Distilat dan Residu (x,y) Vs
Temperatur (ToC )
Dari grafik 3. Menandakan bahwa hubungan antara kadar ethanol dalam
distilat (x) dan kadar etanol dalam residu (y) vs temperatur (oC ) berbanding lurus.
Yang pertama kadar etanol dalam distilat (x) vs temperature (T oC ) dengan x
sebagai kadar etanol dalam distilat yang di peroleh pada masing-masing fraksi
etanol maka didapatkan nilai berturut-urut sebesar 0 ; 0.05 ; 0.0989 ; 0.1456 ;
0.2347 ; 0.256 ; 0.2799 ; 0.3 ; 0.557 ; 0.7579 ; dan 1. Yang kedua kadar etanol
dalam residu (y) vs temperature (T oC ) dengan y sebagai kadar etanol dalam
residu yang di peroleh pada masing-masing fraksi etanol maka didapatkan nilai
berturut-urut sebesar 0 ; 0.188831 ; 0.285215 ; 0.437189 ; 0.618208 ; 0.624555 ;
0.640658 ; 0.663108 ; 0.711364 ; 0.808480 ; dan 1. Untuk temperature yang di

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

peroleh dari hasil pengamatan didapatkan nilai berturut-urut sebesar 100 oC ; 97 oC


; 95.3 oC ; 92.4 oC ; 90.2 oC ; 87 oC ; 85.2 oC ; 83.5 oC ; 81.8 oC ; 80.35 oC ; dan
78oC.
Hubungan Antara Kadar Etanol (X) dengan ln γ1
Hal
dan ln γ2
0.80000
ini
0.60000 sesuai
ln γ1 dan ln γ2

0.40000
0.20000
0.00000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.20000
-0.40000
Kadar Etanol (x)

ln γ1 ln γ2
dengan teori yang ada yaitu kadar etanol dalam distilat dan residu berbanding
terbalik dengan temperature. Semakin besar fraksi etanol maka suhu
kesetimbangannya semakin rendah karena semakin dekat dengan titik didih dari
etanol.
Grafik 4. Hubungan Antara ln γ 1 VS ln γ 2
Dari Grafik 4. Menandakan bahwa Hubungan antara Kadar Etanol (x) dengan
ln 𝛾1 dan ln 𝛾2 fluktuatif (tidak stabil). Yang pertama adalah x vs ln γ 1 dengan nilai
x sebagai kadar etanol dalam liquid nilai yang di peroleh berturut-urut sebesar
0.05 ; 0.0989 ; 0.1456 ; 0.2347 ; 0.256 ; 0.2799 ; 0.3 ; 0.557 ; 0.7579. Untuk ln γ 1
sebagai koefisien aktivitas etanol, nilai yang di peroleh berturut-urut sebesar
0.62490 ; 0.41551 ; 0.56023 ; 0.50967 ; 0.55197 ; 0.55614 ; 0.58615 ; 0.10323 ; -
0.02025. Yang kedua adalah x vs ln γ 2 dengan nilai x sebagai kadar etanol dalam
liquid. Untuk ln γ 2 sebagai koefisien aktivitas air, nilai yang di peroleh berturut-
urut sebesar -0.05015 ; -0.06177 ; -0.14026 ; -0.33547 ; -0.20164 ; -0.14290 ; -
0.11233 ; 0.25810 ; 0.51030. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana
seharusnya hubungan antara kadar etanol dalam liquid dengan ln 𝛾1 dan ln 𝛾2
adalah berbanding lurus. Semakin besar nilai kadar etanol maka koefisien aktifitas
etanol dan koefisien aktifitas air akan semakin besar.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 22


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Hubungan Antara X1 VS GE/R.T.x1.x2


1
0.8
ln γ1, ln γ2, GE/RT X1X2

0.6 GE/RT X1 X2
0.4 f(x) = 0.673351682871848 x + 3.17055158164381E-05 Linear (GE/RT X1 X2)
R² = 1 ln γ1
0.2 Linear (ln γ1)
0 ln γ2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 Linear (ln γ2)
-0.2
-0.4
-0.6
X1

Grafik 5. Hubungan Antara ln γ 1 ,, ln γ 2 dengan GE/RT x 1 x 2


Dari grafik 5. menandakan bahwa hubungan Antara ln γ 1 VS ln γ 2 nilai
parameter yang didapatkan yakni sebesar 3,17055 × 10 ^-5 dan 0,6733. Dari grafik
5 kemudian didapatkan nilai parameter A12 dan A21 dengan menggunakan solver
yaitu berturut-turut 3.17055E-05 dan 0.673383388. Dari hasil parameter tersebut
didapatkan dengan menggunakan kondisi pada solver yaitu lnγ1 awal = lnγ2
awal ; lnγ1 akhir = lnγ2 akhir ; lnγ1 awal = A 12 ; lnγ2 akhir = A21. Lalu dari grafik
5 menandakan bahwa Hubungan antara ln γ 1 ,, ln γ 2 dengan GE/RT x 1 x 2
Menggunakan Persamaan Margules fluktuatif (tidak stabil). Yang pertama adalah
x vs ln γ 1 dengan nilai x sebagai kadar etanol dalam liquid nilai yang di peroleh
berturut-urut sebesar 0.05 ; 0.0989 ; 0.1456 ; 0.2347 ; 0.256 ; 0.2799 ; 0.3 ; 0.557 ;
0.7579. Untuk ln γ 1 sebagai koefisien aktivitas etanol, nilai yang di peroleh
berturut-urut sebesar 0.62490 ; 0.41551 ; 0.56023 ; 0.50967 ; 0.55197 ; 0.55614 ;
0.58615 ; 0.10323 ; -0.02025. Yang kedua adalah x vs ln γ 2dengan nilai x sebagai
kadar etanol dalam liquid. Untuk ln γ 2 sebagai koefisien aktivitas air, nilai yang di
peroleh berturut-urut sebesar -0.05015 ; -0.06177 ; -0.14026 ; -0.33547 ; -0.20164
; -0.14290 ; -0.11233 ; 0.25810 ; 0.51030. Yang ketiga adalah x vs GE/RT x 1 x 2
dengan nilai x sebagai kadar etanol dalam liquid.Untuk GE/RT x 1 x 2 sebagai

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 23


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

energi gibbs excess (berlebih), nilai yang diperoleh berturut-turut sebesar


0.03370 ; 0.06663 ; 0.09807 ; 0.15807 ; 0.17241 ; 0.18850 ; 0.20204 ; 0.37509 ;
0.51036. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana seharusnya hubungan
ln γ 1 ,, ln γ 2 dengan GE/RT x 1 x 2 menggunakan Persamaan Margules adalah
berbanding lurus. Semakin besar nilai kadar etanol maka koefisien aktifitas etanol
dan koefisien aktifitas air akan semakin besar.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan didapatkan suhu kesetimbangan etanol-air pada
masing-masing fraksi etanol 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7; ;0,8 ; 0,9
berturut-turut yaitu 91oC, 91 oC, 90 oC, 84 oC, 85 oC, 92 oC, 75 oC, dan 90 oC.
2. Pada grafik antara ln γ1, ln γ2, dan GE/RT.x1.x2 didapatkan nilai
parameter 3,17055 × 10 ^-5 dan 0,6733.
3. Pada Persamaan Margules didapatkan koefisien aktivitas pada pada
masing-masing fraksi etanol 0,1; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7; ;0,8 ; 0,9
berturut-turut pada γ1 yaitu 1,8680; 1,51515; 1,75108; 1,66473; 1,73667;
1,74394; 1,79706; 1,10875; 0,97995. Dan pada γ2 yaitu 0,95108 ;
0,94010; 0,86914; 0,71500; 0,81739; 0,86684; 0,89375; 1,29446; 1,66579.
4. Pada Persamaan Van Laar didapatkan koefisien aktivitas pada pada
masing-masing fraksi etanol 0,1; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7; ;0,8 ; 0,9
berturut-turut pada γ1 yaitu 2,253 ; 2,342 ; 2,318 ; 2,321 ; 3,107 ; 2,304 ;
3,054 ; 2,291 . Dan pada γ2 yaitu 0,995 ; 0,988 ; 0,990 ; 0,990 ; 0,887 ;
0,991 ; 0,896 ; 0,992.
5. Berdasarkan data percobaan yang didapat maka pada sistem biner ethanol
air yang diujikan mempunyai azeotrop sebesar 0,925 dan ini berbeda
dengan hipotesa yang kami buat yakni etahnol-air akan mempunyai
azeotrop sebesar 0,96

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 24


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

6. Berdasarkan praktkum yang telah dilakukan yakni semakin lama


pemanasan yang dilakukan maka densitas dari larutn baik pada fase uap
dan cair semakin kecil.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 25


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan melakukan pengamatan suhu lebih teliti agar
didapatkan hasil yang akurat.
2. Sebaiknya alat-alat dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan agar
tidak ada campuran zat lain yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
3. Sebaiknya volume etanol-air nya ditambah agar saat proses destilasi liquid
di dalam labu tidak habis dan waktu pengukuran suhu liquid dapat sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2014. “Jurnal Media Teknik”. Volume 11. Hal 1.


Rasmito, Agung. 2016. “The Use of Willson Equation, NTRL, and Uniquac in
Predicting VLE of Ternary Systems”. Volume 1. Hal 1.
Sutijan. 2004. “Media Teknik”. Volume 3. Hal 44.
Perry, Robert H. 1997. “Perry’s Chemical Engineering Handbook”. EGC:Jakarta.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 26


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

LAMPIRAN 1

Berat pikno kosong : 11,56 gr


Tabel 3. Pengamatan Densitas dan Kadar Etanol-Air
Kadar
Berat
Fraksi Berat Pikno Densitas Densitas Etanol Kadar Etanol
Pikno
Etanol Kondensat Kondesat Residu Dalam Dalam Vapor
Residu
Liquid
0,1 20,27 19,889 0,871 0,8329 0,05 0,188830868

0,2 20,06 19,974 0,85 0,8414 0,0989 0,285215


0,3 19,86 20,1265 0,83 0,85665 0,1456 0,43718908
0,4 19,6945 20,3265 0,81345 0,87665 0,2347 0,618208286
0,5 19,6895 20,4281 0,81295 0,88681 0,256 0,624554539
0,6 19,677 20,5873 0,8117 0,90273 0,2799 0,640657805
0,7 19,66 20,7843 0,81 0,92243 0,3 0,66310844
0,8 19,625 20,837 0,8065 0,9277 0,557 0,711363697
0,9 19,56 20,96 0,8 0,94 0,7579 0,80848

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 27


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

LAMPIRAN 2

Mengamati temperature yang ada di liquid dan


Mengamati temperature yang
vapor sampai konstan
ada di liquid sampai konstan

Menimbang berat dari hasil


distilat dan residu

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 28


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

APPENDIX

1. Perhitungan fraksi berat (Etanol 30%)


cm3
Etanol (1) : V 1=56.3
mol
3
cm
Etanol (2) : V 2=17.765
mol
- V = X1V 1+ X2V 2
3 3
cm cm
¿( 0.3)(56.3 )+(0.7)(17.765 )
mol mol
cm3
¿ 29.3255
mol
Vt 100 cm3
ntotal = = =0.341 mol
- V cm
3
29.3255
mol
n(1)=( 0.3 ) x ( 0.341mol )=0.1023 mol
n(2)=( 0.7 ) x ( 0.341mol )=0.2387 mol
- Massa etanol =n(1) x Bm
gr
=0.1023 mol x 46.07
mol
= 4.7129 gr
- Massa aquadest = n(2) x Bm
gr
= 0.2387 mol x 18.02
mol
= 4.301374 gr
massa etanol
- Fraksi etanol (berat) =
massa etanol+massa aquadest
4.7129 gr
=
4.7129 gr+ 4.301374 gr
= 0.5228
massa aquadest
- Fraksi aquadest (berat) =
massa etanol+massa aquadest
4.7129 gr
=
4.7129 gr+ 4.301374 gr

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 29


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

= 0.4772
2. Densitas Larutan
piknometer isi− piknometer kosong
ρ=
volume piknometer
19.84 gr −11.56 gr
¿
10 ml
gr
¿ 0.828
ml

3. Densitas Residu
piknometer isi− piknometer kosong
ρ=
volume piknometer
20.368 gr−11.56 gr
¿
10 ml
gr
¿ 0.8808
ml

4. Densitas Distilat
piknometer isi− piknometer kosong
ρ=
volume piknometer
19.6945 gr−11.56 gr
¿
10 ml
gr
¿ 0.8345
ml
5. Kadar etanol
Persamaan dari kurva kalibrasi
3 2
y=−312.16 x +869.71 x −807.9 x+250.34
- Kadar etanol dalam liquid (etanol 30%)
gr
Densitas : 0.8808
cm3
y=−312.16(0,8808)3 +869.71(0.8808)2−807.9(0.8808)+250.34
y=0.161217099

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 30


KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

- Kadar etanol dalam vapor (etanol 30%)


gr
Densitas : 0.81345 3
cm
y=−312.16(0,81345)3 +869.71(0.81345)2−807.9(0.81345)+250.34
y=0.6182
6. Perhitungan A12 dan A21
Nilai parameter A12 dan A21 didapatkan menggunakan metode solver pada
excel dengan kondisi lnγ1 awal = lnγ2 awal ; lnγ1 akhir = lnγ2 akhir ; lnγ1
awal = A12 ; lnγ2 = A21. Sehingga didapatkan nilai parameter A12 dan A21
berturut-turut 3.17055E-05 dan 0.673383388.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 31

Anda mungkin juga menyukai