GRUP C
1. FIRDAUS NIZAM WARDANA (19031010050)
2. ANISA ETY PURNAMAWATI (19031010078)
LEMBAR PENGESAHAN
“SEDIMENTASI”
GRUP C
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “ Fluidisasi ”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi
Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur serta
petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 27 April 2021 di
Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak akan tersusun sedemikian rupa tanpa adanya
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Titi Susilowati, MT. selaku dosen pembimbing dalam praktikum
percobaan sedimentasi.
2. Seluruh asisten laboratorium Operasi Teknik Kimia I yang membantu dalam
pelaksanaan praktikum
3. Rekan–rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-masukan
dalam praktikum.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka, penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran, seluruh asisten
laboratorium yang turut membantu dalam pelaksanaan kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah disusun ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa Teknik Kimia.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang
Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan
cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi
dengan menggunakan gaya gravitasi. Larutan suspense terdiri dari campuran fase cair
dan fase padat yang bersifat setteable, dapat diendapkan karena perbedaan densitas
antar fasenya. Proses sedimentasi sendiri dapat berlangsung secara batch dan
continous. Proses batch sering digunakan dalam skala laboratorium dan lebih
sederhana sedangkan pada proses kontinyu digunakan pada proses komersil dengan
memepertimbangkan kecepatan partikel-partikelnya.
Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan
flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi
lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Ukuran dan bentuk
partikel akan mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel, sedangkan
konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan 2 tipe bak sedimentasi, dan temperatur
mempengaruhi viskositas dan berat jenis cairan. Proses sedimentasi berperan penting
dalam berbagai proses industri, misalnya pada proses pemurnian air limbah,
pengolahan air sungai, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair,
pengendapan kristal dari larutan induk, pengendapan partikel terendap pada industri
minuman beralkohol, dan lainlain. Oleh karena itu dilakukan percobaan sedimentasi
agar dapat mengetahui mekanismenya dan data-data yang dibutuhkan untuk
merancang suatu tangki pengendap.
I. 2 Tujuan
1. Untuk mempelajari hubungan konsentrasi slurry dengan kecepatan
sedimentasi
2. Untuk merancang tangki pengendap (clarifier) dengan menggunakan data
batch sedimentasi
3. Untuk mengetahui hubungan antara waktu pengendapan dengan tinggi
permukaan slurry
I. 3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui konsep pemisahan dengan proses
sedimentasi
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
sedimentasi
3. Agar praktikandapatmengetahuipenggunaansedimentasipadaduniaindustri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Koefisien drag (Cd) merupakan fungsi dari Reynold’s number. Untuk aliran laminer,
harga Cd ditentukan melalui persamaan (2)
24
𝐶𝑑 = ……………………………………….(2)
𝑅𝑒
Dengan mensubstitusikan persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1), maka akan
diperoleh persamaan (4)
𝑔𝐷𝑠2 (𝜌𝑠 −𝜌)
𝑉𝑠 = ……………………………...(4)
18𝜇
Keterangan :
Vs : Kecepatan Pengendapan
g : Percepatan Gravitasi
Ds : Diameter Partikel
𝜌𝑠 : Densitas Partikel
𝜌 : Densitas Cairan
𝜇 : Viskositas Cairan
2. Persamaan Farag
Farag merumuskan suatu persamaan yang merupakan penyempurnaan dari
persamaan Stokes-Newton Law. Persamaan Farag disajikan pada persamaan (5)
2 (𝜌 −𝜌 )𝜀 2
𝑔𝑑𝑝 𝑠 𝑓 𝑓
𝑣= ……………………………….(5)
18𝜇𝑓 𝑏
Keterangan :
vs : Kecepatan Pengendapan
g : Percepatan Gravitasi
D : Diameter Partikel
ρs : Densitas Partikel
ρ : Densitas Air
μ : Viskositas Air
4. Metode Grafik
Pada proses sedimentasi, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan
sedimentasi adalah specific grafity dan diameter partikel. Kecepatan pengendapan
sebagai fungsi specific gravity dan diameter partikel dapat digambarkan dalam
sebuah grafik. Grafik kecepatan sedimentasi ditunjukkan pada Gambar II.3 dimana d
adalah diameter partikel (cm), Vs adalah kecepatan pengendapan, dan S adalah
specific gravity. Bila ukuran partikel dan specific gravity dari suatu partikel diketahui
maka grafik pada gambar II.4 dapat dipakai untuk menentukan kecepatan
sedimentasi.
berupa liquid jernih. Jika sedimentasi dilanjutkan tinggi dari setiap daerah bervariasi
seperti pada gambar II.8.(c) dan gambar II.8.(d). Dimana daerah A dan D akan
semakin luas, sebanding dengan berkurangnya daerah B dan C. Pada akhirnya daerah
B dan C akan hilang dan semua padatan terdapat pada daerah D sehingga hanya
tersisa daerah A dan D. Keadaan seperti ini disebut dengan “Critical Settling Point”
Gambar II.8.(e), yaitu keadaan dimana terbentuk bidang batas tunggal antara liquid
jernih dan endapan (Setiyadi, 2018).
II.2.6. Slurry
Slurry merupakan istilah umum yang berupa residu dan limbah yang
dihasilkan dari proses pembuatan biogas. Slurry yang keluar dari instalasi biogas
berupa padat dan cair. Slurry yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikan
pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan
leguminosa seperti N, P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Bio-slurry sapi adalah slurry yang
sudah difermentasi dengan fermentor Biang Kompos (BEKA) yang berkualitas tinggi
baik bagi kesuburan lahan dan menambah mikro flora serta fauna di dalam tanah
(Gunawan, 2017).
II.2.7. Clarifier
Sedimentasi adalah pemisahan partikel-partikel padatan tersuspensi dalam air
dengan pengendapan secara gravitasi. Bak sedimentasi sering disebut juga sebagai
clarifier maupun thickener. Clarifiermerupakan teknologi yang berfungsi untuk
memisahkan padatan yang tercampur dalam cairan, konsep pemisahan padatan
berdasarkan sedimentasi (pengendapan). Jika tujuan utama operasi sedimentasi
adalah untuk menghasilkan aliran keluaran yang rendah padatan tersuspensi, maka
bak sedimentasi biasanya disebut sebagai clarifier, jika tujuan utamanya adalah untuk
menghasilkan suspensi yang pekat maka bak sedimentasi disebut sebagai thickener.
Dalam unit pengolahan air, sedimentasi digunakan untuk memisahkan secara cepat
partikel mengendap, impuritas terflokulasi atau terkoagulasi dan impuritas
terpresipitasi dari operasi pelunakan. Prinsip utama dari sedimentasi adalah
memberikan kesempatan air untuk tinggal atau mengalir dengan laju sangat lambat
sehingga partikel-partikel yang lebih berat akan mengendap ke bawah karena gaya
gravitasi (Sarwono, 2017).
II.2.8. Jenis-Jenis Clarifier
Adapun jenis-jenis dari clarifieryaitu:
1. Rectangular Horizontal Flow Tank
Tangki berbentuk persegi dengan aliran secara horizontal
.
Gambar II. 8 Hopper Bottomed Upward Flow Tank
(Tim Dosen, 2021)
II.2.9. Aplikasi
Sedimentasi berperan penting dalam berbagai proses industri, pada proses
pemurnian air limbah, pengolahan air sungai, pengendapan partikel bahan cair,
pengendapan kristal dari larutan induk. Beberapa aplikasi lainnya yaitu pada unit
pemisahan untuk mengambil magnesium dari air laut, memisahkan bahan buangan
dari bahan yang akan diolah di pabrik gula, pengolahan air sungai menjadi boiler feed
water, proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya pada clarifier (Setiyadi,
2018).
Proses sedimentasi berperan penting dalam berbagai industri, misalnya
flokulasi merupakan fenomena khusus untuk sedimen atau lanau halus di waduk dan
muara. Flokulasi biasanya menyebabkan perubahan ukuran, morfologi dan kecepatan
pengendapan partikel sedimen dan akhirnya perubahan topografi dasar waduk dan
muara. Kecepatan pengendapan tergantung pada individu ukuran partikel, gravitasi
dan bentuk partikel, yang secara substansial, berbeda dari kecepatan pengendapan
flok. Misalnya karena proses flokulasi, lumpur sering diubah menjadi flok selama
suspensi di daerah pantai muara (Shi, 2019).
(Suryani, 2020)
2. Kalsium Karbonat
A. SifatFisika
1. Fase : Padat (kristal)
2. Warna : Putih
3. SpecificGravity : 2,93
4. Titik Lebur : 825 °C (dekomposisi)
B. SifatKimia
1. Rumus Molekul :CaCO3
2. BeratMolekul : 100.09 gr/mol
3. Kelarutan : Larut dalamair
(Perry, 1997 “Calcium Carbonate”)
C. Fungsi :
Sebagai bahan pembuatan slurry pada percobaansedimentasi
II.5. Hipotesa
Dalam percobaan sedimentasi ini diharapkan hubungan antara konsentrasi
partikel dengan ukuran partikel, dimana jika konsentrasi partikel semakin kecil maka
kecepatan sedimentasi semakin cepat karena adanya tumbukan antar partikel yang
kecil. Hubungan antara waktu pengendapan dan banyaknya slurry yaitu apabila
semakin lama waktu pengendapan maka slurry yang di dapat semakin banyak.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan
1. Air
2. Kalsium Karbonat
III.2. Alat
1. Beaker Glass
2. Gelas Ukur
3. Kaca Arloji
4. Pengaduk
5. Penggaris
6. Piknometer
7. Stopwatch
8. NeracaAnalitik
III.3. GambarAlat
2
3
KeteranganGambar:
1. Penggaris
2. Gelas Ukur
3. Stopwatch
III.4. Prosedur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
gelas ukur dan diukur ketinggian awalnya. Kemudian pada tiap selang waktu 2 menit,
tinggi endapan diukur hingga mencapai critical settling point, yakni tinggi endapan
yang konstan dan dalam percobaan ini dicapai pada menit ke-44 hingga menit ke-50
pada tiap konsentrasi sehingga diperoleh tinggi endapan pada konsentrasi 6,5 %;
7,5%; 8,5% berturut-turut sebesar 134,4 cm; 133,2 cm dan 131,9 cm.
IV.2 Tabel Perhitungan
Tabel IV. 2 Perhitungan C1 (gr/cm³) dan v (cm/menit) pada CaCO3 dengan
konsentrasi 6,5 %
CaCO₃ 6,5 % 1 liter
Tinggi
Waktu Tinggi awal, Tinggi cairan C1, v
endapan
(t, menit) (Z0, cm) (ΔZ, cm) (gr/cm3) (cm/menit)
(Z1, cm)
0 150 0 150 0,0650 0,0000
2 150 30 120 0,0813 15,0000
4 150 60 90 0,1083 15,0000
6 150 83 67 0,1455 13,8333
8 150 100 50 0,1950 12,5000
10 150 110 40 0,2438 11,0000
12 150 117 33 0,2955 9,7500
14 150 121 29 0,3362 8,6429
16 150 124 26 0,3750 7,7500
18 150 127 23 0,4239 7,0556
20 150 129 21 0,4643 6,4500
22 150 131 19 0,5132 5,9545
24 150 132 18 0,5417 5,5000
26 150 133 17 0,5735 5,1154
28 150 133,5 16,5 0,5909 4,7679
30 150 133,7 16,3 0,5982 4,4567
32 150 133,8 16,2 0,6019 4,1813
34 150 133,9 16,1 0,6056 3,9382
36 150 134 16 0,6094 3,7222
38 150 134,1 15,9 0,6132 3,5289
40 150 134,2 15,8 0,6171 3,3550
42 150 134,3 15,7 0,6210 3,1976
44 150 134,4 15,6 0,6250 3,0545
46 150 134,4 15,6 0,6250 2,9217
48 150 134,4 15,6 0,6250 2,8000
50 150 134,4 15,6 0,6250 2,6880
Pada tabel perhitungan diatas, diperoleh hasil perhitungan konsentrasi
endapan (C1) dan kecepatan pengendapan (v) saat konsentrasi 6,5% dengan interval
waktu pengukuran selama 2 menit hingga menit ke-50, dimana terjadi critical settling
point pada menit ke-44 hingga 50 sehingga didapatkan konsentrasi endapan konstan
IV.3 Grafik
Di bawah ini merupakan grafik hubungan waktu pengendapan (menit)
terhadap ketinggian pelarut(cm) pada konsentrasi CaCO3 sebesar 6,5%; 7,5% dan
8,5% secara berturut-turut
140
120
100
80 y = -1.6718x + 76.177
60 R² = 0.5371
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu Pengendapan (t, menit)
140
120
100
80
60 y = -1.6667x + 77.203
40 R² = 0.5387
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu Pengendapan (t, menit)
140
120
100
80
60 y = -1.6612x + 78.314
40 R² = 0.5404
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu Pengendapan (t, menit)
50
20
10
0
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000
Konsentrasi endapan (C1, gr/cm³)
50
20
10
0
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000
Konsentrasi endapan (C1, gr/cm³)
50
20
10
0
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000
Konsentrasi endapan (C1, gr/cm³)
16
14
12
10
8
6
4 y = 8.1959x2 - 27.564x + 17.44
2 R² = 0.9879
0
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000
Konsentrasi endapan (C1, gr/cm³)
14.0000
12.0000
10.0000
8.0000
6.0000
4.0000 y = 3.341x2 - 22.473x + 16.92
R² = 0.9872
2.0000
0.0000
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000
Konsentrasi endapan (C1, gr/cm³)
14.0000
12.0000
10.0000
8.0000
6.0000
4.0000 y = -0.7217x2 - 17.9x + 16.289
R² = 0.9859
2.0000
0.0000
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000
Konsentrasi endapan (C1, gr/cm³)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Hubungan antara konsentrasi slurry dengan kecepatan pengendapan adalah
berbanding lurus, dimana semakin besar konsentrasi slurry, maka kecepatan
pengendapannya juga semakin besar.
2. Berdasarkan data batch sedimentasi yang telah didapat, dapat ditentukan
diameter serta tinggi clarifier pada CaCO3. Dimana, untuk konsentrasi 6,5%,
7,5% dan 8,5% diperoleh nilai diameter (D) untuk setiap konsentrasi secara
berturut-turut sebesar 78,0703cm, 70,6419cm, 65,919cm. dan diperoleh pula
nilai tinggi clarifier (H) untuk setiap konsentrasi secara berturut-turut sebesar
11,2834 cm, 7,90906 cm dan 6,08584 cm.
3. Hubungan antara waktu pengendapan dengan tinggi permukaan slurry yaitu
berbanding lurus, artinya semakin lama waktu pengendapan maka
semakintinggi pula permukaan slurry yang dihasilkan.
V.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan harus lebih teliti dalam pengamatan ketinggian cairan
dan waktu saat percobaan.
2. Sebaiknya praktikan sebaiknya memperhatikan dengan seksama dan teliti,
pada saat memulai stopwatch dan membuka kran 1 putaran penuh serta teliti
3. Sebaiknya praktikan diharapkan memperhatikan saat membuka kran karena
jika bukaan kran tidak sama atau konstan maka hasil akan tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Tabel Pengamatan
CaCO₃ 6,5 % 1 liter
Tinggi
Waktu Tinggi awal, Tinggi cairan C1, v
endapan
(t, menit) (Z0, cm) (ΔZ, cm) 3
(gr/cm ) (cm/menit)
(Z1, cm)
0 150 0 150 0,0650 0,0000
2 150 30 120 0,0813 15,0000
4 150 60 90 0,1083 15,0000
6 150 83 67 0,1455 13,8333
8 150 100 50 0,1950 12,5000
10 150 110 40 0,2438 11,0000
12 150 117 33 0,2955 9,7500
14 150 121 29 0,3362 8,6429
16 150 124 26 0,3750 7,7500
18 150 127 23 0,4239 7,0556
20 150 129 21 0,4643 6,4500
22 150 131 19 0,5132 5,9545
24 150 132 18 0,5417 5,5000
26 150 133 17 0,5735 5,1154
28 150 133,5 16,5 0,5909 4,7679
30 150 133,7 16,3 0,5982 4,4567
32 150 133,8 16,2 0,6019 4,1813
34 150 133,9 16,1 0,6056 3,9382
36 150 134 16 0,6094 3,7222
38 150 134,1 15,9 0,6132 3,5289
40 150 134,2 15,8 0,6171 3,3550
42 150 134,3 15,7 0,6210 3,1976
44 150 134,4 15,6 0,6250 3,0545
46 150 134,4 15,6 0,6250 2,9217
48 150 134,4 15,6 0,6250 2,8000
50 150 134,4 15,6 0,6250 2,6880
2. Perhitungan
1. Pembuatan Larutan
a) CaCO3 6,5%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
%berat = × 100%
𝑣𝑜𝑙.𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × ρ larutan
𝑚
6,5% = × 100%
1000𝑚𝑙 ×1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
m = 65 gram
b) CaCO3 7,5%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
%berat = × 100%
𝑣𝑜𝑙.𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × ρ larutan
𝑚
7,5% = × 100%
1000𝑚𝑙 ×1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
m = 75 gram
c) CaCO3 8,5%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
%berat = × 100%
𝑣𝑜𝑙.𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × ρ larutan
𝑚
8,5% = × 100%
1000𝑚𝑙 ×1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
m = 85 gram
2. Perhitungan kecepatan pengendapan, v (cm/menit)
𝑍1
v=
𝑡
30
v= = 15 cm/menit
2
3. Perhitungan konsentrasi awal, Co (gr/𝑐𝑚3 )
𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝐶𝑜 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
65 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐶𝑜 =
1000 𝑚𝑙
𝐶𝑜 = 0,065 gr/𝑐𝑚3
4. Perhitungan konsentrasi slurry C1 (gr/cm3 )
𝑍𝑜
C1 = × 𝐶𝑜
∆𝑧
150
𝐶1 = × 0,065
120
𝐶1 = 0.0813 gr/cm3
5. Perhitungan debit Q (𝑐𝑚3 /menit)
𝑣
Q=
𝑡
1000 𝑚𝑙
Q=
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Q = 16,6667𝑐𝑚3 /menit
4 ×4781,62
D=√
3,14
D = 78,0464 cm
8. Perhitungan tinggi clarifier (cm)
𝑡
H=
𝑣
39,305 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
H=
3,4855 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
H = 11,2765 cm