“SEDIMENTASI”
GRUP B
LEMBAR PENGESAHAN
“SEDIMENTASI”
GROUP B
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “Sedimentasi”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV.Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei
2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Caecilia Pujiastuti,MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Ibu Ir. Nurul Widji Triana, MT selaku dosen pembimbing praktikum
sedimentasi
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan
saran, seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksaan kesempurnaan
laporan ini.Akhirnya penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang
telah disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya
jurusan Teknik Kimia.
Penyusun
DAFTAR ISI
APPENDIX ........................................................................................................ 37
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengamatan Zo, Z1, Z2,dan Z3 pada konsentrasi larutan 1,44%
Tabel 2 Pengamatan Zo, Z1, Z2,dan Z3 pada konsentrasi larutan 2,44%
Tabel 3 Pengamatan Zo, Z1, Z2,dan Z3 pada konsentrasi larutan 3,44%
Tabel 4 Pengamatan Zo, Z1, Z2,dan Z3 pada konsentrasi larutan 4,44%
Tabel 5 Pengamatan Zo, Z1, Z2,dan Z3 pada konsentrasi larutan 5,44%
Tabel 6 Pengamatan Zo, Z1, Z2,dan Z3 pada konsentrasi larutan 6,44%
Tabel 7 Pengamatan Zo, Z1, Z2,dan Z3 pada konsentrasi larutan 8,44%
Tabel 8 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 1,44%
Tabel 9 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 2,44%
Tabel 10 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 3,44%
Tabel 11 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 4,44%
Tabel 12 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 5,44%
Tabel 13 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 6,44%
Tabel 14 Perhitungan C1, v, Q, Ap, D, h pada konsentrasi larutan 8,44%
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Hubungan antara waktu pengendapan,t (menit) dengan tinggi
suspensi,Z2(cm) pada slurry konsentrasi 1,44%
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari hubungan antara tinggi permukaan slurry dengan waktu
pengendapan
2. Untuk mengetahui dan merancang continous thickener berdasarkan data
batch proses sedimentasi
3. Untuk membuat grafik hubungan antara laju pengendapan slurry terhadap
konsentrasi slurry
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
sedimentasi
2. Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami proses sedimentasi
3. Agar praktian dapat mengetahui critical settling point pada proses
sedimentasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu cara pemisahan antara padatan dengan cairan dari suatu slurry
dapat dilakukan secara sedimentasi. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan
padatan dalam cairan karena adanya gaya gravitasi. Ketika suatu partikel padatan
berada pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya
kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding maupun dengan
partikel lainnya, peristiwa ini disebut free settling. Ketika partikel padatan berada
pada keadaan saling berdesakan maka partikel akan mengendap pada kecepatan
rendah, peristiwa ini disebut hindered settling. Akibat dari hal ini, pada proses
sedimentasi kecepatan endapan yang turun ke bawah semakin lama semakin
lambat, sehingga untuk memperoleh hasil sedimentasi sampai proses
pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup lama. Guna menghasilkan
proses sedimentasi yang optimum perlu menentukan waktu pengendapan yang
efektif. Proses sedimentasi banyak terjadi pada proses penjernihan air, pengolahan
limbah, maupun erosi.
Suatu bak sedimentasi secara ideal dengan proses kontinyu dibagi menjadi
empat daerah (zone), yaitu :
1. Daerah masuk (inlet zone) yang berfungsi untuk mendistribusikan
aliran secara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan kecepatan
aliran yang baru masuk.
2. Daerah pengendapan (settling zone) yang berfungsi untuk mengalirkan
air secara pelan horizontal kearah outlet dan didalam zona ini terjadi
proses pengendapan.
3. Daerah lumpur (sludge zone) yang berfungsi sebagi tempat
pengumpulan partikel – pertikel yang terendapkan juga tempat
pengeluaran lumpur.
4. Daerah pengeluaran air (outlet zone) berfungsi tempat pengeluaran air
yang telah bersih dari proses pengendapan melalui pelimpah.
Plate settler merupakan keeping pengendap yang dipasang pada settling
zone (zone pengendapan) di bak sedimentasi dengan kemiringan tertentu yang
bertujuan untk meningkatkan efisiensi dan memperluas dibidang pengendapan
sehingga proses fisika dari sedimentasi dapat berlangsung lebih efektif bila tanpa
menggunakan plate settler. Adapun tiga macam aliran yang melalui plate settler
yaitu :
a. Upflow (aliran keatas), yaitu dimana sludge yang mengendap turun ke
dasar bak melalui plate ketika aliran air mengalir ke atas menuju outlet
zone.
b. Downflow (aliran kebawah), yaitu dimana sludge yang mengendap turun
ke dasar bak melalui plate bersamaan dengan aliran yang mengalir ke
bawah.
c. Crossflow (aliran silang), yaitu dimana sludge yang mengendap turun ke
dasar bak, sedangkan aliran air menyilang (crossing) dimasing – masing
plate.
(Setiyadi, 2014)
II.1.2 Proses Sedimentasi Gravitasi
Zi −Z1
V1 = ……………………………………………………………………..…(1)
ti −0
Keterangan:
V1 = kecepatan pengendapan (m/s)
Z1 = ketinggian pada titik 1 (m)
Zi = kecepatan pada titik i (m)
t1 = waktu pada titik 1 (s)
Jika konsentrasi adalah C1. Maka rata – rata konsentrasi dari suspensi jika
z1 adalah ketinggian slurry :
Z0
C1 . Z1 = C0 . Z0 atau C1 = . C0……………………………………(2)
Z1
Keterangan:
C1 = konsentrasi slurry (gr/cm3)
Z1 = tinggi slurry tiap selang waktu (cm)
C0 = konsentrasi awal (gr/cm3)
Z0 = Tinggi suspensi mula – mula (cm)
dan cairan bening yang keluar pada saat yang bersamaan. Saat kondisi steady
state, maka ketinggian cairan akan selalu tetap.
(Widya, 2013)
II.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi adalah:
a. Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena
partikel lain semakin besar sehingga drag forcenya pun semakin besar.
b. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika ukuran
partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan volumenya.
c. Jenis Partikel
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan
pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis. Densitas partikel
semakin besar akan menyebabkan gaya apung kecil dan gaya gravitasi besar.
(Wiwin, 2010)
II.1.7 Kecepatan Sedimentasi
Pada proses pengendapan dalam keadaan free settling, model persamaan
yang dapat digunakan untuk menghitung kecepatan pernurunan partiel pada
proses sedimentasi adalah sebagai berikut :
1. Stokes-newton law
Jika sebuah partikel turun didalam fluida karena gaya fravitasi., maka
kecepatan pengendapan akan tercapa apabila jumlah dari gaya friksi (drag force)
dan gaya apung (buoyancy) sebanding dengan gaya gravitasi benda. Persamaan
kecepatan pengendapan adalah sebagai berikut :
𝑔.𝐷𝑠2 (𝜌𝑠−𝜌)
𝑉𝑠 = ................................................................(3)
18.𝜇
Keterangan :
Vs : kecepatan pengendapan (m/s)
g : gaya gravitasi (m/s2)
Keterangan :
g : gaya gravitasi (m/s2)
v : kecepatan sedimentasi (m/s)
𝜌𝑠 : densitas partikel (gr/ml)
𝜌𝑓 : densitas air (gr/ml)
dp : diameter partikel (m)
𝜇𝑓 : viskositas (Ns/m2)
b : konsentrasi fluida
3. Persamaan Fergusson-church
Persamaan kecepatan pengendapan dapat dirumuskan
𝜌𝑠.𝑔.𝑏 2
𝑉𝑠 = ..........................................(5)
18.𝜇+√0,3.𝜌𝑠.𝜌.𝑔.𝐷 3
Keterangan :
Vs : kecepatan pengendapan (m/s)
𝜌𝑠 : densitas partikel (gr/ml)
b : diameter partikel (m)
𝜇 : viskositas (Ns/m2)
𝜌 : densiatas air (gr/ml)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
4. Persamaan Gibbs – Maltew- Link
Keterangan :
V : kecepatan sedimentasi (m/s)
𝜂 : viskositas fluida (Ns/m2)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
ρf : densitas fluida (g/ml)
ρs : densitas solid (g/ml)
r : jari-jari partikel (m)
(Karyadi, 2010)
II.1.8 Critical Settling Point
(Geankoplis, 1986)
5) Densitas : 1 g/𝑐𝑚3
II.3 Hipotesa
BAB III
PERCOBAAN
1. Tepung Tapioka
2. Aquadest
1. Buat slurry dari campuran tepung tapioca dengan air, aduk hingga
homogen, masukkan kedalam tabung gelas ukur sampai mencapai 500 ml
2. Catat tinggi permukaan slurry dan air dalam selang waktu tertentu, hingga
mecapai tinggi slurry konstan
3. Catat pula tinggi slurry setelah terjadi critical settling point
4. Buat grafik hubungan antara tinggi permukaan dengan waktu
BAB IV
IV.1Hasil Pengamatan
t = Waktu (menit)
Z0 = Tinggi awal (cm)
Z1 = Tinggi endapan (cm)
Z2 = Tinggi Suspensi (cm) (Z0 – Z1)
V = Kecepatan pengendapan (cm/menit)
C0 = Konsentrasi awal (g/cm3)
C1 = Konsentrasi slurry (g/cm3)
Q = Debit (cm3/menit)
Ap = Luas permukaan (cm2)
D = Diameter (cm)
h = Tinggi continuous thickener (cm)
Tabel 8. Perhitungan percobaan pada konsentrasi 1,44%
t Z0 Z1 Z2 V C0 C1 Q Ap D h
(menit) (cm) (cm) (cm) (cm/menit) (g/cm3) (g/cm3) 3
(cm /menit) (cm2) (cm) (cm)
60 24,7 0,5 24,2 0,40333 0,0144 0,71136 8,33333 20,6612 5,1303 24,2
90 24,7 0,6 24,1 0,26778 0,0144 0,5928 5,55556 20,7469 5,1409 24,1
120 24,7 0,7 24 0,2 0,0144 0,50811 4,16667 20,8333 5,1516 24
150 24,7 0,7 24 0,16 0,0144 0,50811 3,33333 20,8333 5,1516 24
180 24,7 0,7 24 0,13333 0,0144 0,50811 2,77778 20,8333 5,1516 24
210 24,7 0,8 23,9 0,11381 0,0144 0,4446 2,38095 20,9205 5,1624 23,9
240 24,7 0,8 23,9 0,09958 0,0144 0,4446 2,08333 20,9205 5,1624 23,9
24.8
24.6
Tinggi Suspensi (Z2)
24.4
(cm)
24.2
24
23.8
23.6
0 50 100 150 200 250 300
Waktu Pengendapan (t)
(menit)
0.75
0.55
(gr/cm3)
0.45
0.35
0.25
0.15
0.05
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
t Z0 Z1 Z2 V C0 C1 Q Ap D h
(menit) (cm) (cm) (cm) (cm/menit) (g/cm3) (g/cm3) (cm3/menit) (cm2) (cm) (cm)
60 25 0,9 24,1 0,40167 0,0244 0,67778 8,33333 20,7469 5,1409 24,1
90 25 1,1 23,9 0,26556 0,0244 0,55455 5,55556 20,9205 5,1624 23,9
120 25 1,2 23,8 0,19833 0,0244 0,50833 4,16667 21,0084 5,1732 23,8
150 25 1,2 23,8 0,15867 0,0244 0,50833 3,33333 21,0084 5,1732 23,8
180 25 1,3 23,7 0,13167 0,0244 0,46923 2,77778 21,0970 5,1841 23,7
210 25 1,3 23,7 0,11286 0,0244 0,46923 2,38095 21,0970 5,1841 23,7
240 25 1,3 23,7 0,09875 0,0244 0,46923 2,08333 21,0970 5,1841 23,7
25.2
25
Tinggi Suspensi (Z2)
24.8
24.6
24.4
(cm)
24.2
24
23.8
23.6
23.4
23.2
0 50 100 150 200 250 300
Waktu Pengendapan (t)
(menit)
semakin banyak. Tinggi critical settling point pada menit ke 360 dengan tinggi
sebesar 1,3 cm.
0.75
Konsentrasi Slurry (C1)
0.65
0.55
(gr/cm3)
0.45
0.35
0.25
0.15
0.05
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Kecepatan Pengendapan (v)
(cm/menit)
25.5
25
Tinggi Suspensi (Z2)
24.5
(cm)
24
23.5
23
0 50 100 150 200 250 300
Waktu Pengendapan (t)
(menit)
semakin banyak. Tinggi critical settling point pada menit ke- 360 dengan tinggi
sebesar 1,6 cm.
0.75
0.65
Konsentrasi Slurry (C1)
0.55
(gr/cm3)
0.45
0.35
0.25
0.15
0.05
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Kecepatan Pengendapan (v)
(cm/menit)
t Z0 Z1 Z2 V C0 C1 Q Ap D h
(menit) (cm) (cm) (cm) (cm/menit) (g/cm3) (g/cm3) (cm3/menit) (cm2) (cm) (cm)
60 23 1,5 21,5 0,35833 0,04444 0,68141 8,33333 23,2558 5,4429 21,5
90 23 1,8 21,2 0,23556 0,04444 0,56784 5,55556 23,5849 5,4813 21,2
120 23 1,9 21,1 0,17583 0,04444 0,53796 4,16667 23,6967 5,4943 21,1
150 23 2 21 0,14 0,04444 0,51106 3,33333 23,8095 5,5073 21
180 23 2 21 0,11667 0,04444 0,51106 2,77778 23,8095 5,5073 21
210 23 2 21 0,1 0,04444 0,51106 2,38095 23,8095 5,5073 21
240 23 2,1 20,9 0,08708 0,04444 0,48672 2,08333 23,9234 5,5205 20,9
23.5
23
Tinggi Suspensi (Z2)
22.5
22
(cm)
21.5
21
20.5
20
0 50 100 150 200 250 300
Waktu Pengendapan (t)
(menit)
0.75
Konsentrasi Endapan (C1)
0.65
0.55
(gr/cm3)
0.45
0.35
0.25
0.15
0.05
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Kecepatan Pengendapan (v)
(cm/menit)
t Z0 Z1 Z2 V C0 C1 Q Ap D h
(menit) (cm) (cm) (cm) (cm/menit) (g/cm3) (g/cm3) (cm3/menit) (cm2) (cm) (cm)
60 24,8 1,6 23,2 0,38667 0,0544 0,8432 8,33333 21,5517 5,2397 23,2
90 24,8 2 22,8 0,25333 0,0544 0,67456 5,55556 21,9298 5,2855 22,8
120 24,8 2,1 22,7 0,18917 0,0544 0,64244 4,16667 22,0264 5,2971 22,7
150 24,8 2,1 22,7 0,15133 0,0544 0,64244 3,33333 22,0264 5,2971 22,7
180 24,8 2,1 22,7 0,12611 0,0544 0,64244 2,77778 22,0264 5,2971 22,7
210 24,8 2,2 22,6 0,10762 0,0544 0,61324 2,38095 22,1239 5,3088 22,6
240 24,8 2,2 22,6 0,09417 0,0544 0,61324 2,08333 22,1239 5,3088 22,6
25
24.5
Tinggi Suspensi (Z2)
24
(cm)
23.5
23
22.5
22
0 50 100 150 200 250 300
Waktu Pengendapan (t)
(menit)
0.95
(gr/cm3) 0.65
0.55
0.45
0.35
0.25
0.15
0.05
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Kecepatan Pengendapan (v)
(cm/menit)
t Z0 Z1 Z2 V C0 C1 Q Ap D h
(menit) (cm) (cm) (cm) (cm/menit) (g/cm3) (g/cm3) (cm3/menit) (cm2) (cm) (cm)
60 24,4 2 22,4 0,37333 0,0644 0,78568 8,33333 22,3214 5,3324 22,4
90 24,4 2,1 22,3 0,24778 0,0644 0,74827 5,55556 22,4215 5,3444 22,3
120 24,4 2,2 22,2 0,185 0,0644 0,71425 4,16667 22,5225 5,3564 22,2
150 24,4 2,2 22,2 0,148 0,0644 0,71425 3,33333 22,5225 5,3564 22,2
180 24,4 2,3 22,1 0,12278 0,0644 0,6832 2,77778 22,6244 5,3685 22,1
210 24,4 2,3 22,1 0,10524 0,0644 0,6832 2,38095 22,6244 5,3685 22,1
240 24,4 2,3 22,1 0,09208 0,0644 0,6832 2,08333 22,6244 5,3685 22,1
25
24.5
Tinggi Suspensi (Z2)
24
23.5
(cm)
23
22.5
22
21.5
0 50 100 150 200 250 300
Waktu Pengendapan (t)
(menit)
semakin banyak. Tinggi critical settling point pada menit ke 360 dengan tinggi
sebesar 2,3 cm.
0.85
Konsentrasi Endapan (C1)
0.75
0.65
0.55
(gr/cm3)
0.45
0.35
0.25
0.15
0.05
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Kecepatan Pengendapan (v)
(cm/menit)
t Z0 Z1 Z2 V C0 C1 Q Ap D h
(menit) (cm) (cm) (cm) (cm/menit) (g/cm3) (g/cm3) (cm3/menit) (cm2) (cm) (cm)
60 25,2 2,7 22,5 0,375 0,0844 0,78773 8,33333 22,2222 5,3206 22,5
90 25,2 2,8 22,4 0,24889 0,0844 0,7596 5,55556 22,3214 5,3324 22,4
120 25,2 3 22,2 0,185 0,0844 0,70896 4,16667 22,5225 5,3564 22,2
150 25,2 3,1 22,1 0,14733 0,0844 0,68609 3,33333 22,6244 5,3685 22,1
180 25,2 3,1 22,1 0,12278 0,0844 0,68609 2,77778 22,6244 5,3685 22,1
210 25,2 3,1 22,1 0,10524 0,0844 0,68609 2,38095 22,6244 5,3685 22,1
240 25,2 3,2 22 0,09167 0,0844 0,66465 2,08333 22,7273 5,3807 22
25.5
25
Tinggi Suspensi (Z2)
24.5
24
23.5
(cm)
23
22.5
22
21.5
21
0 50 100 150 200 250 300
Waktu Pengendapan (t)
(menit)
maka tinggi suspensi semakin rendah dikarenakan endapan yang semakin banyak.
Tinggi critical settling point pada menit ke 360 dengan tinggi sebesar 3,2cm
0.85
Konsentrasi Endapan (C1)
0.75
0.65
0.55
(gr/cm3)
0.45
0.35
0.25
0.15
0.05
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Kecepatan Pengendapan (v)
(cm/menit)
BAB V
V.1. Kesimpulan
1. Semakin lama waktu yang diberikan, semakin besar pula tinggi endapan
yang didapat.
2. Semakin besar konsentrasi slurry semakin besar pula endapan yang
didapatkan
3. Semakin besar konsentrasi, maka kecepatan pengendapannya semakin
besar dan waktu yang dibutuhkan lebih singkat
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Perry, Robert, dkk 1997. “Perry’s Chemical Engineers Hard Book Sevent
Edition”. New York : Mc Graw Hill
Setiyadi. 2014. “Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam
Keadaan Free Setling”. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Vol.6 No. 2
Hal 98-106.
Widya.2013.”Pengaruh sedimentasi terhadap kelimpahan makrozoobeuthos di
muara sungai Betak Malang kabupaten Demak .”Jurnal saintek perikanan
vol.10 No.2 Hal 129-135.
Wiwin,Haryati.2010.”Jurnal Purivikasi”.Jurnal Teknologi dan Manajemen
Lingkungan.Vol 11.No 2 Hal 63.
APPENDIX
𝑤𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
8,44% = × 100%
500 𝑔𝑟
𝑤𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 42,2𝑔𝑟
Jadi 42,2 gr tepung tapioka dilarutkan dengan air hingga 500 ml
25 𝑐𝑚
𝐶1 = 𝑥 0,0144𝑔𝑟/𝑚𝑙 = 0,67778𝑔𝑟/𝑚𝑙
0,5𝑐𝑚
5. Debit (Q)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄=
∆𝑇
500 𝑚𝑙
𝑄=
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄 = 8,3333 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄
𝐴𝑝 =
𝑉
8,3333 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐴𝑝 =
0,35833 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐴𝑝 = 23,255 𝑐𝑚2
8. Diameter (D)
4𝐴
𝐷=√
𝜋
4 . 23,255
𝐷=√
3,14
𝐷 = 5,4429 𝑐𝑚
9. Tinggi continous thickener
𝑄𝑥∆𝑇
ℎ=
𝐴𝑝
𝑚𝑙
8,3333 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
ℎ=
22,22222𝑐𝑚2
ℎ = 22,5 𝑐𝑚