Anda di halaman 1dari 37

DRYING

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
“SEDIMENTASI”

OLEH :

Nama / NPM : 1. Kevyn John Lobo /18031010200


2. Maylinda Puspita D /18031010212
Pararel / Grup :E/P
Tanggal Percobaan : 9 Maret 2020

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2020
SEDIMENTASI

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA I

“SEDIMENTASI”

GRUP P

1. KEVYN JOHN LOBO (18031010200)


2. MAYLINDA PUSPITA DEWI (18031010212)

Telah Diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing

(Ir. Ketut Sumada, MS) (Ir. Nurul Widji Triana, MT)


NIP 19620118 198803 1 001 NIP 19610301 198903 2 001

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi operasi teknik
kimia I ini dengan judul “Sedimentasi”.
Laporan resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah operasi teknik
kimia I yang telah kami lakukan berdasarkan percobaan, dengan melakukan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dan literatur serta
petunjuk dari asistem pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2020
di laboratorium operasi teknik kimia I.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik dari sarana, prasarana, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Ketut Sumada, MS selaku kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
2. Ir. Nurul Widji Triana, MT selaku dosen pembimbing.
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan, maka kami selalu mengharapkan kritik dan saran seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam praktikum yang kami lakukan.
Tentunya kami sangat berharap laporan yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 9 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
INTISARI....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.............................................................................................5
I.2 Tujuan...........................................................................................................5
I.3 Manfaat.........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Secara umum................................................................................................6
II.2. Faktor yang mempengaruhi sedimentasai...............................................10
II.3. Bahan...........................................................................................................10
II.4. Hipotesa.......................................................................................................11
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan...........................................................................................................12
III.2. Alat..............................................................................................................12
III.3. Gambar alat................................................................................................12
III.4. Rangkaian alat............................................................................................12
III.5. Prosedur......................................................................................................13
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
IV.1. Tabel hasil pengamatan.............................................................................14
IV.2. Tabel Perhitungan......................................................................................20
IV.3. Grafik..........................................................................................................21
IV.4. Pembahasan................................................................................................23
BAB V SIMPULAN dan SARAN
V.1. Simpulan.....................................................................................................25
V.2. Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
INTISARI

Sedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padatan encer menjadi


fluida yang lebih jernih dan suspensi yang lebih pekat berdasarkan gaya gravitasi.
Tujuan dilakukan percobaan sedimentasi, pertama untuk merancang/desain alat
clarifier(tangki pengendap) dari data batch hasi sedimentasi, kedua untuk
menghitung laju pengendapan slury suatu campuaran, dan terkahir untuk
mengetahui hubungan antara laju pengendapan dengan konsentrasi slurry.
Pada percobaan sedimentasi dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama melarutkan padatan tepung beras dan tepung maizena dalam air dengan
berat masing-masing bahan sebesar 7,5 gram, 17,5 gram dan 21,5 gram. Lalu
masukan larutan kedalam gelas ukur dan diaduk hingga homogen, lalu mulai
waktu pada stopwatch. Kemudian ukur tinggi cairan awal dan amati tinggi
padatan dalam selang waktu 5 menit. Terakhir desain alat clarifier tipe silinder
dari data batch hasil perobaan sedimentasi dengan asumsi laju volumetrik pada
tepung beras konsentrasi 1,5%, 3,5% dan 5,5% berturut-turut sebesar 0,286667
cm/menit, 0,510476 cm/menit dan 0,651304 cm/menit. Sedangkan pada tepung
maizena konsentrasi 1,5%, 3,5% dan 5,5% berturut-turut sebesar 0,658824
cm/menit, 0,653913 cm/menit, dan 0,453077 cm/menit.
Hasil yang didapat yaitu diameter clarifier(D) dan tinggi clarifier(H) pada
berbagai konsentrasi dengan asumsi laju volumtrik 175 m3/jam dan perbandingan
diameter (D )/ tinggi (H) sebesar 7. Pertama untuktepung beras konsentrasi 1,5%
besaran diameter clarifier dan tinggi clarifier yang didapat sebesar 13,27759 meter
dan 1,896798 meter. Konsentrasi 3,5% didapat diameter clarifier (D) sebesar
13,97767 meter dan tinggi clarifier(H) sebesar 1,99681 meter. Konsentrasi 5,5%
diameter clarifier dan tinggi clarifier yang didapat sebesar 14,40802 meter dan
2,058289 meter.
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Proses sedimentasi berperan penting dalam berbagai proses industri. Pada
umumnya sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi(campuran
padat cair) menjadi jernih atau cairan bening dan suspensi yang lebih padat.
Sedimentaasi adalah cara yang paling ekonomis untuk memisahkan
padatan dari suspensi bubur atau slurry. Sedimentasi biasanya menggunakan alat
yang dinamakan clarifier. Clarifier digunakan sebagai tempat terjadinya
pemisahan material dengan cara pengendapan. Oleh karena itu dilakukan
percobaan sedimentasi agar dapat merancang alat clarifier.

I.2 Tujuan
1. Untuk merancang/desain alat clarifier(tangki pengendap) dari data batch
sedimentasi
2. Untuk menghitung laju pengendapan slurry suatu campuran
3. Untuk mengetahui hubungan laju pengendapan dengan konsentrasi slurry

I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
proses sedimentasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Secara umum


Sedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padatan encer menjadi
fluida yang lebih jernih dari suspensi yang lebih pekat berdasarkan gaya gravitasi.
(Husaeni,2013). Salah satu cara pemisahan antara padatan dengan cairan dari
suatu slurry dapat dilakuan secara sedimentasi. Sedimentasi adalah suatu proses
pengendapan padatan dalam cairan karena adanya gaya gravitasi. Ketika suatu
parttikel padatan berada pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau partikel
padat lainnya. Kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding
maupun dengan partikel lainnya. Peristiwa ini disebut free settling. Ketika partikel
padatan berada pada keadaan saling berdesakan maka partikel akan mengendap
pada kecepatan rendah, peristiwa ini disebut hindred settling. Akibat dari peristiwa
ini, pada proses sedimentasi kecepatan endapan yang turun kebawah semakin
lama semakain lambat, sehingga untuk memperoleh hasil sedimentasi sampai
proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang lama. Proses sedimentasi
banyak terjadi pada proses penjernihan air, pengolahan limbah, maupun erosi.
(Sandy,2014).

II.1.1. Mekanisme sedimentasi

Gambar 1. Sedimentasi Batch

Batch sedimentasi merupakan beberapa tahap untuk pengendapan suspensi


yang mengalami flokulasi dan beberapa zona yang berbeda terbentuk saat
sedimentasi berlangsung. Biasanya konsentrasi padatan cukup tinggi sehingga
sedimentasi partikelnya terhalang oleh padatan lain, sedemikian rupa hingga
semua padatan pada tingkat tertentu menetap pada kecepatan yang sama. Pada
awalnya, padatan terdistribusi meerata dalam cairan seperti pada gamabar 1(a),
kedalaman total suspensi adalah z0. Dalam waktu yang singkat padatannya telah
mengendapdan membagi zona antara cairan bening (zona A) dan zona padatan
yang mengendap (zona D). Diatas zona D ada lapisan transisi (zona C) yang
kandungannya bervariasi antara pulp asli dan juga padatan yang ada di zona D.
Pada zona B konsentrasinya seragam dan juga sama seperti konsentrasi awal. Saat
pengendapan terus berlangsung, kedalaman zona A dan D meningkat, zona C
konstan sedangkan zona B menurun(gambaar 1(c)). Akhirnya zona B menghilang
menyisakan padatan pada zona C dan D yang kemudian dimampatkan lagi pada
zona D saja. Kemudian saat berat dari padatan sudah seimbang akibat adanya
kekuatan tekan dari gumpalannya, proses pengendapan beerhenti (gambar 1(e)).
Itulah apa yang disebut dengan sedimentasi.(McCabe,2005).
II.1.2. Kecepatan sedimentasi
Pada proses pengendapan dalam keadaan free settling, model
persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung kecepatan penurunan
partikel pada proses sedimentasi adalah sebagai berikut:
1) Stokes- Newton Law
Jika sebuah partikel turun di dalam fluida karena gaya gravitasi, maka
kecepatan pengendapan akan tercapai apabila jumlah dari gaya friksi
(drag force) dan gaya apung (buoyancy) sebanding dengan gaya gravitasi
benda (Sukardjo, 2004).
Persamaan kecepatan pengendapan adalah sebagai berikut :

𝑔. 𝐷𝑠2(𝜌𝑠 − 𝜌).......................................(1)
𝑉𝑠 =
18𝜇

Dimana vs adalah kecepatan pengendapan, g percepatan gravitasi, Ds


diameter partikel, ρs densitas partikel, ρ densitas cairan, dan μ viskositas
cairan.
2) Persamaan Farag
Farag merumuskan suatu persamaan untuk kecepatan
sedimentasi dengan variabel konsentrasi cairan. Persamaannya dapat
dirumuskan (Farag, 1996):
𝑉 = 𝑔. 𝑑𝑝2(𝜌𝑠 − 𝜌𝑓)𝜀2
.....................................................................................
………………………(2)
18𝜇 𝑓𝑏

Keterangan:
v = kecepatan pengendapan
g = percepatan gravitasi
dp = diameter partikel
ρs = densitas partikel
ρf = densitas cairan
Ɛf = fraksi volume cairan
µf = viskositas cairan
b = suatu konstanta
selain dua persamaan tersebut, terdapat pula persamaan fergusson church,
gibbs-mattew-link dan persamaan linerisasi faktor koreksi.(Setiyadi,2014).
II.1.3. Kecepatan pengendapan
Kecepatan pengendapan dapat ditentukan dengan mengamati tinggi
interface(interfase) sebagai fungsi waktu yang diperoleh dari :
𝑑𝑧
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 − = 𝑉1………………………………….(3)
𝑑𝑡
Pada point ini, tinggi Z1 dan Z2 adlah intercept tangen pada kurva tersebut.
Kecepatan pengendapan (sedimentation rate):

𝑍𝑖 − 𝑍1……………………………………(4)
𝑉1 = 𝑡1 − 0
Dengan V1 adalah kecepatan pengendapan(cm/menit), zi adalah tinggi
interface 1(cm), z1 adalah tinggi interface 2(cm) dan t1 adalah waktu pengendapan
(menit). (Silvia, 2013).
II.1.4. Clarifier
Pemisahan gravitasi dalam kondisi hindred settling biasa digunakan saat ingin
mengubah slurry encer dari partikel halus menjadi cairan murni yang sudah
dijernihkan atau juga suspensi terkonsentrasi. Proses ini dilakukan didialam tangki
besar yang terbuka disebut thickeners atau clarifiers. Suspensi yang terkonsentrasi
atau sludge biasanya tetap.
Filtrasi kembali untuk menghasilkan produK yang lebih kering, namun
biaya dan langkah-langkah filtrasinya akan lebih rendah dibandingkan jika sludge
itu langsung difiltrasi. Cairan yang sudah diclarifiers telah terbebas atau hampir
terbebas dan pertikel- partikel yang mensuspensinya dapat digunakan kembali
sebagai air proses atau dibuang sebagai limbah. (McCabe, 2005).
II.1.5. Macam tipe clarifier
Berdasarkan fungsinya calrifiers dikategorikan menjadi primer dan
sekunder. Clarifiers primer biasa terletak di hilir instalasi pengolahan air limbah.
Biasanya memiliki tujuan utama untuk menghilangkan padtana tersuspensi yang
dapat diendapakan di influen pabrik. Tangki sekunder terletak di hilir dari fasilitas
sekunder engolahan biologis dari pabrik pengolahan air limbah. Biasanyan
digunakn untuk memisahkan biomassa yang terbentuk saat pengolahan sekunder
dari limbah pabrik yang diaolah.
Berdasarkan bentuk geometrisnya, baik clarifier primer maupun sekunder
diklasifikasikan kedalam dua kategori utama yaitu rectangular clarifier(persegi) dan
circular clarifier(lingkaran). Berbentuk klarifier yang cocok untuk diaplikasikan
bergantung pada sejumlah faktor dan analisis biaya manfaatnya. (Voutchkov, 2017).

II.1.6. Acuan perancangan silinder clarifier

Gambar 2. Perancangan Silinder Clarifier


II.1.7. Aplikasi sedimentasi di industri
Proses sedimentasi berperan penting dalam berbagai proses industri,
misalnya pada proses pemurnian air limbah, pengelolaan air sungai, pengendapan
partikel padatan pada bahan makanan cair, pengendapan kristal dari larutan induk,
pengendapan minuman partikel terendap pada industri beralkohol, pengendapan
bubur kertas atau pulp pada industri kerja dan sebagainya. (Lourentius, 2017).

II.1.8. Hubungn antara waktu dengan tinggi endapan


Gambar 3. Kurva hubungan antara t vs Z pada peristiwa sedimentasi(Setiyadi,2017
II.2. Faktor yang mempengaruhi sedimentasai
Guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum perlu
menentukan waktu pengendapan yang efektif. Ukuran dan bentuk partikel akan
mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel, sedangkan
konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan tipe bak sedimentasi, serta
temperatur mempengaruhi viskositas dan berat jenis cairan. Semua faktor ini
mempengaruhi kecepatan pengendapan partikel pada bak sedimentasi. Karena itu
membutuhkan kecepatan turunnya partikel guna mengetahui proses sedimentasi
yang efektif dan efisien. Waktu pengendapan yang efektif dapat diasumsikan
sebagai batas saat terjadi perubahan pengendapan dari free settling ke hindered
settling, sehingga proses pengendapan yang efektif terjadi pada keadaan free
settling.

II.3. Bahan
1. Aquadest
A. Sifat fisika
1. Fase cair
2. Warna : Tidak berwarna
B. Sifat kimia
1. Rumus kimia : H2O
2. Berat molekul 18,016 gr/mol
C. Fungsi : Sebagai pelarut sampel padatan pada sedimentasi
(Perry, 1984 “water”)
2. Tepung tapioka
A. Sifat fisika
1. Fasse bubuk
2. Warna putih
B. Sifat kimia
1. Rumus kimia : C6H10O5
2. Berat molekul : 1,06 -1,08 gr/cm3
C. Fungsi : sebagai sampel padatan pada sedimentasi
(Anonim,2020 “starch”)

II.4. Hipotesa
Pada percobaan sedimentasi ini diharapkan dengan waktu pengendapan
yang semakin lama akan diperoleh konsentrasi slurry yang semakin besar namaun
berbanding terbalik dengan laju pengendapannya yang semakin lambat.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1. Bahan
1. Padatan
2. air

III.2. Alat
1. Gelas ukur
2. Stopwatch
3. Beaker glass
4. Penggaris
5. Spatula
III.3. Gambar alat

Gelas ukur penggaris


stopwatch Beaker glass

III.4. spatula Rangkaian alat

1 Keterangan:
1. Gelas ukur
2. Larutan slurry
2

III.5. Prosedur

Buat larutan padatan (tepung, CaO) dalam air dengan berat berbeda
Masukan larutan dalam gelas ukur dan diaduk. Lalu mulai waktu
pada stopwatch

Lakukan pengamatan tinggi padatan dalam selang waktu tertentu


Ukur tinggi cairan awal

Desain clarifier dengan tipe silinder berdasarkan data batch hasil


percobaan dengan asumsi laju volumetrik

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
IV.1. Tabel hasil pengamatan

A. Tepung beras

Z0=tinggi larutan awal

Z1=tinggi larutan slurry dalam selang waktu 5 menit

Konsentrasi awal 1.5%


t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25 24,9
10 25 24,5
15 25 24,2
20 25 24
25 25 23,9
30 25 23,8
35 25 23,7
40 25 23,6
45 25 23,5
50 25 23,5
55 25 23,4
60 25 23,4
65 25 23,3
70 25 23,2
75 25 23,2
80 25 22,8
85 25 22,7
90 25 22,6

Konsentrasi awal 3,5%


t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25,5 25,1
10 25,5 24,4
15 25,5 24,5
20 25,5 24,3
25 25,5 24,1
30 25,5 23,9
35 25,5 23,7
40 25,5 23,5
45 25,5 23,4
50 25,5 23,2
55 25,5 22,7
60 25,5 22,5
65 25,5 22,3
70 25,5 22,1
75 25,5 22
80 25,5 21,9
85 25,5 21,8
90 25,5 21,7
95 25,5 21,7
100 25,5 21,6
105 25,5 21,5

Konsentrasi awal 5,5%


t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 24,8 24,1
10 24,8 23,5
15 24,8 23
20 24,8 22,8
25 24,8 22,6
30 24,8 22,5
35 24,8 22,3
40 24,8 22,1
45 24,8 21,8
50 24,8 21,7
55 24,8 21,5
60 24,8 21,4
65 24,8 21,3
70 24,8 21
75 24,8 20,9
80 24,8 20,8
85 24,8 20,7
90 24,8 20,6
95 24,8 20,5
100 24,8 20,5
105 24,8 20,2
110 24,8 20,2
115 24,8 19,5

B. Tepung Maizena

Konsentrasi awal 1.5%


t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25,1 24
10 25,1 23,6
15 25,1 23
20 25,1 22,7
25 25,1 22,5
30 25,1 22,4
35 25,1 22,2
40 25,1 22
45 25,1 21,9
50 25,1 21,7
55 25,1 21,5
60 25,1 21,2
65 25,1 20,7
70 25,1 20,5
75 25,1 20,5
80 25,1 20,3
85 25,1 20
Konsentrasi awal 3,5%
t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 22,8 22,4
10 22,8 22
15 22,8 21,8
20 22,8 21,5
25 22,8 21,3
30 22,8 20,8
35 22,8 20,5
40 22,8 20
45 22,8 19,8
50 22,8 19,7
55 22,8 19,6
60 22,8 19,5
65 22,8 19,3
70 22,8 18,9
75 22,8 18,8
80 22,8 18,3
85 22,8 18,2
90 22,8 18,1
95 22,8 18
100 22,8 18
105 22,8 17,9
110 22,8 17,5
115 22,8 17,3

Konsentrasi awal 5,5%


t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25,2 24,9
10 25,2 24,5
15 25,2 24
20 25,2 23,8
25 25,2 23,6
30 25,2 23,4
35 25,2 23,2
40 25,2 23,1
45 25,2 23
50 25,2 22,9
55 25,2 22,8
60 25,2 22,6
65 25,2 22,4
70 25,2 22,3
75 25,2 22,2
80 25,2 22,1
85 25,2 22
90 25,2 21,9
95 25,2 21,8
100 25,2 21,7
105 25,2 21,4
110 25,2 21,4
115 25,2 21,3
120 25,2 21,3
125 25,2 21,2
130 25,2 21,1

IV.2. Tabel Perhitungan

A. Tepung Beras

c0 c1 V t Q Vol D H
B.
(cm/menit) (jam) (m3) (ml) (meter) (meter)
1.5
% 0,015922 0,286667 1,5 175 262,5 13,27759 1,896798
3.5
% 0,038984 0,510476 1,75 175 306,25 13,97767 1,99681
5.5 1,91666 335,416
% 0,063489 0,651304 7 175 7 14,40802 2,058289
Tepung Maizena

c0 c1 V t Q Vol D H
(cm/menit) (jam) (m3) (ml) (meter) (meter)
247,9166667
1.5% 0,017313 0,658824 1,416667 175 13,02701 1,861001
335,416667
3.5% 0,040883 0,653913 1,916667 175 14,40802 2,058289
379,166667
5.5% 0,060655 0,453077 2,166667 175 15,00904 2,144148
IV.3. Grafik

Grafik fraksi berat vs waktu pengendapan


waktu pengendapan(jam)
2.5
2 tepung beras
1.5 f(x) = 10.42 x + 1.36
R² = 0.99 Linear
1 (tepung beras)
0.5 tepung
0 maizena
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06
fraksi berat

Grafik 1. Hubungan antara fraksi berat dengan waktu pengendapan


Berdasarkan data dari grafik 1 diperoleh bahwa waktu pengendapan pada
tepung beras dengan konsentrasi 1,5% sebesar 1,5 jam, pada konsentrasi 3,5%
sebesar 1,75 jam, dan konsentrasi 5,5% sebesar 1,91667 jam. pengendapan pada
tepung maizena dengan konsentrasi 1,5% sebesar 1,416667 jam, pada konsentrasi
3,5% sebesar 1,916667 jam, dan konsentrasi 5,5% sebesar 2,16667 jam . Dapat dilihat
pada grafik bahwa hubungan antara fraksi berat dengan waktu pengendapan sesuai
dengan teori karena pada konsentrasi tinggi maka jarak antar partikel semakin kecil
dan mengakibatkan gaya gesek antar partikel semakin besar sehingga kecepatan
partikel melambat untuk dapat turun ke bawah, Sehingga dapat mengakibatkan waktu
pengendapan juga akan semakin lama.(McCabe,1993).

Grafik fraksi berat vs Dimensi clarifier (tepung


beras)
dimensi clarifier(m^3)

16
14
12 f(x) = 28.26 x + 12.9
R² = 0.98
10
diameter
8
6 Linear (diameter)
4 tinggi
2
0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06
fraksi berat

Grafik 2. Hubungan antara fraksi berat dengan tinggi dan diameter clarifier
tepung beras
Grafik fraksi berat vs Dimensi clarifier(tepung maizena)
16
diameter
14 f(x) = 49.55 x + 12.41

dimensi clarifier(m^3)
Linear
12 R² = 0.95
(diameter)
10 tinggi
8
6
4
2
0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06
fraksi berat
Grafik 3. Hubungan antara fraksi berat dengan tinggi dan diameter clarifier
tepung maizena
Berdasarkan yang terdapat pada grafik 2 dan 3 bahwa diameter clarifier(D)
dan tinggi clarifier(H) pada tepung beras dengan konsentrasi 1,5% sebesar 13,27759
meter dan 1,896798 meter, pada konsentrasi 3,5% besar diameter clarifier(D) dan
tinggi clarifier(H) sebesar 13,97767 meter dan 1,99681 meter , dan pada konsentrasi
5,5 % besar diameter clarifier(D) dan tinggi clarifier (H) sebesar 14,40802 meter dan
2,058289 meter. pada tepung Maizena dengan konsentrasi 1,5% sebesar 13,02701
meter dan 1,861001 meter, pada konsentrasi 3,5% besar diameter clarifier(D) dan
tinggi clarifier(H) sebesar 14,40802 meter dan 2,058289 meter , dan pada konsentrasi
5,5 % besar diameter clarifier(D) dan tinggi clarifier (H) sebesar 15,00904 meter dan
2,144148 meter. Dapat disimpulkan bahwa hubungan fraksi berat dengan dimensi
clarifier kurang sesuai dengan teori dimana kecepatan sedimentasi semakin cepat
seiring dengan meningkatnya diameter yang lebih besar, jarak antar partikel lebih
besar shingga jatuhnya partikel dipengaruhi oleh faktor benturan dengan partikel lain,
maka laju pengendapan akan semkain cepat. Laju pengendapan yang cepat
dipengaruhi oleh konsentrasi partikel padatan tersebut . sedangkan pad tinggi clarifier,
semkain tinggi clarifier maka waktu pengendapan yang diperoleh akan semakin lama
sehingga laju pengendapan akan rendah. Laju pengendapan rendah dipengaruhi oleh
besarnya knsentrasi partikel padatan juga.(McCabe,1993)
Grafik waktu pengendapan vs tinggi larutan slurry(z1)
23
22 f(x) = − 7.2 x + 33.6
21 R² = 0.92
20 tepung beras
z1(cm)

19
18 Linear (tepung beras)
17 tepung maizena
16
15
1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2

waktu pengendapan(jam)

Grafik 4. Hubungan anatara waktu pengendapan dengan tinggi larutan slurry


Berdasarkan pada grafik 4 diperoleh bahwa tinggi larutan slurry pada tepung
beras dengan waktu 1,5 jam untuk konsentrasi 1,5% sebesar 22,6 cm, pada waktu
1,75 jam untuk konsentrasi 3,5% tinggi larutan slurry sebesar 21,5 cm, dan pada
waktu 1,91 jam pada konsentrasi 5,5% tinggi larutan slurry sebesar 19,5 cm. pada
tepung maizena dengan waktu 1,41 jam untuk konsentrasi 1,5% sebesar 20 cm, pada
waktu 1,91 jam untuk konsentrasi 3,5% tinggi larutan slurry sebesar 17,7 cm, dan
pada waktu 2,1 jam pada konsentrasi 5,5% tinggi larutan slurry sebesar 21,1 cm Dapat
disimpulkan bahwa hubungan waktu pengendapan dengan tinggi larutan slurry kurang
sesuai degan teori dimana semakin lama waktu pengendapan maka tinggi larutan
slurry semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena adanya gaya gravitasi.
(McCabe,1993).

IV.4. Pembahasan
Pada percobaan sedimentasi,pada tepung beras dengan waktu 1,5 jam
konsentrasi yang awalnya 1,5% berubah menjadi 0,015922, pada waktu 1,75 jam
konsentrasi yang awalnya 3,5% berubah menjadi 0,038984, dan pada waktu 1,916667
jam konsentrasi yang awalnya 5,5% berubah menjadi 0,063489. Pada tepung maizena
dengan waktu 1,416667 jam konsentrasi yang awalnya 1,5% berubah menjadi
0,017313, pada waktu 1,916667 jam konsentrasi yang awalnya 3,5% berubah menjadi
0,040883, dan pada waktu 2,166667 jam konsentrasi yang awalnya 5,5% berubah
menjadi 0,060655. Sedangkan laju pengendapan pada tepung beras untuk konsentrasi
1,5%, 3,5%, 5,5%, berturut-turut adalah 0,286667 cm/menit, 0,0,510476 cm/menit,
0,651304 cm/menit. Pada tepung maizena sendiri sebesar 0,658824 cm/menit,
0,653913 cm/menit dan 0,453077 cm/menit. Hasil ini kurang sesuai dengan hipotesa,
dimana dalam hipotesa waktu pengendapan lama akan diperoleh konsentrasi slurry
akhir yang besar dan berbanding terbalik dengan laju pengendapan yang lambat. Hal
ini dikarenakan kurangnya pengadukan larutan untuk mengubah larutan menjadi
benar-benar homogen dan juga dikarenakan perbedaan warna antara zona transisi
dengan zona larutan jernih yang tidak begitu jelas.
BAB V
SIMPULAN dan SARAN

V.1. Simpulan
Berdasarkan pada data-data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
sebagai berikut
1) Rancangan/desain dari alat clarifier untuk tepung beras dengan asumsi laju
volumetrik 175 m3/jam dan perbandingan diameter dengan tingginya
dibutuhkan diameter 13,27759 meter dan tinggi 1,896798 meter untuk
konsentrasi 1,5%, diameter 13,97767 meter dan tinggi 1,99681 meter
untuk konsentrasi 3,5%, diameter 14,40802 meter dan tinggi 2,058289
meter untuk konsentrasi 5,5% . pada tepung maizena dengan asumsi laju
volumetrik 175 m3/jam dan perbandingan diameter dengan dibutuhkan
diameter 13,02701 meter dan tinggi 1,861001 meter untuk konsentrasi
1,5%, diameter 14,40802 meter dan tinggi 2,058289 meter untuk
konsentrasi 3,5%, diameter 12,058289 meter dan tinggi 2,144148 meter
untuk konsentrasi 5,5%
2) Laju pengendapan pada tepung beras dengan konsentrasi 1,5% sebesar
0,286667 cm/menit, konsentrasi 3,5% sebesar 0,510476 cm/menit,
konsentrasi 3,5% sebesar 0,651304 cm/menit. pada tepung maizena
dengan konsentrasi 1,5% sebesar 0,658824 cm/menit, konsentrasi 3,5%
sebesar 0,653913 cm/menit, konsentrasi 3,5% sebesar 0,453077 cm/menit.
3) Hubungan laju pengendapan dengan konsentrasi slurry adalah semakin
besar konsentrasi slurry maka laju pengendapan semakin cepat.

V.2. Saran
1) Sebaiknya praktikan memastikan larutan dalam keadaan homogen saat
memulai melakukan pengamatan.
2) Sebaiknya praktikan teliti dan jeli dalam melakukan pengukuran tinggi
larutan slurry
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020 “starch”( https://www.rosebrand.com/downloads/MSDS-


FlexGlue.pdf). Diakses pada tanggal 1 Februari 2020.
Husaeni, Nurul, M., Nurul Evis dan C., Okik Hendrianto. 2013. ‘Penurunan
Konsentrasi Total Suspended Solid Pada Proses Air Bersih Menggunakan
Plate Settlr’. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, vol.4, No.1, hal. 69.
Lourentius, Suratno, Setiyadi, W., Ezra Ariella dan S., Gede Prema M. 2017.
‘Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan Pada Sedimentasi’. Jurna
Widya Teknik, vol.1, hal.9.
McCabe, Warren L., Smith, Julian C. Dan Harriott, Peter, 2005. Unit Operations of
Chemical Engineering, edisi 7, McGraw-Hill’s, New York.
Perry, Robert H. dkk, 1984. Perry’s Chemical Engineers Handbook, edisi ke 6,
McGraw-Hill’s, New York.
Setiyad, B., Sandy H. dan L., Roessiena D. 2014. ‘Model Persamaan Faktor Koreksi
Pada Proses Sedimentasi Dalam Keadaan Free Settling’. Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan, vol.6, No.2, hal.989-101.
Silvia, Tivany dkk. 2013. ‘Studi pengaru Konssentrasi CaCO3 Terhadap Kecepeatan
Sedimentasi Pada Percobaan Sedimentasi Secara Batch’. Jurnal Teknik
kkimia, vol.1, hal.2.
Tim dosen, 2020. Modul I Praktikum OTK I : Sedimentasi, UPN Veteran Jawa Timur,
Surabaya.
Voutchkoi, Nikolay, 2017. Introduction to Wastewater Clarifier Designe, The Suncam
Education Course, New York.
LAMPIRAN 1

1. Tabel pengamatan
a. Tepung beras

Konsentrasi awal 1.5%


t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25 24,9
10 25 24,5
15 25 24,2
20 25 24
25 25 23,9
30 25 23,8
35 25 23,7
40 25 23,6
45 25 23,5
50 25 23,5
55 25 23,4
60 25 23,4
65 25 23,3
70 25 23,2
75 25 23,2
80 25 22,8
85 25 22,7
90 25 22,6
Konsentrasi awal 3,5%
t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25,5 25,1
10 25,5 24,4
15 25,5 24,5
20 25,5 24,3
25 25,5 24,1
30 25,5 23,9
35 25,5 23,7
40 25,5 23,5
45 25,5 23,4
50 25,5 23,2
55 25,5 22,7
60 25,5 22,5
65 25,5 22,3
70 25,5 22,1
75 25,5 22
80 25,5 21,9
85 25,5 21,8
90 25,5 21,7
95 25,5 21,7
100 25,5 21,6
105 25,5 21,5
Konsentrasi awal 5,5%
t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 24,8 24,1
10 24,8 23,5
15 24,8 23
20 24,8 22,8
25 24,8 22,6
30 24,8 22,5
35 24,8 22,3
40 24,8 22,1
45 24,8 21,8
50 24,8 21,7
55 24,8 21,5
60 24,8 21,4
65 24,8 21,3
70 24,8 21
75 24,8 20,9
80 24,8 20,8
85 24,8 20,7
90 24,8 20,6
95 24,8 20,5
100 24,8 20,5
105 24,8 20,2
110 24,8 20,2
115 24,8 19,5
b. Tepung Maizena

Konsentrasi awal 1.5%


t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25,1 24
10 25,1 23,6
15 25,1 23
20 25,1 22,7
25 25,1 22,5
30 25,1 22,4
35 25,1 22,2
40 25,1 22
45 25,1 21,9
50 25,1 21,7
55 25,1 21,5
60 25,1 21,2
65 25,1 20,7
70 25,1 20,5
75 25,1 20,5
80 25,1 20,3
85 25,1 20
Konsentrasi awal 3,5%
t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 22,8 22,4
10 22,8 22
15 22,8 21,8
20 22,8 21,5
25 22,8 21,3
30 22,8 20,8
35 22,8 20,5
40 22,8 20
45 22,8 19,8
50 22,8 19,7
55 22,8 19,6
60 22,8 19,5
65 22,8 19,3
70 22,8 18,9
75 22,8 18,8
80 22,8 18,3
85 22,8 18,2
90 22,8 18,1
95 22,8 18
100 22,8 18
105 22,8 17,9
110 22,8 17,5
115 22,8 17,3
Konsentrasi awal 5,5%
t(menit Z0(cm) Z1(cm)
)
5 25,2 24,9
10 25,2 24,5
15 25,2 24
20 25,2 23,8
25 25,2 23,6
30 25,2 23,4
35 25,2 23,2
40 25,2 23,1
45 25,2 23
50 25,2 22,9
55 25,2 22,8
60 25,2 22,6
65 25,2 22,4
70 25,2 22,3
75 25,2 22,2
80 25,2 22,1
85 25,2 22
90 25,2 21,9
95 25,2 21,8
100 25,2 21,7
105 25,2 21,4
110 25,2 21,4
115 25,2 21,3
120 25,2 21,3
125 25,2 21,2
130 25,2 21,1
2. Perhitungan

1) Perhitungan pembuatan larutan

Massa tepung beras konsentrasi 1,5%

massa zat terlarut


- %berat =
densitas x volume

massa zat terlarut


0,01 = 1 gr
x 500 ml
ml

7,5 gram = massa zat terlarut

2) Perhitungan kecepetan pengendapan

Z 0−Z 1
- V=
∆t

25−24,9
=
5−0

= 0,02 cm/menit

3) Perhitungan konsentrasi slurry

C0 x Z0
- C1 =
Z1

0,015 x 25
=
24,9

= 0,015922

4) Perhitungan tinggi clarifier(H)

vol X 4
- H=

3

π x 49

262,5 X 4
=
√3

3,14 x 49

= 1,896798 meter
5) Perhitungan diameter clarifier(D)

- D=7xH

= 7 x 1,896798 meter

= 13,27759 meter
LAMPIRAN 2

Gambar 1. Pengamatan larutan


Tepung beras 5%

Gambar 3. Penimbangan tepung maizena


EFFLUX TIME

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2

Anda mungkin juga menyukai