Anda di halaman 1dari 25

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
“VISKOSITAS”

KELOMPOK : 2 (DUA)
ANGKATAN : 2020
KELAS : 05/ALIH JENJANG
ASISTEN :

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGARKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan

apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu

menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap

sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida. Satuan viskositas

fluida dalam sistem cgs adalah dyne det cm-2, yang biasa disebut dengan

istilah poise di mana 1 poise sama dengan 1 dyne det cm-2. Viskositas

dipengaruhi oleh perubahan suhu. Apabila suhu naik maka viskositas menjadi

turun atau sebaliknya (Budianto, 2008).

Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya

gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair

tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya

kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang

menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan

bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan

geser berbanding lurus dengan viskositas (Dugdale, 1986 Hal. 27-35).

Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos melawan gerakan

sebagai fluida relatif terhadap yang lain. Viscositas adalah alasan

diperlukannya usaha untuk mendayung perahu melalui air yang tenang, tetapi

juga merupakan suatu alasan mengapa dayung bisa bekerja. Efek viskos
merupakan hasil yang penting dalam pipa aliran darah. Pelumasan bagian

dalam mesin fluida viskos cenderung melekat pada permukaan zat yang

bersentuhan dengannya (Martin et al, 1963 Hal. 1076-1077).

Diantara salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair

memiliki kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan

minyak goreng dengan kekentalan oli. Dengan sifat ini zat cair banyak

digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah

diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap mesin membutuhkan

kekentalan yang berbeda-beda (Ahmad, S. 2007).

Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang

dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa

gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh,

apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu

tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya

sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu mengalami

sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola

kecil menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki suatu zat

cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula akan mengalami percepatan

yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka

besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat

tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hambatan-

hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat viskositas  zat


cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic

terhadap kecepatan batu. Aliran viskos, dalam berbagai masalah keteknikan

pengaruh viskositas pada aliran adaalh kecil, dan dengan demikian diabaikan.

Cairan kemudian dinyatakan sebagai tidak kental (invicid) atau seringkali

ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika istilah aliran viskos dipakai, ini

berarti bahwa viskositas tidak diabaikan. Untuk benda homoogen yang

dicelupkan kedalam zat cair ada tiga kemungkinan yaitu, tenggelam,

melayang, dan terapung (Sukardjo, 2003).

B. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui viskositas larutan

Newton dengan viscometer Ostwald.

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mempelajari cara penentuan viskositas larutan Newton dengan

viscometer Ostwald.

2. Untuk mempelajari pengaruh kadar larutan terhadap viskositas larutan.

D. Prinsip Percobaan

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang

dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir

karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji

dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang

viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Viskositas

Viskositas merupakan pengukuran fluida yang diubah dengan tekanan

maupun tegangan. Semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar

juga pergerakan dari fluida. Viskositas atau kekentalan sebenarnya

merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu

fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir, dalam hal ini zat cair dan zat gas).

Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek

ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena

adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan

dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul

(Pramitha.2019).

Viskositas adalah gesekan yang muncul akibat adanya pergerakan fluida

atau benda padat di dalam fluida tersebut. Adanya gaya kohesi antar partikel

juga berperan terhadap viskositas (Martoharsono,2006). Pada ilmu mekanika

fluida, dipelajari tentang fluida yang mana mempunyai berat jenis, sifat-sifat

viskositas, dan lain sebagainya. Semua jenis fluida viskositasnya berbeda-

beda yang menyebabkan gesekan aliran fluidanya juga berbeda.

Viskositas penting dalam penentuan jenis aliran dari suatu fluida.

Apabila fluida bersifat viskos dan mengalir lewat sebuah benda padat maka
akan menciptakan boundary layer pada bagian permukaan benda  yang

menunjukkan bahwa efek viskositas fluida masih ada (Astawa, 2009).

Viskositas juga menunjukkan ketahanan cairan untuk mengalir. Apabila

viskositas besar maka aliran menjadi lambat. Sebaliknya, saat viskositasnya

kecil, cairan akan mengalir dengan mudah. Besarnya dipengaruhi oleh gaya

tarik, jumlah dan ukuran dari molekul (Sarojo, 2009).

Koefisien viskositas dari fluida dilambangkan dengan η. Koefisien

tersebut menunjukkan perbandingan antara tegangan luncur dan kecepatan

perubahan dari regangan luncurnya. Dengan demikian, viskositas dipengaruhi

suhu. Suhu berbanding terbalik dengan viskositas. Saat suhu naik, efeknya

adalah viskositas akan berkurang. Sebaliknya, saat terjadi penurunan suhu

maka viskositas menjadi bertambah (Fitriyah, 2013).

Koefisien zat cair yang tidak kental adalah nol. Sedangkan, apabila zat

cair itu kental dan menempel dengan dinding maka kecepatan yang dimiliki

akan sama dengan dinding yang ditempeli. Cairan antar dinding bergerak

sampai ke V dengan kecepatan yang akan berubah secara linier.  Alirannya

disebut laminer. Aliran laminer merupakan aliran zat cair yang tidak cepat

karena wujudnya kental (Sudarjo, 2008).

Viskositas dapat dijumpai baik pada gas maupun zat cair. Pada zat cair,

biasanya lebih kental daripada gas. Viskositas gas timbul akibat tumbukan-

tumbukan dari molekul. Viskositas pada umumnya diukur dengan alat

bernama viskosimeter. Model dari viskometer bermacam-macam, ada


viskometer bola jatuh yang prinsipnya menggunakan hukum Stokes.

Kemudian, viskometer tabung atau pipa kapiler yang mana prinsipnya

didasarkan atas tekanan pada aliran pipa serta sistem rotasi (Maulida, 2010).

Viskositas menjadi daya hambat yang menyebabkan aliran fluida

tertahan sehingga bisa disebut indikator tingkat kekentalan. Nilai kuantitatif

viskositas dihitung berdasarkan perbandingan gaya tekan setiap satuan luas

dengan gradien kecepatan aliran pada fluida. Prinsip inilah yang dijadikan

sebagai referensi acuan perhitungan viskositas memakai metode putar.

Caranya, penghambat dimasukkan ke fluida lalu diputar. Nilai viskositas

tinggi apabila penghambat berputar dengan lambat (Warsito, 2012).

2. Jenis-Jenis Cairan

Menurut Dogra (2006), ada dua macam cairan, yaitu:

a. Cairan Newtonian

Cairan ini memiliki viskositas yang tidak terpengaruh dengan

perubahan gaya irisan. Hal ini menunjukkan aliran kental atau viscous.

Misalnya adalah minyak, air, gelatin, sirup dan lain sebagainya.

Gaya pemisah viskositas akan berbanding lurus dengan shear stress.

Viskositasnya sendiri merupakan kemiringan kurva yang menunjukkan

hubungan shear stress dengan gaya pemisah. Viskositas tidak

bergantung terhadap gaya pemisah pada aliran laminar. Cairan

newtonian terbagi menjadi dua, yaitu ada yang viskositasnya rendah

(mobile) dan tinggi (viscous).


b. Cairan Non Newtonian

Gaya irisan dan kecepatan tidak linear mempengaruhi cairan non

newtonian sehingga menyebabkan viskositasnya ikut berubah.

3. Metode Menentukan Kekentalan Zat Cair

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan kekentalan

dari zat cair, yaitu:

a. Metode Ostwald

Pada metode tini, kekentalan ditentukan dengan cara mengukur

berapa lama waktu cairan mengalir melewati 2 buah tanda. Aliran

terjadi akibat adanya gravitasi di dalam viskometer Ostwald. Waktu alir

tersebut dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan zat tertentu untuk

melewati 2 tanda yang sama. Namun, zat tersebut viskositasnya telah

diketahui contohnya seperti air (Lutfy, 2007).

Berdasarkan hukum Hagen Poiseuille, maka dikenal rumus

viscositas berikut, yaitu:

Π P r4t
ŋ = 
8 VL

Hukum ini diterapkan sebagai penentu distribusi kecepatan pada

arus laminer yang melewati pipa silindris. Selain itu, untuk menentukan

dalam satu detik berapa jumlah cairan yang keluar (Sarojo, 2006).

b. Metode Hopper
Metode Hopper ini berdasarkan hukum Stokes, yaitu pada

kecepatan maksimum bola akan terjadi keseimbangan. Dengan

demikian, gaya gesek dihasilkan dari selisih antara gaya berat dengan

gaya archimedes. Prinsip kerjanya yaitu bola dari bahan kaca

dilontarkan pada tabung gelas berisi cairan yang diuji. Kecepatan dari

bola yang jatuh dijadikan sebagai fungsi dari harga resiprok sampel

(Young, 2009)

B. Uraian Bahan

1. Alkohol (DITJEN POM. 1979. Hal : 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap

dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,terlindeng dari cahaya,

di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Zat tambahan

2. Aseton (DITJEN POM. 1979. Hal : 655)

Nama resmi : ACETUM


Nama lain : Aseton

RM / BM : (CH3)2CO/58,00

Pemerian : Cairan Jernih tidak berwarna, mudah menguap, bau

khas, mudah terbakar.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)

P, dengan eter P, dan dengan kloroform P

membentuk larutan jenuh.

Kegunaan : Sebagai sampel

C. Uraian Obat

1. Gliserol (DITJEN POM. 1979. Hal : 271)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : Gliserol

RM / BM : C3H8O3 / 92,10

Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, manis diikuti rasa hangat. Higroskopik.

Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah

dapat memadat membentuk massa hablur tidak

berwarna yang tidak melebur hingga suhu

mencapai lebih kurang 20o.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)

P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam

eter P dan dalam minyak lemak.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat tambahan.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Pipet 10 Ml, Buret 50 mL,

Erlenmeyer 100 mL, Stopwatch, dan Penangas air.

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu alcohol, aseton, dan gliserol.

C. Cara Kerja

1. Disiapkan larutan gliserol dengan konsentrasi 1,0 ; 0,75; 0,50; dan 0,25 M

2. Bersihkan viscometer dengan alcohol dan aseton

3. Ke dalam viscometer dimasukkan 5 mL larutan gliserol dengan pipet (harus

tepat). Kemudian viscometer ditempatkan dalam penangas air dan biarkan

suhu setimbang.

4. Ukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk melewati jarak antara dua

tanda yang terdapat pada viscometer (waktu alir). Ulangi sampai 3 kali

dengan catatan perbedaan waktunya tidak lebih dari 0,5 detik.

5. Ketikaa mengganti larutan konsentrasi sebelumnya viscometer dibilas dengan

alcohol dan aseton.

6. Bersihkan viscometer dan ukur waktu alir larutan gliserol yang lain.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Sampel Cairan Waktu Viskositas

.
1. Gliserin 1,0 M 1,33 menit/detik 0,0028 cp
2. Gliserin 0,75 M 1,27 menit/detik 0,0026 cp
3. Gliserin 0,50 M 1,32 menit/detik 0,0027 cp
4. Gliserin 0,25 M 1,24 menit/detik 0,0026 cp

B. Pembahasan

Praktikum kimia fisika penentuan viskositas larutan ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana cara penentuan viskositas suatu larutan dengan

menggunakan viskositas Ostwald dan untuk menentukan jari-jari suatu molekul.

Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar

resistensi suatu zat untuk mengalir semakin besar pula viskositasnya sehingga

semakin tinggi kekentalan dari suatu zat maka daya alirnya semakin lambat

karena viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya

gesekan antar lapisan material, viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu

cairan untuk mengalir.

Percobaan ini menggunakan viskometer Ostwald, yang mana pada metode

ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu cairan

(fluida) pada konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada pipa

viskometer. Prinsip kerja viskometer Ostwald adalah suatu larutan dengan jumlah
tertentu dimasukkan kedalam salah satu pipa yang dimisalkan pipa A lalu pada

bagian pipa B larutan dihisap atau ditiup hingga larutan tersebut naik sampai garis

m (garis atas) kemudian diukur waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir

melewati dua tanda, garis m ke garis n yang ada pada viscometer. Keunggulan

dari metode ini lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya

lebih sederhana.

Pada percobaan ini pertama-tama disiapkan larutan gliserin dengan

konsentrasi 1,0, 0,75, 0,50, dan 0,25 M lalu dibersihkan viscometer dengan

menggunakan alkohol dan aseton. Kemudian di ambil sebanyak 5 ml larutan

gliserin dengan konsentrasi 1,0 M lalu dimasukkan kedalam viscometer kemudian

dihisap menggunakan ball pipet sampai permukaan larutan atau cairan lebih

tinggi daripada batas atas lalu dilepaskan ball pipetnya, setelah itu diamati larutan

turun sampai batas atas, setelah sampai dibatas atas dihitung waktu alir

menggunakan stopwatch sampai batas bawah dan hentikan stopwatch ketika

larutan sudah sampai di batas bawah. Dicatat waktu yang diperlukan untuk

mengalirkan larutan gliserin dari batas atas ke batas bawah. Batas bawah inilah

merupakan T atau waktu alirnya. Ulangi perlakuan yang sama untuk konsentrasi

lainnya.

Berdasakan tabel hasil pengamatan di atas untuk sampel cairan gliserin

dengan konsentrasi 1,0 M, waktu yang diperlukan untuk mengalir dari batas atas

ke batas bawah adalah 1,33 menit/detik dengan viskositas 0,0028 cp , untuk

sampel cairan gliserin dengan konsentrasi 0,75 M, waktu yang diperlukan untuk
mengalir dari batas atas ke batas bawah adalah 1,27 menit/detik dengan viskositas

0,0026 cp, untuk sampel cairan gliserin dengan konsentrasi 0,50 M, waktu yang

diperlukan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah adalah 1,32 menit/detik

dengan viskositas 0,0027 cp dan yang terakhir untuk sampel cairan gliserin

dengan konsentrasi 0,25 M, waktu yang diperlukan untuk mengalir dari batas atas

ke batas bawah adalah 1,24 menit/detik dengan viskositas 0,0026 cp.

Aliran gliserin akan melambat seiring pertambahan konsentrasi gliserin.

Hal ini berarti nilai viskositas pun akan bertambah seiring dengan pertambahan

konsentrasi gliserin. Hal ini dikarenakan larutan menyatakan banyaknya partikel

zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut,

gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.

Sehingga konsentrasi dan viskositasnya berbanding lurus.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa semakin

tinggi nilai atau angka viskositas pada suatu zat cair maka akan semakin kecil atau

semakin lambat kecepatan pada suatu benda di dalam zat cair tersebut.

B. Saran

1. Lab

Untuk Laboratorium Kimia Fisika sudah cukup nyaman, dan untuk

kebersihannya lebih baik jika ada jadwal piket praktikan untuk membersihkan

laboratorium terlebih dahulu sebelum ruangan digunakan, sehingga kebersihan

lebih terjaga.

2. Asisten

Untuk semua asisten pada saat melakukan atau mendokumentasi, kamera

sebaiknya di fokuskan dan jaringannya diperbaiki agar pada saat menjelaskan

suaranya bisa terdengar dengan jelas dan mahasiswa yang mengikuti praktikum

secara online bisa mendengarkan secara jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. 2007. “Mempelajari Hubungan antara Viskositas Larutan Dope dan


Karakteristik Membran Serat Berongga”. LIPI. Bandung.

Astawa, Ketut. Sukadana dan Karnata. 2009. Study Eksperimental Jarak


TerhadapKoefisien Tekanan Silinder Ganda Diposisikan Alined. Jurnal
IlmiahTeknik Mesin. Vol.3. Hal.133.

Budianto, A. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair Dengan


Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Seminar Nasional IV SDM
Teknologi Nuklir Yogyakarta.

D . Young, Hugh. 2009. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.

Dugdale., R.H. 1986, Mekanika Fluida, Edisi III. Erlangga: Jakarta.

Dogra. 2006. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Malang.

Fitriyah. 2013. Pengaruh Penambahan Air dan Suhu Pemanasan Terhadap


Viskositas Ikan Petis. Jurnal Penelitian. Hal.1

Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Erlangga. Jakarta.

Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.

Martin, et al. 1963. Farmasi Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Maulida, R.H dan Rani, Erika. 2010. Analisis Karakteristik Pengaruh suhu dan
Kontaminan terhadap Viskositas Oli menggunakan Rotary Viskometer.Jurnal
Neotrino. Vol.3. Hal.20

Pramitha,Kafa.2019. Viskositas Zat Cair. Pendidikan Fisika.Surabaya:UNESA

Rosiana, H. 2005. “ Analisis Viskositas  Sukardjo. 2003. “Kimia Fisika”. Rineka


Cipta. Jakarta.

Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika: Jakarta.

Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Universitas Sriwijaya.


Inderalaya.
Warsito, Suciati, S.W., Isworo, Dyan. 2012. Desain dan Analisis Pengukuran
Viskositas dengan Metode Bola Jatuh Berbasis Sensor Optocoupler dan
Sistem Akuisisinya pada Komputer. Jurnal Natur Indonesia. Vol.3.Hal.231
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat yang akan


digunakan kosong

Disiapkan sampel yang


akan digunakan yaitu
larutan gliserin dengan
konsentrasi 1,0 M, 0,75 M,
0,50 M, dan 0,25 M

Dibersihkan viscometer
dan pipet volume dengan
menggunakan alcohol dan
aseton

Dipipet sampel dan


dimasukkan kedalam
viscometer selanjutnya
diamati
B. Perhitungan

Rumus :

π . p . r4 . t
n=
8. v . L

1. Gliserin 0,1 M

3,14 x 10 x 0,0081 x 1,33 0,34


n= = =0,0028 CP
8x 5x 3 120

2. Gliserin 0,75 M

3,14 x 10 x 0,0081 x 1,27 0,323


n= = =0,0026 CP
8x 5 x3 120

3. Gliserin 0,50 M

3,14 x 10 x 0,0081 x 1,32 0,335


n= = =0,0027 CP
8 x 5x 3 120

4. Gliserin 0,25 M

3,14 x 10 x 0,0081 x 1,24 0,315


n= = =0,0026 CP
8 x5 x3 120
C. Foto Pengamatan

LABORATORIUM KIMIA LABORATORIUM KIMIA


DASAR DASAR
PROGRAM STUDI S1 PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FARMASI UNIVERSITAS MEGAREZKY
UNIVERSITAS MEGAREZKY
1. 2.

Keterangan : Gliserin 1,0 M = 1,33 Keterangan : Gliserin 0,75 M = 1,27


menit/detik menit/detik

LABORATORIUM KIMIA LABORATORIUM KIMIA


DASAR DASAR
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
2.

Keterangan : Gliserin 0,50 M = 1,32 Keterangan : Gliserin 0,25 M = 1,24


menit/detik menit/detik
D. Kehadiran zoom
Gambar/ screenshoot Nama

Ade Rahayu Ramdani Kadir


D1B120238
Desito Pasoang
D1B120215

Irma
D1B120227

Muh. Hasan
D1B120210
Pratika Sri Damayani
D1B120193

Yanti Puspitasari
D1B120200

Anda mungkin juga menyukai