Anda di halaman 1dari 17

REAKSI NETRALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai masalah reaksi asam-basa atau yang biasa


juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari tirasi
asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa
atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa.
Adapun titrasi asam-basa terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi
asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam
lemah-basa lemah. Titrasi asam basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen
(equivalent point) dengan menggunakan indikator asam basa.
Reaksi netralisasi pada umumnya terjadi antara ion hidrogen
sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk
air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi
dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara proton (asam) dengan
penerima proton (basa). Dan dalam menganalisis sampel yang
bersifat basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam,
metode ini yang dkenal dengan istilah asidimetri. sebaliknya, jika kita
menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunakan
larutan basa dan dikenal dengan istila alkalimetri.
Perlu juga kita ketahui bahwa zat yang akan ditentukan kadarnya
disebut sebagai titrant dan biasanya diletakkan didalam erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
titer dan biasanya diletakkan didalam buret. Baik titer maupun titran
biasanya berupa larutan.
Prinsip Titrasi Asam basa adalah titrasi asam basa melibatkan
asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis


bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen.Pada saat titik
ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi
titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi
asam basa yaitu dengan memakai pH meter untuk memonitor
perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot
antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik
tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent dan cara yang
kedua adalah dengan memakai indikator asam basa. Indikator
ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini
akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat
praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga
tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi.
Dan pada laporan kali ini akan dijelaskan mengenai titrasi asam-basa

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

1.2 Maksud Praktikum

Melakukan titrasi asam-basa


1.3 Tujuan Praktikum

a. Menentukan kadar Na2CO3 dalam larutan


b. Menentukan kadar NaOH dalam larutan
c. Menentukan pH larutan pada saat terjadi garam NaHCO 3
berdasarkan hasil titrasi

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Pada tahun 1887 S. Arrhenius mengajukan suatu teori yang


menyatakan bahwa apabila eletrolit melarut, sebagian dari elektrolit ini
terurai menjadi partikel negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil
menjelaskan beberapa hal misalnya, eletrolisis dan hantaran
elektorilit. Deybe dan Huckel (1923) dan onager (1927) merevisi teori
ion yang telah disajikan Arrehius. Menurut mereka elektrolit kuat selalu
terurai sempurna menjadi ion. Sebelum W. Ostwald dan Arrehius
menjelaskan penguraian elektrolit, orang telah berusaha
mendefiniskan asam basa. Rasa masam dan pengaruh terhadap zat
warna tumbuh-tumbuhan, merupakan sifat asam. Sifat yang dimiliki
sabun alkali. Akhirnya orang menggunakan istilah basa sebagai
pengganti alkali yang sifatnya berlawanan dengan asam. Basa
didefinisikan sebagai zat yang dapar bereaksi dengan membentuk
garam (Achmad,2005).
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang
lalu dalam sifat larutan air mereka. Dalam pengertian ini suatu zat
yang larutan airnya bersifat asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi
dengan logam aktif untuk membentuk hidrogen, dan menetralkan
basa. Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa didefinisikan
sebagai zat yang larutan lainnya berasa pahit, melarutkan lakmus
merah terasa licin sabun dan menetralkan (Achmad,2005).
Dalam tahun 1923 J.N Bronsted di Denmark dan T.M Lowry di
Inggris secara terpisah menyarankan cara lain dalam memeriksakan
asam dan basa. Menurut sisitem ini, asam bronsted-lowry ini adalah
donor proton dan basa bronsted-lowry adalah penerima proton.
Dengan definisi ini, beraneka ragam sifat-sifat asam dan reaksi kimia
dan saling berhubungan, termasuk reaksi-reaksi yang saling

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

berhubungan dan juga reaksi-reaksi yang berlangsung dalam pelarut-


pelarut selain air maupun tanpa pelarut sama sekali (Keenan,1997).
Reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya akan
menghasilkan larutan netral. Asam dan basa dengan kekuatan yang
berlainan akan menghasilkan larutan yang asam lemah atau basa
lemah, tergantung pada kekuasaan asam konjugat dan basa konjugat
yang dihasilkan. Jika asam dihasilkan itu lebih kuat daripada basa
yang dihasiljan maka diperoleh larutan asam lemah. sebaliknya jika
basa yang dihasilkan lebih kuat daripada asam yang dihasilkan, akan
diperoleh larutan basa lemah. Terlepas dari kekuatan relatif dari asam
dan basa yang terlihat, semua reaksi asam dan basa tersebut
dinamakan sebagai reaksi penetralan (Pudjaatmaka,2009).
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi
dengan asam dan basa serta digunakan untuk mengetahui tingkat
kekuatan asam atau basa. Beberapa contoh indikator (Achmad,2005).
Titrasi ini berdasarkan netralisasi asam dengan basa. Pada titik
eqivalen, jumlah yang dititrasi eqivalen dengan jumlah basa yang
dipakai. Untuk menentukan titik eqivalen ini dipakai suatu indikator
asam basa yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung
pada pH larutan. Macam indikator yang kita pilih harus sedemikian
sehingga pH titik eqivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan
warna indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul
perubahan warna, maka titik akhir telah tercapai. Jadi titik akhir titrasi
ialah saat timbulnya warna indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi
tidak semua berimpit dengan titik eqivalen dengan selisihnya disebut
kesalahan titrasi. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat
memperkecil kesalahan titrasi. Untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan asam atau basa, diperlukan suatu larutan baku, yaitu suatu
larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa
larutan asam atau basa yang mantap (konsentrasinya tidak cepat
berubah) (Raymond,2005).

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu Larutan baku
primer Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung
melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh:
NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
menimbang. Syarat-syarat larutan baku primer adalah mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110- 120
derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni selain itu tidak
bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara. dan zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji
kualitatif dan kepekaan tertentu serta, sedapat mungkin mempunyai
massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan
karena penimbangan dapat diabaikan dan juga zat tersebut harus
mudah larut dalam pelarut yang dipilih dan reaksi yang berlangsung
dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara
tepat dan mudah. sedangkan larutan baku sekunder Adalah suatu
larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contohnya yaitu, NaOH Larutan standar sekunder adalah larutan
yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer. Syarat-syarat larutan baku sekunder yaitu, Derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer dan juga
Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan serta larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
(Raharja,2006).

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

2.2 Uraian Bahan

a. Air suling (Ditjen POM,1979)


Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18
Rumus molekul : H2O
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
b. Fenol Merah (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : PENOL SUFOM FTALEIN
Nama Lain : Merah Fenol
Berat Molekul : 354,38
Rumus Molekul : C19H14O55
Pemerian : Serbuk hablur bermacam-macam, warna
dari merah cerah merah tua
Kelarutan : Dapat bercampur dengan etanol dan eter
dengan gliserin
Kegunaan : Dalam wadah tertutup rapat
c. Metil Merah (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama lain : Metil Merah
Rumus kimia : C15 H15 N2 O3
Berat molekul : 305,76
Pemerian : serbuk merah gelap
Kelarutan : sukar larut dalam air dan larut dalam etanol
Kegunaan : sebagai indikator.

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

d. Asam Clorida (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama lain : Asam Clorida, Asam Garam
Rumus kimia : HCl
Berat molekul : 36,5
Pemerian :Cairan tidak berwarna, berasap dan bau
merangsang jika diencerkan dua bagian air
asap dan bau hilang.
penyimpanan : dalam wadah tertutup
Kegunaan : sebagai zat tambahan.
e. Natrium Karbonat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII KARBONAS
Nama lain : Natrium Karbonat
Rumus kimia : Na2CO3
Berat molekul : 106
Pemerian : hablur tidak berwarna
Kelarutan : mudah larut dalam air
Kegunaan : sebagai zat tambahan
f. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : Na(OH)
Berat molekul : 40
Pemerian :bentuk batang massa hablur air keping -
keping,keras dan rapuh
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : sebagai zat tambahan.

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

2.3 Prosedur Kerja

a. Ambil larutan Na2Co3 XM, sebanyak 25 ml masukkan kedalam labu


takar 100 ml, kemudian tambah 25 ml larutan NaOH Y M dan
tambah sisa air suling sampai batas tanda, kocok sampai merata.
b. Pasang buret 50 ml dan isi HCl baku Z M sampai batas tanda 0 ml.
c. Pipet 25 ml larutan campuran (1), masukkan kedalam erlenmyer
100 ml dan tambah 3-4 tetes penunjuk fenol merah kemudian titar
dengan larutan HCl baku sambil digoyang sampai warna larutan
berubah menjadi kuning. Catat volume HCl yang dipakai.
d. Larutan (3), ditambah penunjuk metil merah dan titrasi kembali
dengan larutan HCl baku sampai larutan menjadi jngga atau merah
muda. Catat volume HCl yang digunakan.
e. Lakukan kerja 3,4,5 dua kali lagi.

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Buret, Bulp, Botol
semprot,Corong, Erlenmeyer, Gelas kimia, Labu takar, Pipet volume,
Pipet tetes, statif.

3.2 Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aquades, HCl,


NaOH,Na2CO3

3.3 Cara Kerja

Ambil Na2CO3 sebanyak 25 mL masukkan kedalam labu takar 100


mL, setelah itu masukkan lagi NaOH 25 mL, lalu tambahkan
aquades sampai batas standar, kocok merata (homogenkan) (larutan
1). Pasang buret pada statif lalu masukkan 50 mL larutan HCl baku
kedalam buret. Ambil 25 mL larutan baku lalu ambahkan 3 tets fenol
merah , kemudian titrasi sambil menggoyangkan Erlenmeyer sampai
warna berubah warna menjadi kuning setelah dititrasi catat volume
HCl yang digunakan lalu tambahkan metil merah 3 tets ke larutan
yang sudah dititrasi tadi, kemudian titrasi lagi larutan tersebut
dengan larutan HCl baku sambil menggoyangkan Erlenmeyer
sampai larutan menjadi jingga atau sampai menjadi merah muda.
Catat kembali volume HCl yang digunakan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

4.1 Data Pengamatan

Larutan Titrasi pertama Titrasi kedua


Campuran Volume penunju Perubaha Volume Penunju Perubaha
HCl HCl
Na2CO3 k n warna k n warna
dan NaOH dari dari
larutan larutan
25 mL 6,5 mL Fenol Merah 3 mL Metil Kuning
Merah Muda Merah Merah
Kuning Muda
25 mL 7,4 mL Fenol Merah 3,5 mL Metil Kuning
Merah Muda Merah Merah
Kuning Muda
25 mL 7,1 mL Fenol Merah 3 mL Metil Kuning
Merah Muda Merah Merah
Kuning Muda

4.2 Data Pengamatan

a. Percobaan pertama
Diketahui : a = 6,5 mL
b = 3 mL
x = 0,1139 M
z = 0,1 M
penyelesaian :
- VHCl yang bereaksi dengan Na2CO
= 2b
= 2(3)
= 6 mL
- VHCl yang bereaksi dengan NaOH
= (a-b)
= (6,5 3)
= 3,5 mL
- Na2CO3 yang ada
mol
= 4 x 2b mL x Z 1000 mL

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

= 4 x 2(3) x 0,1139.10-3 mol x 106/mol x


= 24 x 0,1139 x 103 x 106 x
= 144,8808 x 10-3
= 1,4488 x 10-1 g
- Na2CO2 menurut label
mol
= 25 mL x X 1000 mL

= 25 x 0,1 x 10-3 x 106 g/mol


= 2,5 x 10-3 mol x 106 g/mol
= 265 x 10-3 g = 2,65 x 10-1 g
- Kadar Na2CO3
Na2 CO 3 yang ada
= Na 2CO 3 menurut label x 100 %

1,4488 x 103 g
= 2,65 x 101 g x 100 %

= 0,540597 x 100 %
= 54,0597 %
- NaOH yang ada
mol
= 4 x (a b) x Z 1000 mL

= 4 x (6,5 3) x 0,1139 mol x 10 x40g/mol


= 63,784 x 10-3 g
= 0,63784 x 10-1 g
- NaOH menurut label
0,1mol
= 1000 mL x 25 x 40 g/mol

= 0,1 g
- Kadar NaOH yang ada
NaOH yang ada
= Na OH menurut label x 100 %

0,63784 x 101
= 101 x 100 %

= 0,63784 x 100 %
= 63,784 %
b. Percobaan kedua
Diketahui : a = 7,4 mL
b = 3,5 mL
x = 0,1139 M

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

z = 0,1 M
penyelesaian :
- VHCl yang bereaksi dengan
Na2CO = 2b
= 2(3,5)
= 7 mL
- VHCl yang bereaksi dengan NaOH
= (a-b)
= (7,4 3,5)
= 3,9 mL
- Na2CO3 yang ada
mol
= 4 x 2b mL x Z 1000 mL

= 4 x 2(3,5) x 0,1139.10-3 mol x 106/mol x


= 28 x 0,1139 mol x 103 x 106 g/mol x
= 169,0276 x 10-3 g
= 1,690276 x 10-1 g
- Kadar Na2CO3
Na2 CO 3 yang ada
= Na 2CO 3 menurut label x 100 %

1,690276 x 101 g
= 1
2,65 x 10 g x 100 %

= 0,63784 x 100 % = 63,784 %

- NaOH yang ada


mol
= 4 x (a b) x Z 1000 mL

= 4 x (7,4-3,5) x 0,1139 mol x 10-2 x 40g/mol


= 71,0736 x 10-3 g
= 0,710736 x 10-1 g
- Kadar NaOH yang ada
NaOH yang ada
= Na OH menurut label x 100 %

1
0,710736 x 10
= 10
1 x 100 %

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

= 0,710736 x 100 %
= 71,0736 %
c. Percobaan kedua
Diketahui : a = 7,1 mL
b = 3 mL
x = 0,1139 M
z = 0,1 M
penyelesaian :
- VHCl yang bereaksi dengan Na2CO
= 2b
= 2(3)
= 6 mL
- VHCl yang bereaksi dengan NaOH
= (a-b)
= (7,1 3)
= 4,1 mL
- Na2CO3 yang ada
mol
= 4 x 2b mL x Z 1000 mL

= 4 x 2(3) x 0,1139.10-3 mol x 106/mol x


= 24 x 0,1139 mol x 103 x 106 g/ml x
= 144,8808 x 10-3 g
= 1,448808 x 10-1 g
- Kadar Na2CO3
Na2 CO 3 yang ada
= Na 2CO 3 menurut label x 100 %

1,448808 x 101 g
= 1
2,65 x 10 g x 100 %

= 0,54672 x 100%
= 54,672 %
- NaOH yang ada
mol
= 4 x (a b) x Z 1000 mL

= 4 x (7,1-3) x 0,1139 mol x 10-2 x 40g/mol


= 74,7184 x 10-3 g
= 0,747184 x 10-1 g
- Kadar NaOH yang ada
NaOH yang ada
= Na OH menurut label x 100 %

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

0,747184 x 101
= 101 x 100 %

= 0,747184 x 100 %
= 74,7184 %

4.3 Pembahasan

Titrasi asam basa sering juga disebut dengan titrasi netralisasi.


Dalam reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan larutan
basa standar. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai
asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang
bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan penerima
proton (basa). Pada praktikum ini menggunakan metode titrasi asam
basa. yaitu dengan menggunakan Na2CO3 dan NaOH serta larutan
baku HCl sebagai titrant dan kita dapat melihat dari percobaan ini
larutan Na2CO3 setelah ditetesi fenol merah akan berubah warna dari
pink atau merah muda menjadi kuning dan hal ini menandai hasil akhir
dari titrasi pertama dan pada titrasi kedua larutan ditetesi dengan
indikator metil merah menyebabkan warna yang kuning kembali
berubah ke warna semula yaitu pink atau merah muda dengan
menenteskan 3 tetes larutan indikator sehingga untuk ketiga
percobaan memiliki hasil akhir yang sama. Namun, Dari percobaan
yang dilakukan terdapat sebuah perbedaan yaitu terletak pada volume
larutan HCL baku yang digunakan sebagai pentitrat. Padahal, volume
larutan campuran dan larutan penunjuk diberikan dengan frekuensi
yang sama. Hal ini disebabkan pada saat proses titrasi yaitu terletak
pada saat penghomogenan pada proses titrasi dimana frekuensi
pengocokan dan pada saat HCl baku di tumpahkan sedikit demi
sedikit ke dalam larutan memiliki tingkat frekuensi yang berbeda-beda
terutama kecepatan dari cara praktikan dalam mengerjakan proses

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

titrasi, Sehingga meenyebabkan hasil volume HCl yang digunakan


pun berbeda-beda.

BAB 5 KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulakan dari praktikum yang telah dilaksanakan bahwa


percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur kerja dan
hasil yang diperoleh juga sesuai yang diharapkan. Tetapi dari ketiga
percobaan yang telah dilakukan terdapat sedikit perbedaan, yaitu
terletak pada volume HCl baku yang digunakan.Hal ini disebabkan
adanya perbedaan cara dari praktikan dalam melakukan titrasi yaitu
pada saat larutan didalam erlenmeyer digoyangkan atau di
homogenkan bersamaan dengan pada saat HCl baku di tuang sedikit
demi sedikit kedalam erlenmeyer. Namun, perbedaan yang diperoleh

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014
REAKSI NETRALISASI

dari praktikum kali ini tidak membuat percoaan gagal. Namun


perbedaan yang diperoleh dapat dijadikan pembanding bagi praktikan
dalam melakukan percobaan berikutnya agar tidak terjadi lagi
kesalahan yang sama.
5.2 Saran

Sebaiknya sebelum melakukan percobaan, alat dan bahan yang


digunakan dalam keadaan baik agar diperoleh hasil yang murni dari
percobaan tersebut. Dan kami sangat mengharapkan dari asisten baik
dalam praktikum maupun teori, agar proses jalannya praktikum
berjalan dengan baik.

KHADIJAH NURUL RAHMAH ANDI MULIYANI


15020150014

Anda mungkin juga menyukai