BAB 1 PENDAHULUAN
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu Larutan baku
primer Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung
melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh:
NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
menimbang. Syarat-syarat larutan baku primer adalah mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110- 120
derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni selain itu tidak
bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara. dan zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji
kualitatif dan kepekaan tertentu serta, sedapat mungkin mempunyai
massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan
karena penimbangan dapat diabaikan dan juga zat tersebut harus
mudah larut dalam pelarut yang dipilih dan reaksi yang berlangsung
dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara
tepat dan mudah. sedangkan larutan baku sekunder Adalah suatu
larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contohnya yaitu, NaOH Larutan standar sekunder adalah larutan
yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer. Syarat-syarat larutan baku sekunder yaitu, Derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer dan juga
Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan serta larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
(Raharja,2006).
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Buret, Bulp, Botol
semprot,Corong, Erlenmeyer, Gelas kimia, Labu takar, Pipet volume,
Pipet tetes, statif.
a. Percobaan pertama
Diketahui : a = 6,5 mL
b = 3 mL
x = 0,1139 M
z = 0,1 M
penyelesaian :
- VHCl yang bereaksi dengan Na2CO
= 2b
= 2(3)
= 6 mL
- VHCl yang bereaksi dengan NaOH
= (a-b)
= (6,5 3)
= 3,5 mL
- Na2CO3 yang ada
mol
= 4 x 2b mL x Z 1000 mL
1,4488 x 103 g
= 2,65 x 101 g x 100 %
= 0,540597 x 100 %
= 54,0597 %
- NaOH yang ada
mol
= 4 x (a b) x Z 1000 mL
= 0,1 g
- Kadar NaOH yang ada
NaOH yang ada
= Na OH menurut label x 100 %
0,63784 x 101
= 101 x 100 %
= 0,63784 x 100 %
= 63,784 %
b. Percobaan kedua
Diketahui : a = 7,4 mL
b = 3,5 mL
x = 0,1139 M
z = 0,1 M
penyelesaian :
- VHCl yang bereaksi dengan
Na2CO = 2b
= 2(3,5)
= 7 mL
- VHCl yang bereaksi dengan NaOH
= (a-b)
= (7,4 3,5)
= 3,9 mL
- Na2CO3 yang ada
mol
= 4 x 2b mL x Z 1000 mL
1,690276 x 101 g
= 1
2,65 x 10 g x 100 %
1
0,710736 x 10
= 10
1 x 100 %
= 0,710736 x 100 %
= 71,0736 %
c. Percobaan kedua
Diketahui : a = 7,1 mL
b = 3 mL
x = 0,1139 M
z = 0,1 M
penyelesaian :
- VHCl yang bereaksi dengan Na2CO
= 2b
= 2(3)
= 6 mL
- VHCl yang bereaksi dengan NaOH
= (a-b)
= (7,1 3)
= 4,1 mL
- Na2CO3 yang ada
mol
= 4 x 2b mL x Z 1000 mL
1,448808 x 101 g
= 1
2,65 x 10 g x 100 %
= 0,54672 x 100%
= 54,672 %
- NaOH yang ada
mol
= 4 x (a b) x Z 1000 mL
0,747184 x 101
= 101 x 100 %
= 0,747184 x 100 %
= 74,7184 %
4.3 Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan