Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

ACARA 1
PENGENALAN ALAT

Nama : Kafiana Damayanti


NIM : 2000017052
Kel / Gol : Biologi B
Asisten : Melinda Widianingrum

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI TERAPAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2020
ACARA 1
Pengenalan Alat

A.Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 1 pengenalan alat kali ini adalah
a. Menentukan jenis gas dan senyawa serta bau yang dihasilkan dari percobaan
pembuatan dan pengenalan suatu gas dan pengenalan kertas lakmus
b. Menentukan hasil perhitungan pengenceran HCl
c. Menentukan hasil perhitungan normalitas titrasi HCl dengan NaOH 0,1 N
dan standar deviasinya
d. Menentukan hasil perhitungan pengenceran H2SO4 pekat dan hasil
pengenceran H2SO4 pekat
e. Menentukan hasil reaksi Pb Asetat dengan H2SO4

B.Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan sebuah praktikum atau percobaan terutama praktikum
kimia kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu praktikum kimia, sebagai
dasar pengetahuan kita. Setelah itu seperti yang sudah diketahui bahwa
praktikum itu biasanya dilaksanakan di laboratorium sesuai dengan bidang
yang akan diuji dan menggunakan berbagai macam alat-alat serta bahan-bahan
laboratorium yang ada, untuk menghindari kecelakaan dan gagalnya percobaan
dalam kegiatan praktikum maka perlu adanya pemahaman dan pengenalan
terhadap alat-alat praktikum yang akan digunakan, sehingga memudahkan
dalam proses kegiatan. Alat-alat praktikum biasanya dapat rusak atau bahkan
berbahaya jika tidak sesuai dengan prosedur pemakaian. Maka dari itu perlu
adanya pemahaman terhadap alat dan fungsi kerja dari alat tersebut sebelum
mulai melakukan praktikum dilaboratorium. Dalam proses pembelajaran
mahasiswa harus aktif agar lebih bisa memahami kegiatan yang dilakukan
selain itu, diperlukan kemampuan guru dalam menguasai materi dan
metode pembelajaran yang tepat sehingga tidak menimbulkan kebosanan
dan kejenuhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu
diperlukan perangkat pembelajaran menggunakan media interaktif
(Retnoningsih, 2016).

a. Praktikum kimia
Pelajaran kimia sebagai bagian dari kelompok sains yang menuntut
untuk melakukan percobaan dan penelitian guna mencari jawaban dari
berbagai fenomena- fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Praktikum
merupakan pembelajaran bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk
menguji dan mengaplikasikan teori dengan menggunakan fasilitas
laboratorium maupun di luar laboratorium (Wulandari dkk., 2003).

b. Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pengujian salah satunya. Laboratorium kimia yang merupakan salah
satu jenis laboratorium yang dianggap cukup berbahaya dalam rangka
pelaksanaan pendidikan. Peralatan laboratorium terdiri dari peralatan mesin,
perkakas, perlengkapan, dan alat-alat kerja lain yang secara khusus
dipergunakan untuk pengujian produksi dalam skala terbatas (Raharjo,
2017). Selain itu, dikemukakan juga laboratorium merupakan tempat untuk
mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba,
penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai
(Depdiknas, 2002).

c. Alat – alat laboratorium


Berikut ini adalah alat – alat laboratorium beserta fungsinya
1. Pipet volum, digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat
sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung
(gondok) pada bagian tengah pipet.
2. Pipet ukur. Pipet ini memiliki skala,digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu.
3. Labu ukur (labu takar), digunakan untuk menakar volume zat kimia
dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan.
4. Gelas Ukur, digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk
cair.
5. Gelas Beker, digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk
memanaskan larutan kimia.
6. Buret, digunakan untuk melakukan titrasi (sebagai tempat titran).
7. Erlenmeyer, digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi.
8. Spektrofotometer dan Kuvet. Kuvet digunakan sebagai tempat sample
untuk analisis dengan spektrofotometer.
9. Tabung reaksi, sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dalam
skala kecil dan sebagai wadah untuk perkembangbiakkan mikroba.
10. Corong, digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke
dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur,
buret dan sebagainya.
11. Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang massa suatu zat.
12. Gelas arloji, digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat
menimbang, mengeringkan bahan, dll.
13. Pipet tetes, berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil
14. Pengaduk gelas, digunakan untuk mengaduk larutan, campuran, atau
mendekantir (memisahkan larutan dari padatan).
15. Spatula, digunakan untuk mengambil bahan.

d. Percobaan
a) Pembuatan dan pengenalan suatu gas dan pengenalan kertas lakmus

Dalam pembuatan sebuah campuran (larutan) bisa dilakukan dengan


melakukan percobaan sehingga di dapat hasil yang baru. Adanya gas ini dapat
diketahui dari baunya. Jadi kita dapat mengenali gas dengan jalan membau.
Dalam membau jangan sekali-kali untuk gas yang berbahaya. Cara membau
adalah dengan cara mengipas-kipaskan tangan di atas mulut tabung ke hidung
kita dengan jarak yang relatif jauh sehingga gas tersebut tercium baunya.
Selain itu kita bisa melakukan percobaan (reaksi), untuk mengenali gas yang
digunakan.
Kertas lakmus merah dan biru dipakai sebagai indikator apakah
senyawa tersebut bersifat asam atau basa dengan melihat perubahan warnanya.
Perubahan warna yang terjadi jika lakmus merah tetap merah dan lakmus biru
menjadi merah maka senyawa tersebut bersifat asam, sedangkan jika lakmus
merah menjadi biru dan lakmus biru tetap biru maka senyawa itu bersifat basa.

b) Pengenceran dalam Labu Ukur

Konsentrasi larutan adalah besaran yang menunjukkan kepekatan suatu


larutan melalui perbandingan antara pelarut dan zat terlarut. Jika zat
terlarutnya banyak, maka larutan yang dibentuk memiliki konsentrasi tinggi
(pekat). Sebaliknya, jika zat terlarutnya sedikit, larutan yang dibentuk
memiliki konsentrasi rendah (encer). Untuk mengurangi tingkat kepekatan
suatu larutan, bisa dilakukan dengan penambahkan air. Metode ini dikenal
sebagai pengenceran. Larutan yang diencerkan jelas mengalami perubahan
konsentrasi dan volume. Namun demikian, jumlah mol larutan tidak berubah
(Viandari, 2019). Oleh karena itu, pengenceran dirumuskan sebagai berikut.
V1M1 = V2M2
Keterangan :
V1 = volume larutan asli yang dipakai
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat
M1= molaritas asli
M2 = molaritass larutan standar yang akan dibuat

c) Titrasi

Titrasi adalah salah satu cara analisis yang sering digunakan dalam analisis
kuantitatif. Larutan yang diketahui normalitasnya disebut larutan standar,
biasanya dimasukkan dalam buret sebagai zat penitrasi (titran). Titik akhir
titrasi terjadi pada saat penggunaan zat penunjuk yang disebut indicator. Pada
saat itulah gram ekivalen dari titran sama dengan gram ekivalen dari zat
yang dititrasi. Menurut Harjadi (1986), beliau menyebutkan bila suatu
indikator digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka :
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen
dengan titrat.
2. Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada
keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan.
Kemudian contoh titrasi yang bisa dilakukan yaitu titrasi asam-basa, yang
merupakan salah satu materi yang cenderung sulit dipahami siswa. Sheppard
mengungkapkan bahwa topik asam-basa merupakan materi yang padat secara
konseptual dan membutuhkan pemahaman yang dintegrasikan pada
banyak konsep pengantar kimia seperti karakteristik partikel dalam materi,
sifat dan komposisi larutan, struktur atom, ikatan ionik dan kovalen, simbol,
formula dan persamaan reaksi, ionisasi serta kesetimbangan. Disamping
padat secara konseptual materi asam basa juga bersifat abstrak sehingga
menyebabkan siswa cenderung sulit memahaminya. Konsep asam basa
merupakan konsep yang mendasari materi titrasi asam-basa. Jika konsep
asam-basa yang mendasari materi titrasi asam-basa belum dipahami siswa,
maka siswa cenderung mengalami kesulitan untuk memahami materi
titrasi asam-basa (Indrayani, tahun tidak diketahui).

Dengan menggunakan persamaan titrasi, yaitu :


Dengan V1N1 = V2N2
Keterangan :
V1 : volume titran N1 : normalitas titran
V2 : volume zat yang dititrasi N2 : normalitas zat yang dititrasi

d) Pengenceran asam sulfat (H2SO4) pekat


Konsentrasi larutan adalah besaran yang menunjukkan kepekatan suatu
larutan melalui perbandingan antara pelarut dan zat terlarut. Jika zat
terlarutnya banyak, maka larutan yang dibentuk memiliki konsentrasi tinggi
(pekat). Sebaliknya, jika zat terlarutnya sedikit, larutan yang dibentuk
memiliki konsentrasi rendah (encer). Untuk mengurangi tingkat kepekatan
suatu larutan, bisa dilakukan dengan penambahkan air. Metode ini dikenal
sebagai pengenceran. Larutan yang diencerkan jelas mengalami perubahan
konsentrasi dan volume. Namun demikian, jumlah mol larutan tidak berubah
(Viandari, 2019).
Pada pengenceran HCl pengenceran dilakukan dengan jalan
menambahkan pelarut ke dalam zat yang akan diencerkan. Ini adalah
cara pengenceran yang lazim dilakukan. Untuk zat-zat yang menunjukkan
reaksi eksotermis pada pengenceran seperti H2SO4 pekat, maka pengenceran
dilakukan dengan sedikit berbeda, yaitu dengan jalan menuangkan H2SO4
pekat sedikit demi sedikit ke dalam pelarut (air).

e) Penyaringan

Menurut Roswiyanto (2009) penyaringan adalah suatu metode pemisahan


bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam kehidupan kebutuhan akan air bersih adalah suatu
hal yang pasti untuk keberlangsungan kehidupan kita.

C.Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tabung reaksi, penjepit
kayu, pembakar spritus (bunsen), pipet gondok, labu ukur 100 mL, pipet tetes,
pipet ukur, propipet, buret, Erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur 50 mL, corong,
Statif, dan pengaduk.

D. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan NH4Cl 1 M, kertas
lakmus, larutan NaOH 1 M, larutan HCl 2 M, NaOH 0,1 N, indikator
phenolptalein, air suling (aquades), H2SO4 12 M, kertas saring, dan larutan Pb
asetat.

E. Cara Kerja

Berikut ini merupakan cara kerja dari beberapa percobaan praktikum acara
1 pengenalan alat yang dilakukan
1. Pembuatan dan Pengenalan Suatu Gas dan Pengenalan kertas lakmus
Cara kerja :
a. Diambil 1 mL larutan NH4Cl, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 1 mL larutan NaOH.
b. Dipeganglah tabung reaksi dengan penjepit, lalu dipanaskan sambil
digoyang-goyangkan. Mulut tabung harus sedikit dicondongkan tetapi tidak
boleh diarahkan pada diri sendiri atau orang lain. Cari tempat yang kosong.
Pada saat mendidih jagalah agar zat dalam tabung jangan sampai keluar dari
mulut tabung (lebih-lebih untuk zat yang mudah terbakar). Caranya dilakukan
dengan mengangkat tabung dari atas api bila zat dalam tabung sudah
naik/hamper keluar.
c. Dipraktekkan cara membau di atas.
d. Dicatat bagaimana bau gas yang terjadii dan diamati zat-zat sebelum dan
sesudah reaksi.
e. Dipegang kertas lakmus merah dan biru didekat mulut tabung reaksi. Amati
perubahan warna dari kertas lakmus yang terjadi dan berikan kesimpulan.

2. Pengenceran dalam Labu Ukur untuk membuat larutan standar HCl 0,1 M
Cara kerja :
a. Diambil 5 mL larutan HCl 2 M dengan menggunakan pipet gondok. Perhatikan
meniscus (permukaan cekung dari zat cair) harus tepat menyinggung garis pada
pipet ukur.
b. Dimasukkan HCl tersebut ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan sampai
batas. Pengenceran harus sekali jadi. Maksudnya jangan sampai menambah air
lebih dari yang diperlukan lalu membuangnya sampai batas, hal seperti
ini akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar. Oleh sebab itu
pengenceran harus dilakukan dengan hati-hati, sedikit demi sedikit.
c. Setelah dekat dengan tanda pada leher labu ukur dipakai pipet tetes atau pipet
gondok untuk menambahkan setetes demi setetes air. Cara menggunakan pipet
gondok untuk penetesan seperti ini adalah dengan menutup bagian atas dari
pipet gondok dengan telunjuk sementara ibu jari dan jari tengah yang
digunakan untuk memegang pipet gondok diputar-putar perlahan (jangan
menutup mulut pipet dengna ibu jari karena kita tak dapat mengerjakan cara
memutar supaya cairan menetes).

3. Titrasi
Cara kerja :
a. Dicuci buret dengan larutan pencuci. Bilaslah dengan larutan standar yang akan
dipakai yaitu NaOH 0,1 N.
b. Diisilah buret dengan larutan standar sampai skala 0.
c. Dipakailah pipet gondok untuk mengambil 20 mL HCl (dari pengenceran
langkah 2).
d. Dimasukkan HCl ini ke dalam Erlenmeyer lalu tambahkan 3-4 tetes indikator
phenolptalein (PP).
e. Dibuka kran buret, lalu teteskan perlahan-lahan titran ke dalam Erlenmeyer.
Erlenmeyer ini harus digoyang-goyangkan perlahan.
f. Titran dihentikan ketika penambahan tetes NaOH memberikan warna merah
sangat muda yang tak mau hilang pada penggoyangan.
g. Pekerjaan ini diulangi 2X
h. Dicatat berapa mL larutan standar yang dipakai dengna melihat cairan dalam
buret.
i. Dihitung berapa normalitas larutan yang ditirasi.
4. Pengenceran asam sulfat (H2SO4) pekat
Cara kerja :
a. Diambil 10 mL air suling dengan menggunakan gelas ukur. Perhatikan bagian
bawah dari meniscus air harus tepat menyinggung skala 10 mL. pandangan
mata harus tepat sejajar dengna tinggi meniscus air.
b. Dituang ke dalam labu ukur 50 mL.
c. Diambil 5 mL H2SO4 12 M pekat dengan gelas ukur. Pakailah cara
pengukuran yang sama dengan yang di atas.
d. Dituang H2SO4 pekat ini ke dalam labu ukur yang berisi air suling tadi. Ingat
penuangan harus dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati. Perhatikan
perubahan panas sebelum dan sesudah H2SO4 dituang dalam labu ukur.

5. Penyaringan
Cara kerja :
a. Diambil 5 mL larutan Pb asetat dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 5 mL
larutan H2SO4 hasil pengenceran di atas. Amati endapan yang terjadi.
b. Dicatat warna dari endapan.
c. Diambilah kertas saring yang berbentuk lingkaran dan dilipat menjadi ¼
lingkaran, berikut lipat lagi 2-3 kali lipatan.
d. Dimasukkan kertas saring yang sudah dilipat pada corong dan basahi sedikit
dengna air suling hingga melekat pada dinding gelasnya.
e. Dipasang corong yang berkertas saring itu ke dalam Erlenmeyer untuk
menampung filtrat/cairan cucian.
f. Dituangkan larutan yang akan disaring ke dalam corong yang sudah berkertas
saring tadi. Penuangan dibantu dengan memakai pengaduk yaitu dengan
memegangnya tepat pada mulut tabung reaksi/gelas piala yang digunakan.
Penuangan harus hati-hati dan sedikit demi sedikit. Botol etiket harus dipegang
dengan etiket menghadap pada tapak tangan. Dalam menuangkan larutan
jangan sekali-kali terkena etiket atau tulisan pada botol. Tutup botol harus
diletakkan dalam keadaan terbalik di atas meja dan dikembalikan pada botol
semula.
H. Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan mengenai praktikum acara 1 pengenalan alat
adalah sebagai berikut
1) Tabel 1. Hasil percobaan Pembuatan gas
No Indikator Perubahan Warna Keterangan
Sebelum Sesudah
1. Lakmus Merah merah biru -
2. Lakmus Biru biru biru -
3. Pembentukan gas Tidak ada ada bau
menyengat
Reaksi : NH4Cl + NaOH a NH3 + NaCl + H2O
Dari data yang disajikan didalam table berarti gas dan senyawa yang dihasilkan
tersebut bersifat basa.

Gambar 1.1. Lakmus merah dan biru sebelum direaksikan


Gambar 1.2. Perubahan lakmus merah

Gambar 1.3. Perubahan lakmus biru

2) Perhitungan Pengenceran HCl


Rumus pengenceran : V1 x M1 = V2 x M2
Diketahui : V1 = 5 ml
M1= 2 M
M2= 0,1 M
V2 = ?
Jawab : 5x2 = V2 x 0,1
10 / 0,1 = V2
100 ml = V2
Gambar 2.1. Hasil pengenceran HCl

3) Tabel 2. Hasil Titrasi HCl dengan NaOH 0,1 N


Titrasi ke Volume Titran Volume Titer Perubahan warna
Sebelum Sesudah
X1 10,8 ml 10 ml bening ungu
X2 10,5 ml 10 ml bening ungu
X3 10,7 ml 10 ml bening ungu
X Rata-rata 10,66 ml 10 ml - -

Gambar 3.1. Sebelum direaksikan


Gambar 3.2. Hasil titrasi HCl dengan NaOH 0,1 N
(sesudah reaksi)

 Perhitungan Rata-rata
Rumus rata-rata = (X1 + X2 + X3) / n
a. Rata-rata volume titran = (10,8 ml + 10,5 ml + 10,7 ml) / 3
= 32 / 3 = 10,66 ml
b. Rata-rata volume titer = (10 ml + 10 ml + 10 ml) / 3
= 30 / 3 = 10 ml
 Perhitungan Standar deviasi

 Perhitungan Normalitas = rumus pengenceran


V1 x M1 = V2 x M2
Diketahui : V1 = 20 ml
M1= 2 M
M2= 0,1 M
V2 = ?
Jawab : 20 x 2 = V2 x 0,1
40 / 0,1 = V2
400 ml = V2

4) Perhitungan pengenceran H2SO4 pekat


Rumus pengenceran : V1 x M1 = V2 x M2
Diketahui : V1 = 5 ml
M1= 12 M
M2= 0,1 M
V2 = ?
Jawab : 5 x 12 = V2 x 0,1
60 / 0,1 = V2
600 ml = V2
Hasil pengenceran H2SO4 pekat berwarna coklat muda hampir bening dan
bersifat panas.

Gambar 4.1. Hasil pengenceran H2SO4 pekat

5) Reaksi Pb Asetat dengan H2SO4


Reaksi : H2SO4 + Pb(CH3COO)2 PbSO4 + 2CH3COO
Setelah diambilnya 5 mL larutan Pb asetat dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan 5 mL larutan H2SO4 hasil pengenceran di atas warna larutanya
menjadi berwarna putih dan ada sedikit endapan yang terjadi berwarna putih.
Setelah disaring endapan yg dihasilkan berwarna putih dan hasil penyaringannya
berwarna bening.

Gambar 5.1. Larutan sebelum disaring

Gambar 5.2. Terdapat endapan berwarna putih


(setelah disaring)
Gambar 5.3. Hasil filtrat berwarna bening

F. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum acara 1 pengenalan alat kali ini adalah
a. Sifat gas dan senyawa yang dihasilkan dari percobaan pembuatan dan
pengenalan suatu gas dan pengenalan kertas lakmus adalah bersifat basa dan
menghasilkan bau gas yang menyengat.
b. Hasil perhitungan pengenceran HCl nya adalah 100 ml.
c. Hasil perhitungan normalitas titrasi HCl dengan NaOH 0,1 N adalah 400 ml dan
standar deviasinya adalah 0,0234.
d. Hasil perhitungan pengenceran H2SO4 pekat adalah 600 ml dan hasil
pengenceran H2SO4 pekat berwarna coklat muda hampir bening dan bersifat
panas.
e. Hasil reaksi Pb Asetat dengan H2SO4 adalah adanya endapan berwarna putih
dan hasil saringannya berwarna bening.

G. Daftar Pustaka

Wulandari, V. C. P., Masjhudi, & Balqis. 2003. Penerapan pembelajaran


berbasis praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan
penguasaan konsep siswa kelas Xi Ipa 1 di SMA Muhammadiyah 1
Malang. Jurnal Online, 1–8. Diakses 6 Oktober 2020.

Raharjo. 2017. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Pengelolaan Alat Bahan dan
Laboratorium Kimia. 20(2): 99–104. Diakses 7 Oktober 2020.

Depdiknas. 2002. SPTK-21. Jakarta. Diakses 7 Oktober 2020.

Harjadi, 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia. Jakarta. hal. 134-149, 160-
169. Diakses 7 Oktober 2020.

Retnoningsih, E. 2016. Metode Pembelajaran Pengenalan Tata Surya Pada


Sekolah Dasar Berbasis Computer Based Instruction (CBI). 3(1): 194–204.
Diakses 7 Oktober 2020.

Indrayani, P. Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik


Titrasi Asam-Basa Siswa Kelas XI IPASMA serta Upaya Perbaikannya
Dengan Pendekatan Mikroskopik. Diakses 7 Oktober 2020.

Rosmiyanto. 2009. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta Grasindo.


Diakses 7 Oktober 2020.

Viandari, E,. 2019. Konsentrasi Larutan – Kimia Kelas 10. Diakses 7 Oktober
2020.

Anda mungkin juga menyukai