Anda di halaman 1dari 18

I.

Laporan
Praktikum
Kimia XII IPA II
II. Identifikasi Gugus
Fungsi
Nama: Privella Harlim
Kelas: XII IPA II
No. Absen: 25

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

I.
II.
III.

Judul percobaan 6: Uji Nyala pada Alkali dan Alkali Tanah


Tujuan:
Mengamati warna nyala logam alkali dan alkali tanah.
Dasar Teori:
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang
stabil dalam udara kering. Barium bereaksi dengan air dalam udara
yang lembab, membentuk oksida atau hidriksida. Barium melebur
pada 710C. pada uji kering (pewarnaan nyala) , garam garam
barium bila dipanaskan pada nyala Bunsen yang tak cemerlang
(yakni kebiru-biruan), memberi warna hijau-kekuningan kepada nyala.
Karena kebanyakan garam barium, kecuali kloridanya, tak mudah
menguap, kawat platinum harus dibasahi asam klorida pekat sebelum
dielupkan ke dalam zat itu. Sulfat mula-mula direduksi, lalu sibasahi
asmklorida pekat, dan dimasukkan kembali ke dalam nyala.
Stronsium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan
liat. Stronsium melebur pada 771C. sifat sifatnya serupa dengan
barium senyawa senyawa stronsium yang mudah menguap,
terutama kloridanya, memberi warna merah-karmin yang khas pada
nyala Bunsen yang tak cemerlang.
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia melebur
pada 845C. Ia terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab;
pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan/atau kalsium hidroksida.
Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan
hidrogen. Pada uji kering atau pewarnaan nyala senyawa senyawa
kalsium yang mudah menguap, memberi warna merah-kekuningan
kepada nyala Bunsen.
Kalium adala logam putih perak yang lunak. Logam ini melebur
pada 63,5C. ia tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan
cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjadi tertutup dengan
suatu lapisan biru. Logam itu menguraikan air dengan dahsyat,
sambil melepaskan hidrogen dan terbakar dengan nyala lembayung :

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

2K+ + 2H20

2K+ + 2OH- + H2

Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam garam


kalium mengandung kation monovalen K+. Garam-garam ini biasanya
larut dalam membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila
anionnya berwarna.pada uji kering (pewarnaan nyala) senyawasenyawa kalium, sebaiknya kloridanya, mewarnai nyala Bunsen yang
tak

cemerlang

menjadi

lembayung

(nila).

Nyala

kuning

yang

dihasilkan oleh natriun dalam jumlah sedikit, mengganggu warna


lembayung itu, tetapi dengan memandang nyala melalui dua lapisan
kaca kobalt yang warna biru, sinar-sinar natrium yang kuning akan
diserap sehingga nyala kalium yang lembayung kemerahan jadi
terlihat. Larutan tawas krom (310 -1) setebal 3 cm, juga merupakan
penyaring yang baik.
Natrium adalah logam putih-perak yang lunak, melebur pada
97,5C. natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab,maka
harus dismpann terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau
silena. Logam ini bereaksi keras dengan air. Untuk uji kering
(pewarnaan nyala) nyala Bunsen yang tak cemerlang akan diwarnai
kuning kuat oleh uap garam natrium. Warna ini tak terlihat bila di
pandang melalui dua lapisan lempeng kaca kobalt yang biru. Garam
natrium dalam jumlah sedikit sekali memberi hasil posotif pada uji ini,
dan hanya warna natrium terdapat dalam jumlah yang berarti
(Setiono, 1990)
Telah diketahui bersama bahwa akan dihasilkan warna jika
suatu campuran yang mengandung logam diuapkan dalam nyala api.
Seperti pada percobaan pembakaran garam Na dengan nyala Bunsen
akan

dihasilkan

nyala

kuning,

pembakaran

garam

Ca

akan

menghasilkan nyala api merah bata dan pembakaran garam Ba akan


menghasilkan nyala api hijau. Warna nyala api dari setiap unsur
tersebut

memiliki

panjang

gelombang

tertentu.

Dengan

perkembangan mekanika kuantum dapat diketahui bahwa garis dan


pita dari transisi elektronik adalah spesifik dari setiap atom atau

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

molekul. Sebagai contoh nyala api Na yang memberikan nyala api


kuning sebagai hasil dari sepasang garis pada panjang gelombang
588,995 nm dan 589,592 nm yang dipancarkan oleh atom Na
(Anonim, 2006)

IV.

Alat dan Bahan:


Alat
Tabung reaksi
Kaca arloji
Kawat nikrom
Pembakar bunsen
Gelas kimia
-Gelas ukur

V.

Bahan
Kristal NaCl
Kristal LiCl
Kristal CaCl2
Kristal SrCl2
KristalBaCl2
Kristal KCl
HCl pekat

Cara Kerja:
1. Menyiapkan Kristal NaCl pada kaca arloji.
2. Menyiapkan 2tabung reaksi, lalu mengisinya masing-masing dengan
1 ml HCl pekat.
3. Menyelupkan ujung kawat nikrom ke dalam tabung reaksi I,
kemudian bakar dalam api bunsen sampai bersih (tidak memberi
warna nyala lain).
4. Menyelupkan kawat nikrom tersebut ke dalam tabung reaksi II,
selanjutnya ke dalam kristal NaCl pada kaca arloji agar NaCl
tersebut melekat pada kawat nikrom.
5. Membakar ujung kawat tersebut ke dalam pembakar bunsen, lalu
mencatat hasil pengamatan yang ada.
6. Mengulangi langkah 3-5 di atas untuk kristal logam yang lain.

VI.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Data Penagamatan:
Unsur
NaCl
LiCl
CaCl2
SrCl2
BaCl2
KCl

Warna nyala
Kuning
Merah
Jingga kemerahan
Merah
Hijau
Ungu

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

VII.

Pembahasan:
Suatu unsur memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda seperti

halnya untuk logam-logam golongan alkali dan golongan alkali tanah yang
memberikan warna-warna yang khas bila dibakar karena salah satu hal
yang mempengaruhi adalah konfigurasi atom-atom tersebut sebab setiap
atom memiliki konfigurasi yang berbeda-beda serta karakteristik atau
sifat-sifat khas dari golongan tersebut. Ion dengan konfigurasi gas mulia
(kulit luar terdiri dari 18 elektron) atau konfigurasi 18 + 2 tidak
mempunyai peralihan electron pada daerah energi cahaya, sehingga
larutannya tidak berwarna. Seperti ion logam alkali dan alkali tanah.
Pemisahan medan kristal tingkat energi tinggi d, menghasilkan perbedaan
energi (Z) yang berhubungan dengan warna ion kompleks. Kenaikan
sebuah electron dari yingkat energi rendah ke tingkat energi tinggi
menyebabkan penyerapan komponen cahaya putih dan cahaya yang di
lewatkan berwarna.
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam
yang terdapat dalam senyawa. Sebagai contoh, sebuah ion Na dalam
keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan,
elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital
kosong manapun pada level yang lebih tinggi sebagai contoh, berpindah
ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa
banyak

energi

yang

diserap

oleh

elektron

tertentu

dari

nyala.

Karena sekarang elektron-elektron berada pada level yang lebih


tinggi dan lebih tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron
cenderung turun kembali ke level dimana sebelumnya mereka berada
tapi

tidak

musti

sekaligus.

Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke sebuah orbital


pada level 7 misalnya, bisa turun kembali ke level 2p sekaligus.
Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah energi yang dapat dilihat
sebagai

cahaya

dengan

warna

tertentu.

Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih)

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

dari tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian


turun sampai ke level 2. Masing-masing perpindahan elektron ini
melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi
cahaya,

dan

masing-masing

memiliki

warna

tertentu.

Sebagai akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum


garis yang berwarna akan dihasilkan. Warna yang anda lihat adalah
kombinasi dari semua warna individual. Besarnya lompatan/perpindahan
elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion logam ke ion logam
lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki pola
garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda
pula.
VIII. Jawaban Pertanyaan:
1. Kesimpulan apa yang anda dapat dari uji nyala unsur logam alkali
dan alkali tanah?
Unsur unsur kimia pada uji nyala terutama golongan
alkali dan golongan alkali tanah memberikan warna nyala
yang berbeda Natrium (Na) memberikan warna nyala kuning
keemasan, Kalium (K) memberikan warna nyala lembayung
(nila), Kalsium (Ca) memberikan warna nyala merah bata
(merah kekuningan), Strinsium (Sr) memberikan warna nyala
merah tua agak keunguan, dan Barium (Ba) memberikan
warna nyala hijau kekuningan.
2. Mengapa suatu unsur dapat memberi warna nyala tertentu?
Pada dasarnya, apabila suatu senyawa kimia dipanaskan,
maka akan terurai menghasilkan unsur-unsur penyusunnya
dalam wujud gas atau uap. Kemudian, atom-atom dari unsur
logam tersebut mampu menyerap sejumlah energi tinggi
(keadaan tereksitasi). Pada keadaan energi tinggi, atom
logam tersebut sifatnya tidak stabil sehingga mudah kembali
ke

keadaan

semula

(berenergi

rendah)

dengan

cara

memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk cahaya.


Besarnya energi yang diserap atau yang dipancarkan oleh
setiap

atom unsur logam

bersifat khas.

Hal ini dapat

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

ditujukkan dari warna nyala atom-atom logam yang mampu


meneyerap radiasi cahaya didaerah sinar tampak.
3. Mengapa sebelum digunakan, kawat nikrom dicelupkan ke dalam HCl

pekat baru dipanaskan?


karena HCl dapat melarutkan pengotor-pengotornya /zat
pengganggu yang mungkin menempel pada kawat nikrom sehingga
pengotor tersebut akan mudah menguap dari kawat, sehingga
kawat benar-benar bersih.

pembakaran HCl tidak memberikan warna sehingga tidak


mempengaruhi atau mengganggu warna nyala logam alkali dan
alkali tanah ketika diamati.

HCl digunakan untuk membuat sampel menjadi kental sehingga


mudah menempel dalam kawat nikrom.

Karena ketika dibakar, garam-garam klorida ini mampu


mengeluarkan warna yang spesifik.

IX.

Kesimpulan:
1. Uji nyala api dilakukan dengan cara memanaskan kawat nikrom
yang telah disterilkan dengan HCl, kemudian senyawa Na, Ca, Ba
dan Sr dipanaskan menggunakan bunsen.
2. Unsur unsur kimia pada uji nyala terutama golongan alkali dan
golongan alkali tanah memberikan warna nyala yang berbeda
Natrium (Na) memberikan warna nyala kuning keemasan, Kalium
(K) memberikan warna nyala lembayung (nila), Kalsium (Ca)
memberikan warna nyala merah bata (merah kekuningan),
Strinsium (Sr) memberikan warna nyala merah tua agak
keunguan, dan Barium (Ba) memberikan warna nyala hijau
kekuningan.
3. Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion
logam yang terdapat dalam senyawa.

X.

Daftar Pustaka:

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

http://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/06/kumpulan-praktikum-2/
http://reishita-indardhati.blogspot.com/2010/06/uji-nyala-pada-

alkali-dan-alkali-tanah.html
http://robiahadawiyah.wordpress.com/2011/05/15/kimia-analitik-ujinyala/

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

I.
Judul Percobaan 7: Identifikasi Gugus Fungsi
II.
Tujuan:
- Mengenal beberapa senyawa organik dan gugus fungsinya
- Mengetahui beberapa sifat kimia dari senyawa tersebut
III.
Dasar Teori:
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul
satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala
reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat
dikelompokan pada pengelompokan senyawa.

Pengertian Aldehid
Aldehid sebagai senyawa karbonil. Aldehid senyawa-senyawa sederhana
yang mengandung sebuah gugus karbonil - sebuah ikatan rangkap C=O.
Aldehid termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak
adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat
langsung pada atom karbon di gugus karbonil - seperti yang bisa
ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung
gugus -COOH.

10

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

Contoh-contoh aldehid:
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat
padanya bersama dengan salah satu dari gugus berikut:

atom hidrogen lain

atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa


berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung sebuah cincin
benzen.

Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan menyinggung tentang aldehid
yang mengandung cincin benzen.

Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung
molekul yang sama persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus
lain yang terikat.
Jika kita menuliskan rumus molekul untuk molekul-molekul di atas,
maka gugus aldehid (gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen)
selalunya dituliskan sebagai -CHO - dan tidak pernah dituliskan sebagai
COH. Oleh karena itu, penulisan rumus molekul aldehid terkadang sulit
dibedakan dengan alkohol. Misalnya etanal dituliskan sebagai CH3CHO
dan metanal sebagai HCHO.
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang
terdapat dalam rantai terpanjang - termasuk atom karbon yang terdapat
pada gugus karbonil. Jika ada gugus samping yang terikat pada rantai
terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus karbonil harus selalu
dianggap sebagai atom karbon nomor 1.

11

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

Sifat-sifat Aldehide
1) Senyawa-senyawa aldehide dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5
atom C) sangat
mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehide dengan jumlah atom
C lebih dari 5
sukar larut dalam air.
2) Aldehide dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya
3) Aldehide dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol
primernya.
Contoh :
a) CH3CHO + H2 -----------> CH3CH2OH
Etanal Etanol
b) CH3CH2CHO + H2 -------> CH3CH2CH2OH
Proponal Propanol
Kegunaan Aldehide
Senyawa aldehide yang paling banyak digunakan dalam kehidupan adalah
Formal
dehide dan Asetaldehide, antara lain sebagai berikut :
1) Larutan formaldehide dalam air dengan kadar 40% dikenal dengan
nama formalin. Zat
ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dalam
laboratorium musium.
2) Formaldehide juga banyak digunakan sebagai :
a) Insektisida dan pembasmi kuman
b) Bahan baku pembuatan damar buatan
c) Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit dan Bakelit
3) Asetaldehide dalam kehidupan sehari-hari antara lain digunakan
sebagai :

12

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

a) Bahan untuk membuat karet dan damar buatan


b) Bahan untuk membuat asam aselat (As. Cuka)
c) Bahan untuk membuat alkohol
REAKSI-REAKSI ALDEHIDA
Aldehida adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum RCHO. Beberapa reaksi yang terjadi pada aldehida antara lain:

a.

Oksidasi
Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidatoroksidator lemah. Perekasi Tollens dan pereaksi Fehling adalah dua contoh
oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali
aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam karboksilat. Pereaksi
Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat
dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit
demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali.
Pereaksi Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag 2O).
aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaaskan
unsur perak (Ag).
Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis sebagai berikut

Bila reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang


terbentuk akan melapisi bejana, membentuk cermin. Oleh karena itu,
reaksi ini disebut reaksi cermin perak.
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B.
fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan
campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat
dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu

13

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu 2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan
CuO.
Reaksi Aldehida dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah
bata dari Cu2O.

Pereaksi Fehling dipakai untuk identifikasi adanya gula reduksi (seperti


glukosa) dalam air kemih pada penderita penyakit diabetes (glukosa
mengandung gugus aldehida).
b. Adisi Hidrogen (Reduksi)
Ikatan rangkap C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi oleh gas
hidrogen membentuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan
penurunan bilangan oksidasi atom karbon gugus fungsi. Oleh karena itu,
adisi hidrogen tergolong reduksi.

Keton
Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu gugus
karbonil, tetapi keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus
karbonilnya. Identifikasi keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji
Rothera.
- Uji Rothera
Larutan aseton

dicampur

dengan

natrium

nitropusid

atau

Na2Fe(CN)6NO, ammonium klorida dan ammonia. Setelah beberapa


terbentuk warna violet dan intensitas warna tergantung kadar aseton
yang dianalisis. Aldehida dan keton adalah keluarga besar dari senyawa
organik yang dicirikan oleh adanya gugus karbonil terhubung dengan
dua atom karbon lain.

14

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

C
R

Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas dari
senyawa organik yang terdiri dari kelompok karbonil (<=0). Sebuah
keton mempunyai dua kelompok alkil dan satu atom hidrogen yang
tersusun menjadi karbon-karbon.
O

Karbonil

keton

aldehid

Keton : 2 kelompok alkil tersusun kelompok karbonil.


Aldehid : 1 kelompok alkil dan 1 atom hidrogen menyusun kelompok
karbonil.
Keton dan aldehid memiliki kesamaan dalam strukturnya dan
mereka mempunyai sifat. Disini terdapat suatu perbedaan bagaimana
partikel didalam reaksinya terhadap agen-agen oksidasi dan terdapat
dalam inti nukleus.
Pereaksi Tollens
Sering juga disebut perak amoniakal yang merupakan campuran
AgNO3 dan amonia yang berlebihan. Jika bereaksi dengan monosakarida
yang mengandung gugus aldehid akan menghasilkan cermin perak.
Fehling A
Fehling A berisi larutan CuSO4, bersifat cair, berwarna biru, titik didih
99,9 C, titik lebur -0,1 oC, larut dalam air, dapat menyebabkan iritasi
pada mata dan kulit, tidak mudah terbakar.
Fehling B
Fehling B berisi larutan NaOH dan KNa tartrat, tidak berwarna,
berbau, titik didih 103 oC, titik lebur -10 oC.
ALDEHID DAN KETON

15

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

Identifikasi adanya gugus aldehid dan keton dapat dilakukan dengan


pereaksi fehling atau benedict dan dengan reaksi adisi nukleofilik. Proses
yang dilakukan untuk menguji adanya gugus aldehid dengan pereaksi
fehling yaitu larutan formaldehid dan glukosa dalam tabung reaksi yang
berbeda ditambah dengan campuran fehling A dengan fehling B dengan
perbandingan 1:1. Kemudian kedua tabung reaksi tersebut dipanaskan.
Metode yang digunakan untuk menguji aldehid dan keton dengan reaksi
adisi nukleofilik adalah dengan cara menambahkan aseton ke dalam
larutan jenuh natrium bisulfit yang telah didinginkan dalam air es.
Kemudian dilanjutkan dengan memulai penghabluran dengan
menambahkan etanol. Metode pengujian ini diakhiri dengan meneteskan
asam klorida pekat pada hablur yang telah di saring.
Dari uji dengan pereaksi fehling diperoleh hasil yaitu pada larutan
formaldehid setelah ditambahkan campuran fehling A dan fehling B
menjadi berwarna ungu keruh kebiruan, kemudian setelah dipanaskan
larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan berwarna merah bata.
Sedangkan pada glukosa setelah ditambah campuran fehling A dan
fehling B menjadi berwarna ungu bening kebiruan, kemudian setelah
dipanaskan larutan berwarna merah bata dan terdapat endapan
berwarna

merah

bata.

Sementara

dengan

uji

adisi

nukleofilik

menunjukkan bahwa hablur yang terbentuk karena proses penambahan


beberapa

larutan

pada

natrium

bisulfit

melarut

kembali

dan

menimbulkan asap saat di tetesi asam klorida pekat.


Reaksi:
Aldehida lebih kuat mengurangi agen dari keton dan mengurangi ion
logam dan dioksidasi dalam proses yaitu RCHO + [O] ==> RCOOH
(a) Penurunan perak (I) menjadi ion logam perak
RCHO + 2Ag + + H2O ==> RCOOH + 2Ag + 2H+
(b) Pengurangan dari tembaga (II) dengan tembaga (I) yaitu larutan biru
kompleks perubahan Cu2+ ke merah bata/ warna coklat, tembaga larut
(I) oksida Cu2O.
RCHO + 2Cu2 + + 2H2O ==> RCOOH + Cu2O + 4H+

16

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

Identifikasi aldehid juga dapat menggunakan asam kromat oksidasi. Tes


ini membedakan antara aldehid dan keton. Aldehida bereaksi untuk
memberikan endapan hijau langsung, namun keton tidak. Langkah
pertama adalah pembentukan ester kromat, diikuti oleh reaksi eliminasi.
IV.

Alat dan Bahan:

Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Penjepit tabung reaksi
Gelas ukur
Gelas kimia
Pembakar bunsen

V.

Bahan
Fehling A dan Fehling B
Formaldehid
Aseton
Larutan AgNO3 0,5M
NaOH 2M
NH3 1M
Reagen Tollens

Cara Kerja:
Membedakan aldehid dengan keton:
A. Uji Fehling:
1. Menyediakan 2 buah tabung reaksi dan mengisinya masingmasing dengan 2 ml larutan Fehling A dan Fehling B.
2. Lalu ke dalam tabung pertama, menambahkan 6 tetes larutan
formaldehid, dan ke dalam tabung kedua 6 tetes aseton,
kemudian mengaduknya sampai rata.
3. Meletakkan kedua tabung reaksi tersebut ke dalam bejana air
mendidih, tidak lebih dari 10 menit.
4. Mengamati apa yang terjadi. Terjadinya endapan Cu2O yang
berwarna merah-kuning merupakan uji yang positif.
B. Uji Tollens:
1. Memasukkan 2 ml larutan AgNo3 0,5M dan 1 tetes larutan NaOH
2M ke dalam 1 tabung reaksi.
2. Menambahkan 2,5 ml larutan NH3 1M, lalu menambahkannya lagi
setetes demi setetes sambil diaduk, sampai hanya tinggal sedikit
partikel Ag2O. (hindari pemakaian NH3 berlebih). Campuran tadi
merupakan reagen tollens.

17

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

3. Ke dalam tabung pertama, masukkan 2 tetes formaldehid dan ke


dalam tabung kedua masukkan 2 tetes aseton.
4. Mengaduk larutan tersebut hingga rata dan mendiamkannya pada
VI.

suhu kamar selama 10-15 menit.


Data Pengamatan:
Aldehid dan Keton
Zat
Formaldehid
Aseton

VII.

Fehling
Tolllens
+ (endapan merah +
(endapan
perak
bata)
cermin perak)
- (tetap biru)
-(tidak berubah)

dan

Pembahasan:
Dari hasil percobaan yang kami lakukan ini, kami mendapati bahwa

dari uji dengan pereaksi fehling diperoleh hasil yaitu pada larutan
formaldehid setelah ditambahkan campuran fehling A dan fehling B
menjadi berwarna ungu keruh kebiruan, kemudian setelah dipanaskan
larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan berwarna merah bata.
Sedangkan pada aseton setelah ditambah campuran fehling A dan fehling
B menjadi berwarna ungu bening kebiruan, kemudian setelah dipanaskan
larutan tidak mengalami perubahan.
Sedangkan dari uji Tollens

yang

kami

lakukan

dengan

menggunakan NaOH dan NH3, diperoleh hasil bahwa ketika diteteskan


dengan formaldehid lalu didiamkan selama 10 menit, terdapat endapan
perak dalam larutan tersebut. Sedangkan pada aseton, sama skali tidak
berubah.
VIII. Jawaban pertanyaan:
Zat-zat mana yang positif pada uji Fehling dan Tollens?
Zat yang positif terhadap uji Fehling dan Tollens, keduanya
adalah formaldehid, Sedangkan Aseton tidak menghasilkan
perubahan apa-apa.
IX.
-

Kesimpulan:
Senyawa

dapat

dikelompokan

berdasarkan

gugus

fungsinya,

diantaranya alkohol (memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton


(memiliki gugus karbonil), asam karboksilat (memiliki gugus karboksil),
dan ester.

18

Laporan Praktikum Kimia XII IPA II

Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi


tertentu. Senyawa aldehid reaktif dengan pereaksi tollens dengan
menghasilkan endapan perak, dan fehling menghasilkan endapan
merah bata. Sedangkan keton tidak bereaksi dengan Fehling dan
Tollens.

X.

Daftar Pustaka:
- http://materismansa.blogspot.com/2011/05/uji-identifikasi-gugus-

fungsi.html
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/senyawa-aldehida.html

Anda mungkin juga menyukai