Anda di halaman 1dari 21

Gangguan Sulit Tidur pada Pria 45 Tahun

Teriany Widjaya
102012099
Kelompok C8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6
Jakarta 11510

Abstrak
Insomnia

merupakan

suatu

gejala

yang

sering

berkembang

menyebabkan

ketidaknyaman dan ketidakpuasan serta bisa mengurangi produktivitas seseorang


penderita. Insomnia bisamerupakan kondisi primer,dan terjadi bersamaan dengan
gangguan yang lain atausebagai kondisi sekunder dari gangguan tersebut, mekanisma
terjadinya hal demikian belum dapat dijelaskan. Sebagai tambahan, hubungan antara
insomnia dan kondisi penyakit lain tidak selalunya jelas karena tidak mungkin untuk
mencari hubungan penyebab dan akibat antara gangguan tersebut. Menangani insomnia,
pendekatan secara farmakologi ataupun nonfarmakologi bisa diterapkan tergantung dari
berat ringan insomnia mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penanganan dengan
medikamentosa harus memprtimbangkan efektifitas dan juga efek samping yang
terlibat, tetapi pendekatan secara non-farmakologi bisa sangat membantu tanpa
menimbulkan efek samping dan mempunyai efektifitas yang sama maupun lebih.
Kata kunci : Insomnia, tatalaksana
Abstract
Insomnia is a symptom rather than a diagnosis that may lead to irritability,
dissatisfaction and decrease individual productivity. Insomnia can be divided into
primary and secondary symptom which cause by other condition, but the mechanism on
how this happened still unclear. In addition, relation between insomnia and other
clinical problem is always undefined because it is impossible to find out the relation
between causes and consequences of this symptom. Practitioner can choose either

pharmacotherapy or non-pharmacotherapy in management of insomnia patient. Side


effects and efficacy of pharmacotherapy must be considered before we prescribe a
medicine to de patient. We also can Choose non-pharmacotherapy which is without side
effects, but can be same effective as pharmacotherapy and even more.
Keyword: Insomnia, managemen

Pendahuluan
Istirahat dan tidur sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi
yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda
untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup,
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas sehari - hari akan menurun. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak
diobati akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya
insomnia.
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian
menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia
setiap tahunnya. Gangguan tidur ini sangat dapat mempengaruhi pekerjaan, aktifitas
sosial dan status kesehatan yang menderitanya.
Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada
wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari
memiliki prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering
didapat pada orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang
rendah, bercerai , mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat.1

Pembahasan
Anamnesis
Insomnia bukan suatu penyakit, dan tidak ada tes yang dapat mendiagnosanya.
Tetapi ketika seseorang tidak dapat tidur dengan baik, sering kali ada terkait dengan
beberapa penyebab lain. Yang akan ditanyakan meliputi :
Alasan berobat
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat perkembangan diri
Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan pekerjaan, perkahwinan, dan lain-lain

Riwayat kesehatan:
Masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung
Apakah terdapat luka yang menyakitkan atau masalah kesehatan, seperti arthritis
Pengambilan obat-obatan, alcohol dan konsumsi makanan atau minuman
Apakah terdapat gejala atau riwayat depresi, kerisauan, atau psikosis
Apakah sedang mengatasi situasi yang sangat stres, seperti perceraian atau
kematian
Status pekerjaan dan aktivitas harian
Apakah pernah berpergian jauh
Masalah pribadi
Riawayat keluarga yang turut mengalammi insomnia

Sejarah Tidur
Detail tentang kebiasaan tidur akan memberikan pengertian yang lebih baik tentang
masalah tidur. Untuk itu,sebelum bertemu dokter pasien perlu memikirkan tentang
bagaimana untuk menjelaskan masalah-masalah termasuk:

Seberapa sering dan lama telah mengalami kesulitan tidur.


Waktu tidur dan waktu bangun pada hari kerja dan hari libur
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk tertidur, seberapa sering terbangun di
malam hari, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk tidur kembali
Apakah sering mendengkur keras atau bangun terengah-engah atau merasa
kehabisan napas
Adakah berasa segar ketika bangun dari tidur, dan adakah merasa lelah di siang
hari Seberapa sering Anda tertidur atau mengalami masalah untuk tetap terjaga
selama melakukan tugas-tugas rutin, terutama mengemudi

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan atau yang memperburuk insomnia, dokter
juga mungkin akan bertanya:
Apakah terjadi kekhawatiran jika tertidur, tidak bisa tidur, atau cukup tidur
Apa yang anda makan atau minum, adakah menkonsumsi obat sebelum tidur
Apa rutin kebiasaan sebelum tidur
Suasana persekitaran saat tidur. Tahap kebisingan, pencahayaan, dan suhu
Adakah terdapat gangguan, misalnya TV atau komputer
Untuk membantu dokter , pertimbangkan untuk menyimpan catatan harian tidur selama
1 atau 2 minggu. Catatkan waktu tidur,bangun dari tidur. Tuliskan juga berapa banyak
anda tidur pada malam hari, dan berapa kali anda merasa mengantuk pada siang
harinya.1,2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan masalah-masalah
medis lainnya yang mungkin menyebabkan insomnia. Anda juga mungkin perlu
melakukan tes darah untuk memeriksa jika adanya masalah tiroid atau kondisi lain yang
dapat menyebabkan masalah tidur.3

Status mental
Deskripsi umum tentang:
Penampilan
Deskripsikan apa yang nampak: sikap, cara berpakaian, dandanan, postur tubuh,
rambut, jenggot, kumis, kebersihan diri, tampak lebih tua atau muda atau sesuai
umurnya.
Kesadaran
Adakah terlihat terganggu, atau tidak tampak terganggu.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Dinilai selama sebelum,semasa dan sesudah wawancara.
Sikap terhadap pemeriksa
Menilai sikapnya adakah: kooperatif, indeferen, apatis, curiga, antisosial,
bermusuhan, pasif, aktif, ambivalen, tegang, seduktif, dan lain-lain.
Kualitas bicara
Menilai cara berbicara dan adakah terdapat gangguan bicara.

Pemeriksaan Penunjang
Polysomnography
Memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan 'standar
emas'

untuk

penilaian

diagnostik.

Kendali

polysomnography

(PSG)

terdiri

electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG), dagu dan tibialis anterior


Elektromiografi

(EMG),

upaya

pernapasan,

aliran

udara,

oksimetri

dan

elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian adalah berbasis laboratorium dan


malam pertama rekaman biasanya dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru

karena prosedur dan lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrol


stimulus diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara yang berbeda di
laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang tidur mereka, rumah PSG telah
dikembangkan sebagai naturalistik alternatif. PSG portabel pertama rekaman
digambarkan pada 1970-an tapi sejak itu rumah perekaman telah menjadi lebih
sederhana dan lebih handal. Dalam penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang
tidur di / tempat tidurnya sendiri (Edinger et al., 1997). PSG adalah penting untuk
diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau dampak intervensi,
seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP), dimana tingkat kejenuhan oksigen /
desaturation, kejadian apnea dan arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan
selama pengobatan.3
Actigraphy
Actigraphy menggunakan perangkat portabel dikalungkan di pergelangan tangan
seperti jam untuk merekam gerakan selama waktu yang lama, sehingga sangat berguna
untuk mempelajari pola tidur dan ritme sirkadian. Membedakan insomnia primer dari
gangguan ritme sirkadian dan mengidentifikasi paradoks insomnia adalah sangat
berguna, terutama pada pasien yang refrakter terhadap pengobatan. Studi ini
memberikan ukuran objektif tidak langsung waktu tidur dan bangun.

Fisiologi Tidur
Dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak selama tidur. Aktivitas
tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk merekam tidur, cara yang dipakai adalah
dengan EEG Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam gambaran aktivitas
sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG).
Untuk EEG, elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah
frontosentral dan oksipital Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal.
Didapatkan 4 jenis gelombang, yaitu:

Gelombang Alfa, dengan frekuensi 8 - 12 Hz, dan amplitude gelombang antara


10 - 15 mV. Gambaran gelombang alfa yang terjelas didapat pada daerah
oksipital atau parietal. Pada keadaan mata tertutup dan relaks, gelombang Alfa
akan muncul, dan akan menghilang sesaat kita membuka mata. Pada keadaan
mengantuk (drowsy) didapatkan gambaran yang jelas yaitu kumparan tidur yang
berupa gambaran waxing dan gelombang Alfa.

Gelombang Beta, dengan frekuensi 14 Hz atau lebih, dan amplitude gelombang


kecil, rata-rata 25 mV. Gambaran gelombang Beta yang terjelas didapat pada
daerah frontal. Gelombang ini merupakan gelombang dominan pada keadaan
jaga terutama bila mata terbuka. Pada keadaan tidur REM juga muncul
gelombang Beta.

Gelombang Teta, dengan frekuensi antara 4 - 7 Hz, dengan amplitudo


gelombang bervariasi dan lokalisasi juga bervariasi. Gelombang Teta dengan
amplitudo rendah tampak pada keadaan jaga pada anak-anak sampai usia 25
tahun dan usia lanjut di atas 60 tahun. Pada keadaan normal orang dewasa,
gelombang teta muncul pada keadaan tidur (stadium 1, 2, 3, 4).

Gelombang Delta, dengan frekuensi antara 0 - 3 Hz, dengan amplitudo serta


lokalisasi bervariasi. Pada keadaan normal, gelombang Delta muncul pada
keadaan tidur (stadium 2, 3, 4). Dengan demikian stadium-stadium tidur
ditentukan oleh persentase dan keempat gelombang ini dalam proporsi tertentu.
Selain itu juga ditunjang oleh gambaran dari EOG dan EMG nya.2

Diagnosis Kerja
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
- pola tidur penderita
- pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
- tingkatan stres psikis
- riwayat medis
7

- aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Biasanya
disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya
diperberat dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya
bergadang dan penggunaan kafein. Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi
keluhan ini adalah keluhan yang paling sering dari gangguan tidur.1
Insomnia dikelompokkan menjadi:
Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak
berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian
Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan,
obat,
depresi atau stres yang hebat.
Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda. Penyebab ini dapat
dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau psikiatris, atau
masalah tidur utama.1
Banyak penyebab insomnia sementara dan jangka pendek yang sama dan
mereka termasuk2:

Jet lag, perubahan dalam kerja shift, kebisingan yang berlebihan atau tidak
menyenangkan, suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu
dingin), stres situasi kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, perceraian, atau perpisahan), akibat penyakit medis, bedah yang
akut atau rumah sakit, efek samping dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat
perangsang, Insomnia yang berhubungan dengan ketinggian tinggi (gunung).

Insomnia jangka panjang atau kronis. Mayoritas penyebab insomnia jangka


panjang atau kronis biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa yang mendasari atau
fisiologis (medis) .2

Insomnia terkait Psikologis.


Masalah-masalah psikologis yang paling umum yang dapat menyebabkan
insomnia mencakup: kecemasan, stres, skizofrenia, mania (bipolar disorder),
dan depresi. Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi. Banyak
orang akan memiliki insomnia selama fase penyakit mental akut.

Insomnia terkait Fisiologis.


Span fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam biologis),
ketidakseimbangan tidur-bangun, untuk berbagai kondisi medis. Berikut ini
adalah kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia: Sindrom nyeri
kronik, sindrom kelelahan kronis, gagal jantung kongestif, angina (nyeri dada)
waktu malam dari penyakit jantung, Acid reflux disease (GERD), Penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), Asma Nokturnal (asma dengan gejala pernapasan
waktu malam), Apnea tidur obstruktif, penyakit degeneratif, seperti penyakit
Parkinson dan penyakit Alzheimer (sering insomnia merupakan faktor penentu
untuk penempatan panti jompo), Tumor otak, stroke, atau trauma pada otak.

Kelompok berisiko tinggi untuk insomnia.


Selain kondisi-kondisi medis di atas, kelompok-kelompok tertentu mungkin
pada risiko tinggi untuk mengembangkan insomnia, seperti : pelancong,
pekerja shift yang sering berubah, manula, siswa dewasa muda atau remaja,
wanita hamil, dan wanita menopause.

Insomnia terkait Obat.


Obat-obatan tertentu juga telah dikaitkan dengan insomnia, diantaranya adalah:
o Preparat pencegah asma dan flu.
9

o Resep obat tertentu yang mungkin juga mengandung stimulan, dengan


demikian menghasilkan efek yang sama pada tidur.
o Pengobatan tekanan darah tinggi tertentu yang juga dikaitkan dengan
kurang tidur.
o Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati depresi, kecemasan, dan
skizofrenia.
Etiologi
Penyebab dari gangguan tidur biasanya dibagi menjadi 3 kondisi, yakni kondisi
medis, kondisi psikiatri dan kondisi lingkungan.4
1. Faktor biologik dan psikologik
Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak dapat dikemukakan bahwa
proses tidur dan bangun sangat erat hubungannya, bahkan diatur oleh sistem bangun
(arousal system) dan sistem tidur (hypnagogic system) yang terdapat dalam otak. Pada
umumnya dianggap bahwa dalam formatio reticularis terdapat pengaturan tidur dan
bangun. Bila formatio reticularis (ascending reticular system) berada dalam keadaan
aktif, maka dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan sese-orang
bangun. Sebaliknya apabila dalam sistem retikuler terdapat keadaan yang kurang
aktif,maka impuls yang dikirim ke korteks dan pusat-pusat lain dan otak kurang,
sehingga seseorang men-jadi mengantuk. Kedua sistem bangun dan tidur bersama-sama
bekerja untuk mencapai keseimbangan yang wajar. Namun, pada beberapa individu
terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem bangun yang lebih peka atau sistem
hipnagogik yang kurang sempuma, sehingga padanya ada kecenderungan untuk bangun
pada rangsang yang sedikit saja. Diduga pada orang dengan insomnia kronik terdapat
predisposisi individual ini. Sistem bangunnya berada dalam kedaan keaktifan berlebih
yang kronik. Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya denyutan jantung yang
lebih cepat dibandingkan dengan orang lain, begitupun suhu badannya yang lebih
tinggi. Seseorang yang menderita ke-adaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini,
dapat terangsang pula keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, se-hingga
dapat memperkuat ketidakmampuan tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini
10

terdapat pula kondisi-kondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai
contoh dapat disebut:

(1) Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus.


Setiap jenis pe-rasaan nyeri dapat menjadikan seseorang mengalami
insomnia pada siang hari seseorang dapat melupakannya dan tidak merasa-kan
nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan nyeri tersebut, sehingga
terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang meng-ganggu dapat terjadi pada
penyakit neuritis post-herpes, tumor pada organ dalam, luka atau infksi
postoperatif, dan sebagainya.
(2) Apnoe sewaktu tidur.
Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak berhenti
bernapas. Karena penderita dengan gangguan ini sering tidak tahu bahwa dia
menderita kondisi ini, maka diagnosis sebenarnya hanya dapat ditegakkan
dengan observasi dalam laboratorium tidur. Tetapi dalam pemeriksaan
anamnestis dapat diperoleh informasi bahwa penderita merasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari dan mendengkur berlebihan sewaktu tidur. Dengkuran
ini sering mendadak berhenti karena ada pe-nyumbatan pada alat pernapasan.
Untuk menghindari ini pen-derita bergerak banyak, kadang-kadang sampai
bangun duduk dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama pengalaman ini pasien bisa saja tetap tidak sadar. Gangguan ini sering terjadi dan
dapat berulang sampai puluhan kali semalam. Akibat-nya penderita tidak sempat
mencapai stadium dan fase tidur yang dalam. Apnoe sewaktu tidur ini dapat
disebabkan oleh kelainan patologik pada jalan pernapasan yang menyebabkan
obstruksi. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya ke-gemukan yang
berlebihan atau kelainan-kelainan endokrin se-perti hipertiroidi dan akromegali.
(3) Mioklonus nokturnal.
Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot mendadak,
berulang dan yang biasanya terjadi pada kaki atau lengan. Lama kontraksikontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan dapat berulang-ulang beberapa puluh
kali selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya

11

terjadi se-lama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu
dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat
mencapai fase tidur yang dalam karena sering terbangun.
(4) Faktor dietetik.
Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan
malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan
keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mem-pengaruhi metabolisme
neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu monoton, seperti makan
jagung yang kurang di-variasi dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia.
Dengan diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali triptofan di-kirim ke
otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin. Kurangnya produksi serotonin
akan mengganggu proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa
mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih
dalam penyelidikan.
(5) Efek obat dan efek putus obat.
Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. ini dapat
direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipno-gram. Obat-obatan seperti
monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh,
bisa mengakibatkan insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung
minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk tidur mudah.
Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat
dilihat dari hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal,
sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk
pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain sebagai zat
untuk mempermudah masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana.
(6) Faktor psikologik.
Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang menjadi
dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar
masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah
malam dan tidak dapat tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang
tidak segar. Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula

12

menyebabkan terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan kepribadian dan


skizofrenia.
2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi
Penderita insomnia sering berusaha mengobati diri sendiri dengan menggunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat keter-gantungan terhadap
obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol memperbaiki masuknya tidur, tetapi
kualitas tidur itu sendiri adalah kurang dalam, sehingga mereka yang mengguna-kan
alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun dengan perasaan kurang segar.
Pada penggunaan obat-obat penenang perlu diperhatikan adanya rebound phenomena
yang dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk
menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka diguna-kan obat penenang lagi
dan seterusnya, sehingga timbul ke-tergantungan psikik yang dapat menjadi
ketergantungan fisik. Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna obat
atau zat yang menimbulkan ketergantungan, ada kalanya melakukannya untuk
mengobati diri sendiri, yaitu pada penyakit fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula
obat-obat tertentu yang dapat menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin,
MAO inhibitors dan obat-obat untuk menguruskan tubuh.
3. Faktor Lingkungan atau kebiasaan kurang baik
Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang nyaman,
kamar tidur terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya.
Di samping itu dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang me-rangsang
sebelum tidur, seperti kopi atau teh kental, makan ter-lalu banyak sebelum tidur, tidur
terlalu lama pada hal-hal besar, sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang
juga dikenal dengan Sunday night insomnia melakukan usaha yang memerlu-kan
pikiran yang intensif sebelum tidur, seperti main bridge, catur, membuat hitungan
akuntansi yang ruwet, dan sebagainya.

4. Pengkondisian negatif

13

Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa
tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan
tertentu dengan maksud bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak
bisa tidur. Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga
akhimya apa yang ditakutkan itu ter-laksana benar-benar (self-fulfilling prophecy).
Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur;

Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada pembuluh
koroner

Stroke, kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karena gangguan CNS

Hipotiroid, menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan hipogonadism

Gangguan paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive sleep apnea


syndrome).

Penyakit muntahan cairan lambung

Gangguan pada darah

Penggunaan obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan bronkodilator

Kondisi lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi

Beberapa kondisi psikologis yang dapat menyebabkan gangguan tidur

Depresi dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye movement)

Sindrom Post Trauma

Obat-obatan psikotropika

Pikiran yang membebani atau stress

14

Tegang-cemas

Beberapa kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan tidur

Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki stress tinggi

Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam dan pagi)

Lingkungan yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.

Epidemiologi
Di amerika serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan
tidur. Di Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki,
pekerjaan-pekerjaan yang terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam
sangat besar menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang
membuktikan bahwa 70% dari perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih
banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 3 : 2. Dengan
bertambahnya usia bertambah pula angka.4
Patofisiologi
Insomnia adalah keadaan dimana Anda mulai mengeluh dengan sulitnya tidur di
malam hari, atau Anda sering terbangun di tengah malam. Banyak disebutkan bahwa
stress sering dikaitkan dengan insomnia. Stres menyebabkan insomnia. Setiap
permasalahan kehidupan yang manimpa pada diri seseorang (stresor psikososial) dapat
mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ tubuh, reaksi yang dialami oleh tubuh ini
dikatakan stres Hal itu terjadi karena sistem saraf Anda sedang dipersiapkan untuk
selalu berpikir bahkan saat Anda sedang tidur. Saat stress terjadi tubuh akan berespon
terhadap stress tersebut. Hipotalamus-Pituitari- Aksis (HPA) adalah sekelompok sumbu
yang berperan dalam memberi respon terhadap stress, yang mana melibatkan otak
hipofisis dan kelenjar adrenal. Pertama, hipotalamus (bagian sentral otak) akan
melepaskan senyawa yang disebut corticotrophin releasing factor (CRF). CRF
kemudian perjalanan ke kelenjar hipofisis, di mana akan memicu pelepasan hormon,
adrenocorticotrophic (ACTH). ACTH dilepaskan ke dalam aliran darah dan

15

menyebabkan korteks kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres, terutama


kortisol, yang merupakan hormon kortikosteroid. Kortisol meningkatkan ketersediaan
pasokan bahan bakar tubuh (karbohidrat, lemak, dan glukosa), yang diperlukan untuk
merespon stres. Namun, jika kadar kortisol tetap tinggi dalam jangka waktu terlalu
lama, maka otot akan rusak, terjadinya penurunan respons terhadap peradangan, dan
penurunan sistem imun (pertahanan) . Kortikosteroid juga dapat menyebabkan retensi
cairan dan tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, penting bahwa respon terhadap
kortikosteroid secara hati-hati dikendalikan (dimodulasi). Kontrol ini biasanya
dilakukan dengan mekanisme umpan balik yang meningkatkan kadar kortisol makan
kembali ke hipotalamus dan hipofisis mematikan produksi ACTH. Selain itu, sangat
tinggi tingkat kortisol dapat menyebabkan depresi dan psikosis, yang menghilang ketika
kembali ke tingkat normal.
Karena adanya hubungan ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan stress akan
mendahului peningkatan insomnia. Bila Anda stress sistem yang dapat membuat Anda
seharusnya tertidur akan menjauh dari Anda. penyebab insomnia terkait erat dengan
lelah, konsentrasi terganggu, memori terganggu, sakit kepala, mudah marah dan
mengantuk di siang hari.3
Gejala dan Tanda
Gejala insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh kedalam tidur,
sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Sulitnya mempertahankan tidur dan
tidak dapat tidur secukupnya, hal ini mengakibatkan seorang pasien terbangun sebelum
dia mendapatkan tidur yang cukup. Gangguan dari siklus tidur dapat disebabkan oleh
irama sikardian (gannguan dalam irama tidur bangun) yang terganggu oleh karena jetlag atau pekerjaan. Hipersomnia atau tidur yang berlebih adalah gejala dari kurangnya
kualitas dari tidur seseorang sehingga seringkali dibutuhkan waktu tidur yang lebih
lama dari normal. Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah Sonambulisme atau
tidur berjalan, dan Mimpi buruk (nightmares)
Kriteria Diagnostik untuk insomnia

16

Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai tidur atau


mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama sekurangkurangnya satu bulan

Kelelahan di siang hari yang menyertai menyebabkan penderitaan yang


bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi
penting lainnya.

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang diperlukan Hemoglobin dan hematokrit, Gas


darah, fungsi tiroid dan screening obat dan alcohol.5

Komplikasi

Efek fisiologis karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat


peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan

produksi melatonin.
Efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,

irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.


Efek fisik/somatik dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan

sebagainya.
Efek sosial dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan

sosial dan keluarga.


Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin
disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek
angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari
penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali
lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan
orang normal.6

Penatalaksanaan

17

Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.


Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak
memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal. Penderita insomnia
hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan
menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.
Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika
penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika gangguan tidur
berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa
diberikan obat tidur untuk sementara waktu.

Medikamentosa
Bila terdapat indikasi terapi dengan obat-obatan, pilihan obat tergantung pada
penyebab. Bila ansietas merupakan penyebab utama, pengobatan dengan
antiansietas dengan rasio potensi sedatif tinggi merupakan indikasi Obati
insomnia yang menyertai depresi dengan sedatif antidepresan .Gunakan
penginduksi tidur 'short-acting' pada insomnia tahap permulaan .Gunakan obat
tidur pada gangguan yang telah lebih lama . Karena hipnotik long-acting'
mungkin menyehabkan efek pusing ('hangover') dan gangguan penampilan,
maka hanya boleh digunakan bila ansietas terjadi pada siang hari. Hipnotika
baru diberikan sesingkat mungkin untuk memecahkan masalah .Terdapat
kemungkinan penyalahgunaan obat yang potensial walaupun kecil dengan
kebanyakan sedatif hipnotik dan masalah peracunan obat sendiri yang
potensial .Obat hipnotik mungkin memperburuk gejala kilnik penderita dengan
apne waktu tidur ('sleep apnea') .Mulailah dari penggunaan obat nonbenzodiazepin seperti obat antiinsomnia yang alami atau yang merupakan
sintetik melatonin (merek dagang Rozerem). Ada juga pasien yang bisa
menggunakan obat antiinsomnia non-benzodiazepin seperti zolpidem (merk
dagang Zolmia/Stilnox).7
Obat ini tidak seperti golongan benzodizepin, tidak menimbulkan risiko
ketergantungan,

toleransi

dosis

ataupun

efek

putus

zat.

Penggunaan

benzodiazepin seringkali diberikan kepada pasien oleh dokter umum atau

18

spesialis bila pengobatan di atas tidak membantu banyak. Golongan obat yang
sering

diberikan

adalah

estazolam

(Esilgan),

alprazolam

(Xanax,

Zypraz,Alganax) dan Diazepam (Valium). Sayangnya terkadang pasien terus


menerus menggunakan obat ini untuk membantu tidurnya tanpa melakukan
proses terapi untuk keluhan dasarnya, yaitu kecemasan atau depresi, sehingga
seringkali ditemukan pasien memakan obat ini sampai bertahun-tahun. Apalagi
seringkali mereka tidak kontrol atau membeli sendiri obat tersebut di pasar gelap
yang menjual obat seperti ini. Penggunaan obat tidur yang biasanya merupakan
golongan benzodiazepine haruslah hati-hati dan atas pengawasan ahli seperti
seorang psikiater. Jika tidak perlu tidak perlu sampai menggunakan obat
golongan tersebut. Jangan lupa pula untuk mengobati dasar dari gangguan ini.
Biasanya jika gangguan dasarnya diobati maka insomnianya juga akan membaik
sehingga tidak lagi memerlukan obat. Pesan saya terakhir adalah jangan makan
obat tidur sembarangan, konsulkan dengan ahlinya jika mendapatkan obat tidur
dari dokter umum atau spesialis non-psikiatri dalam jangka waktu yang cukup
lama (lebih dari 3 bulan) dan usahakan untuk mengobati gangguan dasarnya
bukan hanya gejalanya saja.7

Non medikamentosa
Terapi Psikologi :
Konsultan psikolog biasanya dapat mengajarkan teknik relaksasi mudah yang
dapat membantu mengatasi insomnia. Mereka juga biasanya menyediakan jasa
konsultasi bicara (psikoterapi) yang dapat membantu orang-orang untuk
menghadapi kejadian-kejadian seperti kehilangan orang terdekat ataupun
masalah rumah tangga yang dapat menyebabkan terjadinya susah tidur atau
insomnia.
Selain hal di atas, ada juga terapi tentang tidur, yang termasuk di dalamnya
cognitive behaviour therapy (CBT) yang dapat mengatasi masalah kecemasan
yang menganggu tidur dan juga membantu membangun pandangan positif
mengenai tidur.

Terapi cognitive behaviour :

19

o Pengetahuan mengenai kebiasaan tidur yang baik. Kebersihan saat tidur


yang dijadikan kebiasaan dapat membantu untuk meningkatkan kualitas
tidur.
o Teknik relaksasi, seperti latihan pelemasan otot dan latihan pernafasan
dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan menjelang tidur. Teknik ini
membuat kita dapat mengontrol pernafasan, detak jantung, ketegangan otot
serta suasana hati.
o Terapi kognitif, ini termasuk dengan menggantikan kecemasan mengenai
tidak bisa tidur dengan hal lain yang positif.
o Kontrol stimulus, termasuk di dalamnya untuk membatasi aktivitas yang
dilakukan di dalam kamar tidur hanya untuk istirahat saja.
Pembatasan tidur, terapi ini membatasi waktu anda di tempat tidur,
sehingga menjadi tidur pun berkurang dan menjadi lebih lelah keesokan
malamnya. Begitu kualitas tidur sudah meningkat, maka waktu tidur pun akan
meningkat kembali secara bertahap.
Prognosis
Respon terhadap pengobatan tcrgantung pada etiologi insomnia "Rebound
insomnia" dapat terjadi pada penghentian tiba-tiba dan obat sedatif hipotik. Beberapa
penderita mungkin memberikan respon terhadap cara-cara tanpa obat setelah masalah
didiskusikan dan etiologinya ditemukan.

Kesimpulan
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan
gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus
(lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di
tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Penyebab insomnia yang utama adalah
adanya permasalahan emosional, kognitif, dan fisiologis.

20

Daftar Pustaka
1. Wiguna I Made S. dkk. Synopsis psikiatri. Jilid 2. Ciputat tangerang ; 2010.
2. Priguna Sidharta. Gangguan tidur. Neurologi klinis dalam praktek
umum.Indonesia : Dian rakyat.2009: 178-198
3. Maramis,Willy F. Gangguan psikiatrik lain yang khusus, Insomia. Surabaya :
Universitas Airlangga; 2009.
4. Sylvia A , Prince, Lorraine , et. al. Patofisiologi. 6th ed, vol. 1. Jakarta : EGC ;
2006
5. Rafknowledge.

Insomnia

dan

gangguan

tidur

lainnya.

Jakarta:

PT.

Gramedia;2004
6. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2001.
7. Comfort Ray. Overcoming insomnia. Jakarta: PT. Gunung Mulia; 2004.

21

Anda mungkin juga menyukai