Teriany Widjaya
102012099
Kelompok C8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6
Jakarta 11510
Abstrak
Insomnia
merupakan
suatu
gejala
yang
sering
berkembang
menyebabkan
Pendahuluan
Istirahat dan tidur sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi
yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda
untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup,
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas sehari - hari akan menurun. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak
diobati akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya
insomnia.
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian
menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia
setiap tahunnya. Gangguan tidur ini sangat dapat mempengaruhi pekerjaan, aktifitas
sosial dan status kesehatan yang menderitanya.
Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada
wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari
memiliki prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering
didapat pada orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang
rendah, bercerai , mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat.1
Pembahasan
Anamnesis
Insomnia bukan suatu penyakit, dan tidak ada tes yang dapat mendiagnosanya.
Tetapi ketika seseorang tidak dapat tidur dengan baik, sering kali ada terkait dengan
beberapa penyebab lain. Yang akan ditanyakan meliputi :
Alasan berobat
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat perkembangan diri
Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan pekerjaan, perkahwinan, dan lain-lain
Riwayat kesehatan:
Masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung
Apakah terdapat luka yang menyakitkan atau masalah kesehatan, seperti arthritis
Pengambilan obat-obatan, alcohol dan konsumsi makanan atau minuman
Apakah terdapat gejala atau riwayat depresi, kerisauan, atau psikosis
Apakah sedang mengatasi situasi yang sangat stres, seperti perceraian atau
kematian
Status pekerjaan dan aktivitas harian
Apakah pernah berpergian jauh
Masalah pribadi
Riawayat keluarga yang turut mengalammi insomnia
Sejarah Tidur
Detail tentang kebiasaan tidur akan memberikan pengertian yang lebih baik tentang
masalah tidur. Untuk itu,sebelum bertemu dokter pasien perlu memikirkan tentang
bagaimana untuk menjelaskan masalah-masalah termasuk:
Untuk mengetahui apa yang menyebabkan atau yang memperburuk insomnia, dokter
juga mungkin akan bertanya:
Apakah terjadi kekhawatiran jika tertidur, tidak bisa tidur, atau cukup tidur
Apa yang anda makan atau minum, adakah menkonsumsi obat sebelum tidur
Apa rutin kebiasaan sebelum tidur
Suasana persekitaran saat tidur. Tahap kebisingan, pencahayaan, dan suhu
Adakah terdapat gangguan, misalnya TV atau komputer
Untuk membantu dokter , pertimbangkan untuk menyimpan catatan harian tidur selama
1 atau 2 minggu. Catatkan waktu tidur,bangun dari tidur. Tuliskan juga berapa banyak
anda tidur pada malam hari, dan berapa kali anda merasa mengantuk pada siang
harinya.1,2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan masalah-masalah
medis lainnya yang mungkin menyebabkan insomnia. Anda juga mungkin perlu
melakukan tes darah untuk memeriksa jika adanya masalah tiroid atau kondisi lain yang
dapat menyebabkan masalah tidur.3
Status mental
Deskripsi umum tentang:
Penampilan
Deskripsikan apa yang nampak: sikap, cara berpakaian, dandanan, postur tubuh,
rambut, jenggot, kumis, kebersihan diri, tampak lebih tua atau muda atau sesuai
umurnya.
Kesadaran
Adakah terlihat terganggu, atau tidak tampak terganggu.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Dinilai selama sebelum,semasa dan sesudah wawancara.
Sikap terhadap pemeriksa
Menilai sikapnya adakah: kooperatif, indeferen, apatis, curiga, antisosial,
bermusuhan, pasif, aktif, ambivalen, tegang, seduktif, dan lain-lain.
Kualitas bicara
Menilai cara berbicara dan adakah terdapat gangguan bicara.
Pemeriksaan Penunjang
Polysomnography
Memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan 'standar
emas'
untuk
penilaian
diagnostik.
Kendali
polysomnography
(PSG)
terdiri
(EMG),
upaya
pernapasan,
aliran
udara,
oksimetri
dan
Fisiologi Tidur
Dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak selama tidur. Aktivitas
tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk merekam tidur, cara yang dipakai adalah
dengan EEG Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam gambaran aktivitas
sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG).
Untuk EEG, elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah
frontosentral dan oksipital Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal.
Didapatkan 4 jenis gelombang, yaitu:
Diagnosis Kerja
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
- pola tidur penderita
- pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
- tingkatan stres psikis
- riwayat medis
7
- aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Biasanya
disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya
diperberat dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya
bergadang dan penggunaan kafein. Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi
keluhan ini adalah keluhan yang paling sering dari gangguan tidur.1
Insomnia dikelompokkan menjadi:
Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak
berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian
Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan,
obat,
depresi atau stres yang hebat.
Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda. Penyebab ini dapat
dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau psikiatris, atau
masalah tidur utama.1
Banyak penyebab insomnia sementara dan jangka pendek yang sama dan
mereka termasuk2:
Jet lag, perubahan dalam kerja shift, kebisingan yang berlebihan atau tidak
menyenangkan, suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu
dingin), stres situasi kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, perceraian, atau perpisahan), akibat penyakit medis, bedah yang
akut atau rumah sakit, efek samping dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat
perangsang, Insomnia yang berhubungan dengan ketinggian tinggi (gunung).
terdapat pula kondisi-kondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai
contoh dapat disebut:
11
terjadi se-lama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu
dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat
mencapai fase tidur yang dalam karena sering terbangun.
(4) Faktor dietetik.
Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan
malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan
keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mem-pengaruhi metabolisme
neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu monoton, seperti makan
jagung yang kurang di-variasi dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia.
Dengan diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali triptofan di-kirim ke
otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin. Kurangnya produksi serotonin
akan mengganggu proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa
mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih
dalam penyelidikan.
(5) Efek obat dan efek putus obat.
Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. ini dapat
direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipno-gram. Obat-obatan seperti
monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh,
bisa mengakibatkan insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung
minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk tidur mudah.
Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat
dilihat dari hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal,
sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk
pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain sebagai zat
untuk mempermudah masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana.
(6) Faktor psikologik.
Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang menjadi
dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar
masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah
malam dan tidak dapat tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang
tidak segar. Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula
12
4. Pengkondisian negatif
13
Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa
tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan
tertentu dengan maksud bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak
bisa tidur. Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga
akhimya apa yang ditakutkan itu ter-laksana benar-benar (self-fulfilling prophecy).
Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur;
Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada pembuluh
koroner
Obat-obatan psikotropika
14
Tegang-cemas
Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki stress tinggi
Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam dan pagi)
Epidemiologi
Di amerika serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan
tidur. Di Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki,
pekerjaan-pekerjaan yang terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam
sangat besar menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang
membuktikan bahwa 70% dari perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih
banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 3 : 2. Dengan
bertambahnya usia bertambah pula angka.4
Patofisiologi
Insomnia adalah keadaan dimana Anda mulai mengeluh dengan sulitnya tidur di
malam hari, atau Anda sering terbangun di tengah malam. Banyak disebutkan bahwa
stress sering dikaitkan dengan insomnia. Stres menyebabkan insomnia. Setiap
permasalahan kehidupan yang manimpa pada diri seseorang (stresor psikososial) dapat
mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ tubuh, reaksi yang dialami oleh tubuh ini
dikatakan stres Hal itu terjadi karena sistem saraf Anda sedang dipersiapkan untuk
selalu berpikir bahkan saat Anda sedang tidur. Saat stress terjadi tubuh akan berespon
terhadap stress tersebut. Hipotalamus-Pituitari- Aksis (HPA) adalah sekelompok sumbu
yang berperan dalam memberi respon terhadap stress, yang mana melibatkan otak
hipofisis dan kelenjar adrenal. Pertama, hipotalamus (bagian sentral otak) akan
melepaskan senyawa yang disebut corticotrophin releasing factor (CRF). CRF
kemudian perjalanan ke kelenjar hipofisis, di mana akan memicu pelepasan hormon,
adrenocorticotrophic (ACTH). ACTH dilepaskan ke dalam aliran darah dan
15
16
Komplikasi
produksi melatonin.
Efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,
sebagainya.
Efek sosial dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan
Penatalaksanaan
17
Medikamentosa
Bila terdapat indikasi terapi dengan obat-obatan, pilihan obat tergantung pada
penyebab. Bila ansietas merupakan penyebab utama, pengobatan dengan
antiansietas dengan rasio potensi sedatif tinggi merupakan indikasi Obati
insomnia yang menyertai depresi dengan sedatif antidepresan .Gunakan
penginduksi tidur 'short-acting' pada insomnia tahap permulaan .Gunakan obat
tidur pada gangguan yang telah lebih lama . Karena hipnotik long-acting'
mungkin menyehabkan efek pusing ('hangover') dan gangguan penampilan,
maka hanya boleh digunakan bila ansietas terjadi pada siang hari. Hipnotika
baru diberikan sesingkat mungkin untuk memecahkan masalah .Terdapat
kemungkinan penyalahgunaan obat yang potensial walaupun kecil dengan
kebanyakan sedatif hipnotik dan masalah peracunan obat sendiri yang
potensial .Obat hipnotik mungkin memperburuk gejala kilnik penderita dengan
apne waktu tidur ('sleep apnea') .Mulailah dari penggunaan obat nonbenzodiazepin seperti obat antiinsomnia yang alami atau yang merupakan
sintetik melatonin (merek dagang Rozerem). Ada juga pasien yang bisa
menggunakan obat antiinsomnia non-benzodiazepin seperti zolpidem (merk
dagang Zolmia/Stilnox).7
Obat ini tidak seperti golongan benzodizepin, tidak menimbulkan risiko
ketergantungan,
toleransi
dosis
ataupun
efek
putus
zat.
Penggunaan
18
spesialis bila pengobatan di atas tidak membantu banyak. Golongan obat yang
sering
diberikan
adalah
estazolam
(Esilgan),
alprazolam
(Xanax,
Non medikamentosa
Terapi Psikologi :
Konsultan psikolog biasanya dapat mengajarkan teknik relaksasi mudah yang
dapat membantu mengatasi insomnia. Mereka juga biasanya menyediakan jasa
konsultasi bicara (psikoterapi) yang dapat membantu orang-orang untuk
menghadapi kejadian-kejadian seperti kehilangan orang terdekat ataupun
masalah rumah tangga yang dapat menyebabkan terjadinya susah tidur atau
insomnia.
Selain hal di atas, ada juga terapi tentang tidur, yang termasuk di dalamnya
cognitive behaviour therapy (CBT) yang dapat mengatasi masalah kecemasan
yang menganggu tidur dan juga membantu membangun pandangan positif
mengenai tidur.
19
Kesimpulan
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan
gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus
(lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di
tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Penyebab insomnia yang utama adalah
adanya permasalahan emosional, kognitif, dan fisiologis.
20
Daftar Pustaka
1. Wiguna I Made S. dkk. Synopsis psikiatri. Jilid 2. Ciputat tangerang ; 2010.
2. Priguna Sidharta. Gangguan tidur. Neurologi klinis dalam praktek
umum.Indonesia : Dian rakyat.2009: 178-198
3. Maramis,Willy F. Gangguan psikiatrik lain yang khusus, Insomia. Surabaya :
Universitas Airlangga; 2009.
4. Sylvia A , Prince, Lorraine , et. al. Patofisiologi. 6th ed, vol. 1. Jakarta : EGC ;
2006
5. Rafknowledge.
Insomnia
dan
gangguan
tidur
lainnya.
Jakarta:
PT.
Gramedia;2004
6. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2001.
7. Comfort Ray. Overcoming insomnia. Jakarta: PT. Gunung Mulia; 2004.
21