Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN INSOLUBEL

NAMA PRAKTIKAN : OKTA ROLY ALFARIZI

NIM/GRUP : 2031910043/III

TANGGAL PRAKTIKUM : 11 DESEMBER 2019

ASISTEN : WULANDARI KUSUMA DEWI

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR

UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan dalam bidang
Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai faktor penggerak utama, khususnya
dalam memasuki pasar global. Salah satu contoh kebutuhan manusia sebagai
dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah diantaranya
mengenai semen. Manusia membutuhkan bangunan yang memiliki kekuatan
menahan tekanan dan dapat dibuat sesuai selera baik sebagai tempat untuk
beristirahat maupun untuk beraktifitas lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan ini
maka diperlukan bahan perekat, dalam hal ini semen merupakan suatu perekat
anorganik yang dapat merekatkan bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan massa
yang kokoh dan dapat membentuk suatu bangunan dengan berbagai macam
model. Kemampuan semen sebagai perekat ini merupakan contoh konkrit
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan perlakuan tertentu
bahan-bahan dari alam ( tanah liat dan batu serta bahan-bahan pembantu lainnya )
dicampur dengan komposisi tertentu sehingga membentuk semen. Seiring dengan
bertumbuh kembangnya industri semen yang dipacu oleh pertumbuhan
pembangunan maka semakin banyak pula industri semen yang ada di dunia. Tak
dapat dihindari pertumbuhan industri semen ini akan berdampak bagi lingkungan,
khususnya mengenai limbah-limbah industri yang akhir-akhir ini mendapatkan
perhatian pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berusaha mengembangkan
industri yang ramah lingkungan dan mengembangkan penelitian dalam
penggunaan dan peningkatan daya guna limbah industri serta pemanfaatan sumber
daya alam sebaik mungkin. Masalah yang ditimbulkan dari adanya industri semen
bukan hanya dari emisi karbondioksida yang dihasilkan dari berbagai proses, juga
sumber daya alam yang terbatas. Alam tidak selamanya dapat menyediakan bahan
baku yang dibutuhkan. Untuk itu penggunaan sumber daya alam harus seefektif
mungkin. Demi mengurangi emisi CO2 dari pabrik semen, yaitu melalui produksi
semen jenis baru yaitu blended hydraulic cement jenis Portland Composite
Cement PCC (semen Portland komposit).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum kali ini yaitu bagaimana cara
mengetahui kandungan bagian tak larut dalam contoh semen?
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yang dapat ditarik dari rumusan masalah diatas yaitu untuk
mengetahui kandungan bagian tak larut atau insoluble dalam contoh semen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Semen


Semen merupakan material perekat untuk kerikil (agregat kasar), pasir, batu
bata, dan material sejenis lainnya. Material semen telah banyak digunakan sejak
zaman yunani, romawi, dan mesir kuno. Sebagian monumen dan bangunan
peninggalan sejarah yang sampai saat ini masih bisa kita saksikan, merupakan
bukti bahwa material semen telah digunakan sejak zaman dulu. Campuran bahan
perekat itu lantas dinamai pozzuolana. Kata semen sendiri berasal dari bahasa
latin, yaitu caementum, yang artinya “memotong menjadi bagian-bagian kecil
yang tidak beraturan”. Meski sempat populer di zamannya, campuran semen ini
tak berumur panjang, menyusul runtuhnya kerajaan romawi. Hingga abad
pertengahan (1100 — 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari
peredaran. Kemudian pada abad ke-18, john smeaton, seorang insinyur asal
inggris menemukan kembali ramuan kuno yang berkhasiat luar biasa ini. la
membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat
membangun menara suar eddystone di lepas pantai cornwall, inggris. Namun,
bukan smeaton yang akhirnya mematenkan cikal bakal semen ini. la adalah joseph
aspdin, seorang insinyur berkebangsaan lnggris yang pertama kali mengurus hak
paten untuk ramuan semen ini pada tahun 1824. Hasil temuannya dinamakan
semen portland. Dinamai “semen portland” karena warna hasil olahannya mirip
dengan tanah liat yang sering di jumpai di pulau portland, inggris. Hasil rekayasa
aspdin inilah yang sekarang banyak dijumpai di toko-toko bangunan. Sebenarnya,
ramuan Aspdin tidak jauh beda dengan smeaton. Dia tetap mengandalkan dua
bahan utama, yaitu batu kapur sebagai sumber kalsium karbonat dan tanah
lempung yang banyak mengandung silika, alumunium oksida (alumina), serta
oksida besi. Kemudian, tahun 1845 isaac johnson melakukan penehitian lanjutan
mengenai semen dan hasilnya sangat berperan dalam pengembangan industri
semen modern (Hidayat, 2009).
2.2 Penentuan Insolubel pada Semen
Residu tidak larut / insoluble residue adalah bahan non-semen yang hadir
dalam semen portland. Bahan residu ini mempengaruhi sifat semen, terutama
kekuatan tekannya. Untuk mengontrol bahan non-semen di semen Portland,
standar ASTM memungkinkan residu yang tidak larut tidak lebih tinggi dari
0,75%. Batasan ini jauh lebih rendah daripada tunjangan yang diberikan oleh
standar Inggris yaitu 1,5%. Untuk memverifikasi efek residu tak larut pada sifat
semen Portland, residu tak larut buatan disiapkan dan diganti dalam semen
Portland tipe I. Pasir yang dihancurkan diekstraksi untuk mewakili residu tak larut
buatan. Waktu pemasangan dan kekuatan tekan mortar semen yang dicampur
dengan residu tidak larut diselidiki. Semen Portland digantikan oleh residu tidak
larut yang bervariasi dalam jumlah 0%, 0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0%, 3,0%, 5,0% dan
7,0% berat (Lamond, 2006).
2.3 Sampel-Sampel Semen
2.3.1 OPC ( Ordinary Portland Cement )
OPC (Ordinary Portland Cement) adalah semen hidrolis yang dipergunakan
secara luas untuk konstruksi umum atau bangunan yang tidak membutuhkan
persyaratan khusus. Semen tipe ini memiliki kadar silika yang terbesar diantara
tipe PPC dan PCC. Semen OPC juga dikenal sebagai semen abu-abu, terdiri dari
lima tipe semen standar. Indocement memproduksi OPC Tipe I, II dan V. OPC
Tipe I merupakan semen kualitas tinggi yang sesuai untuk berbagai penggunaan,
seperti konstruksi rumah, bangunan tinggi, jembatan, dan jalan. OPC Tipe II dan
V memberikan perlindungan tambahan terhadap kandungan sulfat di air dan
tanah. Dari segi kekuatan lekatan yang ada semen tipe OPC memiliki kekuatan
lekatan lebih dari tiga tipe semen tersebut. Hal tersebut dikarenakan kandungan
silika yang ada pada semen tipe OPC lebih banyak. Semen portland adalah suatu
bahan konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan jenis semen
hidrolik yang terpenting. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan,
plesteran, bahan penambal, adukan encer (grout) dan sebagainya. Semen portland
dipergunakan dalam semua jenis beton seperti tembok, lantai, jembatan,
terowongan dan sebagainya, yang diperkuat dengan tulangan atau tanpa tulangan.
Selanjutnya semen portland itu digunakan dalam segala macam adukan seperti
fundasi, telapak, dam, tembok penahan, perkerasan jalan dan sebagainya. Apabila
semen portland dicampur dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai
untuk pasangan bata atau batu atau sebagai bahan plesteran untuk permukaan
tembok sebelah luar maupun sebelah dalam (Sabara, 2011).
2.3.2 PCC ( Portland Composite Cement )
PCC merupakan komposisi yang diaplikasikan kepada bangunan pada
umumnya, namun dengan kuat tekan yang juga sama dengan semen portland tipe
I. Hal yang berbeda dengan Semen Portland Tipe I, PCC mempunyai panas
hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan. Hal ini menyebabkan proses
pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan beton/plester yang
lebih rapat dan lebih halus. Selain itu, semen ini adalah hasil dari penggilingan
terak semen portland, gipsum, dan satu atau lebih bahan anorganik, untuk
konstruksi beton umum, pasangan batu bata, plesteran, selokan, pembuatan
elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, dan paving blok.
Semen PCC dibuat untuk konstruksi umum seperti rumah, bangunan tinggi,
jembatan, jalan beton, beton precast dan beton pre-stress. PCC mempunyai
kekuatan yang sama dengan semen portland tipe I (Setianto, 2016).
2.3.3 PPC ( Portland Pozzoland Cement )
Sementara PPC (Portland Pozzoland Cement) adalah semen hidrolis yang
terbuat dari penggilingan terak (clinker) semen portland dengan gipsum dan bahan
pozzolan, untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan
sulfat dan panas hidrasi sedang seperti jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga,
beton massa, bendungan, dan bangunan irigasi. Semen PPC sangat baik
digunakan untuk pasangan bata dan plesteran, acian, juga pengerjaan beton.
Diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan, peralatan canggih, dan material
terpercaya dari Indocement, penggunaan Semen Rawajali akan menghasilkan
pengerjaan dengan kualitas konsisten dan tidak mudah retak. Produk ini juga
didesain khusus agar mudah digunakan dan dengan komposisi yang pas sehingga
cocok untuk membangun segala tipe bangunan (Sabara, 2011).
2.4 MSDS
2.4.1 Aquades
Aquades adalah air mineral yang telah diproses dengan cara destilasi
(disuling) sehingga diperoleh air murni (H2O) yang bebas mineral. Aquades
merupakan zat yang stabil dan tidak berbau, memiliki PH 7 dengan titik didih
100°C tekanan uap 2,3 kpa. Salah satu fungsi aquades dalam praktikum yaitu
mengencerkan suaru larutan dan membilas ataupun mencuci alat yang digunakan
dalam praktikum (Widodo, 2010).
2.4.2 HCl
Asam klorida merupakan larutan jernih, tidak berwarna dari hidrogen
klorida (HCl) dalam air. Asam ini sangat korosif, merupakan asam mineral kuat
yang banyak kegunaannya dalam industri. Asam hidroklorida ditemukan di alam
sebagai asam lambung. Asam klorida mempunyai massa molar 36,460 gr/mol,
memiliki PH sekitar 4, dan titik didih 35,05°C (Widodo, 2010).
2.4.3 NaOH
NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa
melebur, berbentuk pellet, serpihanatau batang atau bentuk lain. Sangat basa,
keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan diudara akan cepat
menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan
dalam etanoltetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318°C serta titik didih
1390°C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1 molekul air. NaOH
membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan
berwarna putih,densitas NaOH adalah 2,1. Senyawa ini sangat mudah terionisasi
membentuk ion natrium dan hidroksida. Cara penanggulangan Jangan sampai
terkena mata, kulit, atau pakaian. Jangan menghirup asap. Simpan pada wadah
tertutup dengan ventilasi yang memadai. Cuci bersih setelah penanganan. Jika
tertelan, berikanlah minum air atau susu. Jika terhirup, lepaskan ke udara segar,
berikan pernafasan buatan dan oksigen jika diperlukan. Segera meminta bantuan
medis untuk semua kasus. Dalam kasus kontak, segera siram mata atau kulit
dengan air minimal 15 menit (Khan, 2018)
2.4.4 Metil Merah
Metil merah yang biasa juga disebut acid red. Memiliki kisaran pH 4.4-6.0.
Warnanya berubah menjadi merah ketika pH 4.4. Berubah menjadi kuning ketika
pH 6.0. Tidak mudah larut dalam air tetapi mudah larut dalam etanol dan asam
asetat. Memiliki titik didih 181-182℃. Metil merah memiliki rumus molekul yaitu
C15H15N3O2 dan bentuk fisika nya berupa kristal berwarna merah marun. Metil
merah biasanya digunakan dalam sensor optik, pewarna cat, pewarna mainan,
sensor kesegaran makanan, dan sebagainya. Dalam menggunakan atau
meneteskan metil merah harus berhati-hati karena bersifat karsinogenik (Sabnis,
2007).
2.4.5 NH4NO3
Amonium nitrat merupakan senyawa kimia berupa garam nitrat dari kation
amonium. Senyawa ini memiliki rumus kimia NH₄NO₃, disederhanakan menjadi
N₂H₄O₃. Senyawa ini adalah padatan kristal putih dan sangat larut dalam air.
Senyawa ini utamanya digunakan dalam pertanian sebagai pupuk yang kaya akan
nitrogen. NH4NO3 mempunyai massa molar 80,043 g/mol. Ammonium nitrat
tidak memberikan tekanan uap yang signifikan dan tidak mengeluarkan uap yang
mudah terbakar. Ketika akan menggunakan zat ini sebaiknya menggunakan
peralatan seperti sarung tangan pelindung, pakaian tertutup, pelindung mata dan
masker untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Jika terjadi hal yang tidak
diinginkan segera menghubungi tenaga medis (CSBP, 2017).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang dibutuhkan saat percobaan penentuan insoluble yaitu:
1.Gelas beker (2 buah)
2.Kertas saring whatman nomer 40 (1 buah)
3.Hot plate (1 buah)
4.Desikator (1 buah)
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan saat percobaan penentuan insoluble
yaitu:
1.Aquades (15 mL)
2.HCl (10 mL)
3.Air panas (Secukupnya)
4.NaOH (100 mL)
5.Metil merah (8 tetes)
6.NH4NO3 (Secukupnya)
3.2 Cara Kerja
Adapun langkah kerja untuk percobaan penentuan insoluble yaitu:
3.2.1 Pengujian Semen
1. Menambahkan 15 mL air aquades
2. Menambahkan 10 mL HCl dan dilarutkan dalam air
3. Menglarutkan campuran hingga volume 50 mL dengan air panas yang telah
dipanaskan di hot plate
4. Menggest campuran selama 15 menit pada suhu mendekati titik didih
5. Menyaring larutan dngan kertas saring whatman nomer 40 dan ditampung di
gelas beker 400 mL
6. Mencuci residu tersebut dengan air panas dan mengambil titrat hasil pencucian
7. Menambahkan 100 mL larutan NaOH 10 gr/l lalu residu dari kertas saring
dipindahkan ke gelas beker lain
8. Menggest residu pada suhu dibawah titik didihnya
9. Menambahkan 8 tetes metil merah kedalam campuran dan ditambahkan HCl
100 tetes hingga berubah warna menjadi merah muda
10. Mencuci larutan dengan NH4NO3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Berdasarkan percobaan penentuan insoluble yang ditelah dilakukan, maka
diperoleh hasil analisa data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Analisa data
Perlakuan Pengamatan
Ditimbang semen menggunakan Massa semen = 1.0068 gram.
neraca analitik.

Ditambahkan 15 mL aquades. Aquades = 15 mL

Ditambahkan 10 mL HCl pekat. HCl pekat = 10 mL dan larutan


berubah menjadi warna kuning pekat.
Ditambahkan aquades panas. Volume larutan = 50 mL

Digest campuran selama 15 menit Suhu pemanasan = 100oC


pada suhu mendekati titik didih.

Larutan campuran disaring Kertas saring yang digunakan adalah


menggunakan kertas saring dan whatman no. 40 dan erlenmeyer
ditampung oleh erlenmeyer ukuran 250 mL

Erlenmeyer bekas larutan dicuci


dengan aquades panas dan disaring
kembali
Residu dan kertas saring dipindahkan NaOH panas = 100 mL
ke beaker glass dan ditambahkan 100
mL NaOH

Residu, kertas saring, dan NaOH Suhu = 135oC


digest dengan suhu dibawah titik
didih.

Ditambahkan 8 tetes metil merah ke Metil merah sebanyak 8 tetes.


dalam campuran. Warna larutan berubah menjadi sedikit
kekuningan.

Ditambahkan HCl pekat secukupnya HCl pekat = 60 tetes.


hingga warna larutan berubah. Warna larutan berubah menjadi merah
muda.
Larutan beserta residu dan kertas Kertas saring yang digunakan adalah
saring disaring kembali menggunakan whatman no. 40
kertas saring yang lain.

Residu pada kertas saring dicuci NH4NO3 = 50 mL


menggunakan larutan NH4NO3 dan
disaring kembali.

Krusibel kosong ditimbang Berat krusibel kosong = 21.2668


menggunakan neraca analitik. gram.

4.2 Perhitungan
Berdasarkan percobaan diatas, didapatkan kadar insoluble sebagai berikut :
Diketahui : Massa krusibel kosong = 21,2688 gram
Massa krusibel setelah di furnace = 21,3 gram
Ditanya : Persentase kadar insoluble dalam sampel semen?
Jawab : M2-M1 = 21,3 gram – 21,2668 gram
= 0,0332 gram
% kadar insoluble = 0,0332 x 100 % = 3,32 %
4.3 Pembahasan
Praktikum penentuan insoluble ini bertujuan untuk mengetahui bagian atau
kandungan yang tak terlarut dalam contoh semen. Insoluble pada semen
merupakan zat/impuritis pengotor yang tetap tinggal setelah semen tersebut
direaksikan dengan HCl dan Na2CO3 (Nindita, 2008). Pada percobaan penentuan
insoluble digunaka semen tipe OPC (Ordinary Portland Cement) yaitu jenis
semen yang paling umum digunakan dikalangan masyarakat. Langkah pertama
yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk percobaan penentuan insoluble. Kemudian, menimbang 1 gram semen
menggunakan neraca analitik dan menempatkannya ke dalam beaker glass.
Penimbangan menggunakan nerca analitik karena neraca ini merupakan neraca
yang akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100
gram hingga ± 0,0001 gram (Hendryono, 1994). Langkah selanjutnya yaitu
melarutkan semen tersebut dengan menambahkan HCl pekat sebanyak 10 mL dan
aquades sebanyak 15 mL. Penambahan HCl pekat ini bertujuan sebagai pengurai
senyawa-senyawa mineral yang kemudian akan bereaksi dengan HCl membentuk
garam-garam klorida yang dapat larut dalam air (Fitriawan, 2013). Hal tersebut
menimbulkan perubahan warna pada larutan semen tersebut, yaitu yang awalnya
berwarna abu-abu berubah menjadi warna kuning. Perubahan warna tersebut
mengakibatkan senyawa-senyawa mineral terurai. Dan tujuan pemberian aquades
agar semen itu larut. Selanjutnya yaitu menambahkan aquades panas hingga
volume larutan menjadi 50 mL. Penambahan aquades panas ini fungsinya untuk
memudahkan proses pelarutan dan pembentukan endapan yang kemudian digest
kembali agar larutannya tercampur rata (Fitriawan, 2013). Larutan digest di suhu
100oC hingga mendekati titik didihnya selama 15 menit (SNI 15-2049-2004).
Kemudian larutan disaring menggunakan kertas saring yang fungsinya untuk
memisahkan filtrat dan residunya. Setelah residu terpisah dari filtratnya, kemudian
mencuci residu tersebut menggunakan air panas, tujuannya untuk melarutkan sisa-
sisa filtrat yang masih berada pada residu. Kemudian residu beserta kertas saring
dimasukkan ke dalam 100 mL NaOH panas selama 15 menit diatas hotplate
dengan suhu mendekati titik didih. Tujuannya untuk melarutkan senyawa tersebut
agar dapat melewati kertas saring sehingga senyawa tersebut tidak bercampur
dengan residu. Kemudian meneteskan indikator metil merah sebanyak 8 tetes ke
dalam larutan tersebut. Kemudian, menambahkan HCl hingga larutan berubah
warna menjadi warna merah muda, HCl tersebut diteteskan sebanyak 60 tetes agar
bisa merubah suasana larutan menjadi asam yang ditandai dengan perubahan
warna yaitu menjadi warna merah muda (SNI 15-2049-2004). Langkah
selanjutnya adalah menyaring kembali larutan dengan kertas whatman no. 40 dan
mencuci residu menggunakan larutan NH4NO3 sebanyak 50 mL yang tujuannya
untuk merubah suasana larutan menjadi basa (SNI 15-2049-2004). Kemudian,
menimbang krusibel platina kosong menggunakan neraca analitik untuk
memperoleh massa awal krusibel kosong yang berguna untuk perhitungan kadar
insoluble dan diperoleh massa krusibel platina kosong yakni 21.2668 gram.
Setelah penyaringan selesai dan residunya tersaring dalam kertas saring whatman
no. 40. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan residu kedalam krusibel platina
kosong kemudian memijarkannya menggunakan furnace dengan suhu 900o-
1000oC yang bertujuan untuk mendapatkan endapan kering dalam residu yang
dipanaskan, sehingga endapan kerirng tersebut dapat ditimbang kemudian dicari
hasilnya dengan cara penimbangan yang kemudian didapatkan hasil kadar
insoluble pada contoh semen. Akan tetapi penggunaan furnace tidak dapat
diimplementasikan dikarenakan keterbatasan labolatorium, sehingga percobaan
terakhir hanya sampai di pencucian residu menggunakan larutan NH4NO3. Massa
residu akhir didapatkan dari asisten laboratorium yaitu sebesar 21,3 gram, massa
tersebut digunakan sebagai massa endapan yang telah dipijarkan pada furnace.
Setelah itu dilakukan perhitungan untuk menentukan kadar insoluble dan
didapatkan kadar insoluble sebesar 3,32 %.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan penentuan insoluble yang telah dilakukan, didapatkan kadar
tak larut dalam contoh semen sebesar 3, 32 %
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, Syarif. (2009). Semen Jenis dan Aplikasinya. Jakarta: Kawan


Pustaka

Lamond, Joseph F.2006. Significance Of Test Properties Of Concrete and


Concrete-Making Materials. U.S.A: ASTM International

Sabara, Zakir. (2011). Industri Kimia Indonesia. Jakarta:Erlangga.

Sabnis, R.W. 2007. Handbook of Acid-Base Indikator. Halaman 5-302. San


Fransisco: CRC Press

Widodo, Setiyo, Didik dan Lusiana, Ariadi, Retno. 2010. Kimia Analisis
Kuantitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Khan, David. (2018). Chemistry A Fundamental Overview of Essentials


Principles. United States: Yarbrough.

SNI 15-7064-2004.2004.Semen Portland Komposit.Badan Standarisasi


Nasional:Bandung
TUGAS PENDAHULUAN

Ditanya:

1. Apa itu insoluble?


2. Mengapa uji insoluble harus dilakukan?
3. Bagaimana cara meminimalisir terjadinya insoluble?
4. Berapa kadar insoluble secara teori, bagaimana jika melebihi kadar
tersebut?
Dijawab:

1. Insoluble adalah bagian tidak terlarut dari sebuah larutan. Istilah "tak
larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut,
walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar
tidak ada bahan yang terlarut.
2. Untuk mengetahui kadar ketidak larutan dari sebuah larutan. Agar dapat
diberikan upaya lebih.
3. Dengan cara memperkecil ukuran zat yang akan dicampurkan pada
larutan.
4. 0,75 %. Jika tidak terlarut sempurna maka larutan tudak akan homogen
dan tercampur.
SKEMA KERJA

1 gram sampel
semen

Ditambahkan 15 ml aquades

Ditambahkan 10 ml HCl dan dilarutkan dalam air

Dilarutkan campuran tersebut hingga volume 50 ml dengan


aquades panas

Digest campuran selama 15 menit pada suhu mendekati


titik didih

Disaring larutan dengan kertas saring whatman no.40 dan


ditampung dalam beaker glass

Dicuci dengan air panas residu tersebut dan diambil filtrate


hasil penyaringan

Ditambahkan 100 ml NaOH 10 gram/l lalu residu dan


kertas saring dipindahkan ke beaker glass lain

Digest residu pada suhu dibawah titik didihnya

Ditambahkan 8 tetes indicator metal merah ke dalam


campuran dan ditambahkan HCl secukupnya hingga
campuran jenuh (berubah warna menjadi merah muda)

Dicuci campuran dengan NH4NO3

Hasil
TIME SCHEDULE

No Waktu Real Time Keterangan PJ


Kedatangan praktikan H-1 Aslab dan
1. 13.30-14.00 13.45-14.05 jam, mempersiapkan alat semua
dan berdoa praktikan
2. 14.00-14.10 14.05-14.15 Meminjam alat Ayu
Menimbang semen dan
3. 14.10-14.15 14.15-14.20 memasukkan kedalam gelas Dian
beaker
Menambah aquades dan
4. 14.15-14.30 14.20-14.30 Adam
HCl
Memanaskan aquades
dengan hot plate dan
5. 14.30-14.45 14.30-14.45 Gita
menuang kedalam gelas
beaker
Memanaskan larutan pada
6. 14.45-15.00 14.45-15.00 beaker glass dengan hot Irfan
plate
7. 15.00-15.05 15.00-15.20 Menyaring cairan Okta
Memanaskan NaOH dan
8. 15.05-15.15 15.20-15.30 memasukkan residu Ayu
kedalamnya
Meneteskan indikator MM
9. 15.15-15.20 15.30-15.35 Dian
dan HCl
Menyaring larutan dan
10. 15.20-15.40 15.35-15.45 mencuci dengan Adam
NH4NO3panas
Menimbang krusibel
11. 15.40-15.50 15.45-15.55 platina, memanaskan residu, Ayu
dan menimbang massa
Aslab &
12. 15.50-16.00 15.55-16.05 Evaluasi
praktikan

Anda mungkin juga menyukai