KIMIA DASAR
NIM/GRUP : 2041910013/II
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui kandungan bagian tak larut atau insolubel dalam contoh semen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum insolubel diantaranya :
1. Semen
2. Aquades
3. HCl
4. NaOH
5. Indikator metil red
6. NH4NO3
Residu ditaruh pada gelas beaker dan Larutan berwarna bening dan terdapat
ditambahkan 100 mL NaOH hangat, kertas saring whatman pada gelas.
dan dipanaskan pada suhu 160⁰C
selama 15 menit.
4.2. Perhitungan
Diket : Massa bagian tak larut = 0,015 gram
Ditanya : % insoluble?
Jawab : % insoluble = 0,015 x 100% = 1,5 %
4.3. Pembahasan
Pada percobaan insoluble ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kandungan bagian tak larut atau insoluble dalam contoh semen. Hal pertama yang
dilakukan adalah menimbang 1 gram semen jenis OPC, semen jenis ini
merupakan jenis semen hidrolisis yang paling umum yang biasanya digunakan
untuk pembuatan beton, jalan raya karena semen jenis ini memiliki kandungan
kapur bebas yang cukup tinggi sehingga dalam proses pengeringan akan relatif
lebih cepat (Priambodo, 2016). Penimbangan semen ini menggunakan neraca
analitik penggunaan neraca analitik karena neraca analitik diletakkan di tempat
yang khusus atau tersendiri sehingga neraca tersebut tidak dapat digeser-geser dan
pada tempat tersebut tekanan yang ada membuat neraca analitik konstan atau tetap
sehingga pembacaan massanya sangat akurat. Neraca analitik memiliki tingkat
ketelitian yang cukup tinggi dan dapat menimbang zat atau benda sampai batas
0,0001 g atau 0,1 mg (Priambodo, 2016). Setelah itu mengambil akuades
sebanyak 15 mL dan mengambil 10 mL HCL pekat di dalam lemari asam dengan
menggunakan gelas ukur yang merupakan salah satu alat ukur. Digunakannya
akuades ini karena akuades merupakan salah satu pelarut yang baik dan
diambilnya HCL karena komposisi semen sebagian besar dapat larut dalam asam
salah satu larutan yang termasuk asam adalah HCL sehingga kandungan tak larut
atau insoluble dapat diketahui (Priambodo, 2016).
Setelah itu dihomogenkan atau dicampur dan menghasilkan perubahan warna
pada larutan yaitu berwarna kuning. Setelah itu larutan dipanaskan menggunakan
hot plate sampai mendidih dengan suhu 150o karena proses pemanasan ini
dilakukan untuk mengurangi pelarut dalam larutan sebab titik didih dari akuades
sendiri adalah 100oC dan titik didih dari HCL adalah 50oC dan lama dilakukannya
digest bertujuan supaya zat yang larut pada asam dapat larut sempurna dan residu
insoluble dapat terdeteksi dan dengan adanya panas juga akan mempercepat
proses reaksi kimia (Kiattikomol, 1998). Setelah digest selama 15 menit lautan
disaring dengan menggunakan kertas saring whattman 40 yang merupakan kertas
saring yang sering digunakan pada laboratorium dan didapatkan residu dari
larutan pada kertas saring. Setelah itu memindahkan kertas saring ke gelas beker
dan ditambahkan NaOH panas namun tidak mendekati titik didih karena NaOH
termasuk salah satu senyawa yang efektif dalam mengurangi kandungan tanah
atau Clay pada semen sehingga kandungan insoluble dapat diketahui dengan tepat
(Priambodo, 2016) serta dilakukannya penambahan NaOH juga bertujuan untuk
membuat larutan menjadi bersifat basa (Priambodo, 2016). Setelah ditambahkan
dengan NaOH selanjutnya larutan dan residu dari penyaringan yang pertama
digest selama 15 menit karena sesuai dengan standar yang ada dengan suhu 150oC
dan juga dilakukan selama 15 menit karena larutan tersebut memiliki titik didih
yang ada serta mempercepat reaksi kimia yang ada.
Setelah itu b diangkat dan ditambahkan dengan 3 tetes indikator metil red
yang berfungsi untuk mengetahui sebuah perubahan pada zat yang diuji dan juga
pada indikator metil akan bereaksi pada kisaran pH 4,4 - 6,2 (Priambodo, 2016)
yang mana ketika larutan di teteskan dengan indikator metil red mengalami
perubahan warna yaitu dari bening menjadi kuning. Lalu setelah ditambahkan
dengan HCL panas sebanyak 72 tetes hal ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan pada larutan dan ditambahkannya HCL karena pada gelas beker berisi
larutan NaOH yang bersifat basa sehingga perubahan dapat terjadi apabila diberi
larutan yang bersifat asam dan didapati perubahan warna yang awalnya berwarna
kuning menjadi berwarna merah muda. Setelah itu dilakukan penyaringan kembali
dengan menggunakan kertas saring whattman 40 setelah itu didapatkan massa dari
residu insoluble pada semen sebesar 0,015 gram. Sehingga dapat dihitung
persentase insoluble pada semen yang diuji adalah 1,5%. Jika kadar insoluble
pada semen lebih dari 3%, maka akan terjadi pencampuran semen dengan bahan
alaminya sehingga kekuatan dari semen tersebut akan berkurang saat sudah
mengering (Kiattikomol, 1998).
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar
insoluble pada semen yang kita uji adalah 1,5%. Dan kadar tersebut masih dalam
ambang batas menurut BS 12:1996.
DAFTAR PUSTAKA
Semen