Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN INSOLUBEL

NAMA PRAKTIKAN : AHMAD SAIFUL BAHRI

NIM/GRUP : 2041910013/II

TANGGAL PRAKTIKUM : 9 DESEMBER 2019

ASISTEN : MUKHAMMAD PASCAL A.

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada abad ke-21 ini, perkembangan teknologi sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari. Teknologi memiliki kegunaan dan peran dalam
memudahkan kegiatan manusia, contohnya pada teknologi konstruksi. Pada
teknologi konstruksi, beton sudah tidak bisa dipisahkan dari konstruksi. Beton
dibuat dari campuran semen dan pasir. Semen yang digunakan pada proses
konstruki berbeda-beda sesuai dengan apa yang sedang dibangun.
Sekarang ini, indonesia sedang gencar-gencarnya membangun infrastuktur di
seluruh daerah. Semen adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan
infrastuktur. Pembangunan infrastuktur juga perlu memerhatikan kondisi dari
lapangan. Karena semen memiliki bebrapa jenis yang dapat digunakan sesuai
kondisi lingkungannya. Semen memiliki komposisi penyusun yang banyak.
Bagian dari komposisi tersebut akan membentuk residu atau zat sisa yang tidak
dapat larut atau biasa disebut dengan insoluble.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada, didapat rumusan masalah yaitu bagaimana cara
mengetahui kandugan bagian tak larut atau insolubel dalam contoh semen?

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui kandungan bagian tak larut atau insolubel dalam contoh semen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Semen


Semen merupakan material bangunan yang digunakan pada konstuksi yang
memiliki sifat adhesif dan kohesif. Fungsi dari semen adalah untuk mengikat dan
mengisi ruang antara pasir dan butiran kuarsa. Semen dapat diperoleh dengan
membakar bersama perbandingan argillacius dan calcareous dengan angka
perbandingan yang telah diperoleh. Semen adalah salah satu dari produk pabrik
dengan skala dan kapasitas yang besar. Banyak jenis semen yang beredar di pasar,
akan tetapi semen Portland merupakan jenis semen yang paling sering digunakan
oleh masyarakat. Semen jenis portland memiliki daya pengikatan awal yang
sangat cepat, namun semen jenis ini tidak memiliki ketahanan terhadap air laut
dan asam. Salah satu semen yang bisa digunakan dalam kondisi seperti itu adalah
semen Pozolan (Hargono, 2009).

2.2. Insoluble pada Semen


Insoluble adalah bagian tak larut pada semen. Bagian tak larut pada semen
sebagian besar berasal dari gypsum. Bagian tak larut ini dapat ditemukan dengan
mereaksikan semen dengan asam klorida dan natrium hidroksida. ASTM C 150
membatasi bagian tak larut pada semen OPC tidak lebih dari 0,75% . Namun, BS
12:1996 membatasi bagian tak larut pada semen sebesar 1,5% untuk semen
dengan tambahan. Untuk semen yang tidak mengandung zat tambahan, bagian tak
larut dibatasi sampai dengan 5% (Kiattikomol, 2000)

2.3. Jenis Sampel Semen


2.3.1. Ordinary Portland Cement (OPC)
Semen Portland Tipe I sering dipakai untuk segala macam konstruksi
yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus itu seperti ketahanan
terhadap sulfat, panas hiderasi dan sebagainya. Semen tipe ini paling banyak
dibutuhkan oleh masyarakat. Semen tipe ini dapat digunakan untuk pemukiman.
Di indonesia, standarisasi mutu OPC diatur dalam SNI 15-2049-2004. Untuk
amerika dan eropa, diatur dalam ASTM C 150-04a dan EN 197-1:2000.
(Priambodo, 2016)
2.3.2. Portland Composite Cement (PCC)
Semen PCC memiliki standar yang diatur dalam SNI 15-7064-2004.
Semen jenis ini dapat digunakan untuk konstruksi umum. Suhu betonnya lebih
rendah sehingga beton tersebut tidak mudah retak. Semen PCC lebih tahan
terhadap sulfat dan lebih kedap air. Permukaan acian semen lebih halus.
(Priambodo, 2016)
2.3.3. Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen PPC merupakan hasil campuran semen Portland ditambah dengan
pozzolan dengan proporsi sekitar 10-30%. Semen ini memiliki nama lain Traz
Portland Cement. Semen jenis ini banyak digunakan di Jerman. Jenis Tras yang
digunakan adalah Tras Andernach. Semen PPC diatur dalam SNI 15-0302-2004.
(Priambodo, 2016)
2.4.MSDS
2.4.1. Aquades (𝐇𝟐 𝐎)
Aquades merupakan cairan yang tidak berbau. Aquades tidak berwarna.
pH aquades adalah 7 oleh karena itu aquades bersifat netral. Aquades merupakan
air mineral yang diproses dengan cara penyulingan sehingga bebas dari mineral
apapun. Karena bebas dari mineral apapun, maka aquades sering digunakan
dalam kegiatan praktikum. Titik didih aquades adalah 100⁰C (Labchem.com).

2.4.2. Asam Klorida (HCL)


Larutan HCl sangat berbahaya. Larutan HCl memiliki sifat korosif.
Larutan HCl dapat menyebabkan luka bajar pada kulit, mata dan saluran
pencernaan jika terminum. Uap dari HCl dapat mengiritasi mata dan saluran
pencernaan. Jika terkena HCl dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan
jaringan yang serius. Titik didih HCL adalah 110⁰C (Pioneer Forensics.uc).

2.4.3. Natrium Hidroksida (NaOH)


Larutan NaOH dapat dikatakan berbahaya. Larutan NaOH dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan pada mata. Berbahaya bagi
kehidupan biota air. Segera cuci kulit secara menyeluruh setelah memegang.
Kenakan pelindung lengkap jika ingin menggunakannya. Jangan pernah dibuang
ke lingkungan. Titik didih NaOH adalah 1388⁰C (Labchem.com).

2.4.4. Indikator Metil Red


Metil merah adalah salah satu indikator pH. Indikator metil red akan
berubah menjadi merah jika dalam larutan asam. Metil red akan berwarna merah
jika pH di bawah 4,4: kuning jika diatas 6,2: dan jingga di antara pH tersebut.
Indikator metil red bersifat racun bagi tubuh manusia. Dapat menyebabkan
kanker dan dapat merusak bayi yang belum lahir (Labchem.com)

2.4.5. Amonium Nitrat (𝐍𝐇𝟒 𝐍𝐎𝟑 )


Amonium nitrat berbentuk padatan granul atau hablur. Amonium nitrat
berwarna putih atau tidak berwarna transparan. Bersifat higroskopik. Berat
jenisnya 1,725. Titik didihnya 210⁰C. Sangat mudah larut dalam air, etanol dan
metanol (Ik.pom.go.id).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum insolubel diantaranya :
1. Gelas beaker 4 buah
2. Gelas ukur 1 buah
3. Kertas saring whatman no 40 2 buah
4. Batang pengaduk 1 buah

3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum insolubel diantaranya :
1. Semen
2. Aquades
3. HCl
4. NaOH
5. Indikator metil red
6. NH4NO3

3.2 Prosedur Kerja


Berikut adalah langkah kerja pada percobaan insoluble pada semen.
1. Menimbang sampel semen sebanyak 1 gram.
2. Menambahkan air dingin sebanyak 25 mL ke dalam sampel semen.
3. Mencampur larutan semen dan air dingin dan menambahkan 5 mL HCl.
4. Menghangatkan larutan dan mengaduk material kemudian ratakan dengan
dinding gelas selama beberapa menit hingga diperoleh dekomposisi semen
yang homogen.
5. melarutkan campuran hingga volume 50 mL dengan air panas (hampir
mendidih) dan memanaskan campuran dengan cepat hingga mendekati suhu
mendidih dengan menggunakan hot plate.
6. Mendigest campuran selama 15 menit pada suhu mendekati titik didih.
7. Menyaring larutan dengan menggunkan kertas saring whatman no.40, dan
menampung dalam beaker 400 mL.
8. Mencuci residu dengan menggunakan air panas, lalu mengambil fitrat hasil
pencucian untuk penentuan SO3.
9. Memindahkan residu dan kertas saring ke dalam beaker lain, menambahkan
100 mL NaOH 10 gr/L panas (mendekati titik didih larutan).
10. Digest residu pada suhu dibawah titik didihnya selama 15 menit.
11. Selama proses digest, menempatkan campuran pada stiring plate dan
menghilangkan kertas saring.
12. Menambahkan indikator metil red ke dalam campuran.
13. Menambahkan HCl hingga larutan berubah menjadi merah muda.
14. Saring campuran dan cuci residu paling sedikit 14 kali dengan menggunakan
NH4NO3 (20g/L).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data


Berikut adalah hasil analisa data pada percobaan insoluble.
Tabel 4.1 Hasil Analisa Data
Perlakuan Pengamatan
Dicampur 1 gram semen OPC Dekomposisi semen yang sudah
dengan 25 mL aquades, 10 mL HCL homogen.
dan dipanaskan.

Ditambahkan aquades hangat hingga Larutan berwarna hijau keruh.


50 mL dan dipanaskan dengan suhu
180⁰C selama 15 menit.

Campuran disaring dengan kertas Didapatkan residu dari insoluble


saring Whatman no. 40, dan diambil semen.
residu yang tertinggal.

Residu ditaruh pada gelas beaker dan Larutan berwarna bening dan terdapat
ditambahkan 100 mL NaOH hangat, kertas saring whatman pada gelas.
dan dipanaskan pada suhu 160⁰C
selama 15 menit.

ditambahkan indikator metil red 3 Dibutuhkan 72 tetes HCL untuk


tetes dan ditetesi larutan dengan merubah warna larutan menjadi
HCL. merah muda.
Disaring campuran dengan kertas Didapatkan residu dari insoluble
saring Whatman no. 40, dan residu semen.
dicuci dengan NH4NO3

Residu ditaruh pada krusibel platina Massa krusibel platina kosong =


dan ditimbang massanya. 22,8548 gram. Massa krusibel platina
dengan residu = 22,8698 gram. Massa
residu = 0,015 gram.

4.2. Perhitungan
Diket : Massa bagian tak larut = 0,015 gram
Ditanya : % insoluble?
Jawab : % insoluble = 0,015 x 100% = 1,5 %

4.3. Pembahasan
Pada percobaan insoluble ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kandungan bagian tak larut atau insoluble dalam contoh semen. Hal pertama yang
dilakukan adalah menimbang 1 gram semen jenis OPC, semen jenis ini
merupakan jenis semen hidrolisis yang paling umum yang biasanya digunakan
untuk pembuatan beton, jalan raya karena semen jenis ini memiliki kandungan
kapur bebas yang cukup tinggi sehingga dalam proses pengeringan akan relatif
lebih cepat (Priambodo, 2016). Penimbangan semen ini menggunakan neraca
analitik penggunaan neraca analitik karena neraca analitik diletakkan di tempat
yang khusus atau tersendiri sehingga neraca tersebut tidak dapat digeser-geser dan
pada tempat tersebut tekanan yang ada membuat neraca analitik konstan atau tetap
sehingga pembacaan massanya sangat akurat. Neraca analitik memiliki tingkat
ketelitian yang cukup tinggi dan dapat menimbang zat atau benda sampai batas
0,0001 g atau 0,1 mg (Priambodo, 2016). Setelah itu mengambil akuades
sebanyak 15 mL dan mengambil 10 mL HCL pekat di dalam lemari asam dengan
menggunakan gelas ukur yang merupakan salah satu alat ukur. Digunakannya
akuades ini karena akuades merupakan salah satu pelarut yang baik dan
diambilnya HCL karena komposisi semen sebagian besar dapat larut dalam asam
salah satu larutan yang termasuk asam adalah HCL sehingga kandungan tak larut
atau insoluble dapat diketahui (Priambodo, 2016).
Setelah itu dihomogenkan atau dicampur dan menghasilkan perubahan warna
pada larutan yaitu berwarna kuning. Setelah itu larutan dipanaskan menggunakan
hot plate sampai mendidih dengan suhu 150o karena proses pemanasan ini
dilakukan untuk mengurangi pelarut dalam larutan sebab titik didih dari akuades
sendiri adalah 100oC dan titik didih dari HCL adalah 50oC dan lama dilakukannya
digest bertujuan supaya zat yang larut pada asam dapat larut sempurna dan residu
insoluble dapat terdeteksi dan dengan adanya panas juga akan mempercepat
proses reaksi kimia (Kiattikomol, 1998). Setelah digest selama 15 menit lautan
disaring dengan menggunakan kertas saring whattman 40 yang merupakan kertas
saring yang sering digunakan pada laboratorium dan didapatkan residu dari
larutan pada kertas saring. Setelah itu memindahkan kertas saring ke gelas beker
dan ditambahkan NaOH panas namun tidak mendekati titik didih karena NaOH
termasuk salah satu senyawa yang efektif dalam mengurangi kandungan tanah
atau Clay pada semen sehingga kandungan insoluble dapat diketahui dengan tepat
(Priambodo, 2016) serta dilakukannya penambahan NaOH juga bertujuan untuk
membuat larutan menjadi bersifat basa (Priambodo, 2016). Setelah ditambahkan
dengan NaOH selanjutnya larutan dan residu dari penyaringan yang pertama
digest selama 15 menit karena sesuai dengan standar yang ada dengan suhu 150oC
dan juga dilakukan selama 15 menit karena larutan tersebut memiliki titik didih
yang ada serta mempercepat reaksi kimia yang ada.
Setelah itu b diangkat dan ditambahkan dengan 3 tetes indikator metil red
yang berfungsi untuk mengetahui sebuah perubahan pada zat yang diuji dan juga
pada indikator metil akan bereaksi pada kisaran pH 4,4 - 6,2 (Priambodo, 2016)
yang mana ketika larutan di teteskan dengan indikator metil red mengalami
perubahan warna yaitu dari bening menjadi kuning. Lalu setelah ditambahkan
dengan HCL panas sebanyak 72 tetes hal ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan pada larutan dan ditambahkannya HCL karena pada gelas beker berisi
larutan NaOH yang bersifat basa sehingga perubahan dapat terjadi apabila diberi
larutan yang bersifat asam dan didapati perubahan warna yang awalnya berwarna
kuning menjadi berwarna merah muda. Setelah itu dilakukan penyaringan kembali
dengan menggunakan kertas saring whattman 40 setelah itu didapatkan massa dari
residu insoluble pada semen sebesar 0,015 gram. Sehingga dapat dihitung
persentase insoluble pada semen yang diuji adalah 1,5%. Jika kadar insoluble
pada semen lebih dari 3%, maka akan terjadi pencampuran semen dengan bahan
alaminya sehingga kekuatan dari semen tersebut akan berkurang saat sudah
mengering (Kiattikomol, 1998).
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar
insoluble pada semen yang kita uji adalah 1,5%. Dan kadar tersebut masih dalam
ambang batas menurut BS 12:1996.
DAFTAR PUSTAKA

Hargono, dkk. 2009. Pengaruh Perbandingan Semen Pozolan dan Semen


Portland terhadap Kekekalan Bentuk dan Kuat Tekan Semen. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Priambodo, Ikhsan Sefri. 2016. Pengaruh Penambahan Fly Ash terhadap Kualitas
Fisika dan Kimia pada Produksi Portlans Composite Cement (PCC).
Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Kiattikomol, dkk. 2000. Effect of Insoluble Residue on Properties of Portland
Cement. Bangkok: University of Technology Thonburi
TIME SCHEDULE

No. Waktu Real Time Keterangan PJ


Kedatangan praktikan 30
Semua
1. 12.30-13.05 12.40-13.05 menit sebelum praktikum
praktikan
dimulai dan briefing
Briefing sebelum praktikum
2. 13.05-13.10 13.05-13.10 Aslab
dengan aslab
Meminjam alat yang
3 13.10- 13.20 13.10-13.15 Saiful
digunakan untuk praktikum
Menimbang 1 gram semen
4 13.20-13. 23 13.15-13.20 dan mengukur air dingin 25 May
mL yang digunakan
Mengukur HCl sebanyak 5
5. 13.23-13.25 13.20-13.25 Saiful
mL
Melarutkan larutan menjadi
6. 13.25-13.30 13.25-13.30 May
50 mL dengan air hangat
Digest campuran selama 15
7. 13.30 -13.45 13.30-13.45 Saiful
menit
Menyaring larutan
8. 13.45 –13. 55 13.45-14.30 May
menggunakan kertas saring
Mencuci residu dengan
9. 13.55-14.05 14.30-14.35 Saiful
menggunakan air panas
Memindahkan residu
kedalam beaker lain dan
10. 14.05-14.15 14.35-14.40 May
tambahkan 100 mL NaOH 10
gram/L panas
Digest selama 15 menit
11. 14.15-14.30 14.40-14.55 dengan suhu dibawah titik Saiful
didih
Mencampur larutan dengan
12 14.30-14.35 14.55-14.20 May
menggunakan stirer plate
Menambahkan indikator
13 14.35-14.37 14.20-14.25 Saiful
metil red kedalam campuran
14 14.37-14.40 14.25-14.30 Menambahkan HCl May
Cuci residu dengan
15 14.40-15.00 14.30-15.20 menggunakan NH4NO3 20 Saiful
g/L
16 15.05-15.15 15.20-15.25 Mencuci peralatan praktikum May
Mengembalikan alat
17 15.15-15.25 15.25-15.30 Saiful
praktikum
18. 15.20-15.45 15.40-16.00 Evaluasi setelah praktikum. Aslab
LAMPIRAN
SKEMA KERJA

Semen

Ditimbang sebanyak 1 gram.

Ditambahkan air dingin 25mL.

Ditambahkan HCL 5 mL.

Dihangatkan larutan dan diaduk sehingga


menjadi homogen.

Dilarutkan hingga volume 50 mL dengan


air mendidih.

Digest campuran selama 15 menit pada


suhu mendekati titik didih

Disaring larutan dengan menggunakan


kertas saring whatman no.40, dan
ditampung dalam beaker 400 mL

Dicuci residu dengan menggunakan air


panas

Residu dan kertas saring dipindahkan


kedalam beaker lain, tambahkan 100 mL
NaOH 10 gr/L panas

Digest residu pada suhu dibawah titik


didihnya selma 15 menit

Indikator metil red ditambahkan ke dalam


campuran

Tambahkan HCl hingga warna berubah


merah muda

Saring campuran dan cuci residu paling


sedikit 14 kali dengan menggunakan
NH4NO3 (20g/L)
hasil
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai