Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS

Pembuatan Pulp dengan Proses Organosolv

Dosen: Dr. Ir. Taslim, M.Si.

Disusun oleh:
Boy Andika Sinaga (140405008)
Monica Nathalia Sihaloho (140405086)
Latar Belakang
Perkembangan industri pulp dan kertas di Indonesia saat ini
sangat pesat. Ini ditunjukkan dengan peningkatan kapasitas
produksi pulp dari sekitar 6,5 juta ton per tahun, menjadi sekitar
11 juta ton per tahun (Gunawan, 2009)
Sebagian besar pulp di dunia sekarang diproduksi dengan
metode Kraft. Alasan utama: fleksibilitas dalam berurusan
dengan bahan baku yang berbeda, kualitas pulp, pemulihan yang
lebih efisien bahan kimia memasak (Johansson, dkk., 1985).
Proses dimana bahan baku yang dimasak untuk mendapatkan
pulp menghasilkan sejumlah besar air limbah dengan potensi
polusi yang tinggi khususnya di proses konvensional
menggunakan sulfit dan kraft. Salah satu solusi untuk masalah
ini melibatkan penghapusan serat dan lignin dengan pelarut
organik (orgaosolv) (Mutje, dkk., 2005).
PROSES ORGANOSOLV
Organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan bahan
yang lebih mudah didegradasi seperti pelarut organik (Viviane, dkk.,
2014). Beberapa senyawa organik yang dapat digunakan antara lain
asam asetat, etanol, dan metanol.

Pada proses ini, penguraian lignin terutama disebabkan oleh


pemutusan ikatan eter. Proses ini telah terbukti memberikan dampak
yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan
sumber daya hutan. Dengan menggunakan proses organosolv
diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp
dan kertas akan dapat diatasi (Constant, dkk., 2016).

Pembuatan pulp dengan pelarut organik (organosolv pulping) sangat


menarik untuk dikembangkan, karena lebih ramah lingkungan
dibanding proses pembuatan pulp konvensional (kraft dan soda).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
ORGANOSOLV
1.Waktu pemasakan
Semakin panjang waktu pemasakan, menyebabkan semakin banyak
kadar lignin yang dihilangkan. Namun proses pemasakan yang terlalu
lama menyebabkan selulosa ikut terhidrolisa, sehingga menurunkan
hasil selulosa.
2.Konsentrasi larutan pemasak
Semakin tinggi konsentrasi larutan pemasak akan memperbesar
kecepatan reaksi, sehingga lignin yang terhidrolisa per satuan waktu
semakin banyak. Tetapi konsentrasi larutan pemasak yang terlalu
tinggi akan menyebabkan sebagian selulosa ikut terhidrolisa sehingga
kadar selulosa akan menurun.
3.Rasio pelarut
Dalam hal ini perbandingan antara larutan pemasak dengan bahan baku
yang semakin besar akan memberikan kontak antara cairan dengan
padatan yang semakin luas dan merata.
4. Suhu pemasakan
Sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Dengan
proses organosolv pelarut etanol maka suhu yang digunakan
antara 50 - 60oC.
5.Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan kadar lignin yang masih
tersisa dalam selulosa. Pencucian dilakukan dengan aquadest
hingga pH menjadi normal (pH = 7).
6.Pengadukan
Berpengaruh dalam kontak solvent terhadap bahan, sehingga
dapat melarutkan lignin yang banyak dari bahan.
Pengadukan terbaik dari penelitian terdahulu menyimpulkan
putaran pengadukan berkisar 400 rpm.
(Leandro, dkk., 2016)
(Johansson, dkk.,
1985)
KEUNGGULAN DARI PROSES ORGANOSOLV
1. Tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan
dan daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah.
2. Rendemen pulp yang dihasilkan tinggi.
3. Dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan
hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi dan ekonomis dalam skala
kecil.
4. Dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas produksi yang relatif
kecil.
5. Tidak menyebabkan timbulnya pencemaran gas-gas berbau.
6. Pelarut organik yang sudah dipakai dapat digunakan kembali setelah
dilakukan pemurnian terlebih dahulu.
7. Dapat mengurangi biaya produksi secara ekonomis.
8. Dapat dioperasikan pada kapasitas kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
PROSEDUR PEMBUATAN PULP DENGAN PROSES
ORGANOSOLV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aicha, dkk., (2016), berikut


prosedur pembuatan pulp dengan proses organosolv:
1. Bahan baku dicuci dengan air sampai bersih, kemudian dipotong
kecil-kecil dengan ukuran 2-3 cm.
2. Disiapkan campuran etanol air dengan perbandingan 1:7.
Perbandingan bahan baku dengan larutan pemasak yaitu sebesar 1: 6
dan diimpregnasi dalam mixer.
3. Diumpankan kedalam sebuah reaktor dengan suhu 200 oC.
4. Diumpankan kedalam flash tank, untuk menguapkan senyawa-
senyawa volatil.
5. Dimasukkan kedalam Filter untuk memisahkan Pulp dan larutan
pemasak.
6. Dilakukan Pencucian dengan 2 tahap, tahap pertama dengan
memakai asam organik dan tahap kedua memakai air
7. Pulp dihasilkan dan dikeringkan.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian Aicha, dkk (2016) pembuatan pulp
dengan proses organosolv didapatkan yield sebesar 53 %.
Dimana larutan yang digunakan adalah campuran etanol-air 1:7
dan perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku 1:6
dengan temperatur 200 oC. Penelitian Garcia, dkk (2011)
pembuatan pulp dengan metode yang sama didapatkan yield
sebesar 49,5 %. Dimana larutan yang digunakan adalah
campuran etanol-air 3:2 dan perbandingan larutan pemasak
dengan bahan baku 1:6 dengan temperatur 160 oC. Penelitan
Moral, dkk (2015) pembuatan pulp dengan metode yang sama
didapatkan yield sebesar 62 % dimana larutan yang digunakan
berupa campuran etanolamin dengan air 4:1 dimana temperatur
pemasakan 140 oC dan lama pemasakan 45 menit.
Untuk proses pembuatan Pulp dengan metode
karaft, akan didapatkan rentang yield sebesar 40-60%
(MacLeod, 2007). Dari sumber diatas maka dapat
dikatakan bahwa proses pembuatan pulp dengan
metode organosolv merupakan salah satu metode
pembuatan pulp yang baik dilihat dari yield dan
polusi yang akan dihasilkan dari prosesnya. Selain itu
biaya yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar,
konsumsi air yang tidak banyak, serta tidak akan
menimbulkan bau yang tidak sedap saat prosesnya
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Aicha Mabrouk, Xabier Erdocia, Maria Gonzlez Alriols, Mohamed Razak Jeday,
Jalel Labidi. 2016. Exergy Analysis: An Optimization Tool for The
Performance Evaluation of An Organosolv Process. Applied Thermal Engineering.
Tunissia.
Araceli Garca, Mara Gonzalez Alriols, Rodrigo Llano-Ponte, Jalel Labidi. 2011.
Energy and Economic Assessment of Soda and Organosolv Biorefinery
Processes. Biomass and Bioenergy 35(2011)516e525. Spanyol.
Johansson Allan, Oli Aaltonen, dan Paula Ylien. 1987. Organosolv Pulping-
Methods And Pulp Properties. Espoo: Finland.
Moral, Ana, Roberto Aguado, Antonio Tijero. 2015. Papermaking Potential of
Citrus sinensis Trimmings Using Organosolv Pulping, Chlorine-Free Bleaching and
Refining. Journal of Cleaner Production.
Mutje, P, M.A. Pelach, F. Filaseca, J.C Garcia.2005. A Comparative Study of The
Effect of Refining on Organosolv Pulp From Olive Trimmings and Kraft Pulp
from Eucalyptus Wood. Bioresource Technology 96 (2005) 1125 1129.
Leandro Vincius Alves Gurgela, Maria Teresa Borges Pimentab, Antonio Aprigio
da Silva Curvelob. 2016. EthanolWater Organosolv Delignification of Liquid
Hot Water (LHW) Pretreated Sugarcane Bagasse Enhanced by HighPressure
Carbondioxide (HPCO2). Industrial Crops and Products 94 (2016) 942950 .
MacLeod, Martin. 2007. The Top Ten Factors In Kraft Pulp Yield. Paperi ja Puu
Paper and Timber Vol.89/No. 4.
Sandra Constant , Abdellatif Barakat , Mike Robitzer , Francesco Di Renzo , Claire
Dumas , Franoise Quignard. 2016. Composition, Texture and Methane Potential
of Cellulosic Residues from Lewis acids Organosolv Pulping of Wheat Straw.
Bioresource Technology 216 (2016) 737743.
Viviane da Costa Correia , Sergio Francisco Santos , Gonzalo Marmol , Antonio
Aprigio da Silva Curvelo , Holmer Savastano. 2014. Potential of Bamboo
Organosolv Pulp as A Reinforcing Element in FiberCement Materials.
Construction and Building Materials 72 (2014) 6571.

Anda mungkin juga menyukai