Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : FREE LIME

NAMA PRAKTIKAN :TALITHA ANARGYA PUTRI IMANSYA

NIM/GRUP : 2041910009/IV

TANGGAL PRAKTIKUM : 18 NOVEMBER 2019

ASISTEN : EMA RESELA HARTIYANA

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN
INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semen adalah bahan baku utama untuk membangun pondasi-pondasi
bangunan. Selama ini semen hanya dikenal bahan konstruksi saja. Semen ini
mempunyai kandungan kimia anorganik yang dapat memodifikasi berbagai jenis
semen. Faktor penentu utama produksi semen berasal dari bahan baku dan bahan
aditif. Hal ini, dapat dijadikan simulasi sederhana untuk mengenal lebih dalam
tentang bahan-bahan yang terkandung di material semen.
Praktikum kali ini, akan membahas tentang free lime. Free lime adalah salah
satu bahan yang terkandung pada semen. Agar kita mengetahui kandungan di
kapur bebas yang akan dititrasi dengan amonium asetat. Freelime berbentuk
kristal putih berunsur CaO, unsur ini sangat penting di manufaktur kimia. CaO
selalu ditemukan pada industri, untuk mencairkan CaO ini membutuhkan suhu
tinggi. Material ini alami berasal dari alam, yang mengandung senyawa kalsium
oksida. Kapur ini berasal dari hasil pembakaran batu kapur atau batu alam lain
(CaCO3).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah yaitu
bagaimana cara mengetahui kandungan kapur bebas (Free Lime) contoh dalam
semen ?

1.3 Tujuan Praktikum


Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kapur bebas (Free
Lime) contoh dalam semen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semen
Kata semen banyak dikenal sejak abad pertengahan, dan sejak saat itu sifat
semen telah menjadi objek oleh banyak peneliti. Semen ditemukan oleh Smeaton
bahwa mortar yang biasanya digunakan untuk membangun tembok tahan air
terdiri dari kapur (CaO). Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis apabila
dicampur air akan berubah menjadi bahan yang memiliki sifat perekat. Semen
digunakan sebagai beton, plesteran, bahan penambal, adukan mortar, adukan
encer dan lain sebagainya. Ada beberapa jenis semen dan tipe semen yang berada
dipasaran, yaitu semen portland dan semen beralumina tinggi
(Prodjosaantoso, 2010).
Penemuan semen portland merupakan kapur hidrolik artifisial yang dibuat
dengan cara kalsinasi campuran basah batu kapur dan tanah liat. Semen portland
ini melibatkan reaksi pada suhu tinggi garam kalsium dengan campuran silikat
dan aliminat yang diperoleh dari tanah liat. Sedangkan semen beralumina tinggi
diperoleh dengan memanggang batuan beralumina dan berkalsium tinggi pada
suhu 1700ᵒC. Ketika menggiling produk yang dihasilkan menjadi serbuk yang
halus. Bahan baku utama yang digunakan pada semen alumina tinggi adalah batu
kapur dan bauksit (Prodjosaantoso, 2010).

2.2 Komposisi Kimia Semen


Semen mempunyai kandungan utama yaitu kapur bebas. Bahan kimia lainnya,
yakni kalsium oksida (CaO), tanah liat yang mengandung komponen SiO2, Al2O3
(oksida alumnia), dan Fe2O3 (oksida besi). Ada bahan penunjang pada semen
yaitu gipsum, digunakan untuk zat pelambat pengerasan. Bahan-bahan tersebut
dapat pengawasan yang ketat. Saat penggilingan dan dicampur ketika melakukan
proses pembuatan semen. Proses pemanasan dalam oven, campuran tersebut
dipanaskan pada suhu 1400 ᵒC sampai menjadi klinker (Bambang, 2017).

2.3 Free Lime


Apabila senyawa Ca(OH)2 tidak dapat ditemukan dalam klinker segera setelah
pembakaran. Kristalisasi Ca(OH)2 yang berlangsung secara perlahan-lahan,
seperti halnya pada hidrasi semen Portland, akan menghasilkan kristal berukuran
relatif besar. Jika, Kapur bebas mempunyai kandungan lebih banyak kapur
daripada oksida silica alumina dan besi. Pada reaksi hidrasi, kapur bebas akan
membentuk senyawa Ca(OH)2 yang mempunyai volume lebih besar daripada
kapur bebas dan reaksinya berjalan sangat lambat sehingga menyebabkan
ekspensi semen (unsoundness) dan menimbulkan cracking. Hidrasi air kapur
menghasilkan kalsium hidroksida, Ca(OH)2 (Prodjosaantoso, 2010).
2.4 MSDS
2.4.1 Gliserin
Gliserin adalah cairan yang berwarna bening yang seringkali digunakan
untuk pembuatan makanan, obat-obatan, sabun dan lain sebagainya. Gliserin
memiliki sifat higroskopis. Berat molekul 92,09, dengan rumus C3H8O3, memiliki
gravitasi spesifik (air =1) 1,2613 pH netral. Gliserin yang paling banyak
digunakan, terdapat dalam bahan pembuatan sabun atau produk kecantikan
lainnya misalnya lotion. Gliserin apabila terkena kontak langsung dengan kulit,
langsung basuh air dingin dan sabun setidaknya 15 menit. Jika terjadi iritasi
langsung hubungi dokter. Apabila cairan ini terhirup langsung mencari udara
segar. Jika tidak bernafas, berikan nafas buatan. Apabila sulit bernafas berikan
oksigen. Lalu, langsung hubungi dokter (web.ark.chem.ac.jp).

2.4.2 Etanol
Etanol memiliki cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Memiliki densitas 0,7893 gr/ml, memiliki titik didih 78,4°C.
Merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik. Mudah menguap dan
mudah terbakar. Etanol ini sebuah produk yang bisa digunakan dalam metode
fermentasi. Cairan ini apabila terkena mata langsung bilas menyebabkan iritasi
mata. Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Jika tertelan menyebabkan pusing,
kantuk, dan perasaan muak.Hindarkan dari kulit dan pakaian, jangan menghirup
uapnya, wadah harus tertutup, gunakan ventilasi yang cukup, cuci tangan setelah
menangani bahan (www.labchem.com).

2.4.3 Stronsium nitrat anhidrat


Senyawa anorganik dengan rumus kimia Sr(NO3)2. Senyawa padat tak
berwarna ini digunakan sebagai pewarna (merah) dalam bidang piroteknik dan
juga sebagai oksidator. Stronsium biasanya terdapat dalam semen portland
sebagai unsur minor, dan franke yang mana kapur bebas dititrasi dengan larutan
encer asam perklorat tambahan 2 gram stronsium nitrat anhidrat (Sr(NO3)2), dan
atur pelarut. Apabila terkena mata langsung bilas dengan air. Apabila cairan ini
terhirup langsung mencari udara segar. Jika tidak bernafas, berikan nafas buatan.
Apabila sulit bernafas berikan oksigen. Lalu, langsung hubungi dokter.
(www.labchem.com)

2.4.4 Amonium asetat


Senyawa Ammonium asetat berbentuk zat padat putih yang berasal dari
hasil reaksi ammonia dan asam asetat. membentuk ion amonium bergantung pada
pH larutan. Jika pH rendah, kesetimbangan bergeser ke kanan: lebih banyak ion
amonium yang terbentuk. Jika pH tinggi (konsentrasi ion hidrogen rendah),
kesetimbangan bergeser ke kiri ion hidroksida menarik proton dari ion amonium,
menghasilkan amonia. Apabila terkena mata langsung bilas dengan air. Apabila
cairan ini terhirup langsung mencari udara segar. Jika tidak bernafas, berikan
nafas buatan. Apabila sulit bernafas berikan oksigen. Lalu, langsung hubungi
dokter (www.labchem.com).

2.4.5 NaOH
NaOH merupakan senyawa yang cukup berbahaya karena bersifat korosif
sehingga tidak cocok sebagai bahan makanan, NaOH di rekomendasi kan hanya
penggunaan untuk Lab Kimia. Apabila kulit terkena bahaya maka segera basuh
dengan air. Apabila terkena mata langsung bilas dengan air. Apabila cairan ini
terhirup langsung mencari udara segar. Jika tidak bernafas, berikan nafas buatan.
Apabila sulit bernafas berikan oksigen. Lalu, langsung hubungi dokter
(www.labchem.com).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Pipet tetes 1 Buah
2. Buret 1 Buah
3. Neraca Analitik 1 Buah
4. Hot Plate 1 Buah
5. Kaca Arloji 1 Buah
6. Statif 1 Buah
7. Erlenmeyer 250 ml 1 Buah
8. Magnetic stirer 1 Buah
9. Gelas ukur 1 Buah

3.1.2 Bahan
Berikut bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini:
1. Gliserin-Etanol 60 ml
2. Stronsium nitrat anhidrat 2 gram
3. NaOH 3 butir
4. Bubuk semen 1 gram
5. Indikator PP 17 tetes
6. Amonia asetat 20 gram

3.2 Cara Kerja


Berikut cara kerja yang akan dilakukan saat percobaan
1. Melarutkan 60 ml gliserin dan etanol ditempatkan di dalam erlenmayer
2. Menambahkan 2 gr Stronsium nitrat anhidrat
3. Menambahkan tetesan NaOH encer dan segar dalam etanol hingga warna
sedikit merah muda
4. Menimbang 1 gram Amonia asetat dan KOH
5. Masukkan kedalam erlenmeyer diatas hot plate
6. Memanaskan bahan tersebut selama 30 menit dengan suhu 120° dan stire 5
7. Menitrasi larutan dengan amonium asetat hingga tidak berwarna
8. Menghitung prosentase kalsium oksida dengan rumus :
%CaO bebas = EV x 100.........................................(1)
Keterangan : E = Kesetaraan CaO terhadap amonium asetat
V= Volume amonium asetat
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Analisis Data


Berikut ini hasil data dari praktikum free lime
No. Perlakuan Pengamatan

1. -Memberi pelarut gliserin-


etanol sebanyak 60 ml yang
ditempatkan di dalam
erlenmeyer

2. - Menambahakan 2 gram
stronsium nitrat anhidrat ke
dalam erlenmeyer

3. - Menambahkan tetes demi


tetes NaOH encer dan segar
dalam etanol hingga warna
berubah menjadi sedikit merah
muda

-Menambahkan indikator PP
sebanyak 17 tetes,sehingga
warna dapat berubah menjadi
sedikit merah muda

4
Menimbang 1 gram padatan
.
contoh dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer
-Menimbang semen di neraca
analitik sebanyak 1
gram,selanjutnya setelah
ditimbang dimasukkan
kedalam erlenmeyer

5
-Meletakkan erlenmeyer diatas
.
stirer plate

-Meletakkan erlenmeyer yang


sudah berisi semen dan bahan
lainnya diatas stirer
plate.Dipanaskan sekitar 120
an dan di stire menjadi 5

-Menitrasi larutan dengan


6
amonium asetat hingga tidak
.
bewarna

-Menitrasi larutan yang sudah


di stire dengan amonium
asetat menggunakan
buret,yang awalnya 35,5
menjadi 37.Dan hingga
warnanya berubah tidak
menjadi sedikit merah muda
lagi.
4.2 Perhitungan
Berikut hasil perhitungan pada praktikum free lime:

%CaO bebas = EV x 100


= 0,0059 x 15 x 100
= 0,885
Keterangan: E = kesetaraan CaO terhadap amonium asetat
V = Volume amonium asetat

4.3 Pembahasan
Pada praktikum ini menggunakan metode volumetri, dengan menghitung
massa semen dari jenis OPC. Percobaan pertama yang dilakukan mengambil
sampel semen dengan massa 1 gram. Ditimbang terlebih dahulu menggunakan
neraca analitik. Kemudian, menambahkan larutan gliserin-etanol sebanyak 60 ml.
Larutan ini digunakan untuk melarutkan kapur bebas yang terkandung pada
semen. Lalu, ditambahkan 2 gram stronsium nitrat anhidrat pada erlenmeyer
menambahkan NaOH dan indikator PP sebanyak 17 tetes. Untuk penambahan
indikator PP ini agar mengetahui sifat basa yang ada di larutan tersebut dan
merubah warna menjadi merah muda.
Kemudian, hotplate dipanaskan sekitar 120° dan distare sekitar 5 dan ditunggu
sampai panas. Menggunakan suhu 120° karena air itu titik didih optimalnya 100°.
Jadi, suhu ini dapat melarutkan partikel-partikel yang ada dalam larutan yang
dicampur semen tadi. Setelah itu, melakukan titrasi menggunakan larutan
amonium asetat hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi bening
atau tidak berwarna. Penitrasi dihentikan ketika larutan tersebut menunjukkan ada
cincin putih atau warna putih dipermukaan larutan. Setelah itu mencuci dan
mengeringkan alat laboratorium yang telah digunakan ketikan praktikum.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat mengetahui kandungan
kapur bebas (Free Lime) dalam contoh semen dengan menitrasi larutan semen
dengan amonium asetat sampai terjadi perubahan warna putih keabu-abuan. Dapat
disimpulkan apabila didalam semen terlalu banyak mengandung kapur bebas
berakibat semen tidak kuat dan rapuh. Adanya kapur bebas didalam semen akan
menjadikan ketidakstabilan pada proses pengerasan pasta semen.
TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan pengertian dari free lime !

Free lime merupakan kapur(CaO) komponen paling penting di semua jenis semen,
dan sebagian besar berasal dari kalsium karbonat (CaCO3). Kadar free lime yang
tinggi membuat beton memiliki kekuatan tekanan yang rendah akibat adanya
ekspansi kapur bebas.Membentuk gel yang akan mengembang (swelling) dalam
keadaan basah dapat menimbulkan adanya keretakan pada beton

2.Berapa kadar maksimal free lime pada semen?Bagaimana dampaknya jika


semen kurang atau berlebih kadar free limenya?

Sebagian besar semen modern mempunyai kandungan kapur yang tinggi,


dan biasanya melampaui 65%. Apabila semen kurang free lime tidak akan terjadi
pengerasan yang maksimal. Apabila semen berlebih dengan bahan free lime akan
terjadi pengerasan pada semen dan akan merusak kualitas produk semen tersebut.

3.Metode apa yang digunakan pada pengujian free lime pada semen?

Menghitung massa semen dari jenis OPC. Percobaan pertama yang dilakukan
mengambil sampel semen dengan massa 1 gram. Ditimbang terlebih dahulu
menggunakan neraca analitik. Kemudian, menambahkan larutan gliserin-etanol
sebanyak 60 ml. Larutan ini digunakan untuk melarutkan kapur bebas yang
terkandung pada semen. Lalu, ditambahkan 2 gram stronsium nitrat anhidrat pada
erlenmeyer menambahkan NaOH dan indikator PP sebanyak 17 tetes. Untuk
penambahan indikator PP ini agar mengetahui sifat basa yang ada di larutan
tersebut dan merubah warna menjadi merah muda. Kemudian, hotplate
dipanaskan sekitar 120° dan distare sekitar 5 dan ditunggu sampai panas. Lalu

4. Mengapa larutan perlu berubah warna menjadi merah muda ketika penambahan
NaOH?
Karena saat menitrasi larutan yang sudah ditambahkan oleh indikator PP akan
mengetahui sifat asam atau basa dari larutan tersebut. Karena kepekatan warna
merah muda menunjukkan basa kuat atau basa lemah yang terkandung di larutan
itu.

5.Apa perbedaan dari titran dan titrat?jelaskan aplikasinya pada praktikum free
lime ini!

Titran adalah larutan standar atau baku yang sudah diketahui konsentrasinya dan
ditempatkan dalam buret. (Larutan amonium asetat yang di titrasi dengan
campuran zat yang ada di dalam erlenmeyer yang telah di letakkan diatas hot plate
selama 30 menit) sedangkan, titrat adalah larutan yang akan ditentukan atau
dihitung konsentrasinya dan ditempatkan dalam labu erlenmeyer. (Pelarut
gliserin-etanol sebanyak 60 mL dan dicampur dengan stronsium nitrat anhidrat
sebanyak 2 gram, lalu NaOH sebanyak 3 butir yang dicampur dengan aquades
dan ditambahkan indikator PP sebanyak 17 tetes, dan menambahkan semen
sebanyak 1 gram).

DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2017. Analisis Semen Portland. Dalam e-jurnal. Hal 18 (13 November
2019).

Laboratorium Kimia. 2018. Material Safety Data Sheet Chemical. Dalam website
www. Labchem.com. Hal 1 ( 13 November 2019).

Romli, Ate. 2010. Pemanfaatan fly ash batu bara untuk pembuatan semen portland
pozzolan. Surabaya: Perpustakaan ITS. Hal 13 (13 November 2019).
PT. Dua Kuda Indonesia. 2017. Material Safety Data Sheet Glycerin. Dalam
website ark.chem.co.jp (14 November 2019).

Prodjosaantoso, A.K. 2010. Semen Rekayasa Kimia Anorganik. Yogyakarta:


Kanisius. Hal 19 (13 November 2019)

Priambodo Sefri, Ikhsan. 2016. Pengaruh Penambaha Fly. Dalam Universitas


Muhammadiyah Purwokerto.
LAMPIRAN

SKEMA KERJA

FREE LIME
se

Ditambahkan dengan 60 mL pelarut gliserin-etanol yang


ditempatkan di dalam erlenmeyer

Ditambahkan 2 gram stronsium nitrat anhidrat kedalam


erlenmeyer

Ditambahkan tetes demi tetes NaOH yang encer dan segar


kedalam larutan,hingga warnanya berubah menjadi sedikit merah
muda

Ditambahkan 1 gram padatan contoh dan dimasukkan kedalam


erlenmeyer

Ditempatkan erlenmeyer diatas hot plate dengan memasukkan


5stirer

Dipanaskan dengan suhu 120 ° selama 30 menit

Dititrasi dengan amonium asetat hingga tidak bewarna

Dihitung prosentase kalsium oksida

HASIL
TIME SCHEDULE

Time Real Time Keterangan Pj


13.00-13.15 13.10-13.15 Briefing awal Aslab
13.15-13.20 Meminjam alat laboratorium untuk Chacha
13.15-13.20
praktikum
13.20-13.25 Memeriksa alat laboratorium dan Haris
13.20-13.22
mencatat keadaan alat tersebut
13.25-13.30 Menimbang semen dengan neraca Sasa
13.22-13.30
analitik
13.30-13.40 13.30-13.35 Mencatat hasil dari percobaan Chacha
13.35-13.40 Mengambil larutan gliserin-etanol Haris
13.40-13.50 60 ml dan 2 gram stronsium nitrat
anhidrat
13.40-13.42 Menyalakan hotplate dengan suhu Haris
13.50-14.00
120° dan 5 stir
13.42-13.45 Memasukkan stronsium nitrat Sasa
14.00-14.10
anhidrat ke dalam erlenmeyer
13.45-13.50 Memasukkan semen dan magnetic Chacha
14.10-14.15
stir
14.15-14.20 13.50-13.55 Mengambil amonium asetat 20 ml Haris
13.55-14.00 Memasukkan amonium asetat ke Chacha
14.20-14.25
dalam buret
14.00-14.30 Memanaskan larutan semen diatas Sasa
14.25-14.55
hotplate
Aslab,
Chacha.
14.55-15.10 14.30-15.00
Melakukan post test Haris,
Sasa
15.00- 15.15 Menitrasi larutan semen dengan Haris
15.10-15.20
amonium asetat
15.20-16.00 15.15-15.55 Evaluasi dan absen Aslab

Anda mungkin juga menyukai