Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN LENGKAP

KIMIA ANALISIS KUANTITATIF


“Penetuan Kadar Air Hablur”

Oleh :

NADYA SHAFIRA
19TKM379
II A

TEKNIK KIMIA MINERAL


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
2019/2020
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUANTITATIF

NAMA : NADYA SHAFIRA TGL MULAI : 20 OKTOBER 2020

NIM / TINGKAT : 19TKM379 / 2A TGL SELESAI : 20 OKTOBER 2020

PENENTUAN KADAR AIR HABLUR

A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar air hablur dalam suatu sampel Na2S2O3
B. Prinsip Percobaan
Ditimbang sampel kurang lebih satu gram, kemudian diuapkan di dalam
tanur dengan suhu 100℃-105℃ selama satu jam, lalu ditimbang hingga
bobot tetap.
C. Landasan Teori
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu
unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis
gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa mumi
stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat dit imbang
dengan teliti Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat
atom-atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau
senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode
penengedapan, metode penguapan, metode eleoktroanalisis atau berbagai
macam metode lainnya. Pada prakteknya, dua metode pertama yang
penting. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama. Adanya
pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi
dapat digunakan (Rusdiman, 2010).
Analisis gravimetri merupakan salah satu bagian dari kimia analitik.
Langkah pengukuran pada cara gravimetri adalah pengukuran berat, analit
secara fisik dipisakan dari semua komponen lainnya maupun dari
solvennya. Pengendapan merupakan teknik yang secara luas digunakan
untuk memisahkan analit dari gangguan-gangguan (Uderwood, 1993).
Dalam gravimetri, endapan yang diinginkan adalah endapan hablur
kasar, karena endapan seperti ini mudah disaring dan dicuci, selain itu luas
permukaan endapan hablur kasar lebih kecil daripada luas permukaan
endapan hablur halus, sehingga endapan hablur kasar tersebut, ada suatu
ukuranyang sangat penting diperhatikan dalam proses pengendapan yakni
kelewat jenuhan nisbi (Rivai, 1995).
Senyawa atau zat padat yang tidak mengandung atau mengikat air
disebut anhidrat. Sedangkan senyawa yang mengandung atau mengikat
molekul air secara kimia sebagai bagian dari kisi kristalnya disebut
senyawa hidrat. Molekul air yang terikat dalam hidrat tersebut disebut
dengan air hidrat. Senyawa hidrat disebut juga senyawa kristal karena
mengandung molekul air yang mempunyai ikatan hidrogen. Molekul air
terikat secara kimia dalam senyawa sehingga molekul air babgian dari kisi
kristal. Senyawa hidrat dapat mengikat satu sampai dua puluh molekul air.
Melalui proses pemanasan, senyawa hidrat atau garam hidrat bisa terurai
menjadi senyawa anhidrat atau garam anhidrat dan uap air. Artinya
molekul air (air hidrat) terlepas dari ikatan di mana kehilangan air dari
hidrat ini terjadi dalam beberapa tahap membentuk suatu rangkaian juga
dengan struktur kristal yang teratur dan mengandung air lebih sedikit. Air
hidrat sering terlepas dari ikatannya karena pemanasan (Cotton, 1989).
Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H 2O)
dengan rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada
dasarnya penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air
kristal (H2O) atau nilai x.
Keasaman katalis ditentukan dengan metode gravimetri dengan
menghitung daya adsorpsi katalis terhadap basa, dalam penelitian ini basa
yang digunakan adalah amonia. Dengan metode ini dapat diukur jumlah
gas yang teradsorpsi pada permukaan katalis. Nilai keasaman yang
diperoleh dengan cara ini biasanya bukanlah nilai mutlak, karena sifat
adsorbsi permukaan padatan katalis terhadap basa gas tersebut sangat
tergantung pada kondisi percobaan (Pandiangan, et al., 2008).
Metode langsung secara gravimetri memiliki akurasi yang sangat tinggi
namun membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat besar. Kebutuhan
akan metode yang cepat dalam memonitori fraktuasi kadar air tanah
dilapangan menjadi sangat mendesak sebagai jawaban atas tingginya
waktu dan tenaga yang dibutuhkan oleh analisis gravimetri (Hermawan,
2005).
Metode gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada
stoikiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan
persamaan:
aA + pP AaPp
dimana "a" adalah koefisien reaksi setara dari tekanan analit (A) dan "p"
adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan aApP
adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut
(mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses
pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengendap P umumnya
dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna
(Chadjah, 2012).
Menurut Chadijah (2012). Agar penetapan kuantitas analit dalam
metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai sebenarnya harus
dipenuhi dua kriteria berikut:
1. Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya
berlangsung sempurna.
2. Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya
dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi tidak bercampur dengan
zat pengotor.
Dasar yang paling penting dalam analisis gravimetri adalah bahan
yang akan ditetapkan endapannya dari suatu larutan dalam bentuk yang
sulit larut, sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti bila endapan
dipisahkan dengan penyaringan dan ditimbang (Bessett, dkk., 1994: 472).
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan
proses pemisahannya, misalnya Ag diendapakan sebagai AgCI,
dikeringkan pada suhu 130°C kemudian ditimbang sebagai AgCl,
kemudian dibakar dan ditimbang. Pertama, aspek yang perlu diperhatikan
pada metode tersebut adalah endapannya mempunyai kelarutan yang kecil
sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi. Kedua, secara fisik endapan
sedemikianrupa, sehingga mudah dipisahkan dari Iarutannya dengan
filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya
cukup besar serta endapat dapat dubah menjadi zat murni dengan
komposisi kmia tertentu (Rusdiman, 2010).
Endapan dalam analisis gravimetri biasanya dikumpulkan dengan
penyaringan cairan induknya melalui kertas saring atau alat peyaring dari
kaca mesir. Kertas saring ini dibuat dari selulosa yang sangat mumi,
sehingga jika dibakar hanya meninggalkan sisa abu yang sangat sedikit.
Lazimnya kertas saring itu dibagi atas tiga klompok yaitu kertas saring
berpori besar, sedang dan kecil. Pemilihan kertas saring itu tergantung
pada sifat endapan yang akan disaring. Sebaliknya, alat penyaring dari
kaca mesir digunakan bila endapan yang disaring tidak akan dipjarkan
setelah penyaringan. tetapi hanya dikeringkan saja. Selain dengan
penyaringan endapan dapat pula dipisahkan dengan cara pengendap
tuangkan (Chadijah, 2012).
Proses pemisahan endapan akan tertinggal sebagai sisa-sisa cairan
induk dan kotoran dalam suatu larutan yang kemudian disaring. Pencucian
akan berhasil jika dilakukan berulang-ulang dengan pemakaian sedikit
demi sedikit cairan pencuci. Pencucian dilanjutkan terus sampai ion
pengotor telah hilang sama sekali. Hilangnya ion pengotor ditandai dengan
hasil negatif pada pengujian cairan pencuci dengan pereaksi yang cocok
(Chadijah, 2012).

D. Metode Percobaan
1. Alat
a. Cawan Penguap
b. Kompor
c. Desikator
d. Neraca Analitik
e. Kawat Kasa
f. Gegep Besi
g. Tanur
h. Spatula
2. Bahan
a. Na2S2O3
3. Prosedur Percobaan
a. Preparasi Alat
1) Dipanaskan cawan penguap di atas kompor selama 10 menit.
2) Didinginkan di dalam desikator.
3) Ditimbang sebagai bobot cawan kosong.
b. Preparasi Bahan
1) Ditimbang 1,025 g Na2S2O3.
2) Dipanaskan di atas kompor selama 10 menit.
3) Dimasukkan dalam tanur, diuapkan pada suhu 100℃-105℃
selama satu jam.
4) Didinginkan di dalam eksikator.
5) Ditimbang hingga bobot tetap.
E. Data Pengamatan
1. Bobot cawan kosong = 32,5030 g
2. Bobot sampel awal = 1,025 g
3. Bobot sampel setelah dipijarkan + cawan = 33,153 g
4. Bobot sampel akhir = 0,65 g
5. Bobot air lepas = 0,375 g
F. Reaksi
Na2S2O3⋅xH2O → Na2S2O3 + xH2O
G. Perhitungan
mol Na2S2O3⋅xH2O = mol Na2S2O3

1,025 𝑔 0,65 𝑔
𝑔 = 𝑔
158+18𝑥 ⁄𝑚𝑜𝑙 158 ⁄𝑚𝑜𝑙
(158 + 18x) 0,65 = 1,025 × 158
102,7 + 11,7x = 161,95
11,7x = 59,25
x = 5,0641
x=5
H. Pembahasan
Percobaan kali ini ialah percobaan untuk menentukan air kristal pada
Na2S2O3 dengan cara memanaskan Na2S2O3 hingga semua air kristalnya
menguap. Lalu dilakukanlah penimbangan hingga bobot tetap.
Pada data pengamatan bobot sampel awal sebelum dipajarkan ialah
1,025 g dan setelah dilakukan pemijaran bobot sampel berkurang menjadi
0,65 g. Hal ini dapat terjadi karena ketika sampel dipijarkan di dalam tanur
pada suhu 100℃-105℃ semua partikel air pada sampel akan menguap,
sehingga sampel mengalami pengurangan bobot.

I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh bahwa nilai
kadar air hablur pada sampel Na2S2O3 adalah 5,0641 dan dibulatkan
menjadi 5.

Makassar, 20 Oktober 2020

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKAN

FITRI JUNIANTI, S.SI,MT NADYA SHAFIRA


DAFTAR PUSTAKA
Besset J. dkk. 1994. Vogel’s Textbook of Quarantine Inorganic Analysis Including
Elementery Instrumental Analysis. Terj. Handayana Pudjaatmaka dan L.
Setiono. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Chadijah, S. 2012. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar : Universitas Alauddin.

Hermawan, Bandi. 2005. Monitoring Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran Sifat
Dielektrik pada Lahan Jagung. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol.7.
No.1.

Pandiangan, D.K., Irwan, G.D., dkk, 2008. Karakteristik Keasaman Katalis


Berbasis Silika Sekam Padi Yang Diperoleh Dengan Teknik Sol-Gel. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi-II.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Niversitas Indonesia Press : Jakarta.

Rusdiman. 2010. Kimia Dasar Analitik. Makassar : AIGI.

Underwood, A.L, Day, R.A. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Cotton, F. Albert. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai