FG
contoh Berat
Ag BA
FG
Beberapa Contoh Faktor Gravimetri
Bahan yang ditimbang
Komponen yang dicari
(analit)
Faktor Gravimetri Nilai
AgCl Ag
AgCl
Ag
0,7527
AgCl Cl
AgCl
Cl
0,2474
20
BaSO4 Ba
4
BaSO
Ba
0,5885
BaSO4 SO4
4
4
BaSO
SO
0,4115
Fe2O3 Fe
3 2
O Fe
Fe
0,6994
Fe2O3 FeO
3 2
O Fe
FeO
0,8998
Mg2P2O7 MgO
7 2 2
O P Mg
MgO
0,3623
Mg2P2O7 P2O5
7 2 2
5 2
O P Mg
O P
0,6337
Contoh Soal :
Suatu campuran NaCl (58,44) dan Na2SO4 akan ditetapkan kadar NaCl nya
dengan pengendapan menggunakan AgNO3. Bila dari 0,9532 g campuran diperoleh
0,7033 g endapan AgCl (143,32). Berapa % NaCl terdapat dalam campuran tersebut ?
Jawab :
7527 . 0 FG
contoh Berat
NaCl
% 100 % x
contoh Berat
komponen Berat
NaCl
% 100
953 . 0
7033 . 0 7527 . 0
% x
x
NaCl
% 54 . 55 % NaCl
METODE PENYARINGAN
Dengan cara ini komponen zat uji disaring dengan pelarut spesifik. Sari yang
diperoleh kemudian diuapkan hingga bobot tetap. Cara ini cocok apabila teknik isolasi
sederhana, konsentrasi zat aktif cukup tinggi dan zat aktif yang diperoleh harus murni atau
mdah dimurnikan. Contoh penetapan dengan cara ini antara lain penetapan alkaloid atau
21
zat aktif dari sediaan farmasi preparat galenik, misalnya penetapan kadar Colchicine,
Luminal, Natrium.
METODE ELEKTROGRAVIMETRI
Metode elektrogravimetri sebenarnya merupakan analisis kuantitatif modern /
instrumental. Pada metode elektrogravimetri ini dilakukan secara elektrolisis dengan
mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam
bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrikdengan besar tertentu dalam waktu tertentu
maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0. Endapan
yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan bobotnya. Cara
elektrogravimetridigunakan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut
cukup besar seperti air limbah.
Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada
elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat terhindar dari
peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
a. Hukum Faraday I
Hukum Faraday I menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang terendap
atau terbebas pada elektroda dengan banyaknya listrik yang diperlukan pada
proses tersebut.
W= Jumlah zat terendap (gram)
i = Kuat arus (Ampere)
t= waktu (detik)
Ar = Massa relatif atom (gram/mol)
F = Bilangan Faraday (96.500 Coulomb)
Z = Besar muatan Ion
22
a. Hukum Faraday II
Banyaknya zat terendap atau terpisahkan dari masing-masing elektroda
yang disebabkan oleh listrik yang sama banyaknya dan mengalir dalam seri
larutan adalah sebanding dengan berat ekivalen kimianya.
Hukum Faraday II menyatakan hubungan antara banyaknya zat terendap
atau terbebaskan pada elektrolisis bertahap dalam seri larutan.
Metoda ini didasarkan atas pelapisan zat pada sebuah elektroda melalui proses
elektrolisa. Berat lapisan yang merupakan komponen zat uji yang ditetapkan adalah selisih
dari penimbangan elektroda (kering) sebelum dan setelah elektrolisa.
Dari keempat metode tersebut di atas, metode pengendapan merupakan metode
yang paling banyak dipakai.
Kriteria untuk Pemilihan Pereaksi Organik
Berbagai hal harus diperhitungkan dalam memilih pereaksi organic untuk
pembentukan khelat. Zat tersebut harus selektif, misalnya penggunaan dimetilglioksim
atau 1-nitroso-2-naftol untuk pengendapan Ni atau Co, cupferron untuk besi ,asam
kuinaldat untuk Cu, asam mandelat untuk Z,atau N-fenil N-benzoilhidroksilamin untuk
logam niobium dan antalum. Karena endapan organic tidak terionisasi, endapan tersebut
tidak mengandung pengotor kopresipiasi dan endapan ionik lainnya , seperti Mg oksin
,Mg(OX)2 tidak mengandung kopresesipitasi Na,K seperti pada endapan Mg(NH4)PO4
dan Mg2P2O7.sedikit logam menghasilkan banyak sekali endapan ,seperti Cu-asam
kuinaldat, hanya mengandung 14,94% Cu. Karenaitu endapannya ringan dan besar serta
dapat dikerjakan pada tingkat mikrodan semi mikro. Pereaksi organic dapat dimodifikasi
dengan menambahkan rantai atau cincin aromatic.
Cupferron(l) dan neocupferron (ll) adalah contohnya. Endapan dapat dilarutkan
dalam suasana asam dan reagen yang dibebaskan dapat dititrasi dengan titrasi redoks,
misalkan logam-logamoksin dilarutkan dalam asam seperti H2SO4 kemudian dilakukan
titrasi dengan larutan KBrO3 Beberpa pereaksi membentuk kompleks berwarna yang
mudah dilihat denganuji bercak dan juga bermanfaatpada analisis kalorimeter. Karena sifat
ikatan kovalen pada komleks logam dengan pereaksi organic sangt kuat, maka kompleks
23
tersebut mudah larut dalam pelarut nonpolar. Teknik ini digunakan pada pereaksi pelarut
tersebut. Seperti kompleks Fe (lll) cupferron yang larut dalam eter, sehingga dapat dapat
dipisahkan dari logam logam lainnya. Khelat umumnya anhidrat sehingga endapan
mudah dikeringkan. Ini dipercepat dengan mencuci endapan dengan alcohol , bukan
dengan aseton karena endapan tersebut akan larut di dalamnya. Khelat tersebut dapat
dikeringkan pada temperature (105-110) C , karena sifat hidrofobinya. Kecilnya kelarutan
dari pereaksi dalam air merupakan hal yang merugikan, oleh karena itu alcohol atau asam
asetat (CH3COOH) digunakan sebagai pelarut, tetapi akibatnya kita tidak dapat
mengetahui berapa jauh pereaksi harus ditambahkan hingga berlebih. Hal lain adalah
sulitnya mendapatkan pereaksi organik yang murni. Isomerasi keto-enol dapat
menyebapkan kesalahan dalam analisis kalorimeter kecuali bila kondisi secara seksama
dikendalikan, misalny dengan penambahan dithozone .
Beberapa Endapan Organik yang Penting
Beberapa pereaksi organic yang sering digunakan pada analisis grafimetri,
misalnya:
(I) Dimetilglikosim untuk nikel.pereaksi berlebih harus dihindari untuk
menghindarkan pembentukan endapan pereaksi nya sendiri. Sitrat dan
tartarat digunakan sebagai pereaksi pelindung
(II) Cupferron untuk Fe(lll)dan Cu. Hal ini bermanfaat dalam kondisi asam
,larutan dingin dan endapannya dibakar kemudian ditimbang
(III) Pereaksi 8-hidroksikuinolin(untukMg) adalah ditambahkan pada keadaan
(suasana )dingin dan endapannya dicuci dengan air hangat. Endapan
kemudian dilarutkan dalam asam dan dititrasi.
(IV) Pereaksi salisildioksim (untuk Cu). Asam tartarat digunakan sebagai masking
agent. Komleks tersebut larut dalam alcohol tetapi tidak stabil jika lebih dari
73 hari ditimbang sebagai Cu-salisildioksim
(V) 1-nitroso-2-naftol(untuklogam Co) digunakan pada keadaan asam. Kompleks
tersebut dibakar dan ditimbang sebagai Co3O4. Pereaksina dibua dalam
asam asetat glasial dan air destilasi
(VI) Asam kuinaldat(untuk Cu). Metode ini sensitive dengan menggunakan
pereaksi pengompleks. Pada kompleks hanya dikandung 15%Cu.
24
(VII) Asam mandelat digunakan (untuk Zr). Endapan dibakar dan oksidanya
ditimbang
(VIII) Asam antranilat digunakan pada beberapa logam (untuk Cu) biasanya sering
digunakan garam natrium.
Langkah Langkah Analisis Gravimetri
1. Sampling
Sampling/pengambilan sampel adalah teknik atau cara memilih sebuah sampel
yang dapat mewakili (representatif) bahan yang akan dianalisis. Sampel yang diambil dari
lapangan atau yang diterima di laboratorium dapat berbentuk cair (air, limbah), serbuk
(tepung, tulang, garan dapur), gumpalan (batu kapur) atau lempengan (logam).
Sampel yang berbentuk gumpalan ditumbuk, digerus menggunakan lumping
porselen, baja atau agate, tergantung pada kekerasan sampel atau dapat juga digunakan
mesin penggiling.Sampel yang berbentuk lempengan logam biasanya dibor pada tempat-
tempat tertentu.Serbuk hasil penumbukan, penggilingan atau pemboran kemudian
dikumpulkan.Apabila cuplikan yang diterima banyak, maka jumlahnya harus dikurangi agar
dalam penimbangan diperoleh sampel yang mewakili (representatif).
Salah satu cara sampling adalah mengkuarter yang dilakukan dengan cara:
a. Dihamparkan cuplikan di atas kertas atau lempengan plastic secara merata hingga
ketebalan 2-3 cm.
b. Dibuat diagonal dari sudut-sudutnya sehingga terdapat 4 buah segitiga.
c. Diambil 2 segitiga yag berhadapan, sedangkan 2 segitiga yang lain disimpan.
d. Cuplikan/sampel yang berasal dari 2 segitiga pertama diaduk lagi sampai rata,
kemudian diulangi pekerjaan a. sampai d. hingga didapatkan cuplikan/sampel
yang jumlahnya 50-100 gram.
e. Sampel ini disimpan dalam botol bersih dan kering yang sudah diberi etiket, dan
sudah siap untuk ditimbang.
2. Penimbangan sampel
Sampel yang sudahdikuarter dapat langsung ditimbang.Penimbangan sampel
dilakukan menggunakan botol timbang (untuk sampel yang mudah menarik air atau
menyublim) atau kaca arloji bila sampel cukup stabil. (menimbang sampel menggunakan
kertas saring tanpa dialasi kaca arloji akan menyebabkan korosi akibat sampel yang
25
tercecer atau menempel pada pinggan timbangan). Untuk menimbang contoh dipakai
neraca analatik dengan ketelitian 4 desimal dalam gram (0,0001 gram).
Apabila sampel sukar larut dalam air/sukar dilepaskan dari tempat menimbang,
maka dipakai cara penimbangan kembali dengan cara:
a. Ditimbang bobot botol timbang/kaca arloji ( a gram).
b. Dibubuhi sampel yang akan ditimbang sejumlah yang diperlukan dengan
dilebihkan sedikit, ditimbang dengan teliti (b gram).
c. Dimasukkan sampel (b ram) ke dalam gelas piala (jangan dibilas!), kemudian botol
timbang/kaca arloji ditimbang kembali (c gram).
d. Bobot sampel adalah bobot b bobot c (gram).
3. Pelarutan
Aturan kelarutan yang harus diketahui sebelum melakukan proses pengendapan :
1. Garam-garam alkali larut dalam air
2. Garam-garam ammonium larut dalam air
3. Garam-garam yang mengandung anion-anion: NO3
-
, ClO3
-
, ClO4
-
dan C2H3O2
-
larut dalam air
4. Seluruh klorida, bromida dan iodida larut dalam air kecuali sebagai garam Ag, Pb,
dan Hg.
5. Seluruh garam sulfat larut dalam air kecuali Pb, Sr, Ba, dan untuk Ca, Ag, sedikit
larut.
6. Seluruh logam oksida tidak larut dalam air, kecuali logam alkali, Ca, Sr, Ba.
CaO + H2O Ca
2+
+ 2OH
-
7. Seluruh hidroksida tidak larut dalam air kecuali logam alkali, Ba, Sr, dan Ca(OH)2
sedikit larut.
8. Seluruh karbonat, fosfat, sulfida, dan sulfit tidak larut dalam air kecuali: NH4
+
dan
logam alkali sedikit larut.
Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam piala gelas menggunakan
sebuah pengaduk.Sampel yang tersisa dalam botol timbang/kaca arloji disemprot dengan
air suling.Bila sampel mudah larut dalam air, penambahan air pembilas cukup 100-150 ml
atau seperti yang tertulis dalam instruksi.Untuk sampel yang sukar larut dalam air dibubuhi
asam sesuai kebutuhan untuk melarutkan sampel tersebut.Karbonat dan fosfat dilarutkan
dengan HCl (1:1).Besi, seng dan logam-logam yang kurang mulia dilarutkan menggunakan
26
HNO3 (1:1).Untuk logam setengah mulia atau mulia dipakai aqua regia (campuran HNO3
dan HCl pekat 1:1).Untuk silikat harus dilebur dengan soda atau HF. Sewaktu melarutkan
asam setngah pekat, helas piala ditutup kaca arloji, setelah selesai kaca arloji dibilas air
suling agar jumlah analat tidak berkurang.
4. Pengaturan kondisi larutan
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi bentuk dan terjadinya endapan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, diantaranya suhu dan pH atau keasaman.
a. Suhu, kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, suatu endapan terbentuk apabila
hasil kali kelarutannya (ksp) terlampaui. Pada umumnya, pengendapan dilakukan
dalam keadaan panas, misalnya BaSO4, Cu(OH)2 dan Fe(OH)3, akan tetapi
NH4MgPO4 harus dalam keadaan dingin (menggunakan es).
b. Keasaman/pH, keasaman sangat berpengaruh pada terbentuknya suatu endapan
atau tidak. Larutan garam yang berasal dari basa lemah dapat dihidrolisis dan
terendap sebagai hidroksida. Agar logam tidak terendap sebagai hidroksidanya
dapat dilakukan pengaturan pH agar hanya hidroksida yang diinginkan yang
mengendap, sedangkan yang lain tetap larut. Selain hidroksida, pengendapan
garam asam lemah juga dipengaruhi pH. Misalnya oksalat yang diendapkan
sebagai CaC2O4 pada pH 4, sedangkan karbonat sebagai CaCO3 diendapkan
pada pH 9,6.
5. Pengendapan ( penambahan reagen pengendap)
Pada tahap pengendapan, dilakukan penguraian senyawa sampel menjadi
senyawa baru yang berbentuk endapan agar dapat dipisahkan.Penambahan pereaksi
pengendap dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang
diinginkan. Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analat dengan suatu pereaksi, biasanya
berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendap dapat berupa senyawa
anorganik maupun organik.
b. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analat dielektrolisa), sehingga terjadi logam
sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan.
Jenis JenisEndapan
a. Endapan koloid
27
NaCl akan mengendapkan analat dan endapan AgCl merupakan endapan koloid
(amorf).
b. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karena mudah disaring
dan dibersihkan.
c. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Coprecipitation). Sumber-sumber
Coprepicitation adalah absorbi permukaan dan pembentukan campuran kristal.
d. Endapan homogen (homogenous precipitation): Endapan homogen adalah cara
pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengendap tidak dalam
bentuk jadi melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat menghasilkan pengendap
tersebut. Contoh: homogenos prepicitation tidak digunakan etil oksalat (C2H5O)C2O
yang tidak dapat mengion menjadi C2O4
2-
tetapi harus terhidrolisa sebagai berikut:
(C2H5O)2C2O4 + 2H2O 2C2H5OH + H2C2O4
6. Aging (digestion)
Digestion/aging adalah proses membiarkan endapan terndam dalam larutan
induknya dalam waktu lama untuk menghasilkan endapan yang sempurna ada juga yang
menggunakan istilah ripening/pemeraman. Selama prose situ, pengendapan dan
penggumpalan mencapai kesetimbangan dan dihasilkan kristal-kristal lebih kasar dan lebih
murni/sempurna.Digestion hanya efektif untuk kotoran yang teradsorpsi dan teroklusi.
Sedangkan utnuk kotoran karena pengendapan susulan justru bertambah karena
digestion. Digestion dapat dilakukan dengan atau tanpa memanaskan larutan (tidak boleh
sampai mendidih).
7. Penyaringan endapan
Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat
disaring.Alat untuk menyaring dapat digunakan kertas saring, asbes, cawan kaca masir,
atau corong Buchner.Kelemahan menggunakan kertas saring tidak inert (dapat rusak oleh
basa dan asam pekat, oksidator mengakibatkan kertas saring bocor), kekuatan
mekanisnya kurang (dapat sobek), dapat mengadsorpsi bahan-bahan dari kotoran yang
disaring, dan untuk gravimetri perlu dibakar habis.Tetapi, kertas saring pun mempunyai
keunggulan iatu murah, mudah diperoleh, efisiensi penyaringan tinggi yang disebabkan
oleh permukaan yang luas dan perbandingan luas/pori-pori terhadap luas permukaan
28
seluruhnya, besar. Untuk kecepatan penyaringan pun tersedia kertas saring dengan pori-
pori halus, medium, kasar, tergantung bentuk endapan yang akan disaring.
Pemanasan dan pemijaran kertas saring akan menyebabkan endapan terurai,
teroksidasi/menguap karena suhu untuk mengabukan sangat tinggi, untuk menghindarinya
dapat dilakukan pemanasan secara bertahap. Untuk endapan BaSO4 dapat berubah
menjadi BaS yang terbentuk dari reaksi antara karbon hasil pengabuan kertas saring dan
BaSO4, untuk menghindari hal ini dapat ditambahkan H2SO4 pada residu hasil
pengarangan. Kertas saring meninggalkan abu yang menambah berat endapan, oleh
karena itu kita menggunakan kertas saring tak berabu karena kadar abunya yang rendah (
< 0,1 mg / potong kertas saring).
Kelebihan cawan kaca masir adalah praktis saat proses pemanasan, sedangkan
kekurangannya memerlukan vakum untuk menurunkan endapan yang disaring.
8. Pencucian endapan
Pencucian dilakukan untuk menyingkirkan kotoran yang teradsoprsi pada
permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis, sedangkan untuk kotoran
yang teroklusi/ terendapkan dapat dihilangkan dengan pengendapan kembali
(reprecipitation). Bila endapan sisa pijar mengandung kotoran, maka bobotnya akan lebih
besar dari yang sebenarnya sehingga kadar dari komponen yang sedang ditetapkan akan
lebih tinggi.Cara pencucian endapan:
a. Menyaring sampai larutan habis lalu dimasukkan semua endapan kedalam
penyaring. Kemudian dituangkan cairan pencucian pada endapan dan biarkan
mengalir habis lalu diberikan lagi cairan pencuci, diulangi beberapa kali sampai
bersih.
b. Dengan dekantasi/mengenaptuangkan yaitu endapan tidak langsung dipindahkan
ke saringan melainkan ditinggalkan dalam wadah semula. Ke dalam wadah
tersebut ditambahkan cairan pencuci, diaduk dan didiamkan sampai endapan
mengenap lalu cairan pencuci ke dalam wadah, diulangi proses di atas berkali-kali
sampai endapan bersih, kemudian endapan dimasukkan ke dalam penyaring.
Penambahan bahan organik seperti alkohol untuk mengurangi kepolaran air
pencuci pada pencucian NaMg-uranil asetat.
29
c. Untuk endapan yang berbentuk gumpalan koloid, ditambahkan elektrolit untuk
mencegah peptisasi (penguraian kembali gumpalan-gumpalan koloid menjadi butir
koloid) karena butir-butir koloid terlalu halus untuk disaring dan akan hilang.
d. Pencucian dianggap selesai berdasarkan pada lenyapnya ion pengotor dalam
cairan pencuci yang menetes dari saringan. Sebagai contoh, dalam pengendapan
AgCl, yang dianalisis adalah Ag
+
, pengendap Cl
-
, maka kelebihan Cl
-
merupakan
pengotor. Dalam hal ini, pencucian endapan dihentikan/ dianggap selesai bila
cairan pencuci yang menetes dari saringan diuji dengan menambahkan pereaksi
khas (dalam hal ini HNO3+ AgNO3, bila terbentuk endapan putih maka terbentuk
AgCl dan endapan belum bersih, bila cairan jernih berarti endapan bersih dan
pencucian endapan sudah selesai.
Cairan pencuci yang digunakan harus dapat memurnikan endapan dan tidak
melarutkan endapan terlalu banyak. Untuk endapan yang tidak banyak laut dalam air
panas pencucian endapan dapat menggunakan air panas, tetapi bila endapan mudah larut
dalam air panas jangan didunakan air panas. Ke dalam air pencuci ditambahkan ion
senama dari endapan untuk menekan pengionan endapan (digunakan larutan
encer).Untuk mengetahui kadar kotoran setelah pencucian bisa dicari dengan rumus
Xn = Xo [
Ket : Xn = konsentrasi kotoran setelah dicuci sebanyak n kali
Xo = konsentrasi pengotorotoran sebelum dicuci
= volume cairan sisa dalam endapan
V = volume larutan yang digunakan untuk mencuci
n = jumlah pencucian
Pengotor Endapan
Dalam proses pengendapan sering terjadi pengotor endapan yang disebabkan
oleh terbentunya zat lain yang juga membentuk endapandengan pereaksi yang digunakan,
sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang
dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan. Zat pengotor tersebut dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya (true precipitation) adalah:
30
Pengendapan bersama (simultaneous precipitation) adalah kotoran mengendap
bersama waktu dengan endapan analat. Contoh: Al(OH)3 sebagai pengotor
Fe(OH)3.
Pengendapan susulan (post precipitation) adalah kotoran yang mengendap
selag beberapa waktu setelah endapan sampel terbentuk karena reaksinya
lambat. Contoh: campuran Ca dan Mg, untuk menganalisis kalsium, diendapkan
sebagai oksalat, karena Mg-oksalat pun sukar larut, maka garam ini pun
mengendap tetapi baru kemudian, kadang setelah berhari-hari
2. Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap
melainkan hanya terbawa oleh endapan analat.
Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan
pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun
bentuk molekul.
Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut
terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam
BaSO4 pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh kristal.
Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya tarik
menarik antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan
endapan
Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal tumbuh
terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak sempat
dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam kristal.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi zat pengotor tersebut adalah :
1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang akan
mengotori.
2. Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang
bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan mengandung zat
itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleasi dalam hal ini ion-ion dari molekul
yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion menjadi
butir-butir miniskus (sangat kecil).
31
Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain sehingag
dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar.
9. Pemanasan/Pengeringan endapan
Setelah endapan bersih dari pengotor, bila penyaringnya menggunakan kertas
saring harus dipijarkan sampai menjadi abu, bila penyaringnya kaca masir cukup
dikeringkan pada suhu 120
0
C - 140
0
C.endapan dituskan terlebih dahulu sampai tidak ada
lagi saringan yang menetes (akan mengotori dan merusak oven/pengering). Dimasukkan
ke dalam pengerin pada 105
0
C sampai setengah kering (bila terlalu kering, pada wkatu
dilipat kemungkinan ada endapan yang melejit). Dilipat bagian atasnya sehingga endapan
tertutup, dimasukkan lagi ke dalam pengering sampai kering betul (bila masuih basah akan
memecahkan cawan pada waktu memperarang), endapan kemudian dimasukkan ke
dalam cawan porselin yang telah dipijarkan dan diketahui bobotnya. Sebaiknya cawan
ditutup bila dipakai.
10. Pemijaran
Sebelum dilakukan pengabuan endapan/pemijaran harus dilakukan perarangan
terlebih dahulu.Memperarang endapan dilakukan dengan meletakkan cawan diatas
segitiga porselin dalam posisi tegak, dipasang pembakar teklu dengan nyala kecil. Bila uap
air telah habis, api sedikit diperbesar sampai semua kertas saring diperarang (kertas
saring jangan sampai terbakar). Endapan yang telah diperarang harus dihilangkan
karbon/arangnya, baik yang menempel pada endapan maupun pada cawan, dengan cara
dipijarkan dalam tanur pada suhu 800
0
C selama 30-60 menit atau dipijarkan diatas
meker, dengan cara ini, cawan perlu diputar sehingga bagian yang mengandung arang
berpijar, lama kelamaan arang akan teroksidasi menjadi gas CO atau CO2. Pemijaran
diakhiri bila semua arang telah hilang.Perlu diperhatikan setiap menaruh cawan di atas
meker/tanur harus dipanaskan terlebih dahulu di atas Bunsen/teklu dengan kenaikan suhu
cawan perlahan-lahan.
11. Penimbangan
Setelah semua endapan menjadi abu, cawan didinginkan di dalam eksikator
sampai dingin.baru kemudian ditimbang. Pendinginan dilakukan agar tidak merusak
pinggan timbangan yang akan rusak bila menimbang sesatu dalam keadaan panas. Selain
itu, pendinginan dilakukan untuk mengurangi bobot yang akan bertambah bila ditimbang
dalam keadaan panas karena adanya uap air dalam keadaan panas. Pendinginan
32
dilakukan dalam eksikator yang berisi pengering seperti CaO, P2O5, silikagel, terusi (non
air hablur, CuSO4).
12. Perhitungan akhir
x 100%
Faktor Gravimetri =
berat A = berat P x faktor gravimetri
maka : %A =
x 100%
A = analat
P = endapan
Faktor gravimetri adalah jumlah berat analit dalam 1gr berat endapan. Hasil kali
dari endapan P dengan faktor gravimetri sama dengan berat analit.
Untuk mendapatkan endapan sesuai dengan yang diinginkan dan hasilnya bagus,
maka perlu ditentukan terlabih dahulu keadaan optimumnya. Untuk memperoleh keadaan
optimum tersebut, maka harus mengikuti aturan sebagai berikut :
a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.
b. Pereaksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.
c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil
pada temperatur tinggi.
d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan
menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.
e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan
pengendapan ulang.
Syarat syarat Endapan Gravimetri
a. Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan
kesempurnaan pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil
mungkin.
b. Kemurnian endapan : Endapan murni adalah endapan yang bersih, tidak
mengandungmolekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya pengotor atau kontaminan)
c. Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak kecil, kasar dan besar.
33
d. Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar, tetapi berasal dari
analat yang hanya sedikit.
e. Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan
komponen yang dianalisa.
Endapan yang Dikehendaki
a. Mudah disaring dan dibersihkan dari pengotor
b. Memiliki kelarutan cukup rendah sehingga tidak ada analat yang terbuang pada saat
penyaringan dan pencucian
c. Tidak reaktif terhadap udara
d. Setelah dikeringkan atau dibakar, menghasilkan produk yang diketahui
komposisinya
e. Endapan yang dapat disaring harus memiliki ukuran partikel yang cukup besar.
2.
3.
Contoh Endapan Koloid
Mekanisme Pembentukan Endapan
Terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat jenuh (super
saturatedsolution).
Nukleasi, sejumlah partikel (ion, atom atau molekul) membentuk inti mikroskopik
dari fasapadat, semakin tinggi derajat lewat jenuh, semakin besar laju nukleasi.
Pembentukannukleasi dapat secara langsung atau dengan induksi.
Partike
koloid
10
-7
10
-4
cm
Ion ion
Dalam
Larutan
10
8
cm ()
Endapan
Kristalin
10
-4
cm
34
Proses pengendapan selanjutnya merupakan kompetisi antara nukleasi dan particle
growth. Begitu suatu situs nukleasi terbentuk, ion-ion lain tertarik
sehinggamembentuk partikel besar yang dapat disaring.
Apabila nukleasi yang lebih dominan maka partikel kecil yang banyak, bila particle
growthyang lebih dominan maka partikel besar yang dihasilkan.
Jika pengendapan terbentuk pada RSS relatif besar maka nukleasi merupakan
mekanismeutama sehingga endapan yang dihasilkan berupa partikel kecil
Kesalahan Dalam Analisis Gravimetri
1. Kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis gravimetri adalah pembentukan
endapan, pemurnian(pencucian), pemanasan atau pemijaran dan penimbangan.
2. Pada pembentukan endapan kadang mengandung zat lain yang juga membentuk
endapandengan pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh hasil yang lebih besar
dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi dengan kelarutan zat dalam
pelarut yang digunakan.
3. Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan pencucian bukan
hanya zat pengotor sajayang larut tetapi juga zat yang dianalisis juga ikut larut,
meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikan penggunaan pencuci harus
sedemikan kecil supaya kehilangan zat yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya
masih lebih kecil dari pada sensitivitas timbangan yang digunakan.
4. Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang tidak
sempurna atau sifat zatyang diendapkan yang mudah menguap (volatil).
35
5. Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah tereduksi oleh
karbon bila disaringdengan kertas saring seperti perak klorida, sehingga harus
disaring dengan menggunakan cawan penyaring (berpori) dapat juga terjadi kelebihan
pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga komposisi zat tidak tentu.
6. Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan mengalami
penyerapan air atau gaskarbondioksida selama pendinginan sehingga hasil
penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini dihindari dengan alat
penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator yang cukup baik selama
pendinginan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada analisis kuantitatif cara gravimetri:
1. Waktu yang diperlukan untuk analisa gravimetri, menguntungkan karena tidak
memerlukan kalibrasi atau standarisasi. Waktu yang diperlukan dibedakan
menjadi 2 macam yaitu: waktu total dan waktu kerja.
2. Kepekaan analisa gravimetri, lebih ditentukan oleh kesulitan untuk
memisahkan endapan yang hanya sedikit dari larutan yang cukup besar
volumenya.
3. Ketepatan analisa gravimetri, untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari
100 % jarang dapat ditandingi perolehannya.
4. Kekhususan cara gravimetri, pereaksi gravimetri yang khas (spesifik) bahkan
hampir semua selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion.
Alat-Alat untuk Gravimetri
Untuk menghindari adanya zat-zat lain yang tidak diinginkan selama analisa, maka
digunakan alat-alat dari gelas yang tahan panas. Biasanya lebih disukai menggunakan alat
gelas pyrex dari pada yang lain.
Harap diperhatikan bahwa alat-alat dari gelas tidak boleh langsung dipanasi diatas
api, tetapi harus menggunakan angsang anyaman kawat yang diberi asbes pada bagian
tengahnya untuk menahan alat gelas antara api dan alat yang dipanasi.
1. Gelas piala (beaker glass)
Ada bagian untuk menuang pada bibirnya, kecuali itu untuk :
- tempat batang pengaduk pada waktu beaker glass ditutup dengan gelas arloji
- tempat keluarnya uap/gas meskipun ditutup dengan gelas arloji
36
2. Labu erlenmeyer
Untuk menampung lapisan pada penyaringan.
Pada penyaringan yang menggunakan penghisap
digunakan labu hisap yang bentuknya adalah
erlenmeyer dengan cabang pipa untuk hisapan.
3. Corong
Dari gelas dengan sudut kerucut 60
o
dari berbagai
ukuran garis tengah 5,7,9,11 cm. Pipa paruh bergaris tengah
sedikitnya 4 mm, panjang paruh paling sedikit 15 cm ini
hubungannya dengan daya isap cairan untuk penyaringan
disesuaikan dengan banyaknya endapan yang akan
disaring.
4. Batang pengaduk
Dari batang gelas padat kedua ujung bulat, ada yang
ujungnya dipipihkan. Gunanya untuk memudahkan
melepas endapan yang melekat pada beaker glass.
5. Botol pencuci
Untuk mencuci endapan
37
6. Alat pemanas
a. Pembakar bunsen : untuk pemanasan sampai
1000
o
C. Dengan menggunakan bahan bakar gas.
b. Pembakar meker/fisher : juga menggunakan bahan
bakar gas, dengan pengaturan udara yang tepat dan
bahan bakar gas yang baik dapat dicapai suhu dalam
krus platina bertutup hingga 1100-1200
o
C.
c. Muffle : kini banyak digunakan dapur muffle yang
dipanasi dengan listrik, sekaligus dilengkapi dengan alat
pengukur/pengatur suhu. Pemanasan dengan alat ini
dapat mencapai suhu 1200
o
C.
d. Oven : untuk pemanasan pada suhu yang lebih rendah,
misalnya untuk pengeringan / penguapan dengan listrik
sebagai sumber panasnya. Suhu dapat diatur sampai
ketelitian 1
o
c. Dapat mencapai suhu pemanasan 250-
300
o
C.
38
7. Krus
Untuk pemijaran digunakan krus porselin atau krus platina. Selain untuk pemijaran,
krus porselin digunakan untuk melebur bahan-bahan yang memerlukan peleburan.
Beberapa reaksi kimia tak boleh dilakukan dalam tempat porselin, misalnya peleburan
dengan soda, HF dan pirosulfat. Pemijaran dengan :
a. Krus porselin : 800 -900
o
C
b. Krus platina : 1100 1200
o
C
8. Segitiga
Dari silikat atau porselin yang dirangkai dengan kawat.
Segitiga ini diletakkan di atas kaki tiga, diatas nyala
pembakar gas. Tinggi letak krus diatas nyala diatur sebaik-
baiknya hingga pemijarannya sempurna.
9. Tang krus
Untuk menjepit krus.
Tang krus yang masih dingin harus dipanasi
terlebih dahulu jika akan digunakan, untuk
menjepit krus yang setelah dipijar sehingga
memegang krus yang panas tidak menjadi
retak.
10. Eksikator / desikator
39
Untuk mendinginkan krus yang habis dipijar atau krus penyaring setelah
dikeringkan, sampai suhu turun sama dengan suhu kamar.
Selama pendinginan tertutup dari udara luar, sehingga tidak akan menyerap
kelembaban dari udara.
Sebagai bahan pengering : CaO, CaCl2 anhidrat, H2SO4 pekat, silicagel, fosfor
pentoksida dsb.
Tutup eksikator pada bibirnya dilapis vaselin, gunanya untuk merapatkan
penutupan sampai kedap udara. Maka tekanan udara dalam eksikator selalu
kurang dari udara luar.
Waktu membuka tutup ini harus hati-hati, dilakukan hanya dengan menggeser ke
samping. Tidak boleh diangkat.
Apabila benda panas akan ditempatkan dalam
eksikator, sebelum ditutup beri kesempatan lebih
kurang 1-10 detik agar udara dalam eksikator
mengembang serta jadi panas.
11. Penangas air (water bath)
Biasa digunakan untuk penguapan
pelan-pelan dan mengumpulkan endapan.
Alat tsb di isi air setengah muat.
Dipanaskan dengan kompor listrik/minyak,
bagian atas berlubang sesuai dengan
dasar/alas alat gelas yang akan dipanasi.
Harus selalu diperiksa air dalam penangas
ini dijaga jangan sampai kering.
12. Krus Sintered glass
Digunakan untuk menyaring endapan
yang ingin diketahui beratnya dengan
mengeringkan endapan bersama-sama alat
penyaring.
40
13. Vacuum Filtration
Penyaringan dengan pengisapan atau secara vacum, filtrasi dengan cara ini
membutuhkan pompa vacum yang dapat menyedot dan memberikan perbedaan
tekanan diantara penyaring sehingga penyaringan dapat berjalan dengan cepat.